1b. BAB I Pendahuluan
1b. BAB I Pendahuluan
LAPORAN akhir
Suatu Kota yang diidamkan oleh masyarakat adalah kota yang layak huni,
produktif dan berjati diri. Kota Ba’a sama seperti kota-kota lainnya sedang berbenah
diri menuju kota yang diidamkan masyarakat tersebut. Kehidupan suatu kota antara
lain ditandai oleh kenyamanan aktifitas masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-
hari. Tingkat kenyamanan tersebut sebagian diukur dari ketersediaan prasarana dan
sarana dasar kota, baik dilihat secara kualitatif maupun kuantitatif. Karena, tanpa
prasarana dan sarana dasar kota yang baik, kota/kawasan tidak akan dapat
beraktifitas (hidup) dengan baik.
I-1
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
Pertambahan penduduk yang cepat menjadikan Kota Ba’a menjadi salah satu
kota di Propinsi NTT, dengan luas kota yang tidak terlalu luas hanya 145,71 Km² ,
jumlah penduduk sekitar 20707 .jiwa, kepadatan rata-rata Kota Baa 142 jiwa/km2.
Pertambahan penduduk yang pesat tadi seharusnya diikuti dengan penyediaan
prasarana dan sarana dasar kota. Keterbatasan dana dan program pembangunan
dapat menghambat penyediaan prasarana dan sarana dasar kota tadi, sehingga
umumnya kebutuhan melampaui penyediaan. Pada saat itulah terjadi
ketidakseimbangan, antara kebutuhan yang besar sedangkan penyediaan terbatas.
Prasarana dan sarana yang direncanakan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan.
Akibatnya terjadi kemacetan arus lalu lintas, banjir, sampah Kota tidak terurus dengan
baik, pembuangan air limbah bukan pada tempatnya, masyarakat sulit mendapatkan
pelayanan air bersih dan lain-lain.
Selama ini pembangunan kota dilaksanakan dalam rangka menjawab tantangan dan
kebutuhan sarana dasar kota disamping ditujukan kepada pemerintah Kota maupun
masyarakat untuk meningkatkan pengembangan ekonomi.
Salah satu prasarana dan sarana dasar kota yang dinilai cukup penting adalah
drainase kota. Kota yang baik sangat perlu memperhatikan kondisi saluran
drainasenya sebab jika suatu permukiman tergenang maka akan sangat berdampak
bagi kehidupan kota tersebut. Bangunan-bangunan menjadi mudah rusak, lingkungan
menjadi tidak sehat dan permukiman menjadi kumuh. Saluran drainase yaitu saluran
yang berfungsi untuk mengeringkan air permukaan, baik bersumber dari air hujan, air
pasang, banjir kiriman, genangan air, dan lain-lain.
Kawasan yang akan ditangani di Kota Ba’a Kabupaten Rote Ndao adalah
kawasan perdagangan dan perkantoran dan permukiman. Kondisi saluran drainase
dikawasan ini umumnya sudah diupayakan ditata baik. Di beberapa lokasi terdapat
permasalahan drainase seperti belum tersedianya saluran, saluran tidak memadai,
saluran yang mampet karena tertimbun sampah, genangan air dan sebagainya.
Untuk memperbaiki sistem drainase di kawasan ini dipandang perlu melakukan
Penyusunan Masterplan drainase yang ada untuk kawasan kota Ba’a dan sekitarnya.
Serta menyusun Perencanaan teknis untuk daerah/wilayah-wilayah prioritas.
I-2
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
Permasalahan banjir dan genangan di Kota Ba’a sampai dengan saat ini telah
menjadi masalah yang cukup serius karena telah mempengaruhi kehidupan kota baik
dari segi sosial, ekonomi maupun budaya. Kota Ba’a sampai dengan saat ini masih
dilanda genangan atau bahkan banjir yang cukup parah pada saat frekuensi hujan
sedang tinggi dan di tambah lagi dengan pengaruh pasang-surut air laut yang
menggenangi beberapa titik keramaian atau pusat aktifitas masyarakat di Kota Ba’a.
Permasalahan genangan dan banjir tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain :
1. Secara fisik alami jenis tanah di Kota Ba’a adalah jenis tanah sedimentasi yang
mempunyai daya resapan air rendah. Kondisi permukaan tanah yang sangat
datar dan vegetasi yang sangat jarang pada daerah tangkapan di daerah
selatan kota dapat dianggap sebagai penyabab terjadinya erosi dan banjir yang
secara berulang setiap tahun terjadi di Kota Ba’a.
2. Geomorfologi dataran Ba’a yang merupakan delta hasil endapan tanah alluvial
yang sangat rata dan pada beberapa lokasi sangat menyulitkan aliran air secara
gravitasi. Sementara daerah belakang permukiman merupakan daerah
perbukitan tandus yang kurang dapat menciptakan peresapan air dengan baik.
Sebagian besar air menggenangi daerah permukiman merupakan suface run
off kiriman dari daerah perbukitan tersebut.
3. Kurangnya pemeliharaan dan perhatian khusus dari masyarakat terhadap
sistem drainase yang telah dibangun oleh pemerintah yaitu oleh dinas terkait
seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda Kabupaten Rote Ndao sehingga
drainase yang telah terbangun tidak dapat berfungsi secara optimal.
4. Perkembangan pembangunan kota yang pesat menyebabkan perubahan
fungsi tata guna lahan dari daerah tak terbangun (tanah kosong) menjadi
daerah terbangun (menjadi bangunan gedung, perumahan, jalan dan fasilitas
fisik lainya), sehingga daerah resapan air permukaan dan daerah tampungan
air sementara semakin berkurang.
5. Meningkatnya pembangunan infrastruktur perkotaan tidak diimbangi dengan
pembangunan saluran pembuang (drainase) yang sesuai dengan standar
teknis yang telah ditentukan.
I-3
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
6. Sistem drainase yang dibangun masih bersifat parsial (setempat) dan belum
tersedianya suatu perencanaan drainase yang komperhensif yang dapat
dijadikan sebagai dasar pembangunan saluran drainase dan bangunan-
banguan pendukung lainya di Kota Ba’a.
I-4
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
I-5
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
I-6
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
I-7
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
LAPORAN akhir
1.6. PELAPORAN
I-9
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
serta disetujui oleh tim teknis dan pihak terkait. Laporan akhir diserahkan kepada
pengguna jasa 30 hari setelah penyerahan konsep laporan akhir
5) 5 Set Peta hasil Perencanaan dengan Ukuran A1
Pembagian klasifikasi pekerjaan untuk Masterplan dan Outline plan ini didasarkan
pada skala kota dengan klasifikasi pembagian berdasarkan jumlah penduduk.
Dimana untuk Pekerjaan Masterplan drainase khusus dilakukan pada daerah kota
Metropolitan dan Kota Besar sedangkan untuk Outline Plan dilakukan pada
wilayah Kota Sedang dan Kota Kecil.
I-10
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
I-11
FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
KOTA BA’A – KABUPATEN ROTE NDAO
LAPORAN akhir
Kota Sedang/
Kota Kecil
Evaluasi Evaluasi
Master Plan Outline Plan
Kecocokan Kecocokan
Tidak
Tidak
Studi
Kelayakan
Ya Ya
Detail
Desain
Penerapan
Sumber : Buju Jilid I Tata cara penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Direktorat Jenderal
Cipta Karya Kementrian Pekerjaan umum
I-12