Anda di halaman 1dari 14

KASUS JIWA

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Ainun Rachmi AR


No. ID dan Nama Wahana :. /
RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto
Topik : Gangguan Anxietas Menyeluruh
Tanggal kasus : 16 Juli 2017
Presenter : dr. Ainun Rachmi AR
Tanggal Presentasi : 18 Desember 2017 Pendamping : dr. Hj. Sri Mulya
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto
Obyek Presentasi : Anggota Komite Medik, Petugas Kesehatan & Dokter
Internsip RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto
◊ Keilmuan ◊ Keterampilan ◊ Penyegaran ◊ Tinjauan Pustaka
◊ Diagnostik ◊ Manajemen ◊ Masalah ◊ Istimewa

◊ Neonatus ◊ Bayi ◊ Anak ◊ Remaja ◊ Lansia ◊ Bumil
Dewasa

◊ Deskripsi : Seorang wanita umur 35 tahun datang ke poliklinik dengan sering


merasa jantungnya berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6
bulan terakhir dan memberat 2 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa
gelisah dan disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Pasien
merasa gelisah akan nasib bisnis suaminya yang sudah hampir bangkrut. Pada
mulanya pasien merasa sangat terpukul atas kematian anak bungsunya yang
meninggal akibat kecelakaann kendaraan bermotor, tetapi perasaan terpukul
tersebut dapat dia redam dan kembali beraktivitas seperti biasa. Saat ini pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membuat toko-toko kecil-kecilan di depan
rumahnya. Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien sering merasa gusar dan gelisah.
Pasien awalnya merasa gelisah akan nasib ekonomi keluarganya, dan kadang kala
memikirkan anaknya yang telah meninggal. Pasien masih memiliki 2 orang anak
laki-laki yang sedang kuliah di Makassar. Hal inilah juga yang membebani
pikirannya pasien untuk uang kuliah anaknya. Pasien sering terbangun tengah
malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB: konsistensi biasa.

◊ Tujuan :
Menegakkan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh dan pengobatannya.
Bahan Bahasan ◊ Tinjauan Pustaka ◊ Riset ◊ Kasus ◊ Audit
◊ Presentasi &
Cara Membahas ◊ Diskusi ◊ E-mail ◊ Pos
Diskusi
Data Pasien ◊ Nama : Ny. Y ◊ No. RM : 118576
Nama Klinik :
UGD RSUD Lanto Terdaftar sejak : 16 Juli 2017
Telp. : -
Dg. Pasewang

Data Utama Untuk Bahasan Diskusi :


1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Anxietas Menyeluruh/Seorang wanita umur
35 tahun datang ke poliklinik dengan sering merasa jantungnya berdebar-
debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6 bulan terakhir dan
memberat 2 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa gelisah dan
disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Pasien merasa
gelisah akan nasib bisnis suaminya yang sudah hampir bangkrut. Pada
mulanya pasien merasa sangat terpukul atas kematian anak bungsunya
yang meninggal akibat kecelakaann kendaraan bermotor, tetapi perasaan
terpukul tersebut dapat dia redam dan kembali beraktivitas seperti biasa.
Saat ini pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membuat toko-toko
kecil-kecilan di depan rumahnya. Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien
sering merasa gusar dan gelisah. Pasien awalnya merasa gelisah akan nasib
ekonomi keluarganya, dan kadang kala memikirkan anaknya yang telah
meninggal. Pasien masih memiliki 2 orang anak laki-laki yang sedang
kuliah di Makassar. Hal inilah juga yang membebani pikirannya pasien
untuk uang kuliah anaknya. Pasien sering terbangun tengah malam dan
sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB: konsistensi biasa.
1. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah mengkonsumsi Obat
sebelumnya
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit : pasien tidak pernah mengalami hal serupa
sebelumnya. Riwayat penyakit otak dan saraf tidak ada. Riwayat gangguan
jiwa sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit jantung dan gastritis tidak
ada.
3. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita gangguan jiwa
sebelumnya dan tidak ada keluhan yang serupa dengan pasien.
4. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai IRT dan wiraswasta
5. Lain-lain: -
Daftar Pustaka :
1. Mansjoer, A., dkk. Gangguan kecemasan. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2000 : 207-9.
2. Panggabean, L. Pengembangan kesehatan perkotaan ditinjau dari aspek
psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat
Departemen Kesehatan RI. 2003

