LATAR BELAKANG
2.2.2 Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda.
Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari.
Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari hasil
penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi. 2
Tingkat ionisasi
Obat-obatan melintasi membran dalam bentuk tak terionisasi. Susu umumnya
sedikit lebih asam (pH 7,2) daripada plasma ibu (pH 7,4) sehingga menarik basa
organik lemah seperti oxycodone dan codeine. Obat-obatan tersebut menjadi
terionisasi dan 'terperangkap' di dalam susu. Sebaliknya, asam organik lemah
seperti penicillin cenderung terionisasi dan disimpan dalam plasma ibu.5
2.5 Bioavailabilitas
Obat-obatan yang menghasilkan efek sistemik pada bayi yang diberi asi harus
memiliki tingkat bioavailabilitas. Bioavailabilitas dari obat umumnya mengacu pada
jumlah obat yang diserap transluminal ke portal sirkulasi, melewati hati, dan masuk
kompartemen plasma. Obat-obat topikal diserap dengan buruk secara transkutan pada ibu
sedangkan obat yang dihirup (seperti yang digunakan untuk asma) menghasilkan plasma
minimal di ibu dan hampir tidak pernah mencapai tingkat signifikan dalam susu. Karena
bayi menerima obat melalui susu ibu, bioavailabilitas oral sangat penting dalam
mengevaluasi potensi risiko pada bayi. Bioavailabilitas obat oral yang ideal untuk ibu
menyusui dan bayi adalah obat yang memiliki bioavaibilitas yang rendah karena
penyerapan pada bayi cenderung menjadi sedikit. Contoh, sumatriptan (bioavailabilitas
15%) lebih disukai daripada rizatriptan (bioavailabilitas 45%). 4
Contoh obat-obatan yang memiliki bioavaibilitas rendah dan resiko minimal adalah:
Aminoglycoside, Etanercept, Heparin, Insulin, Lansoprazole, Omeprazole.4
Difusi aktif
Memerlukan energi untuk transpor, karena menuju daerah dg konsentrasi
tinggi. Menggunakan energi untuk pasasi dari glukosa, asam amino, kalsium,
magnesium, dan natrium. 5
Pengobatan :
Lanjutkan menyusui
Berikan kompres panas pada area yang sakit
Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (<39oC),
periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam
dan gejala berkurang.
Tabel 2.1 Obat yang diberikan pada penderita masitis
2.11.2 Kandida/Sariawan
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok
menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah
menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan
yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui
Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak
luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat,
bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan
menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
Obati ibu dan bayinya
Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali
sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis
menyusui
Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk
mengurangi nyeri
Tabel 2.2 Obat yang diberikan pada ibu yang menderita kandida/sariawan
Perawatan :
Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi
kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima
vaksin varisela jika mereka sudah terpapar
Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan :
- Ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami
lesi. Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan berkembang menjadi
penyakit
- Keluarkan asi jika bayi ditempatkan pada tempat lain
- Jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak
dihentikan.
2.11.4 Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di
dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI.
Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang
paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer
selama kehamilan Menyusui merupakan alat yang penting untuk memberikan
imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang disusui, yang diimunisasi CMV
melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi nantinya dan dari infeksi primer
selama kehamilan.
Perawatan :
Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti seropositif
selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada
infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.
Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang
terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke
neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan keputusan
Perawatan :
Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu, bayi
harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV
2.11.6 HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara umum prevalensi
HIV di Indonesia tergolong rendah (kurang dari 0,1 %), tetapi sejak tahun 2000
Indonesia telah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi karena terdapat kantung-kantung dengan prevalensi HIV lebih dari
5% pada beberapa populasi tertentu (pada pengguna narkoba suntikan, PSK,
waria, dan narapidana).
Karena mayoritas pengguna narkoba suntukan yang terinfeksi HIV berusia
reprodukasi aktif (15-24 tahun), maka diperkirakan jumlah kehamilan dengan
HIV positif akan meningkat. Dengan intervensi yang tepat maka risiko penularan
HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%.
