Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

PNEUMONIA

Dosen :

Ns. Gunawan WD, S.Kep

Oleh :

KELOMPOK 3:

1. Firda Destiani 1014021


2. Uswatun Navi’ah 1014059
3. Gana Kirana A. 1014022
4. Laili Nuryati 1014029
5. Nunung Amellia 1014040
6. Siti Elma A. 1014052
7. Nunung Fauziah 1014042

Prodi S1 Ilmu Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO

2012
LAPORAN PEN DAHULUAN

PNEUMONIA

A. PENGERTIAN
a. Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi. (Price, 1995)
b. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
c. Radang paru atau pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah, 1997 : 39).
d. Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru yang terjadi sebagai akibat adanya
invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobronkialis
sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan
nafas”. (Barbara Engram, 1999 : 61).
e. Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, bahan kimia,
inhalasi asap, debu, alergen dan aspirasi isi lambung; jaringan paru berkonsolidasi karena
alveoli terisi oleh eksudat”. (Tucker et al, 1998 : 247).
f. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan radang paru atau pneumonia adalah infeksi
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh invasi bakteri, virus, jamur dan benda asing
yang menimbulkan peradangan pada parenkim paru sehingga menimbulkan konsolidasi paru
karena alveoli terisi oleh eksudat.

B. ETIOLOGI PNEUMONIA

1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
C. KLASIFIKASI PNEUMONIA

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :

1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :


1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
2. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosokomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun
6. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
1. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa
berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti
ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri
umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang
ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi
anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus
pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian
bawah dan menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di
saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh:
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia
generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli
yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi
lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti
yang terjadi pada bronkiolitis.
E. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang di sebabkan oleh bakteri biasanya dating lebih cepat dan gejalanya
sebagai berikut:

a. Batuk, Batuk lendir (dahak), lender kental atau hijau atau di warnai dengan darah.
b. Demam
c. Bernapas dengan cepat dan merasa sesak napas
d. Gemetar dan menggigil dan “gigi-gemeletuk”, menggigil
e. Nyeri pada dada ketika batuk atau bernapas
f. Detak jantung cepat
g. Mudah capek atau merasa sangat lemah
h. Mual dan muntah
i. Diare

F. PATHWAYS
G. MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA

Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


1. Nyeri pleuritik
2. Nafas dangkal dan mendengkur
3. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1. Mengecil, kemudian menjadi hilang
2. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
1. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Cyanosis
1. Area sirkumoral
2. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

H. PENATALAKSANAAN PNEUMONIA

1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi
(hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya
ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral
3. Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG PNEUMONIA

1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat,


empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau
penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada
mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada
luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.


2. Lackman’s (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing,
Philadelpia : WB Saunders Company.
3. Pasiyan Rahmatullah (1999), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R. Boedhi
Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
4. Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba
Medica.
5. Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,
Jakarta : EGC
6. Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Read more:
http://www.kapukonline.com/2011/08/askeppneumoniabronkopneumonia.html#ixzz1qBhStemW
PENGKAJIAN DATA PNEUMONIA

1. Aktivitas / istirahat
1. Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
2. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
1. Gejala : riwayat gagal jantung kronis
2. Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
1. Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
1. Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
2. Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
1. Gejala : sakit kepala bagian frontal
2. Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
1. Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7. Pernafasan
1. Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
2. Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
3. Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
4. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
5. Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
6. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
1. Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
2. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada
kasus rubela / varisela
9. Penyuluhan
1. Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