Hasil Pembelajaran :
1. Kriteria Diagnosis Gangguan Anxietas Menyeluruh
2. Penanganan Gangguan Anxietas Menyeluruh

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Seorang wanita umur 35 tahun datang ke poliklinik dengan sering merasa
jantungnya berdebar-debar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6
bulan terakhir dan memberat 2 bulan ini. Pasien juga mengeluh sering merasa
gelisah dan disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang merasa sesak. Pasien
merasa gelisah akan nasib bisnis suaminya yang sudah hampir bangkrut. Pada
mulanya pasien merasa sangat terpukul atas kematian anak bungsunya yang
meninggal akibat kecelakaann kendaraan bermotor, tetapi perasaan terpukul
tersebut dapat dia redam dan kembali beraktivitas seperti biasa. Saat ini pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membuat toko-toko kecil-kecilan di
depan rumahnya. Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien sering merasa gusar
dan gelisah. Pasien awalnya merasa gelisah akan nasib ekonomi keluarganya,
dan kadang kala memikirkan anaknya yang telah meninggal. Pasien masih
memiliki 2 orang anak laki-laki yang sedang kuliah di Makassar. Hal inilah
juga yang membebani pikirannya pasien untuk uang kuliah anaknya. Pasien
sering terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB:
konsistensi biasa.

2. Obyektif:
 Status Present:
Sakit Sedang / Gizi baik / Compos mentis
BB= 63 kg; TB= 171 cm; IMT= 21,57 kg/m2
Tanda Vital:
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
Suhu : 37, 2oC (axial)

Status Mentalis:
- Deskripsi Umum
 Penampilan: tampak seorang wanita memakai baju kain polos
berwarna abu abu dan rok berwarna hitam, memakai jilbab
bermotif bunga abu abu, tampak sesuai umur, cukup rapi.
 Kesadaran : Berubah.
 Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang
 Pembicaraan : Spontan, lancar dan intonasi biasa.
 Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
- Keadaan Afektif (Mood), Perasaan dan Empati
 Mood : Baik
 Afek : Cemas
 Empati : Dapat dirabarasakan.
 Keserasian : serasi
- Fungsi Intelektual (Kognitif)
 Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kesadaran : sesuai
taraf pendidikan.
 Daya konsentrasi : baik
 Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik.
 Daya Ingat :
Jangka panjang : baik
Jangka pendek : baik
Segera : baik
 Pikiran abstrak : baik
 Bakat kreatif : tidak ada
 Kemampuan menolong diri sendiri : baik
- Gangguan Persepsi
 Halusinasi : tidak ad
 Ilusi : tidak ada
 Depersonilasasi: tidak ada
 Derealisaai : tidak ada
- Proses Berpikir
Arus pikiran :
 Produktivitas : baik
 Kontuinitas : relevan
 Hendaya berbahasa : tidak ada
Isi pikran :
Preokupasi : tidak ada
 Gangguan isi pikir : tidak ada
- Pengendalian Impuls : baik
- Daya Nilai
Norma sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : baik
- Tilikan (Insight)
Derajat I (Pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan
bantuan medis)
- Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya

Status Internis
 Kepala:
Ekspresi : Meringis
Simetris Muka : Simetris
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut

 Telinga:
Inspeksi : lesi kulit (-)
Pendengaran dan keseimbangan : Kesan normal
Nyeri tekan di processus mastoideus : (-)

 Mata :
Konjungtiva anemis (-/-)
Sclera ikterik (-/-),
Reflek cahaya (+/+), pupil isokor diameter ODS 2,5mm

 Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)

 Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)

 Leher:
Kel. Getah Bening: Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+1 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)

 Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)

 Paru:
Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS VI anterior dextra
Batas Paru Belakang Kanan : Vertebra thorakal IX
Batas Paru Belakang Kiri : Vertebra thorakal X
Auskultasi:
Bunyi Pernapasan : Vesikuler
Bunyi Tambahan : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

 Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan:
linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea midclavicularis
sinistra)
Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)

 Perut:
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, caput medusa (-)
Palpasi : Hepar 3 jari di bawah arcus costae dan lien tidak
teraba membesar. Nyeri tekan (+) epigastrium
Spleenomegali (+) schuffner 2 , Hepatomegali (-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
 Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal

 Ekstremitas
- Superior : refleks fisiologis (+) dextra et sinistra tidak
meningkat, refleks patologis (-/-), edema, deformitas dan atrofi
tidak ada.
- Inferior :
Refleks fisiologis (+/+), reflex patologis (-/-), edema (-/-)