Menurut estimasi Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil HIV positif yang
melahirkan di Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi sekitar 3.000 bayi
diperkirakan akan lahir HIV positif setiap tahunnya di Indonesia.
Perawatan :
Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko terinfeksi HIV,
segera melakukan VCT (Voluntary Counseling & Testing) untuk mengetahui
status serologis secepatnya.
Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk mempertahankannya dengan
menghindari paparan menggunakan kondom setiap sanggama, melakukan
perilaku hidup sehat, dan melakukan evaluasi ulang serologis sesuai anjuran
(memastikan hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan profilaksis
Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan seksio sesarea, dan tidak
menyusui/menghentikan menyusui sedini mungkin/menggunakan susu formula
(Exclusive Formula Feeding)
Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dari WHO : Affordable
(Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable (Dapat diterima), Safe (Aman), dan
Sustainable (Berkelanjutan). Apabila kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi,
maka ASI tetap diberikan setelah melalui proses konseling mengenai
kemungkinan penularan infeksi.
Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkan melanjutkan pengobatan
ARV (ARV Terapi) sesuai Pedoman Nasional Pengobatan ARV
Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan dengan pemberian nutrisi yang
sesuai, dan diperikasa status serologisnya pada usia 18 bulan
Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untuk melakukan VCT dan
anjuran yang sesuai.
BAB III
PEMBAHASAN
Menyusui adalah proses normal ibu kepada bayi untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Bayi menghisap payudara ibu
secara refleks untuk mendapatkan dan menelan susu. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu
jenis makanan yang telah mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi,
sosial maupun spiritual serta terkandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor
pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi. Selama masa menyusui seorang ibu dapat saja
mengalami berbagai macam penyakit seperti mastitis, sariawan, cacar air bahkan AIDS yang
mengharuskan untuk mengkonsumsi obat-obatan.
Penggunaan obat-obatan pada ibu menyusui wajib dipantau karena obat tersebut akan
masuk ke dalam ASI dan mempengaruhi bayi. Hampir semua obat yang diminum perempuan
menyusui terdeteksi didalam ASI, akan tetapi konsentrasi obat di dalam ASI umumnya
rendah. Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah
melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang berukuran kecil (< 200 Dalton)
akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan protein plasma
tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.
Bioavailabilitas obat oral yang ideal untuk ibu menyusui dan bayi adalah obat yang
memiliki bioavaibilitas yang rendah karena penyerapan pada bayi cenderung menjadi sedikit.
Contoh obat-obatan yang memiliki bioavaibilitas rendah dan resiko minimal adalah:
Aminoglycoside, Etanercept, Heparin, Insulin, Lansoprazole, Omeprazole.
Pemberian obat selama masa menyusui sebaiknya 30-60 menit setelah menyusui dan 3-4
jam sebelum menyusui lagi karena pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-
3 jam sesudah ibu meminum obat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menyusui adalah proses normal ibu kepada bayi untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Penggunaan obat-obatan
pada ibu menyusui wajib dipantau karena obat tersebut akan masuk ke dalam ASI dan
mempengaruhi bayi. Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi
didalam ASI, akan tetapi konsentrasi obat di dalam ASI umumnya rendah. Pemberian
obat selama masa menyusui sebaiknya 30-60 menit setelah menyusui dan 3-4 jam
sebelum menyusui lagi karena pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-
3 jam sesudah ibu meminum obat.
4.2 Saran
No Nama obat
1 Estrogen
2 Bromocriptine
3 Ergotamine
4 Cabergoline
5 Pseudoephedrine
6 Testosterone
Lampiran 2. Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui
Kategori
Pengobatan Catatan
A B C D
Asetamonifen Analgesik non-narkotika. Digunakan postpartum
(Tylenol)
Asiklovir (Zovirax) Digunakan untuk herpes. Konsentrasi rendah di
dalam ASI
Albuterol (Proventil) Pencegahan terhadap bronkospasme
Alprazolam (Xanax) Gunakan obat pengganti. Risiko akumulasi
Aminofillin Observasi adanya iritabilitas dan insomnia pada
bayi
Amoksisilin Masuk ke dalam ASI secara lambat
Ampisillin Konsentrasi dalam ASI rendah
Amitriptilin (Elavil) Tidak terdeteksi dalam urin bayi
Antimetabolit Aktivitas anti DNA
Aspirin Dosis analgesik biasa (300-600 mg) biasanya aman.
