◊ Tujuan :
Menegakkan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh dan pengobatannya.
Bahan Bahasan ◊ Tinjauan Pustaka ◊ Riset ◊ Kasus ◊ Audit
◊ Presentasi &
Cara Membahas ◊ Diskusi ◊ E-mail ◊ Pos
Diskusi
Data Pasien ◊ Nama : Ny. Y ◊ No. RM : 118576
Nama Klinik :
UGD RSUD Lanto Terdaftar sejak : 16 Juli 2017
Telp. : -
Dg. Pasewang
Hasil Pembelajaran :
1. Kriteria Diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh
2. Penanganan Gangguan Anxietas Menyeluruh
1. Subyektif:
Seorang wanita umur 35 tahun datang ke poliklinik dengan sering merasa
jantungnya berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6
bulan terakhir dan memberat 2 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa
gelisah dan disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Pasien
merasa gelisah akan nasib bisnis suaminya yang sudah hampir bangkrut. Pada
mulanya pasien merasa sangat terpukul atas kematian anak bungsunya yang
meninggal akibat kecelakaann kendaraan bermotor, tetapi perasaan terpukul
tersebut dapat dia redam dan kembali beraktivitas seperti biasa. Saat ini pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membuat toko-toko kecil-kecilan di
depan rumahnya. Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien sering merasa gusar
dan gelisah. Pasien awalnya merasa gelisah akan nasib ekonomi keluarganya,
dan kadang kala memikirkan anaknya yang telah meninggal. Pasien masih
memiliki 2 orang anak laki-laki yang sedang kuliah di Makassar. Hal inilah
juga yang membebani pikirannya pasien untuk uang kuliah anaknya. Pasien
sering terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB:
konsistensi biasa.
2. Obyektif:
Status Present:
Sakit Sedang / Gizi baik / Compos mentis
BB= 63 kg; TB= 171 cm; IMT= 21,57 kg/m2
Tanda Vital:
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
Suhu : 37, 2oC (axial)
Status Mentalis:
- Deskripsi Umum
Penampilan: tampak seorang wanita memakai baju kain polos
berwarna abu abu dan rok berwarna hitam, memakai jilbab
bermotif bunga abu abu, tampak sesuai umur, cukup rapi.
Kesadaran : Berubah.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang
Pembicaraan : Spontan, lancar dan intonasi biasa.
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
- Keadaan Afektif (Mood), Perasaan dan Empati
Mood : Baik
Afek : Cemas
Empati : Dapat dirabarasakan.
Keserasian : serasi
- Fungsi Intelektual (Kognitif)
Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kesadaran : sesuai
taraf pendidikan.
Daya konsentrasi : baik
Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik.
Daya Ingat :
Jangka panjang : baik
Jangka pendek : baik
Segera : baik
Pikiran abstrak : baik
Bakat kreatif : tidak ada
Kemampuan menolong diri sendiri : baik
- Gangguan Persepsi
Halusinasi : tidak ad
Ilusi : tidak ada
Depersonilasasi: tidak ada
Derealisaai : tidak ada
- Proses Berpikir
Arus pikiran :
Produktivitas : baik
Kontuinitas : relevan
Hendaya berbahasa : tidak ada
Isi pikran :
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikir : tidak ada
- Pengendalian Impuls : baik
- Daya Nilai
Norma sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : baik
- Tilikan (Insight)
Derajat I (Pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan
bantuan medis)
- Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
Status Internis
Kepala:
Ekspresi : Meringis
Simetris Muka : Simetris
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Telinga:
Inspeksi : lesi kulit (-)
Pendengaran dan keseimbangan : Kesan normal
Nyeri tekan di processus mastoideus : (-)
Mata :
Konjungtiva anemis (-/-)
Sclera ikterik (-/-),
Reflek cahaya (+/+), pupil isokor diameter ODS 2,5mm
Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening: Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+1 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)
Paru:
Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS VI anterior dextra
Batas Paru Belakang Kanan : Vertebra thorakal IX
Batas Paru Belakang Kiri : Vertebra thorakal X
Auskultasi:
Bunyi Pernapasan : Vesikuler
Bunyi Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan:
linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea midclavicularis
sinistra)
Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)
Perut:
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, caput medusa (-)
Palpasi : Hepar 3 jari di bawah arcus costae dan lien tidak
teraba membesar. Nyeri tekan (+) epigastrium
Spleenomegali (+) schuffner 2 , Hepatomegali (-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal
Ekstremitas
- Superior : refleks fisiologis (+) dextra et sinistra tidak
meningkat, refleks patologis (-/-), edema, deformitas dan atrofi
tidak ada.