- epitel : (+) pos


- leukosit : 3-5/lpb
- eritrosit : 0-2/lpb
- amorf urat : (-) pos

3. Assesment

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah


Anxietas Menyeluruh
Menurut Sadock dan Virginia (2007) gangguan cemas adalah keadaan
seseorang menalami perasaan gelisah atau cemas dengan aktivitas sistem syaraf
otonom dalam berespon terhadap suatu ancaman tertentu.
Selain itu menurut Miraz, L (2010) gangguan cemas merupakan keadaan
yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan keluhan somatik
yang diperlihatkan dengan hiperaktivitas sistem syaraf otonom. Kecemasan
adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan seringkali merupakan
suatu emosi yang normal.
Gangguan cemas dan ketakutan sering disalahartikan. Ketakutan biasanya
timbul akibat adanya ancaman yang spesifik, sedangkan gangguan cemas timbul
akibat adanya ancaman yang belum jelas. Perasaan tidak berdaya dan tidak
adekuat dapat terjadi, disertai perasaan terasing dan tidak aman. Intensitas
perasaan ini dapat ringan atau berat dan kadang bisa menimbulkan kepanikan
(Sadock dan Virginia, 2007).

TEORI
Teori gangguan cemas dibedakan menjadi dua ( Sadock dan Virginia) yaitu :
a. Teori Psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal , yang mwnadarkan
ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri
misal dengan menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi
pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala cemas. Jika
represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme
pertahanan yang lain, misalnya konversi, rgresi.
b. Teori Perilaku
Teori ini mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon terhadap
stimuli lingkungan keluarga.
c. Teori Eksistensial
Suatu konsep dan teori , bahwa bial seorang sadar akan adanya kehampaan
yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada
penerimaan tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak
dapat dihindari. Kecemasan adalah respons seseorang terhadapa
kemampuan eksistensi tersebut.

B) Teori Biologis
a. Sistem Saraf Otonom
Stimuli sistem saraf otonom menimbulkan gejala gejala tertentu,
seperti takikardi, nyeri kepala, diare dan sebagainya.
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter yang berperan dalam gangguan cemas yaitu :
norepinefrin, serotonin dan gammma-aminobutyric acid.
c. Penelitian Genetika
Menurut hasil penelitian genetika, hampir sebagian besar penderita
gangguan panik memiliki paling sedikit satu saudara yang juga menderita
gangguan tersebut.

ETIOLOGI
Menurut Mighwar (2006), secara psikologis, gangguan cemas merupakan
pikiran-pikiran negatif yang dialami seseorang yang semakin lama semakin kuat.
Hal ini terjadi akibat :
a. Kurangnya pengetahuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap
pertumbuhan dan perkembagan lingkungan sosial
b. Kurangnya dukungan dari orang tua, teman sebaya atau lingkungan
masayarakat sekitar.
c. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tekanan yang ada.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Menurut Stuart dan Sundeen ( 2000 ) faktor-faktor yang mempengaruhi
gangguan cemas dibedakan dalam beberapa hal :
a. Usia
b. Status kesehatan
c. Nila-nilai budaya
d. Pendidikan
e. Mekanisme defensi
f. Dukungan sosial
g. Tahap perkembangan
h. Pengalaman masa lalu
i. Pengetahuan