Obat pilihan untuk diagnosa. Artritis jangka
panjang
Atenolol Dilaporkan adanya bayi yang mengalami sianosis
dan bradikardi pada terapi maternal
Azitromisin Cocok untuk laktasi
Bromokriptin Tidak digunakan untuk menekan produksi ASI
(Parlodel)
Butorfanol (Stadol) Aman dalam dosis tunggal
Kafein Jika dosis ibu tinggi, bayi menjadi peka dan lemah
Kaptopril (Captoem) Antihipertensi jumlahnya sedikit dalam ASI
Karbamazepin Antikonvulsan, akumulasi tidak terlihat
(Tegretol)
Sefalosporin Masuk ke dalam ASI dengan konsentrasi rendah.
(Cefaclor) Umumnya dianggap aman
Kloramfenikol Risiko kecil terhadap supresi sumsum tulang
(Chloromycetin) terdapat efek merugikan
Klorpromazin Antimalaria, Obat penenang, observasi sedasi pada
(Thorazine) bayi
Simetidin (Tagamet) Antagonis H-2, menurunkan produksi asam
Siprofloksasin (Cipro) Quinolone, terjadinya artopati dan kartilago pada
hewan yang imatur
Klindamisin (Cleocin) Berbentuk krim vagina, oral dan dapat diinjeksi
Kodein Aman untuk kesehatan, pada bayi untuk pemakaian
yang singkat
Kontrasepsi, hanya Tunggu sampai laktasi telah terbentuk dengan baik
progestin oral 4-6 minggu
Kontrasepsi, oral Biasanya akan menurunkan pasokan ASI
(dengan estrogen)
Kortikosteroid Gunakan hanya untuk waktu yang singkat dan
dengan dosis yang rendah
Krotamiton 10 % Digunakan untuk skabies. Aman dan efektif untuk
wanita yang menyusui
Desipramin Tidak ada obat yang terdeteksi di dalam urin bayi.
(Norpramin) Pilihan antidepresan untuk wanita manyusui
Diazepam (Valium) Gunakan obat pengganti, risiko akumulasi
Dikloksasilin Resisten – penisilin, antistafilokokus
(Dynapem)
Digoksin (lanoxin) Obat antiaritmia. Paparan terhadap bayi
kemungkinan tidak bermakna
Efedrin Komponen yang biasa digunakan dalam campuran
obat batuk dan obat demam yang dijual bebas
Ergonovin Menekan produksi ASI. Masa postpartum singkat
dapat menjadi aman
Ergotamin Digunakan untuk migren. Menekan suplai ASI.
Dapat menyebabkan muntah, diare, konvulsi
Eritromisin Tidak boleh diberikan pada usia kurang dari 1
bulan jika berisiko ikterik
Etosuksimid Antikonvulsan. Masuk dengan bebas ke dalam ASI.
(zarontin) Pertimbangkan penggunaan obat pengganti
Fentanil (Sublimaze) Terdapat dalam ASI dengan jumlah kecil. Tidak
dapat dideteksi setelah 10 jam
Flukonazol (Diflucan) Digunakan untuk mengobati kandidiasis. Aman
digunakan untuk anak-anak
Fluoksetin (Prozac) Dapat menyebabkan gejala kolik
Furosemid (Lasix) Antibiotik aminoglikosida. Dapat diberikan pada
bayi
Gentamisin Perpindahan minimal
(Garamycin)
Haloperidol (Haldol) Obat penenang
Heparin Tidak diekskresi ke dalam ASI
Ibuprofen (Motrin) Biasanya digunakan untuk nyeri postpartum.