RENCANA KEPERAWATAN ASKEP PNEUMONIA

I. Diagnosa Perawatan : Kebersihan jalan nafas tidak efektif


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan produksi
sputum
2. Nyeri pleuritik
3. Penurunan energi, kelemahan
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
2. Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
3. Dispnea, sianosis
4. Batuk efektif/tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum
3. Intervensi Keperawatan :
1. Mandiri
1. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
2. Auskultasi paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)
3. Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
4. Penghisapan sesuai indikasi
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
2. Kolaborasi
1. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
2. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik
3. Berikan cairan tambahan
4. Awasi seri sinar ‘X’ dada, Analisa Gas Darah, nadi oksimetri
Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan
4. Implementasi :
1. Mengkaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
2. Melakukan auskultasi paru, catat area penurunan/tak ada aliran
udara dan bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)
3. Membantuan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
4. Melakukan penghisapan sesuai indikasi
5. Memberikan cairan 2500 ml/hari
2. Kolaborasi
1. Membantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi
lain
2. Memberikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik
3. Memerikan cairan tambahan
4. Mengawasi seri sinar ‘X’ dada, Menganalisa Gas Darah, nadi
oksimetri .
5. Evaluasi :
1. Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
2. Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea
atau sianosis
II. Diagnosa Perawatan : Kerusakan pertukaran gas
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
2. Gangguan kapasitas oksigen darah
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Dispnea, sianosis
2. Takikardi
3. Gelisah/perubahan mental
4. Hipoksia
3. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
3. Kaji status mental
4. Awasi status jantung/irama
5. Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam dan menggigil
6. Pertahankan istirahat tidur
7. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan
batuk efektif
8. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah/perasaan.
9. Berikan terapi oksigen dengan benar
10. Awasi Analisa Gas Darah
4. Implementasi
1. Mengkaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
3. Mengkaji status mental
4. Mengawasi status jantung/irama
5. Mengawasi suhu tubuh, sesui indikasi. Membantu tindakan kenyamanan
untuk menurunkan demam dan menggigil
6. Memberitahu supaya pasien istirahat tidur
7. Meninggikan kepala dan mendorong sering mengubah posisi, nafas dalam
dan batuk efektif
8. Mengkaji tingkat ansietas..
9. Memberikan terapi oksigen dengan benar
10. Mengawasi Analisa Gas Darah
5. Evaluasi :
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan Analisa
Gas Darah dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan
2. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksige
III. Diagnosa Perawatan : Pola nafas tidak efektif
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Proses inflamasi
2. Penurunan complience paru
3. Nyeri
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Dispnea, takipnea
2. Penggunaan otot aksesori
3. Perubahan kedalaman nafas
4. Analisa Gas Darah abnormal
3. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret
5. Dorong/bantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
6. Berikan Oksigen tambahan
7. Awasi Analisa Gas Darah
4. Implementasi Keperawatan :
1. Mengkaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
2. Melakukan auskultasi bunyi nafas
3. Meninggikan kepala dan bantu mengubah posisi
4. Mengobservasi pola batuk dan karakter sekret
5. Mendorong/membantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
6. Memberikan Oksigen tambahan
7. Mengawasi Analisa Gas Darah
5. Evaluasi :
1. Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan Analisa Gas Darah
dalam rentang normal
IV. Diagnosa Perawatan : Peningkatan suhu tubuh
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Proses infeksi
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Demam, penampilan kemerahan
2. Menggigil, takikardi
3. Intervensi Keperawatan :
1. Obeservasi suhu tubuh (4 jam)
2. Pantau warna kulit
3. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
4. Berikan obat sesuai indikasi : antipiretik
5. Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
4. Implementasi :
1. Mengobeservasi suhu tubuh (4 jam)
2. Memantau warna kulit
3. Melakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
4. Memberikan obat sesuai indikasi : antipiretik
5. Mengawasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
5. Evaluasi :
1. Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
2. Tidak menggigil
3. Nadi normal
V. Diagnosa Perawatan : Resiko tinggi penyebaran infeksi
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Ketidakadekuatan pertahanan utama
2. Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun)
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa
aktual
3. Intervensi Keperawatan :
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan
perubahan warna jumlah dan bau sekret
3. Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
4. Ubah posisi dengan sering
5. Batasi pengunjung sesuai indikasi
6. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu
7. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
8. Berikan antimikrobal sesuai indikasi
4. Implementasi :
1. Memantau Tanda-tanda Vital
2. Menganjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan
perubahan warna jumlah dan bau sekret
3. Mendorong teknik mencuci tangan dengan baik
4. Mengubah posisi dengan sering
5. mebatasi pengunjung sesuai indikasi
6. Melakukan isolasi pencegahan sesuai individu
7. Mendorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
8. Memberikan antimikrobal sesuai indikasi
5. Evaluasi :
1. Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
2. Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi
VI. Diagnosa Perawatan : Intoleransi aktivitas
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Kelemahan, kelelahan
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
2. Dispnea, takipnea
3. Takikardi
4. Pucat / sianosis
3. Intervensi Keperawatan :
1. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
4. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
4. Implementasi :
1. Mengevaluasi respon klien terhadap aktivitas
2. Memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
3. Menjelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
4. Membantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
5. Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
5. Evaluasi :
1. Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan
Tanda-tanda Vital dalam rentang normal
VII. Diagnosa Perawatan : Nyeri
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Inflamasi parenkim paru
2. Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
3. Batuk menetap
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Nyeri dada
2. Sakit kepala, nyeri sendi
3. Melindungi area yang sakit
4. Perilaku distraksi, gelisah
3. Intervensi Keperawatan :
1. Tentukan karakteristik nyeri
2. Pantau Tanda-tanda Vital
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk.
4. Implementasi :
1. Menentukan karakteristik nyeri
2. Memantau Tanda-tanda Vital
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
5. Evaluasi :
1. Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
2. Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas dengan
cepat

VIII. Diagnosa Perawatan : Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi
2. Anoreksia distensi abdomen
2. Intervensi Keperawatan :
1. Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
3. Auskultasi bunyi usus
4. Berikan makan porsi kecil dan sering
5. Evaluasi status nutrisi
3. Implementasi :
1. Mengindentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
3. Melakukan auskultasi bunyi usus
4. Memberikan makan porsi kecil dan sering
5. Mengevaluasi status nutrisi
4. Evaluasi :
1. Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2. Berat badan stabil atau meningkat

IX. Diagnosa Perawatan : Resti kekurangan volume cairan


1. Faktor resiko :
1. Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak, hiperventilasi,
muntah)
2. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji perubahan Tanda-tanda Vital
2. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
3. Catat laporan mual / muntah
4. Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
5. Hitung keseimbangan cairan
6. Asupan cairan minimal 2500 / hari
7. Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik
8. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
3. Implementasi :
1. Mengkaji perubahan Tanda-tanda Vital
2. Mengkaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
3. Mencatat laporan mual / muntah
4. Memantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
5. Menghitung keseimbangan cairan
6. Memberikan cairan 2500 / hari
7. Memberikan obat; antipirotik, antiametik
8. Memberikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
4. Evaluasi :
1. Balance cairan seimbang
2. Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat

Anda mungkin juga menyukai