KLASIFIKASI
Menurut Sadock dan Virginia (2007), klasifikasi gangguan cemas
dibedakan menjadi :
a. Gangguan Panikua kriteria gangguan panik : gngguan pankik tanpa
agoraphobia dan gangguan panik dengan agoraphobia kedua gangguan
panik ini harus ada
Gambaran klinis :
 Serangan panik pertama seringkali spontan
 Ketakutan berlebihan
 Tidak mampu menjelaskan sumber ketakutannya
 Bingung, sulit konsentrasi
 Takikardi, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat
Pedoman Diagnostik Agoraphobia :
 Kecemasan berada di suatu tempat
 Menghidar (fobia sosial)
Pedoman Diagnostik Gangguan Panik :
 Sekurangnya satu serangan diikuti satu atau lebih
 Gangguan panik bisa dengan agoraphobia atau tanpa agoraphobia
b. Gangguan Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan
penghindaran secara sadar terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang
ditakuti. Ada dua jenis fobia, yaitu fobia spesifik, fobia sosial.
Pedoma Diagnostik :
 Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan
c. Gangguan Obsesif Kompulsif
Obsesif adalah pikiran , perasaan, ide yang berulang, tidak bisa
dihilangkan dan tidak dikehendaki.
Pedoman Diagnosis :
 Pikiran, impuls, yang berulang
 Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.
d. Gangguan Stres Pasca Trauma
Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan,
pemerkosaan, kecelakaan.uma terdiri dari :
 Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran
 Penumpukan responsivitas pada penderita tersebut
Pedoman Diagnostik Stres Pascatrauma :
a. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik
b. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali
c. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan
trauma
d. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
e. Reaksi Stres Akut
Gangguan sementara yang cukup parah, terjadi pada seseorang tanpa
adanya gangguan jiwa lain muncul respons terhadap stres fisik mental dan
biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat
berupa pengalam traumatik yang luar biasa.
Pedomann Diagnostik :
a. Gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah
b. Gejala-gejalanya dapat mengilang dengan cepat (beberapa jam)
f. Gangguan Anxietas Menyelutuh
Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap aktivitas
atau peristiwa tertenstu , yang berlangsung hampir setiap hari, selama 6
bulan atau lebih. Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya
anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama). Gejala yang
menonjol sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan,
gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,
pusing kepala dan keluhan epigastrik.
Pedoman Diagnostik : gejala- gejala ini baisanya mencakup hal-hal berikut
: kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, over aktivitas
otonomik.
g. Gangguan campuran anxietas dann depresi
Kategori campuran harus digunakan bilamana terdapat gejala
anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan
raangkaian gejala yang cukup berat untuk mengakkan diagnosis tersendiri.

Gejala Umum Gangguan Kecemasan


Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung
pada kondisi masing-masing individu, beberapa simtomp yang muncul
tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh
berat pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu.
1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan
pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan
memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang
ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak
jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2. Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa
individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini
sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah
bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk
kondisi sebelumnya.
3. Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang
menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek
seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4. Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi.
Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight
or flight terhadap stressor.
5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas
seksual.
6. Gangguan tidur.
7. Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal
pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada
individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup
tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau
lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat.
9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri.
Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).

Terapi gangguan kecemasan


Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik
dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik
tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak
menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan
kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan:
1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang
dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk
membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan
bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri
mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari
menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego
dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan
memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang
modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan
hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka
mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi
sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran
antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya
mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik
bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-
bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai
akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri
mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila
perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan
mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk
mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine,
Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai
efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik. Obat
antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga
mempunyai efek antidepresi
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak
dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha
untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi
yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa
macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui
pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus
fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi
ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan
gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat
bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus
yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu
ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat
tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk
menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang
dapat bertahan lama.
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi
sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita
fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling
membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa
individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-
emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial
bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan
sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam
interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan
berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi
keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia
sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta
yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan
kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif
membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran
mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah
satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses
dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari
alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi
pembangkit kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
erapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan
tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan
kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara
lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan
menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama
percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan
langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.

PENANGANAN GANGGUAN CEMAS


a. Non Farmakologi, Freund, Sigmund (2002)
1. Pendekatan-pendekatan psikologis
a. Pendekatan-pendekatan psikodinamika
b. Pendekatan-pendekatan humanistik
c. Pendekatan-pendekatan biologis
d. Pendekatan-pendekatan belajar
2. Penerapan pola hidup sehat
b. Farmakologi, Departemen Kesehatan R.I (1993)
1. Antiansietas
a. Golongan Benzodiazepin
b. Buspiron
2. Antidepresi
Golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors (SNRI)
4. Plan
Diagnosis : Anxietas Menyeluruh
Pengobatan :
1. Alprazolam 1 mg 0-1-1 tab/hari/pc
2. Edukasi pasien, rencana psikoterapi.
3. Kontrol seminggu kemudian di poliklinik Jiwa oleh SpKJ.

Pendidikan:
Dokter menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin
terjadi.

Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis penyakit jiwa untuk
penanganan lebih lanjut.

Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di
rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Jeneponto, 18 Desember 2017

Peserta, Pendamping,

dr. Ainun Rachmi AR dr. Hj. Sri Mulya


NIP. 196706202006042009

Anda mungkin juga menyukai