Anda di halaman 1dari 32

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Menyusui adalah proses normal ibu kepada bayi untuk memberikan nutrisi
yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Bayi menghisap
payudara ibu secara refleks untuk mendapatkan dan menelan susu. Air Susu Ibu (ASI)
merupakan satu jenis makanan yang telah mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual serta terkandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi.
Selama masa menyusui, seorang ibu dapat mengalami gangguan kesehatan
yang membutuhkan pengobatan. Penggunaan obat selama masa menyusui akan
terdeteksi di dalam ASI dan dapat ditransfer ke bayi sehingga mengakibatkan efek
yang tidak diharapkan pada bayi yang disusui.
Pemberian ergotamin pada masa menyusui untuk perawatan si ibu dapat
membahayakan bayi yang baru lahir, namun pengaruh lebih sedikit ditunjukkan pada
pemakaian digoxin. Penggunaan esterogen pada ibu menyusui mengakibatkan
pengeluaran ASI menjadi terhalang. Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat
terjadi jika obat bercampur dengan ASI secara farmakologi dalam jumlah yang
signifikan. Penggunaan obat pada ASI secara teoritis dapat menyebabkan
hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam konsentrasi yang sangat kecil pada efek
farmakologi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada makalah ini penulis tertarik untuk
mendapatkan pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman
hingga harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan ibu dan bayinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan menyusui?
2. Bagaimana proses farmakokinetik dan farmakodinamik pada ibu menyusui?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsentrasi obat dalam susu?
4. Bagaimana bioavaibilitas obat dalam tubuh?
5. Kapan waktu pemberian obat yang tepat selama menyusui?
6. Bagaimana pedoman penggunaan obat pada ibu menyusui?
7. Apa saja daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama menyusui
dan daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian menyusui menurut WHO
2. Untuk mengetahui proses farmakokinetik dan farmakodinamik pada ibu menyusui.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsentrasi obat dalam susu
4. Untuk mengetahui bioavaibilitas obat dalam tubuh
5. Untuk mengetahui waktu pemberian obat yang tepat selama proses menyusui
6. Untuk mengetahui pedoman penggunaan obat selama menyusui agar memberikan
rasa aman bagi ibu dan bayi
7. Untuk mengetahui daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama menyusui
dan daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui.

1.4 Manfaat Makalah


Sebagai tambahan informasi dan pembelajaran mata kuliah farmakoterapi sub bab
terapi obat pada ibu menyusui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menyusui Menurut WHO


Menyusui adalah proses normal ibu kepada bayi untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Proses menyusui harus
dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran. Hampir semua ibu dapat melakukan
proses menyusui jika mereka memiliki informasi yang akurat, dan dukungan dari
keluarga serta lingkungan disekitar.1
Pemberian asi eksklusif dianjurkan hingga usia 6 bulan, dilanjutkan bersama
dengan makanan pelengkap yang sesuai hingga usia dua tahun atau lebih.1

2.2 Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Ibu Menyusui


2.2.1 Farmakokinetika
Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi didalam ASI,
akan tetapi konsentrasi obat di dalam ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam
darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI selain
dari faktor-faktor fisiko-kimia obat. Volume darah atau cairan tubuh dan curah
jantung yang meningkat pada kehamilan akan kembali normal setelah 1 bulan
melahirkan. Karena itu, pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan
penyesuaian dosis. 2
Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah
melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang berukuran kecil (< 200
Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan
protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat yang
dapat melewatinya.2
Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa
lemah di plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah
menembus membran alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI, obat yang bersifat
basa tersebut akan mudah terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran
kembali ke plasma. Fenomena tersebut dikenal sebagai ion trapping.2
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma ibu.
Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI , sebaliknya
rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI. 2
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat dinilai dengan
mempertimbangkan: 2
 Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
 Adanya metabolit aktif
 Multi obat : adisi efek samping
 Dosis dan lamanya terapi
 Umur bayi
 Pengalaman/bukti klinik
 Farmakoepidemiologi data.

2.2.2 Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda.
Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari.
Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari hasil
penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi. 2

2.3 Farmakokinetika pada Bayi


Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata dengan orang
dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah, misalnya absorpsi
fenobarbital, fenitoin, asetaminofen dan distribusi obat juga akan berbeda karena
rendahnya protein plasma, volume cairan tubuh yang lebih besar dari orang dewasa.
Metabolisme obat juga rendah karena aktivitas enzim yang rendah . Ekskresi lewat renal
pada awal kehidupan masih rendah dan akan meningkat dalam beberapa bulan. Selain
banyaknya obat yang diminum oleh bayi melalui ASI, juga kinetika obat pada bayi
menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat. Yang perlu diperhatikan adalah bila efek
yang tidak diinginkan tidak bergantung dari banyaknya obat yang diminum, misalnya
reaksi alergi, maka sedikit atau banyaknya ASI yang diminum bayi menjadi tidak penting,
tetapi apakah si bayi meminum atau tidak meminum ASI menjadi lebih penting