- Inferior :
Refleks fisiologis (+/+), reflex patologis (-/-), edema (-/-)
3. Assesment
TEORI
Teori gangguan cemas dibedakan menjadi dua ( Sadock dan Virginia) yaitu :
a. Teori Psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal , yang mwnadarkan
ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri
misal dengan menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi
pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala cemas. Jika
represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme
pertahanan yang lain, misalnya konversi, rgresi.
b. Teori Perilaku
Teori ini mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon terhadap
stimuli lingkungan keluarga.
c. Teori Eksistensial
Suatu konsep dan teori , bahwa bial seorang sadar akan adanya kehampaan
yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada
penerimaan tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak
dapat dihindari. Kecemasan adalah respons seseorang terhadapa
kemampuan eksistensi tersebut.
B) Teori Biologis
a. Sistem Saraf Otonom
Stimuli sistem saraf otonom menimbulkan gejala gejala tertentu,
seperti takikardi, nyeri kepala, diare dan sebagainya.
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter yang berperan dalam gangguan cemas yaitu :
norepinefrin, serotonin dan gammma-aminobutyric acid.
c. Penelitian Genetika
Menurut hasil penelitian genetika, hampir sebagian besar penderita
gangguan panik memiliki paling sedikit satu saudara yang juga menderita
gangguan tersebut.
ETIOLOGI
Menurut Mighwar (2006), secara psikologis, gangguan cemas merupakan
pikiran-pikiran negatif yang dialami seseorang yang semakin lama semakin kuat.
Hal ini terjadi akibat :
a. Kurangnya pengetahuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap
pertumbuhan dan perkembagan lingkungan sosial
b. Kurangnya dukungan dari orang tua, teman sebaya atau lingkungan
masayarakat sekitar.
c. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tekanan yang ada.
KLASIFIKASI
Menurut Sadock dan Virginia (2007), klasifikasi gangguan cemas
dibedakan menjadi :
a. Gangguan Panikua kriteria gangguan panik : gngguan pankik tanpa
agoraphobia dan gangguan panik dengan agoraphobia kedua gangguan
panik ini harus ada
Gambaran klinis :
Serangan panik pertama seringkali spontan
Ketakutan berlebihan
Tidak mampu menjelaskan sumber ketakutannya
Bingung, sulit konsentrasi
Takikardi, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat
Pedoman Diagnostik Agoraphobia :
Kecemasan berada di suatu tempat
Menghidar (fobia sosial)
Pedoman Diagnostik Gangguan Panik :
Sekurangnya satu serangan diikuti satu atau lebih
Gangguan panik bisa dengan agoraphobia atau tanpa agoraphobia
b. Gangguan Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan
penghindaran secara sadar terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang
ditakuti. Ada dua jenis fobia, yaitu fobia spesifik, fobia sosial.
Pedoma Diagnostik :
Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan
c. Gangguan Obsesif Kompulsif
Obsesif adalah pikiran , perasaan, ide yang berulang, tidak bisa
dihilangkan dan tidak dikehendaki.
Pedoman Diagnosis :
Pikiran, impuls, yang berulang
Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.
d. Gangguan Stres Pasca Trauma
Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan,
pemerkosaan, kecelakaan.uma terdiri dari :
Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran
Penumpukan responsivitas pada penderita tersebut
Pedoman Diagnostik Stres Pascatrauma :
a. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik
b. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali
c. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan
trauma
d. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
e. Reaksi Stres Akut
Gangguan sementara yang cukup parah, terjadi pada seseorang tanpa
adanya gangguan jiwa lain muncul respons terhadap stres fisik mental dan
biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat
berupa pengalam traumatik yang luar biasa.
Pedomann Diagnostik :
a. Gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah
b. Gejala-gejalanya dapat mengilang dengan cepat (beberapa jam)
f. Gangguan Anxietas Menyelutuh
Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap aktivitas
atau peristiwa tertenstu , yang berlangsung hampir setiap hari, selama 6
bulan atau lebih. Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya
anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama). Gejala yang
menonjol sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan,
gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,
pusing kepala dan keluhan epigastrik.
Pedoman Diagnostik : gejala- gejala ini baisanya mencakup hal-hal berikut
: kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, over aktivitas
otonomik.
g. Gangguan campuran anxietas dann depresi
Kategori campuran harus digunakan bilamana terdapat gejala
anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan
raangkaian gejala yang cukup berat untuk mengakkan diagnosis tersendiri.
Pendidikan:
Dokter menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin
terjadi.
Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis penyakit jiwa untuk
penanganan lebih lanjut.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di
rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Peserta, Pendamping,