I dan II
Sejarah Perang Dunia I
Perang Dunia I atau Perang Dunia Pertama, disingkat PD I, dan istilah-istilah dalam
bahasa Inggris lainnya : "Great War", "War of the Nations", dan "War to End All Wars" (Perang
untuk Mengakhiri Semua Perang) adalah sebuah konflik dunia yang berlangsung dari 28 Juli
1914 hingga 11 November 1918, yang berawal dari Semenanjung Balkan.
1. Kerajaan Serbia
2. Kerajaan Rusia (sampai November 1917)
3. Perancis (termasuk pasukan dari negara koloni Perancis)
4. Kerajaan Inggris :
1. Negara Persemakmuran Inggris dan Irlandia
2. Australia
3. Kanada
4. Selandia Baru
5. Newfoundland
6. Afrika Selatan
7. Kerajaan India
8. Negara boneka dan koloni Inggris
5. Kerajaan Belgia (termasuk pasukan negara koloni Belgia)
6. Kerajaan Montenegro
7. Kekaisaran Jepang
8. Kerajaan Italia (April 1915 dan sesudahnya)
9. Portugal
10. Kerajaan Romania (Agustus 1916 dan sesudahnya)
11. Kerajaan Yunani (Mei 1917 dan sesudahnya)
12. Amerika Serikat (1917 dan sesudahnya)
13. San Marino
14. Andorra
15. Tiongkok
16. Brazil
17. Bolivia
18. Kosta Rika
19. Kuba
20. Guatemala
21. Haiti
22. Honduras
23. Ekuador
24. Nikaragua
25. Uruguay
26. Panama
27. Peru
28. Siam
29. Liberia
30. Republik Demokratik Armenia (1918)
31. Cekoslowakia (1918)
Latar Belakang
Setelah 1870, konflik Eropa terhindar melalui jaringan perjanjian yang direncanakan
secara hati-hati antara Kekaisaran Jerman dan seluruh Eropa yang dirancang oleh Bismarck. Ia
berupaya menahan Rusia agar tetap di pihak Jerman untuk menghindari perang dua front dengan
Perancis dan Rusia. Ketika Wilhelm II naik tahta sebagai Kaisar Jerman (Kaiser), Bismarck
terpaksa pensiun dan sistem aliansinya perlahan dihapus. Misalnya, Kaiser menolak
memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Rusia pada tahun 1890. Dua tahun kemudian,
Aliansi Perancis-Rusia ditandatangani untuk melawan kekuatan Aliansi Tiga. Pada tahun 1904,
Britania Raya menandatangani serangkaian perjanjian dengan Perancis, Entente Cordiale, dan
pada 1907, Britania Raya dan Rusia menandatangani Konvensi Inggris-Rusia. Meski perjanjian
ini secara formal tidak menyekutukan Britania Raya dengan Perancis atau Rusia, mereka
memungkinkan Britania masuk konflik manapun yang kelak melibatkan Perancis dan Rusia, dan
sistem penguncian perjanjian bilateral ini kemudian dikenal sebagai Entente Tiga.
Kekuatan industri dan ekonomi Jerman tumbuh pesat setelah penyatuan dan pendirian
Kekaisaran pada tahun 1871. Sejak pertengahan 1890-an sampai seterusnya, pemerintahan
Wilhelm II memakai basis industri ini untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi dalam jumlah
besar untuk membangun Kaiserliche Marine (Angkatan Laut Kekaisaran Jerman), yang dibentuk
oleh Laksamana Alfred von Tirpitz, untuk menyaingi Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya
untuk supremasi laut dunia. Hasilnya, setiap negara berusaha mengalahkan negara lain dalam hal
kapal modal. Dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906, Imperium Britania memperluas
keunggulannya terhadap pesaingnya, Jerman. Perlombaan senjata antara Britania dan Jerman
akhirnya meluas ke seluruh Eropa, dengan semua kekuatan besar memanfaatkan basis industri
mereka untuk memproduksi perlengkapan dan senjata yang diperlukan untuk konflik pan-Eropa.
Antara 1908 dan 1913, belanja militer kekuatan-kekuatan Eropa meningkat sebesar 50 persen.