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Obat dalam Susu


 Konsentrasi plasma ibu
Difusi pasif merupakan jalur utama dimana obat memasuki susu. Konsentrasi
plasma ibu juga dipengaruhi oleh distribusi obat ke jaringan yang berbeda.
Volume distribusi yang tinggi (seperti untuk sertraline) akan berkontribusi pada
konsentrasi plasma ibu yang lebih rendah dan konsentrasi berikutnya yang lebih
rendah dalam susu.

 Ikatan protein plasma pada ibu


Transfer ke ASI juga dipengaruhi oleh sejauh mana obat terikat oleh protein
plasma ibu. Obat tak terikat bebas berdifusi dengan mudah sementara obat yang
sangat terikat protein seperti ibuprofen atau warfarin (keduanya terikat protein
99%) tidak dapat berdifusi dalam jumlah yang signifikan. Sertraline sangat terikat
dengan protein (98%) sehingga secara keseluruhan akan ditransfer secara minimal
ke ASI

 Ukuran molekul obat


Kebanyakan molekul obat, termasuk alkohol, nikotin dan kafein, cukup kecil
untuk masuk ke dalam susu. kecuali obat dengan berat molekul tinggi seperti
heparin dan insulin.

 Tingkat ionisasi
Obat-obatan melintasi membran dalam bentuk tak terionisasi. Susu umumnya
sedikit lebih asam (pH 7,2) daripada plasma ibu (pH 7,4) sehingga menarik basa
organik lemah seperti oxycodone dan codeine. Obat-obatan tersebut menjadi
terionisasi dan 'terperangkap' di dalam susu. Sebaliknya, asam organik lemah
seperti penicillin cenderung terionisasi dan disimpan dalam plasma ibu.5

2.5 Bioavailabilitas
Obat-obatan yang menghasilkan efek sistemik pada bayi yang diberi asi harus
memiliki tingkat bioavailabilitas. Bioavailabilitas dari obat umumnya mengacu pada
jumlah obat yang diserap transluminal ke portal sirkulasi, melewati hati, dan masuk
kompartemen plasma. Obat-obat topikal diserap dengan buruk secara transkutan pada ibu
sedangkan obat yang dihirup (seperti yang digunakan untuk asma) menghasilkan plasma
minimal di ibu dan hampir tidak pernah mencapai tingkat signifikan dalam susu. Karena
bayi menerima obat melalui susu ibu, bioavailabilitas oral sangat penting dalam
mengevaluasi potensi risiko pada bayi. Bioavailabilitas obat oral yang ideal untuk ibu
menyusui dan bayi adalah obat yang memiliki bioavaibilitas yang rendah karena
penyerapan pada bayi cenderung menjadi sedikit. Contoh, sumatriptan (bioavailabilitas
15%) lebih disukai daripada rizatriptan (bioavailabilitas 45%). 4
Contoh obat-obatan yang memiliki bioavaibilitas rendah dan resiko minimal adalah:
Aminoglycoside, Etanercept, Heparin, Insulin, Lansoprazole, Omeprazole.4

2.6 Ekskresi Obat ke Dalam Hati


Ada 4 mekanisme penting obat dapat sampai (permeasi) ke dalam ASI, yaitu :
 Difusi Pasif
Berlangsung berdasarkan perbedaan konsentrasi pada kedua sisi barier, berupa
cairan atau lemak. Difusi terjadi melalui pori-pori kecil pada membran sel,
menyebabkan hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul kecil saja, seperti
metanol. Kecuali pada pembuluh darah kapiler dan limfe yang memiliki pori-pori
cukup besar sehingga dapat dilalui oleh molekul yang cukup besar. Obat larut
dalam air melewati barier cairan, sedangkan obat larut lemak melewati membran
yang terdiri dari lipid.5

 Difusi dengan bantuan karier khusus


Yang bertindak sebagai karier adalah enzim – enzim atau protein tertentu.
Terjadi melalui perbedaan konsentrasi atau konsentrasi yg sama pada kedua sisi
barier. Lebih menentukan perbedaan aktifitas kimia suatu bahan pada kedua sisi
barier. Bahan yg berdifusi dg cairan ini umumnya mudah larut dalam air, tetapi
terlalu besar untuk melalui pori – pori dari membran. 5

 Difusi aktif
Memerlukan energi untuk transpor, karena menuju daerah dg konsentrasi
tinggi. Menggunakan energi untuk pasasi dari glukosa, asam amino, kalsium,
magnesium, dan natrium. 5

 Pinositosis atau kebalikannya


Pada pinositosis, obat melekat pada dinding sel, kemudian mengalami
invaginasi atau evaginasi. Dinding sel & obat memisahkan diri, sehingga obat
dapat masuk atau keluar sel. Pinositosis menggunakan molekul yang sangat
besar & protein tidak berdifusi secara pasif, aktif, atau dengan bantuan karier.
pH lingkungan & derajat ionisasi obat, sifat obat basa atau lemah, tingkat
kelarutan, menentukan kesanggupan difusi yang berbeda. 5
2.7 Obat yang Boleh Digunakan Selama Menyusui
Berikut adalah obat-obat yang boleh digunakan selama masa menyusui, yakni:
 Antikoagulan – warfarin
 Sulfonamide, kecuali pada bayi dengan defisiensi G-6-PADA.
 Antimalaria ; pirimetamin, dapson, sulfadoksin.
 Metronidazol
 Antiinflamasi
 Aspirin dosis rendah
 Antikonvulsan ; natrium valproat, karbamazepin, etosuksimid.
 Labelatol, verapamil, hidralazin.
 Antibiotika.
2.8 Obat yang Tidak Boleh Digunakan Selama Menyusui
Berikut adalah obat-obat yang tidak boleh digunakan selama masa menyusui, yakni:
 Antikoagulan ; fenindion & etilbiskumasetat, menyebabkan kekurangan protrombin
pada bayi.
 Tetrasiklin & aminoglikosida, menyebabkan pewarnaan gigi, gangguan pertumbuhan
tulang, flora usus bayi.
 Kloramfenikol, toksisitas pada bayi.
 Penisilin, menyebabkan anafilaksis.
 Ampisilin, menyebabkan diare & kandidiasis pada bayi.
 Antituberkulosis ; INH, menyebabkan defisiensi piridoksin pada bayi.
 Siklofosfamid, metotreksat, & obat antineoplastik/imunosupresif, kontraindikasi
dalam masa menyusui.
 Aspirin dosis tinggi, mempengaruhi trombosit bayi.
 Barbiturat, diazepam, antihistaminika menimbulkan gejala depresi pada bayi.
 Primidon, menimbulkan depresi susunan saraf pusat pada bayi.
 Heroin dosis tinggi, menyebabkan koma pada bayi.
 Petidin, mengganggu susunan saraf pusat.
 Amitriptilin & nortriptilin, efek farmakologik pada bayi.
 Klorpromazin, menyebabkan pusing & letargi pada bayi.
 Alkohol, menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
 Teofilin, menyebabkan iritabilitas pada bayi.
 Estrogen dosis tinggi, menyebabkan penurunan produksi air susu, poliferasi dan
epitel vagina pada bayi perempuan & ginekomastia pada bayi laki-laki.
 Antiaritmia & amiodaron, menyebabkan brakardia pada bayi.
 Alkaloid ergot, menimbulkan gejala intoksikasi ergot.
 Derivat antrakinon & fenoltalein, menyebabkan diare pada bayi.

2.9 Pemberian Obat Selama Menyusui


Pemberian obat selama masa menyusui sebaiknya 30-60 menit setelah menyusui dan
3-4 jam sebelum menyusui lagi. Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar
1- 3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu
mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui
tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya, maka untuk sementara
ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah
dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu
paruh obat.2,3

2.10Pedoman Penggunaan Obat pada Wanita Menyusui2


 Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari.
Jika pengobatan memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus
dipertimbangkan pada ibu maupun bayinya.
 Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan
 Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar
terhadap paparan obat melalui ASI.
Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga
berisiko terjadi penimbunan obat
 Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah
kadar obat terkecil yang sampai pada bayi
 Hindari atau hentikan sementara menyusui
 Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara
cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
 Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

2.11 Masalah Yang Sering Terjadi Pada Ibu Menyusui


2.11.1 Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal
di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab
utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering
diidentifikasi adalah Staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat
terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang
penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin)
diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.

Gejala mastitis non – infeksius


 Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang
akut
 Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan
tersebut
 Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja

Gejala mastitis infeksius


 Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
 Ibu dapat mengeluh sakit kepala
 Ibu demam dengan suhu diatas 34oC
 Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
 Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-
tanda akhir)
 Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan”

Pengobatan :
 Lanjutkan menyusui
 Berikan kompres panas pada area yang sakit
 Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
 Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
 Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (<39oC),
periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
 Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam
dan gejala berkurang.
Tabel 2.1 Obat yang diberikan pada penderita masitis

2.11.2 Kandida/Sariawan
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok
menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah
menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan
yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui
Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak
luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat,
bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan
menolak untuk mengisap.

Pengobatan :
 Obati ibu dan bayinya
 Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali
sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis
menyusui
 Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk
mengurangi nyeri
Tabel 2.2 Obat yang diberikan pada ibu yang menderita kandida/sariawan

2.11.3 Cacar Air (Virus Varisela Zoster)


Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi bermula
dari leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala, membran
mukosa dan akstremitas. Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah
menderita cacar air dan tidak berisiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa
hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi berisiko karena antibodi ibu yang
memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk
berkembang.

Perawatan :
 Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi
kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
 Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima
vaksin varisela jika mereka sudah terpapar
 Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
- Ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami
lesi. Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan berkembang menjadi
penyakit
- Keluarkan asi jika bayi ditempatkan pada tempat lain
- Jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak
dihentikan.
2.11.4 Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di
dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI.
Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang
paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer
selama kehamilan Menyusui merupakan alat yang penting untuk memberikan
imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang disusui, yang diimunisasi CMV
melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi nantinya dan dari infeksi primer
selama kehamilan.

Perawatan :
 Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti seropositif
selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada
infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.
 Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang
terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke
neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan keputusan

2.11.5 Hepatitis B (HBV)


HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan ditularkan
melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau transfusi darah.
Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV + langsung tertular, kebanyakan terinfeksi
di dalam rahim.

Perawatan :
 Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu, bayi
harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
 Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV
2.11.6 HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara umum prevalensi
HIV di Indonesia tergolong rendah (kurang dari 0,1 %), tetapi sejak tahun 2000
Indonesia telah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi karena terdapat kantung-kantung dengan prevalensi HIV lebih dari
5% pada beberapa populasi tertentu (pada pengguna narkoba suntikan, PSK,
waria, dan narapidana).
Karena mayoritas pengguna narkoba suntukan yang terinfeksi HIV berusia
reprodukasi aktif (15-24 tahun), maka diperkirakan jumlah kehamilan dengan
HIV positif akan meningkat. Dengan intervensi yang tepat maka risiko penularan
HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%.
Menurut estimasi Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil HIV positif yang
melahirkan di Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi sekitar 3.000 bayi
diperkirakan akan lahir HIV positif setiap tahunnya di Indonesia.

Perawatan :
 Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko terinfeksi HIV,
segera melakukan VCT (Voluntary Counseling & Testing) untuk mengetahui
status serologis secepatnya.
 Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk mempertahankannya dengan
menghindari paparan menggunakan kondom setiap sanggama, melakukan
perilaku hidup sehat, dan melakukan evaluasi ulang serologis sesuai anjuran
(memastikan hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
 Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan profilaksis
Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan seksio sesarea, dan tidak
menyusui/menghentikan menyusui sedini mungkin/menggunakan susu formula
(Exclusive Formula Feeding)
 Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dari WHO : Affordable
(Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable (Dapat diterima), Safe (Aman), dan
Sustainable (Berkelanjutan). Apabila kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi,
maka ASI tetap diberikan setelah melalui proses konseling mengenai
kemungkinan penularan infeksi.
 Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkan melanjutkan pengobatan
ARV (ARV Terapi) sesuai Pedoman Nasional Pengobatan ARV
 Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan dengan pemberian nutrisi yang
sesuai, dan diperikasa status serologisnya pada usia 18 bulan
 Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untuk melakukan VCT dan
anjuran yang sesuai.
BAB III
PEMBAHASAN

Menyusui adalah proses normal ibu kepada bayi untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Bayi menghisap payudara ibu
secara refleks untuk mendapatkan dan menelan susu. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu
jenis makanan yang telah mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi,
sosial maupun spiritual serta terkandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor
pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi. Selama masa menyusui seorang ibu dapat saja
mengalami berbagai macam penyakit seperti mastitis, sariawan, cacar air bahkan AIDS yang
mengharuskan untuk mengkonsumsi obat-obatan.
Penggunaan obat-obatan pada ibu menyusui wajib dipantau karena obat tersebut akan
masuk ke dalam ASI dan mempengaruhi bayi. Hampir semua obat yang diminum perempuan
menyusui terdeteksi didalam ASI, akan tetapi konsentrasi obat di dalam ASI umumnya
rendah. Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah
melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang berukuran kecil (< 200 Dalton)
akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan protein plasma
tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.
Bioavailabilitas obat oral yang ideal untuk ibu menyusui dan bayi adalah obat yang
memiliki bioavaibilitas yang rendah karena penyerapan pada bayi cenderung menjadi sedikit.
Contoh obat-obatan yang memiliki bioavaibilitas rendah dan resiko minimal adalah:
Aminoglycoside, Etanercept, Heparin, Insulin, Lansoprazole, Omeprazole.
Pemberian obat selama masa menyusui sebaiknya 30-60 menit setelah menyusui dan 3-4
jam sebelum menyusui lagi karena pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-
3 jam sesudah ibu meminum obat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menyusui adalah proses normal ibu kepada bayi untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Penggunaan obat-obatan
pada ibu menyusui wajib dipantau karena obat tersebut akan masuk ke dalam ASI dan
mempengaruhi bayi. Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi
didalam ASI, akan tetapi konsentrasi obat di dalam ASI umumnya rendah. Pemberian
obat selama masa menyusui sebaiknya 30-60 menit setelah menyusui dan 3-4 jam
sebelum menyusui lagi karena pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-
3 jam sesudah ibu meminum obat.

4.2 Saran

Dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu


menyusui, diperlukan pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak
aman hingga harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan ibu dan bayinya.
Lampiran 1. Daftar Obat – Obat Yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama
Menyusui

Obat / Golongan Obat Efek Pada Bayi


Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi, dan pola
tidur yang jelek
Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik obat pada bayi
belum diketahui
Bromokriptin Menekan laktasi
Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena CNS stimulan dan
intoksikasi
Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah
dilaporkan
Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi pada ibu
dapat menyebabkan bayi yang disusui : sedasi, diaforesis, deep
sleep, lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan abnormal.
Paparan yang kronik juga menimbulkan keterlambatan
perkembangan psikomotor. Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan
risiko yang potensial hipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo
cushing sindrome. AAP mengklasifikasikan compatible (dapat
diterima), tapi harus dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu
review menyarankan untuk menunggu 1-2 hari setelah minum
sebelum menyusui
Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi
Imunosupresan Potensial menekan sistem imun
Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 % dari konsentrasi
serum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik yang
potensial,kontraindikasi
Asam Lisergat Kemungkinan diereksikan dalam ASI
Dietilamida (LSD)
Mariyuana Diekskresikan dalam ASI
Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena
potensial terjadi diare berat pada bayi
Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi melalui perokok pasif
lebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok secara umum tidak
direkomendasikan selama menyusui, menurunkan produksi ASI
Penisiklidin Potensial bersifat halusinogenik
Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi
Obat yang Dapat Menghambat Produksi ASI

No Nama obat
1 Estrogen
2 Bromocriptine
3 Ergotamine
4 Cabergoline
5 Pseudoephedrine
6 Testosterone
Lampiran 2. Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui

Obat / Golongan Obat Efek Pada Bayi


Acetaminophen Compatible, malulopapular rash pada bayi bagian atas dan wajah
pada bayi telah dilaporkan
Acyclovir Compatible, terkonsentrasi dalam ASI
Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui ASI.
Penggunaan obat lain yang termasuk golongan ini selama
menyusui dipertimbangkan
Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan karena waktu
paruh eliminasi panjang
Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi AAP
mempertimbangkan penggunaannya
Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran cerna bayi
Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-hati pada bayi
dengan fenilketonuria
Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis metabolik),
potensial terjadi gangguan fungsi platelet dan rash, AAP
merekomendasikan penggunaannya dengan perhatian.
Beta – bloker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti hipotensi, bradikardi,
asebutolol, atenolol dan nadolol terkonsentrasi dalam ASI
Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur. Compatible
Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan hati-hati
Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat, compatible
dalam jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan tidur
Carbamezepin Compatible
Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus, considered compatible
Chloramfenicol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan sumsum tulang. AAP
merekomendasikan penggunaannya dengan hati-hati
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati pada bayi.
AAP mempertimbnagkan penggunaannya karena efek dan
potensial galaktore
Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan asam lambung,
menghambat metabolisme obat, dan CNS stimulan. Compatible
Clindamisin Considered compatible
Codein Compatible
Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati akumulasi
pada bayi, pertimbangkan penggunaannya
Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible
Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan
Lampiran 3. Pedoman Untuk Pengobatan Dan Pemberian Asi

Kategori
Pengobatan Catatan
A B C D
Asetamonifen  Analgesik non-narkotika. Digunakan postpartum
(Tylenol)
Asiklovir (Zovirax)  Digunakan untuk herpes. Konsentrasi rendah di
dalam ASI
Albuterol (Proventil)  Pencegahan terhadap bronkospasme
Alprazolam (Xanax)  Gunakan obat pengganti. Risiko akumulasi
Aminofillin  Observasi adanya iritabilitas dan insomnia pada
bayi
Amoksisilin  Masuk ke dalam ASI secara lambat
Ampisillin  Konsentrasi dalam ASI rendah
Amitriptilin (Elavil)  Tidak terdeteksi dalam urin bayi
Antimetabolit  Aktivitas anti DNA
Aspirin  Dosis analgesik biasa (300-600 mg) biasanya aman.
Obat pilihan untuk diagnosa. Artritis jangka
panjang
Atenolol  Dilaporkan adanya bayi yang mengalami sianosis
dan bradikardi pada terapi maternal
Azitromisin  Cocok untuk laktasi
Bromokriptin  Tidak digunakan untuk menekan produksi ASI
(Parlodel)
Butorfanol (Stadol)  Aman dalam dosis tunggal
Kafein  Jika dosis ibu tinggi, bayi menjadi peka dan lemah
Kaptopril (Captoem)  Antihipertensi jumlahnya sedikit dalam ASI
Karbamazepin  Antikonvulsan, akumulasi tidak terlihat
(Tegretol)
Sefalosporin  Masuk ke dalam ASI dengan konsentrasi rendah.
(Cefaclor) Umumnya dianggap aman
Kloramfenikol  Risiko kecil terhadap supresi sumsum tulang
(Chloromycetin) terdapat efek merugikan
Klorpromazin  Antimalaria, Obat penenang, observasi sedasi pada
(Thorazine) bayi
Simetidin (Tagamet)  Antagonis H-2, menurunkan produksi asam
Siprofloksasin (Cipro)  Quinolone, terjadinya artopati dan kartilago pada
hewan yang imatur
Klindamisin (Cleocin)  Berbentuk krim vagina, oral dan dapat diinjeksi
Kodein  Aman untuk kesehatan, pada bayi untuk pemakaian
yang singkat
Kontrasepsi, hanya  Tunggu sampai laktasi telah terbentuk dengan baik
progestin oral 4-6 minggu
Kontrasepsi, oral  Biasanya akan menurunkan pasokan ASI
(dengan estrogen)
Kortikosteroid  Gunakan hanya untuk waktu yang singkat dan
dengan dosis yang rendah
Krotamiton 10 %  Digunakan untuk skabies. Aman dan efektif untuk
wanita yang menyusui
Desipramin  Tidak ada obat yang terdeteksi di dalam urin bayi.
(Norpramin) Pilihan antidepresan untuk wanita manyusui
Diazepam (Valium)  Gunakan obat pengganti, risiko akumulasi
Dikloksasilin  Resisten – penisilin, antistafilokokus
(Dynapem)
Digoksin (lanoxin)  Obat antiaritmia. Paparan terhadap bayi
kemungkinan tidak bermakna
Efedrin  Komponen yang biasa digunakan dalam campuran
obat batuk dan obat demam yang dijual bebas
Ergonovin  Menekan produksi ASI. Masa postpartum singkat
dapat menjadi aman
Ergotamin  Digunakan untuk migren. Menekan suplai ASI.
Dapat menyebabkan muntah, diare, konvulsi
Eritromisin  Tidak boleh diberikan pada usia kurang dari 1
bulan jika berisiko ikterik
Etosuksimid  Antikonvulsan. Masuk dengan bebas ke dalam ASI.
(zarontin) Pertimbangkan penggunaan obat pengganti
Fentanil (Sublimaze)  Terdapat dalam ASI dengan jumlah kecil. Tidak
dapat dideteksi setelah 10 jam
Flukonazol (Diflucan)  Digunakan untuk mengobati kandidiasis. Aman
digunakan untuk anak-anak
Fluoksetin (Prozac)  Dapat menyebabkan gejala kolik
Furosemid (Lasix)  Antibiotik aminoglikosida. Dapat diberikan pada
bayi
Gentamisin  Perpindahan minimal
(Garamycin)
Haloperidol (Haldol)  Obat penenang
Heparin  Tidak diekskresi ke dalam ASI
Ibuprofen (Motrin)  Biasanya digunakan untuk nyeri postpartum.
Perpindahan minimal
Imipramin (Tofranil)  Antidepresan
Vaksin influenza  Vaksinasi maternal dianggap tidak menyebabkan
risiko terhadap bayi yang disusui
Insulin  Tidak diekskresikan ke dalam ASI dengan berat
molekul yang besar
Yodium  Mudah diabsorpsi dan terkonsentrasi dalam ASI;
dapat menyebabkan supresi tiroid; dosis 15 % dapat
masuk ke dalam ASI dalam 3 hari
Zat besi  Suplemen tidak mengubah kadar zat besi pada ASI
dalam jumlah besar
Isoniazid (INH)  Antituberkular. Sampai saai ini tidak dilaporkan
adanya efek merugikan pada bayi. Mungkin baik
untuk memantau tanda-tanda keracunan pada bayi
Ketokonazol  Digunakan untuk mengobati kanddiasis yang berat
(Nizoral)
Levonogestrel  Kontrasepsi yang efektif. Efek pada suplai ASI
(NORPLANT) tidak meyakinkan
Lindan (Kwell)  Secara klinis jumlahnya tidak bermakna (30 g/ml)
dalam ASI. Membutuhkan informasi lebih
Litium (Eskalith)  Pantau kadar serum bayi. Pilih obat alternatif jika
mungkin
Asam mandelik  Terdeteksi di dalam urin semua bayi yang diteliti.
Efeknya belum diketahui
Magnesium sulfat  Dapat menghambat masuknya ASI
Medroksiprogesteron  Didapat pada ASI dalam jumlah yang tidak
(Depo-Provera) bermakna. Akumulasi tidak merupakan masalah
Meperidin (Demerol)  Dapat menyebabkan depresi neurobehavioral pada
neonatus. Anjurkan untuk digunakan pada periode
awal postpartum
Mesoridazin  Fenotiazin digunakan sebagai antipsikotik
(Serentil)
Metaproterenol  Digunakan untuk asma bronkhial
(Alupent)
Metformin  Antidiabetik baru. Efeknya belum diuji
(Glucophage)
Metenamin  Antiinfeksi urinarius. Tidak ada efek merugikan
(Mandelamin) yang dilaporkan
Metadon (Dolophine)  Digunakan untuk mengobati adiksi heroin.
Kadarnya minimal dalam ASI
Metimazol (Tapazol)  Untuk hipertiroid. Rasio S.P lebih tinggi dari
propiltiourasil
Metildopa (Aldomet)  Antihipertensi
Metoklopramid  Digunakan untuk meningkatkan ASI; dosis 10 mg 3
(Reglan) x sehari
Metoprolol  Mengacu pada tindakan menghambat, pantau bayi
(Lopressor) jika digunakan dalam jangka lama
Morfin  Aman untuk digunakan dalam jangka waktu pendek
untuk mengendalikan nyeri. Bayi akan lebih
waspada dan orientasinya lebih baik daripada jika
ibu menerima meperidin
Nadolol (Corgard)  Hindari jika bayi masih muda dan/atau dibutuhkan
dosis yang tinggi
Nalbufin (Nubain)  Analgesik non narkotik. Aman dalam dosis tunggal
Naproksen  Masuk ke dalam ASI dengan jumlah kecil (0,26%
dari dosis maternal. Rasio M/P kira-kira 0,10)
Nifedipin  Dosis rendah digunakan untuk engobati
vasospasme puting; dosis maternal <5 % yang
ditransfer ke bayi
Nitrofurantoin  Digunakan untuk mengobati infeksi traktus
urinarius
Nortriptilin (Pametor)  Tidak terdeteksi di dalam serum bayi
Nistatin (Mycostatin)  Aman digunakan untuk kandidiasis
Ofloksasin (Floxin)  Antibiotik fluorquinolone yang mirip dengan
siprofloksasin
Oksasilin  Antistafilokokus
(Prostaphlin)
Oksikodon (Percocet,  Aman untuk digunakan dalam waktu singkat
Percodan)
Paroksetin (Paxii)  Antidepresan; <1% dosis harian yan ditransfer ke
bayi yang mendapatkan ASI
Panisilin (Pen G, Pen  Diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi
V) rendah. Dapat terjadi modifikasi flora usus besar
dan kemungkinan repons alergenik
Fenazopiridin  Digunakan untuk mengendalikan gangguan kejang.
(Pyridium) Kadar dalam ASI <5% dosis terapeutik untuk bayi
Podofilin  Digunakan untuk terapi kulit genital, jangan
digunakan selama menyusui
Propoksifen (Darvon)  Aman bila digunakan dalam dosis tunggal
Propanolol (Inderal)  Pemaparan dalam waktu lama memerlukan
pemantauan
Propitiourasil  Untuk mengobati hipertiroidisme, pantu fungsi
tiroid bayi jika digunakan untuk waktu lama.
Piretrins  Digunakan untuk mengobati pedikulosis.
Penyerapan topikal buruk. Kecil kemungkinan
terjadi toksisitas; lebih disukai daripada Lindane 1
%
Quinidine  Obat antiaritmia
Ranitidin (Zantac)  Bayi memperoleh obat ini dalam jumlah sangat
kecil melalui ASI
Rifampin (Rimactane)  Antituberkular. Tidak dilaporkan adanya efek
merugikan
Sertralin (Zoloft)  Antidepresan. Tidak ditemukan dalam serum bayi
Sotalol (Betapace)  Masuk ke dalam ASI dalam jumlah relatif banyak
meskipun tidak dilaporkan adanya efek yang
merugikan. Pantau efek samping pada bayi
Streptomisin  Diberikan secara langsung pada bayi. Tidak lebih
dari dua minggu
Pencahar berbentuk  Efek lokal
laksatif
Sulindak (Clinoril)  Non-steroidal, anti-inflamasi
Sulfonamid  Hindari selama bulan pertama kehidupan.
Mengganti bilirubin
Terbutalin (Brethaire)  Dosis untuk bayi adalah 0,2 % dari dosis maternal.
Gejala dari rangsangan beta-adrenergik tidak
ditemukan dalam penelitian terhadap bayi.
Terkonazol (Terazol)  Digunakan untuk candidiasis. Berbentuk krim
vagina dan supositoria.
Terfenadin (seldane)  Antihistamin. Jumlah yang ditentukanuntuk
dikonsumsi oleh neonatus setelah ibu diberikan
dosis yang dianjurkan cenderung tidak berakibat
pada kadar plasma yang menghasilkan efek tidak
baik.
Teofillin (Tho-  Kurang dari 0,1 % muncul didalam ASI, kadang
Dur,Slo-Phyllin) kadang dapat mengakibatkan iritabilitas pada bayi
baru lahir.
Tioridazin (Mellari)  Fenotiazin digunakan sebagai anti-psikotik.
Tiroid dan tiroksin  Dapat meningkatkan volume ASI bila ibu
(synthoroid) hipotiroid.
Tranilsipromin  Inhibitor MAO digunakan sebagai anti-depresan
(parnate)
Verapamil (Isoptin)  Tidak ada obat yang ditemukan dalam plasma bayi.