Perpindahan minimal
Imipramin (Tofranil) Antidepresan
Vaksin influenza Vaksinasi maternal dianggap tidak menyebabkan
risiko terhadap bayi yang disusui
Insulin Tidak diekskresikan ke dalam ASI dengan berat
molekul yang besar
Yodium Mudah diabsorpsi dan terkonsentrasi dalam ASI;
dapat menyebabkan supresi tiroid; dosis 15 % dapat
masuk ke dalam ASI dalam 3 hari
Zat besi Suplemen tidak mengubah kadar zat besi pada ASI
dalam jumlah besar
Isoniazid (INH) Antituberkular. Sampai saai ini tidak dilaporkan
adanya efek merugikan pada bayi. Mungkin baik
untuk memantau tanda-tanda keracunan pada bayi
Ketokonazol Digunakan untuk mengobati kanddiasis yang berat
(Nizoral)
Levonogestrel Kontrasepsi yang efektif. Efek pada suplai ASI
(NORPLANT) tidak meyakinkan
Lindan (Kwell) Secara klinis jumlahnya tidak bermakna (30 g/ml)
dalam ASI. Membutuhkan informasi lebih
Litium (Eskalith) Pantau kadar serum bayi. Pilih obat alternatif jika
mungkin
Asam mandelik Terdeteksi di dalam urin semua bayi yang diteliti.
Efeknya belum diketahui
Magnesium sulfat Dapat menghambat masuknya ASI
Medroksiprogesteron Didapat pada ASI dalam jumlah yang tidak
(Depo-Provera) bermakna. Akumulasi tidak merupakan masalah
Meperidin (Demerol) Dapat menyebabkan depresi neurobehavioral pada
neonatus. Anjurkan untuk digunakan pada periode
awal postpartum
Mesoridazin Fenotiazin digunakan sebagai antipsikotik
(Serentil)
Metaproterenol Digunakan untuk asma bronkhial
(Alupent)
Metformin Antidiabetik baru. Efeknya belum diuji
(Glucophage)
Metenamin Antiinfeksi urinarius. Tidak ada efek merugikan
(Mandelamin) yang dilaporkan
Metadon (Dolophine) Digunakan untuk mengobati adiksi heroin.
Kadarnya minimal dalam ASI
Metimazol (Tapazol) Untuk hipertiroid. Rasio S.P lebih tinggi dari
propiltiourasil
Metildopa (Aldomet) Antihipertensi
Metoklopramid Digunakan untuk meningkatkan ASI; dosis 10 mg 3
(Reglan) x sehari
Metoprolol Mengacu pada tindakan menghambat, pantau bayi
(Lopressor) jika digunakan dalam jangka lama
Morfin Aman untuk digunakan dalam jangka waktu pendek
untuk mengendalikan nyeri. Bayi akan lebih
waspada dan orientasinya lebih baik daripada jika
ibu menerima meperidin
Nadolol (Corgard) Hindari jika bayi masih muda dan/atau dibutuhkan
dosis yang tinggi
Nalbufin (Nubain) Analgesik non narkotik. Aman dalam dosis tunggal
Naproksen Masuk ke dalam ASI dengan jumlah kecil (0,26%
dari dosis maternal. Rasio M/P kira-kira 0,10)
Nifedipin Dosis rendah digunakan untuk engobati
vasospasme puting; dosis maternal <5 % yang
ditransfer ke bayi
Nitrofurantoin Digunakan untuk mengobati infeksi traktus
urinarius
Nortriptilin (Pametor) Tidak terdeteksi di dalam serum bayi
Nistatin (Mycostatin) Aman digunakan untuk kandidiasis
Ofloksasin (Floxin) Antibiotik fluorquinolone yang mirip dengan
siprofloksasin
Oksasilin Antistafilokokus
(Prostaphlin)
Oksikodon (Percocet, Aman untuk digunakan dalam waktu singkat
Percodan)
Paroksetin (Paxii) Antidepresan; <1% dosis harian yan ditransfer ke
bayi yang mendapatkan ASI
Panisilin (Pen G, Pen Diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi
V) rendah. Dapat terjadi modifikasi flora usus besar
dan kemungkinan repons alergenik
Fenazopiridin Digunakan untuk mengendalikan gangguan kejang.