Tahun 1912 dan 1913, Perang Balkan Pertama pecah antara Liga Balkan dan Kesultanan
Utsmaniyah yang sedang retak. Perjanjian London setelah itu mengurangi luas Kesultanan
Utsmaniyah dan menciptakan negara merdeka Albania, tetapi memperbesar teritori Bulgaria,
Serbia, Montenegro, dan Yunani. Ketika Bulgaria menyerbu Serbia dan Yunani pada tanggal 16
Juni 1913, negara ini kehilangan sebagian besar Makedonia ke Serbia dan Yunani dan Dobruja
Selatan ke Rumania dalam Perang Balkan Kedua selama 33 hari, sehingga destabilisasi di
wilayah ini semakin menjadi-jadi.
Serangan pembuka
Strategi Blok Sentral mengalami miskomunikasi. Jerman telah berjanji mendukung invasi
Austria-Hongaria ke Serbia, namun penafsiran maksudnya berbeda. Rencana penempatan
pasukan yang sebelumnya diuji telah diganti pada awal 1914, namun penggantian tersebut tidak
pernah diuji dalam latihan. Para pemimpin Austria-Hongaria yakin Jerman akan melindungi
perbatasan utaranya dari serbuan Rusia. Meski begitu, Jerman mengharapkan Austria-Hongaria
mengarahkan sebagian besar tentaranya ke Rusia, sementara Jerman menangani Perancis.
Kebingungan ini mendorong Angkatan Darat Austria-Hongaria membagi pasukannya antara
front Rusia dan Serbia.
Tentara Jerman di gerbong kereta menuju garis depan pada tahun 1914. Pesan di gerbong
bertuliskan "Perjalanan ke Paris"; pada awal perang, semua sisi berharap konflik ini cepat
selesai.
Pada awal pecahnya Perang Dunia Pertama, angkatan darat Jerman (di sebelah barat
terdiri dari tujuh pasukan lapangan) melaksanakan versi modifikasi Rencana Schlieffen, yang
dirancang untuk menyerang Perancis secara cepat melalui Belgia yang netral sebelum berbelok
ke selatan untuk mengepung pasukan Perancis di perbatasan Jerman.[10]. Karena Perancis telah
menyatakan bahwa mereka akan "bertindak sebebasnya andai terjadi perang antara Jerman dan
Rusia", Jerman memperkirakan kemungkinan serangan di dua front. Jika terjadi hal seperti itu,
Rencana Schlieffen menyatakan bahwa Jerman harus mencoba mengalahkan Perancis secara
cepat (seperti yang terjadi pada Perang Perancis-Prusia 1870-71). Rencana ini menyarankan
bahwa untuk mengulangi kemenangan cepat di barat, Jerman tidak usah menyerang melalui
Alsace-Lorraine (yang memiliki perbatasan langsung di sebelah barat sungai Rhine), tetapi
mencoba memutuskan Paris secara cepat dari Selat Inggris (terputus dengan Britania Raya).
Kemudian pasukan Jerman dipindahkan ke timur untuk menyerbu Rusia. Rusia diyakini
membutuhkan persiapan lama sebelum bisa menjadi ancaman besar bagi Blok Sentral.
Jerman ingin bergerak bebas melintasi Belgia (dan Belanda juga, meski ditolak Kaiser
Wilhelm II) untuk bertemu Perancis di perbatasannya. Jawaban dari Belgia netral tentu saja
"tidak". Jerman kemudian merasa perlu menyerbu Belgia, karena inilah rencana satu-satunya
yang ada andai terjadi perang dua front di Jerman. Perancis juga ingin menggerakkan tentara
mereka melintasi Belgia, tetapi Belgia menolak untuk menghindari pecahnya perang apapun di
tanah Belgia. Pada akhirnya, setelah serbuan Jerman, Belgia mencoba menggabungkan pasukan
mereka dengan Perancis (namun sebagian besar pasukan Belgia mundur ke Antwerpen tempat
mereka dipaksa menyerah ketika semua harapan bantuan pupus).
Rencana ini meminta agar sisi kanan Jerman bergerak ke Paris, dan awalnya Jerman
berhasil, terutama pada Pertempuran Frontiers (14–24 Agustus). Pada 12 September, Perancis,
dengan bantuan dari pasukan Britania, menghambat pergerakan Jerman ke timur Paris pada
Pertempuran Marne Pertama (5–12 September) dan mendorong pasukan Jerman 50 km ke
belakang. Hari-hari terakhir pertempuran ini menandakan akhir dari peperangan bergerak di
barat.[10] Serangan Perancis ke Alsace Selatan, dimulai tanggal 20 Agustus dengan Pertempuran
Mulhouse, mengalami sedikit kesuksesan.
Di sebelah timur, hanya satu pasukan lapangan, yaitu pasukan ke-8, yang bergerak cepat
melalui kereta api melintasi Kekaisaran Jerman. Pasukan yang dulunya cadangan di barat ini
dipimpin oleh Jenderal Paul von Hindenburg untuk mempertahankan Prusia Timur, setelah
berhasil melakukan serbuan awal ke Rusia dengan dua unit pasukan. Jerman mengalahkan Rusia
dalam serangkaian pertempuran yang secara kolektif disebut Pertempuran Tannenberg Pertama
(17 Agustus – 2 September). Akan tetapi, invasi Rusia yang gagal lebih disebabkan oleh
berhentinya serangan Jerman di barat dan kekalahan taktis oleh Angkatan Darat Perancis di
Marne. Pasukan Jerman semakin lelah dan pasukan cadangannya dipindahkan untuk menangani
invasi ke Rusia. Staf Jenderal Jerman di bawah Jenderal Helmuth von Moltke yang Muda juga
telah memperhitungkan bahwa pemanfaatan transportasi tentara cepat melalui kereta api tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan di luar Kekaisaran Jerman. Blok Sentral gagal
mendapatkan kemenangan cepat di Perancis dan terpaksa berperang di dua front. Pasukan
Jerman mengambil posisi defensif yang baik di dalam Perancis dan berhasil melumpuhkan
mobilisasi 230.000 tentara Perancis dan Britania secara permanen. Meski begitu, masalah
komunikasi dan keputusan komando yang bisa dipertanyakan menggagalkan impian
kemenangan awal Jerman.
Setelah Pertempuran Marne Pertama (5–12 September 1914), baik pasukan Entente dan
Jerman mengawali serangkaian manuver mengepung dalam peristiwa yang disebut "Perlombaan
ke Laut". Britania dan Perancis kelak menyadari bahwa mereka menghadapi pasukan parit
Jerman dari Lorraine sampai pesisir Belgia. Britania dan Perancis berupaya melakukan serangan,
sementara Jerman mempertahankan teritori yang diduduki. Akibatnya, parit-parit Jerman lebih
kokoh ketimbang milik musuhnya, parit Inggris-Perancis hanya bersifat "sementara" sebelum
pasukan mereka mematahkan pertahanan Jerman.
Kedua sisi tidak mampu memberi pukulan menentukan selama dua tahun berikutnya.
Sekitar 1,1 sampai 1,2 juta tentara pasukan Britania dan jajahannya berada di Front Barat pada
satu waktu. Seribu batalion, menempati sektor lini dari Laut Utara sampai Sungai Orne,
melakukan sistem rotasi empat tahap selama satu bulan, kecuali sebuah serangan sedang terjadi.
Front ini memiliki parit sepanjang 9.600 kilometer (5,965 mil). Setiap batalion menduduki
sektornya selama seminggu sebelum kembali ke lini pendukung dan terus ke lini cadangan
sebelum seminggu di luar lini, biasanya di wilayah Poperinge atau Amiens.
Sepanjang 1915–17, Imperium Britania dan Perancis mengalami lebih banyak korban
daripada Jerman, karena sikap strategi dan taktik yang dipilih oleh sisinya. Secara strategis, saat
Jerman hanya melakukan satu serangan tunggal di Verdun, Sekutu melakukan banyak upaya
untuk mematahkan lini Jerman.
Pada tanggal 1 Juli 1916, Angkatan Darat Britania Raya mengalami hari paling
mematikan dalam sejarahnya, dengan korban 57.470 jiwa, termasuk 19.240 gugur, pada hari
pertama Pertempuran Somme. Kebanyakan korban jatuh pada satu jam pertama serangan.
Seluruh serangan Somme melibatkan setengah juta prajurit Angkatan Darat Britania.
(gambar tentara Kanada bergerak dibelakang Tamk
Mark II)
Secara taktis, doktrin komandan Jerman Erich Ludendorff berupa "pertahanan elastis" cocok
dipakai untuk peperangan parit. Pertahanan ini terdiri dari posisi depan yang minim pertahanan
dan posisi utama jauh di belakang jangkauan artileri yang lebih kuat, yang dari situlah serangan
balasan cepat dan kuat bisa dilancarkan.
Perang Laut
Pada awal perang, Kekaisaran Jerman memiliki kapal jelajah yang tersebar di seluruh
dunia, beberapa di antaranya dipakai untuk menyerang kapal dagang Sekutu. Angkatan Laut
Kerajaan Britania Raya secara sistematis memburu mereka, meski menanggun malu akibat
ketidakmampuannya melindungi kapal Sekutu. Misalnya, kapal jelajah ringan Jerman SMS
Emden, bagian dari skadron Asia Timur yang berpusat di Tsingtao, menangkap atau
menghancurkan 15 kapal dagang, serta menenggelamkan sebuah kapal jelajah Rusia dan kapal
penghancur Perancis. Namun sebagian besar Skadron Asia Timur Jerman—terdiri dari kapal
jelajah lapis baja Scharnhorst dan Gneisenau, kapal jelajah ringan Nürnberg dan Leipzig dan dua
kapal angkut—tidak diberi perintah mencegat jalur perkapalan dan malah diperintahkan kembali
ke Jerman ketika bertemu kapal perang Britania. Armada Jerman dan Dresden menenggelamkan
dua kapal jelajah lapis baja pada Pertempuran Coronel, namun hampir hancur pada Pertempuran
Kepulauan Falkland bulan Desember 1914, dengan Dresden dan beberapa kapal pembantu
berhasil kabur, tetapi pada Pertempuran Más a Tierra kapal-kapal tadi akhirnya hancur atau
ditangkap.
Sesaat setelah pecahnya pertempuran, Britania memulai blokade laut Jerman. Strategi ini
terbukti efektif, memutuskan suplai militer dan sipil, meski blokade ini melanggar hukum
internasional yang diatur oleh beberapa perjanjian internasional selama dua abad terakhir.
Britania membuang ranjau di perairan internasional untuk mencegah kapal apapun memasuki
seluruh wilayah samudra, sehingga membahayakan kapal yang netral sekalipun. Karena ada
sedikit tanggapan terhadap taktik ni, Jerman mengharapkan taktik yang sama terhadap
peperangan kapal selamnya yang tidak terhambat.
Kapal-U Jerman berusaha memotong jalur suplai antara Amerika Utara dan Britania.
Sifat peperangan kapal selam berarti bawha serangan bisa datang tanpa peringatan, sehingga
memberi kemungkinan selamat yang kecil bagi awak kapal dagang. Amerika Serikat
mengeluarkan protes, dan Jerman mengganti aturan pertempuran. Setelah penenggelaman kapal
penumpang RMS Lusitania tahun 1915, Jerman berjanji tidak lagi menyerang kapal penumpang,
sementara Britania mempersenjatai kapal-kapal dagangnya dan menempatkan mereka di luar
perlindungan "aturan kapal jelajah" yang meminta peringatan dan penempatan awak di "tempat
aman" (standar yang tidak dimiliki sekoci). Akhirnya, pada awal 1917, Jerman menerapkan
kebijakan peperangan kapal selam tak terbatas, menyadari bahwa Amerika Serikat akan ikut
berperang. erman berupaya menghambat jalur laut Sekutu sebelum Amerika Serikat dapat
memindahkan pasukan dalam jumlah besar ke luar negeri, tetapi hanya mampu mengerahkan
lima kapal-U jarak jauh dengan dampak yang sedikit.
Perang Dunia I juga menjadi peristiwa ketika kapal angkut pesawat pertama kali dipakai
dalam pertempuran, dengan HMS Furious meluncurkan pesawat Sopwith Camels dalam
serangan sukses terhadap hangar Zeppelin di Tondern pada bulan Juli
Pada bulan Desember 1916, setelah sepuluh bulan mematikan pada Pertempuran Verdun
dan serangan sukses terhadap Rumania, Jerman berupaya menegosiasikan perdamaian dengan
Sekutu. Presiden A.S. Woodrow Wilson segera berusaha mengintervensi selaku pencinta damai
dan meminta kedua pihak diberi catatan untuk menyatakan permintaan mereka. Kabinet Perang
Lloyd George menganggap tawaran Jerman sebagai jebakan untuk menciptakan perpecahan di
kalangan Sekutu. Setelah kemarahan awal dan banyak pertimbangan, mereka menganggap
catatan Wilson sebagai upaya terpisah yang menandakan bahwa A.S. berada di ambang pintu
perang melawan Jerman pasca-"kekejaman kapal selam". Saat Sekutu mendiskusikan balasan
terhadap tawaran Wilson, Jerman memilih untuk mengabaikannya demi "pertukaran pandangan
langsung". Mengetahui tanggapan Jerman seperti itu, pemerintah Sekutu bebas membuat
permintaan jelas dalam balasan mereka tanggal 14 Januari. Mereka menuntut perbaikan
kerusakan, pengosongan teritori dudukan, biaya perbaikan untuk Perancis, Rusia, dan Rumania,
dan pengakuan prinsip kebangsaan. Hal ini meliputi pembebasan bangsa Italia, Slavia, Rumania,
Ceko-Slovak, dan pembentukan "Polandia bebas dan bersatu". Tentang keamanan, Sekutu
menuntut jaminan yang dapat mencegah atau membatasi perang selanjutnya, lengkap dengan
sanksi, sebagai persyaratan penyelesaian damai apapun. Negosiasi ini gagal dan negara-negara
Entente menolak tawaran Jerman, karena Jerman tidak menyatakan permintaan spesifik apapun.
Kepada Wilson, negara-negara Entente menyatakan bahwa mereka tidak akan memulai negosiasi
damai sampai Blok Sentral mengosongkan seluruh teritori Sekutu yang diduduki dan
memberikan ganti rugi atas semua kerusakan yang diperbuat.
Dalam penandatanganan perjanjian, Jerman mengaku bertanggung jawab atas perang ini
dan setuju membayar perbaikan perang dalam jumlah besar dan memberikan sejumlah teritori ke
pihak pemenang. "Tesis Rasa Bersalah" menjadi penjelasan kontroversial mengenai peristiwa-
peristiwa terakhir di kalangan analis Britania dan Amerika Serikat Perjanjian Versailles
menimblkan ketidakpuasan luar biasa di Jerman, yang dieksploitasi gerakan nasionalis, terutama
Nazi, dengan teori konspirasi yang mereka sebut Dolchstosslegende (legenda pengkhianatan).
Republik Weimar kehilangan jajahan kolonialnya dan dibebani tuduhan bersalah atas perang,
serta membayar perbaikan akibat perang. Tidak mampu membayar dengan ekspor (akibat
kehilangan teritori dan resesi pascaperang),[236] Jerman membayar dengan meminjam dari
Amerika Serikat. Inflasi berkelanjutan tahun 1920-an berkontribusi pada keruntuhan ekonomi
Republik Weimar, dan pembayaran perbaikan tertunda tahun 1931 setelah Kejatuhan Pasar
Saham 1929 dan permulaan Depresi Besar di seluruh dunia.
Kekaisaran Rusia, yang telah menarik diri dari Perang Dunia I pada tahun 1917 setelah
Revolusi Oktober, kehilangan sebagian besar wilayah baratnya dan negara-negara merdeka
Estonia, Finlandia, Latvia, Lithuania, dan Polandia berdiri di sana. Bessarabia kembali
bergabung dengan Rumania Raya karena sudah menjadi teritori Rumania selama lebih dari
seribu tahun.[237]
Perang Dunia Kedua atau Perang Dunia II (PD2 atau PDII) ialah satu konfik sedunia
yang memakan masa hampir selama enam tahun dan dianggarkan mengorbankan sejumlah 61
juta orang (tentera dan orang awam). Rusia mengalami jumlah kehilangan jiwa yang terbesar
berbanding negara-negara lain dengan anggaran hampir 25 juta kematian, diikuti oleh China
dengan 11 juta, dan Jerman seramai 7 juta.
Perang Dunia Kedua adalah peperangan yang paling meluas dan mengakibatkan paling
banyak kerosakan dalam sejarah dunia moden. Perang Dunia Kedua membabitkan kebanyakan
negara dunia, dengan pertempuran di beberapa medan utama berlaku secara serentak, dan
mengorbankan sekitar 50 juta nyawa. Peperangan Dunia II ini kebanyakan membabitkan Kuasa
Bersekutu (perikatan negara-negara Komanwel, Perancis, Amerika Syarikat, Kesatuan Soviet,
dan China) serta Kuasa Paksi (perikatan negara-negara Jerman, Itali, dan Jepun). Kebanyakan
pertempuran berlaku di Medan Eropah Perang Dunia Kedua medan Atlantik dan di sekitar
Eropah, dan dalam Peperangan Pasifik medan Pasifik di Pasifik dan Asia Timur.
Perang Dunia Kedua mencatatkan sejarah penting apabila kuasa udara memainkan
peranan utama buat pertama kalinya. Malah, operasi pertempuran pertama dalam Perang Dunia
Kedua merupakan serangan bom Jerman terhadap Poland, sementara operasi pertempuran
terakhir adalah serangan bom atom Amerika terhadap Nagasaki. Peperangan ini juga melihat
Amerika Syarikat keluar daripada dasar mengasingkan diri, kemusnahan dan kebangkitan semula
Jerman dan Jepun sebagai kuasa industri utama, dan kemunculan Amerika Syarikat dan
Kesatuan Soviet sebagai kuasa besar dunia. Peperangan ini juga secara langsung membawa
kepada penubuhan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu, yang ditubuhkan oleh Kuasa Bersekutu
yang menang agar pertelingkahan yang sebegitu besar dan menjahanamkan tidak akan berlaku
lagi buat selama-lamanya.
Medan Eropa
Peperangan di Eropah bermula pada 1 September 1939, apabila tentera Jerman menjajah
Poland. Pakar sejarah yang lain pula menyebut pencerobohan Jepun ke negeri China pada tahun
1937 sebagai permulaan peperangan, atau pencerobohan Jepun ke Manchuria pada tahun 1931.
Pada tahun 1939, Hitler menuntut sebahagian daripada wilayah Poland dan memeteraikan
Perjanjian Molotov-Ribbentrop ( Molotov-Ribbentrop Pact ) dengan Kesatuan Soviet sebagai
membalas kepada tindakan sokongan persekutuan pertahanan British dan Perancis dengan
Poland pada bulan Mac 1939. Pihak Wehrmacht Jerman kemudiannya menjajah Poland dalam
'Kempen September Polish' pada 1 September. Pada 3 September 1939 pihak British dan
Perancis mengisytiharkan perang ke atas Jerman. Kerajaan Poland tumbang, dan Presiden Ignacy
Moscicki melarikan diri serta menubuhkan kerajaan Polish dalam pelarian pada 18 September
1939. Dalam tempoh beberapa minggu kemudian, Tentera Merah Soviet turut menjajah Poland,
dan pertempuran merebut Poland berakhir tanpa sebarang bantuan ketenteraan daripada negara
Perancis dan British.
Tempoh dari tamatnya penjajahan Poland pada Oktober 1939, sehingga penjajahan
Jerman terhadap Benelux dan Perancis pada Mei 1940, dikenali sebagai Perang Olok-olok
(Phony War). Pasukan Jerman dan Soviet dipindahkan dari menyerang Poland. Tentera Merah
menumpukan ke Negara-negara Baltik dan kepada Finland, di mana Peperangan Musim Sejuk
menjadi tumpuan dunia disebabkan ketiadaan pertempuran lain. Pasukan Wehrmacht bergerak
ke barat, dan sementara itu Operasi Weserübung menjajah Denmark dan Norway. Perancis
menggerakkan tenteranya dan mengendalikan pertahanan sempadannya yang kukuh dengan
Rhine; dan pihak British pula menghantar pasukan expeditionary yang besar ke Perancis. Selain
serangan ringkas oleh pasukan Perancis yang menyeberangi Rhine, tiada pertempuran lain
sementara kedua pihak memperkukuhkan tentera mereka.
Pada Mei 1940 pasukan Jerman menyerang Negara Rendah (Low Countries) (Belanda,
Belgium dan Luxembourg). Ketiga-tiga negara diduduki dengan pantas dan kesemua kerajaan
dan pemerintahnya berundur ke British, kecuali raja Belgium Leopold III yang kekal di
negaranya.
Sementara itu, tentera udara Jerman, Luftwaffe gagal mengalahkan Pasukan Udara Diraja
dalam Pertempuran Britain ( Battle of Britain ) untuk menguasai ruang udara British. Sebaliknya
pihak Luftwaffe memulakan kempen pengeboman strategik yang dikenali oleh pihak British
sebagai Blitz, dan mengepong British agar menyerah dalam Pertempuran Atlantik. Britain tetap
utuh menghadapi kedua-duanya.
Pada Jun 1941 Jerman menyerang Kesatuan Soviet, walaupun mereka mempunyai
pakatan tidak agresif (non-aggression pact), dalam Operasi Barbarossa, memulakan apa yang
dikenali di Kesatuan Soviet sebagai Peperangan Patriotik Agung (Great Patriotic War) (Великая
Отечественная Война). Pihak Rusia dikejutkan dan Wehrmacht pada awalnya menakluk
kawasan yang luas, dan menawan beratus ribu tentera. Pihak Soviet berundur, dan berjaya
memindahkan kebanyakan industri berat mereka jauh daripada medan pertempuran dan membina
semula dikawasan lebih terpencil. Pengorbanan pertahanan yang kental menghalang pihak
Jerman menawan Moscow (Bandar Wira) sehingga musim sejuk melanda (lihat Pertempuran
Moscow). Hitler, menjangkakan kempen itu tamat dalam tempoh beberapa bulan, tidak
melengkapkan tentera mereka untuk peperangan musim sejuk. Lima hari selepas Soviet
melancarkan serangan balas mereka, pada 11 Disember 1941, Jerman mengisytiharkan perang ke
atas Amerika Syarikat selepas Serangan ke atas Pearl Harbor oleh Jepun - Untuk rencana
lanjutan, lihat Perang Dunia Kedua Medan Asia.
Ketua Perikatan "Besar Tiga" Winston
Churchill, Franklin Delano Roosevelt, dan
Joseph Stalin
Pada musim bunga, Wehrmacht berjaya memulihkan baris hadapan dan melakukan serangan
balas dalam Pertempuran Kedua Kharkov (Second Battle of Kharkov), tetapi serangan mereka
pada Pertempuran Kursk (Julai 1943) gagal mengakibatkan pihak Jerman tidak lagi mempunyai
sumber untuk bertahan. Tentera Merah berjaya menyerang balas dan merampas kembali kawasan
yang hilang. Semenjak itu, Kesatuan Soviet mempunyai kelebihan di Timur Eropah.
Kekalahan pihak Jerman di Stalingrad diikuti pula dengan kekalahan pada skala yang sama di
Tunisia (lihat Perang Dunia Kedua#Medan Afrika dan Timur Tengah Medan Afrika di bawah),
mengakibatkan kehilangan tapak terakhir kuasa Paksi di Afrika Utara dan penawanan suku juta
tahanan perang Jerman dan Itali pada Mei 1943. Selepas itu pihak Berikat menggunakan Afrika
Utara sebagai papan loncatan untuk pelanggaran Sicily melalui Operasi Husky pada Julai 1943
dan pelanggaran tanah besar Itali oleh pihak Berikat Allied (September 1943), yang digambarkan
oleh Sir Winston Churchill sebagai "bahagian lembut perut Eropah". Itali menyerah, tetapi
tentera Jerman bertindak untuk melucutkan senjata tentera Itali dan bergegas mempertahankan
Itali bersendirian. Pihak Jerman mendirikan baris pertahanan kukuh di negara bergunung yang
sesuai untuk pertahanan, dan kemajuan pihak Berikat adalah perlahan.
Pihak Berikat melanggar Normandy dalam Operasi Overlord pada Jun 1944 dan membebaskan
kebanyakan Perancis dan Negara Rendah ( Low Countries ) pada penghujung tahun. Pihak
Jerman yang terdesak telah menyerang balas dalam Pertempuran Bulge pada Disember 1944
tetapi dapat dipatahkan. Pihak Berikat kemudian berjaya memasuki Jerman pada 1945. Ketika ini
pihak Soviet telahpun sampai ke sempadan Timur Empayar Jerman ( German Reich ), dan nasib
Jerman telah ditentukan. Selepas Hitler membunuh diri ketika pihak Rusia memasuki Berlin,
pihak tentera Jerman menyerah tanpa syarat pada 7 Mei 1945.
Peperangan di Eropah berakhir dengan penyerahan diri oleh Jerman pada 8 Mei 1945, tetapi
berterusan di Asia dan Pasifik sehingga 2 September 1945, apabila Jepun menyerah kalah.
Perang Pasifik
Pihak Jepun telah berperang dengan negara China sebelum Perang Dunia Kedua bermula
di Eropah. Ketika Amerika Syarikat dan negara-negara lain menghentikan eksport ke Jepun,
mereka telah membuat keputusan untuk menyerang Pearl Harbor pada 7 Disember 1941 serentak
dengan pengistiharan perang dalam tempoh yang singkat. Disebabkan masalah teknikal,
pengistiharan tersebut tidak sempat disampaikan. Angkatan Pasifik Amerika mengalami
kerosakan yang teruk, walaupun kapal induknya terselamat kerana ketika serangan berlaku ia
sedang belayar. Tentera Jepun turut menyerang tanah-tanah jajahan milik British di Malaya, dan
Borneo, serta Filipina yang berada di bawah penguasaan Amerika secara serentak, dengan tujuan
untuk menguasai telaga minyak Belanda Hindia Timur. Pulau kota Singapura kepunyaan British
tewas dalam apa yang disifatkan oleh Churchill sebagai kekalahan British yang paling
memalukan sepanjang zaman.
Pada Mei 1942, tentera laut Jepun menyerang Port Moresby, New Guinea. Seandainya
serangan tersebut berjaya, ia akan mendekatkan jarak mereka untuk menyerang Australia.
Bagaimanapun, serangan tersebut digagalkan oleh Tentera Laut Berikat dalam Pertempuran Laut
Karang (Coral Sea), menjadikannya operasi menentang pelan Jepun yang pertama berjaya, dan
pertempuran tentera laut pertama antara kapal induk sepenuhnya. Sebulan kemudian Tentera
Laut AS sekali lagi berjaya menghalang pencerobohan Kepulauan Midway dalam Pertempuran
Midway, kali ini memusnahkan empat kapal induk Tentera Laut Jepun, yang tidak mampu
digantikan oleh industri persenjataan Jepun, sekali gus meletakkan pihak Imperialis Jepun dalam
situasi bertahan.
Bagaimanapun, pada Julai Tentera Imperialis Jepun telah melakukan serangan darat di
Port Moresby, sepanjang Laluan Kokoda Kokoda Track. Pasukan simpanan Australia, ramai
yang masih muda dan tidak terlatih, bertempur sebagai pengawal belakang, sehingga mereka
digantikan oleh Tentera Australia biasa yang kembali daripada pertempuran di Timur Tengah.
Pemimpin Pihak Berikat telah bersetuju walaupun sebelum kemasukan Amerika dalam
peperangan bahawa keutamaan perlu diberikan untuk mengalahkan pihak Jerman.
Bagaimanapun pasukan Australia dan Amerika dibawah pimpinan Jeneral Douglas MacArthur
mula menyerang jajahan yang tertawan, bermula dengan Pulau Guadalcanal melawan tentera
Jepun yang bertahan dengan gigih dan bersungguh-sungguh. Pada 7 Ogos 1942 Pulau
Guadalcanal diserang oleh Kor Marin Amerika Syarikat (United States Marine Corps; USMC).
Pada akhir Ogos dan awal September, ketika pertempuran berlarutan di Guadalacanal, pasukan
Australia dan Amerika Syarikat bertempur dengan serangan amphibious Jepun di hujung timur
New Guinea dalam Milne Bay, kekalahan mutlak pertama tentera darat Jepun. Pasukan Amerika
Syarikat mencapai kejayaan di Guadalcanal pada Februari 1943.
Pasukan Australia dan Amerika Syarikat kemudiannya berusaha untuk menawan kembali
kawasan yang ditawan Jepun di sesetengah bahagian di New Guinea dan Dutch East Indies.
Pulau Solomon dirampas kembali sepenuhnya pada 1943, New Britain dan New Ireland pada
tahun 1944. Filipina diserang pada akhir tahun 1944 selepas Pertempuran Teluk Leyte.
Kapal selam AS dan pihak Berikat turut menyerang perkapalan perdagangan Jepun,
dengan itu menafikan perindustrian Jepun dari mendapatkan bahan mentah, yang merupakan
sebab utama Jepun berperang untuk mendapatkannya. Keberkesanan cerutan ini meningkat
apabila Amerika menawan kawasan kepulauan yang berhampiran tanah besar Jepun.
Pihak Berikat menawan kepulauan berhampiran Jepun seperti Iwo Jima dan Okinawa
meletakkan Jepun dalam jarak serangan udara dan laut, Tokyo diserang dengan bom api dan
kemudiannya bom nuklear menghancurkan Hiroshima. Pada 8 Ogos 1945, Kesatuan Soviet yang
sekian lamanya menyimpan dendam atas kekalahannya di Pelabuhan Arthur dan Tsushima oleh
Jepun pada tahun 1902 telah mengistiharkan serang balas ke atas Jepun, menyerang jajahannya
di Manchuria. Pada 9 Ogos Nagasaki di bom dengan bom atom. Pihak Jepun menyerah kalah
pada 14 Ogos 1945, dan menandatangani dokumen menyerah kalah pada 2 September 1945.
Senjata Perang Dunia II