Ket. Kategori :
A : Relatif Aman C : Tidak diketahui
B : Membutuhkan Perhatian D : Kontraindikasi
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.who.int/topics/breastfeeding/en/
2. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2006; Jakarta.
3. Katzung, G. Bertram. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3. Jakarta: Salemba
Empat.
4. Thomas W. Hale. 2004. Drug Therapy and Breastfeeding: Pharmacokinetics, Risk
Factors, and Effects on Milk Production. Texas: Neoreviews
5. https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Kehamilan-dan-
Menyusui/Menyusui/Pengaruh-Penggunaan-Obat-dalam-Masa-Menyusui (diakses
pada 24 september 2018 pukul 10.44)
6. Progestin-Only Oral Contraceptives. Medlineplus. 2016
7. https://www.webmd.com/sex/birth-control/mini-pill#2-7 (diakses pada 25 september
2018 pukul: 13.40)
STUDI KASUS

SOAL
Seorang ibu muda 22 tahun, masih menyusui anak pertamanya. Ingin menunda kehamilan
anak keduanya dan berkonsultasi mengenai kontrasepsi oral yang digunakan. Rekomendasi
kontrasepsi oral yang digunakan adalah...
a. Mengandung estrogen
b. Mengandung progestin
c. Kombinasi estrogen dan progestin
d. Kombinasi bifasik
e. Kombinasi monofasik

JAWABAN
B. Mengandung Progestin
MAKALAH FARMAKOTERAPI

Terapi Pada Ibu Menyusui

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. Dra. Refdanita M.Si.

Disusun oleh :

Mila Hanifah 18334730

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah ........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................3
2.1 Pengertian Menyusui menurut WHO............................................................................3
2.2 Farmakokinetika dan Farmakodinamika Pada Ibu Menyusui ......................................3
2.2.1 Farmakokinetika Pada Ibu Menyusui .............................................................3
2.2.2 Farmakodinamika Pada Ibu Menyusui...........................................................4
2.3 Proses Farmakokinetik Pada Bayi.................................................................................4
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Obat dalam susu...........................................4
2.5 Bioavaibilitas.................................................................................................................5
2.6 Eksresi Obat Ke Dalam ASI .........................................................................................6
2.7 Obat yang Boleh Digunakan Selama Menyusui ...........................................................7
2.8 Obat yang Tidak Boleh Digunakan Selama Menyusui .................................................7
2.9 Pemberian Obat Selama Menyusui................................................................................8
2.10Pedoman Penggunaan Obat pada Wanita Menyusui.....................................................8
2.11Masalah Yang Sering Terjadi Pada Ibu Menyusui........................................................8
2.11.1Mastitis ....................................................................................................................8
2.11.2 Kandida/Sariawan .................................................................................................10
2.11.3 Cacar Air (Virus Varisela Zoster) ........................................................................11
2.11.4 Cytomegalovirus (CMV) ......................................................................................12
2.11.5 Hepatitis B (HBV) ................................................................................................12
2.11.6 HIV/AIDS .............................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................14
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................................15
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................15
4.2 Saran ............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Obat yang diberikan pada penderita masitis 10


Tabel 2.2 Obat yang diberikan pada ibu yang menderita kandida/sariawan 11
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Obat – Obat Yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama menyusui


Lampiran 2. Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui
Lampiran 3. Pedoman Untuk Pengobatan Dan Pemberian Asi

Anda mungkin juga menyukai