(Pyridium) Kadar dalam ASI <5% dosis terapeutik untuk bayi
Podofilin Digunakan untuk terapi kulit genital, jangan
digunakan selama menyusui
Propoksifen (Darvon) Aman bila digunakan dalam dosis tunggal
Propanolol (Inderal) Pemaparan dalam waktu lama memerlukan
pemantauan
Propitiourasil Untuk mengobati hipertiroidisme, pantu fungsi
tiroid bayi jika digunakan untuk waktu lama.
Piretrins Digunakan untuk mengobati pedikulosis.
Penyerapan topikal buruk. Kecil kemungkinan
terjadi toksisitas; lebih disukai daripada Lindane 1
%
Quinidine Obat antiaritmia
Ranitidin (Zantac) Bayi memperoleh obat ini dalam jumlah sangat
kecil melalui ASI
Rifampin (Rimactane) Antituberkular. Tidak dilaporkan adanya efek
merugikan
Sertralin (Zoloft) Antidepresan. Tidak ditemukan dalam serum bayi
Sotalol (Betapace) Masuk ke dalam ASI dalam jumlah relatif banyak
meskipun tidak dilaporkan adanya efek yang
merugikan. Pantau efek samping pada bayi
Streptomisin Diberikan secara langsung pada bayi. Tidak lebih
dari dua minggu
Pencahar berbentuk Efek lokal
laksatif
Sulindak (Clinoril) Non-steroidal, anti-inflamasi
Sulfonamid Hindari selama bulan pertama kehidupan.
Mengganti bilirubin
Terbutalin (Brethaire) Dosis untuk bayi adalah 0,2 % dari dosis maternal.
Gejala dari rangsangan beta-adrenergik tidak
ditemukan dalam penelitian terhadap bayi.
Terkonazol (Terazol) Digunakan untuk candidiasis. Berbentuk krim
vagina dan supositoria.
Terfenadin (seldane) Antihistamin. Jumlah yang ditentukanuntuk
dikonsumsi oleh neonatus setelah ibu diberikan
dosis yang dianjurkan cenderung tidak berakibat
pada kadar plasma yang menghasilkan efek tidak
baik.
Teofillin (Tho- Kurang dari 0,1 % muncul didalam ASI, kadang
Dur,Slo-Phyllin) kadang dapat mengakibatkan iritabilitas pada bayi
baru lahir.
Tioridazin (Mellari) Fenotiazin digunakan sebagai anti-psikotik.
Tiroid dan tiroksin Dapat meningkatkan volume ASI bila ibu
(synthoroid) hipotiroid.
Tranilsipromin Inhibitor MAO digunakan sebagai anti-depresan
(parnate)
Verapamil (Isoptin) Tidak ada obat yang ditemukan dalam plasma bayi.
Ket. Kategori :
A : Relatif Aman C : Tidak diketahui
B : Membutuhkan Perhatian D : Kontraindikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.who.int/topics/breastfeeding/en/
2. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2006; Jakarta.
3. Katzung, G. Bertram. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3. Jakarta: Salemba
Empat.
4. Thomas W. Hale. 2004. Drug Therapy and Breastfeeding: Pharmacokinetics, Risk
Factors, and Effects on Milk Production. Texas: Neoreviews
5. https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Kehamilan-dan-
Menyusui/Menyusui/Pengaruh-Penggunaan-Obat-dalam-Masa-Menyusui (diakses
pada 24 september 2018 pukul 10.44)
6. Progestin-Only Oral Contraceptives. Medlineplus. 2016
7. https://www.webmd.com/sex/birth-control/mini-pill#2-7 (diakses pada 25 september
2018 pukul: 13.40)
STUDI KASUS
SOAL
Seorang ibu muda 22 tahun, masih menyusui anak pertamanya. Ingin menunda kehamilan
anak keduanya dan berkonsultasi mengenai kontrasepsi oral yang digunakan. Rekomendasi
kontrasepsi oral yang digunakan adalah...
a. Mengandung estrogen
b. Mengandung progestin
c. Kombinasi estrogen dan progestin
d. Kombinasi bifasik
e. Kombinasi monofasik
JAWABAN
B. Mengandung Progestin
MAKALAH FARMAKOTERAPI
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL