Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini dengan semakin majunya teknologi mempunyai dampak


positif dan negatif sehingga berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Dampak positif
dari majunya teknologi adalah lebih berkembangnya IPTEK sehingga menjadikan
pendidikan sebagai tuntutan yang harus dipenuhi untuk mengisi kehidupan.
Oleh karena itu, dampak dari majunya teknologi muncullah persaingan-persaingan
di kalangan masyarakat mulai dari politik, ekonomi, sosial budaya hal itu dapat
berpengaruh secara psikis pada setiap individu. Yaitu majunya teknologi yang ada akan
mengurangi tenaga manusia yang digunakan secara langsung dan otomatis harus
menggunakan sumber daya manusia yang relevan juga sebagai contoh semain banyaknya
pengangguran yang terjadi akibat kurangnya lapangan pekerjaan bagi mereka-mereka
yang kurang memenuhi syarat, sehingga berdampak pula pada gangguan psikis. Oleh
karena itu, penulis mencoba untuk mengangkat kasus tersebut untuk dialami lebih lanjut
sebagai obyek pelatihan dalam menggunakan proses keperawatan jiwa yang telah penulis
dapat dari mata kuliah. Pengangkatan ditampilan secara umum dalam bentuk laporan
yaitu harga diri rendah agar penulis mengetahui sejauh mana pengaruh masalah
kehidupan terhadap gangguan jiwa seseorang dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan jiwa secara komprehensif.
Dengan melakukan asuhan keperawatan, konsep diri klien dilukgrasikan secara
komprehensif pada program asuhan keperawatan dengan mengharapkan klien dan
keluarga mampu berperan serta dalam self care and family support, maka untuk dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memberdayakan keluarga dan sistem
pendukung klien serta dengan memberikan pelayanan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah (HDR) ?
2. Bagaimana etiologi tentang harga diri rendah (HDR) ?
3. Bagaimana tanda dan gejala pada orang yang mengalami harga diri
rendah(HDR) ?
4. Bagaimana proses terjadinya harga diri rendah (HDR) ?
5. Bagaimana psikopatologi dari harga diri rendah (HDR) ?
6. Terapi apa sajakah yang diberikan pada orang harga diri rendah (HDR) ?
7. Bagaimana mekanisme koping dari harga diri rendah (HDR) ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis pada orang yang mengalami harga diri
rendah (HDR) ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada harga diri rendah (HDR) ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud harga diri rendah (HDR).


2. Mengetahui etiologi dari harga diri rendah (HDR).
3. Mengetahui tanda dan gejala dari harga diri rendah (HDR).
4. Mengetahui proses terjadinya harga diri rendah (HDR).
5. Mengetahui psikopatologi harga diri rendah (HDR).
6. Mengetahaui terapi apa saja yang diberikan pada orang harga diri rendah (HDR).
7. Mengetahui mekanisme koping pada hargda diri rendah (HDR).
8. Mengetahui penatalaksanaan medis pada orang yang mengalami harga diri rendah
(HDR).
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada harga diri rendah (HDR).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian HDR (Harga diri rendah)

Pengertian tentang harga diri rendah disampaikan oleh beberapa sumber. Harga diri
rendah menurut Keliat (2006) digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah
adalah evaluasi dari atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lam (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah
kondisiseseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkanorang lain yang
berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak
berprestasi.Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah
adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal mencapai keinginan, perasaan
tentang diri yang negatif dan merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang lain. Harga diri
rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya; perasaan sadar atau tidak sadar
dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh (Kusumawati, 2010).

Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon
terhadap suatu kejadian (Kehilangan, perubahan)

b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waaktu lama.

2.2 Etiologi

Menurut Stuart Gail (2007) :

a. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri

Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan idealdiri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran

Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya


seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif dibandimg
wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang
istri yang berperan sebagai kepala rumah tangga atau seorang suami yang mengerjakan
pekerjaan rumah, akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai
muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran
yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri

Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya
diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan
sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan
benci pada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.

4) Faktor biologis

Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara
umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh
kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada
pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih
dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

b. Faktor presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu
dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor dapat mempengaruhi komponen.
Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang dapat mempengaruhi
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan
dengan sodara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita- cita tidak terpenuhi dan kegagalan
bertanggung jawab sendiri.

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal:

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.

2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.

2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.

3. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

2.3 Tanda dan gejala

Stuart and Suddent (1991) mengemukakan 10 cara individu mengekspresikan


secara langsung harga diri rendah.

a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri


Klien mempunyai pandangan negatif tentang dirinya, klien sering mengatakan
dirinya bodoh, tidak tahu apa-apa.

b. Merendahkan / mengurangi martabat


Menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata dimiliki.

c. Rasa bersalah dan khawatir


Klien menghukum diri sendiri ini dapat ditempatkan berupa fobia obsesi. Klien
menolak dirinya sendiri.

d. Manifestasi fisik
Termasuk tekanan darah tinggi, penyakit psikosomatis...

e. Menunda keputusan
Sangat ragu-ragu dalam mengambil keputsan : rasa aman terancam.

f. Gangguan berhubungan
Klien menjai kejam, merendahkan diri atau mengeksplorasi orang lain, perilaku
lain adalah menarik diri atau isolasi.

g. Menarik diri dari realita

Bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri sendiri mencapai tingkat
berat atau panik, klien mungkin mengalami gangguan asosiasi, halusinasi, curiga,
cemburu, atau paranoid.

h. Merusak diri
Harga diri yang rendah dapat mendorong klien mengakhiri hidupnya.

i. Merusak / melukai orang lain


Kebencian dan penolakan pada diri sendiri dapat .. pada lingkungan dengan
melukai orang lain.

j. Kebencian dan penolakan pada diri sendiri

2.4 Proses terjadinya


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif untuk mendorong individu
menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu
atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga
diri rendah kronis.

Gambar Rentang Respon Konsep Diri

Rentang respons konsep diri


Respon Respon
adaptif maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalisasi


identitas
diri diri positif diri rendah
 Aktualisasi : Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
sukses.
 Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
perwujudan dirinya.
 Harga diri rendah : perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan
rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis.
 Kerancauan identitas : kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
 Depersonalisasi : perasaan tidak realistik dalam keasingan dari diri sendiri,
kesulitan membedakan diri sendiri, merasa tidak nyata dan asing baginya.

2.5 Psikopatologi
Gambar II.1 Psikopatologi Harga Diri Rendah

Faktor Predisposisi
2.6 Terapi Somatik

Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam
bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak dilakukan pada klien dengan gangguan
jiwa seperti terapi somatik restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan foto terapi. Menurut Riyadi,
& Purwanto, (2009)

a. ECT (Electro Convulsif Therapie)

Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik.

Indikasi ECT yaitu :

1. Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor kotatonik dan
gaduh gelisah katatonik.

2. Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap antidependen
atau yang tidak dapat minum obat.

3. Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap obat.

4. Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai
efek terapeutik.

Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu :

1. Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksiSPP).

2. Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal, osteoartritis berat,


osteoporosis, fraktur karena kejang grandma.

3. Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia, hipertensi, aritmia, dan


aneurisma.

4. Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.

5. Keadaan lemah.
b. Foto Terapi atau Sinar

Terapi somatik pilihan. Terapi ini diberiakan dengan memaparkan klien pada sinar terang
(5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan). Klien disuruh duduk dengan mata terbuka 1,5
meter, didepan klien diletakan lampu flouresen spectrum luas setinggi mata. Waktu dan dosis
terapi ini bervariasi pada tiap individu. Beberapa klien berespons jika terapi diberikan pagi
hari, sementara klien ini lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada waktu sore hari. Semakin
sinar terang, semakin efektif terapi perunit waktu. Terapi sinar berlangsung dalam waktu
yang tidak lama namun cepat menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa sembuh 3-
5 hari tetapi klien dapat kembali kambuh jika terapi dihentikan. Terapi ini dapat menurunkan
75% gejala depresi yang dialami klien depresi minum dingin atau gangguan afektif musiman.
Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat berupa nyeri kepala, insomnia,
kelelahan, mual, mata kering, keluar sekresi dari hidung dan rasa lelah pada mata.

2.7 Mekanisme Koping

Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart & Gail, 2007 ).

a) Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :

1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri

(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )

2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut

serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk )

3. Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak

menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes

untuk mendapatkan popularitas

4. Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas

diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan

obat)

b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :

1. Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang


terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.

2. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan

yang diterima masyarakat.

2.8 Penatalaksanan Medis

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah kronis
adalah:

a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri
rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal
terus menerus.

1. Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi
klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan
dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.

2. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan
di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada
kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat
dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan
negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.

3. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat digunakan adalah:

1. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan memberikan


informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.

2. CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.

3. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat wilayah otak


dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-
perubahan aliran darah yang terjadi.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan menggunakan


magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh
atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan
akurasi gambar. Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:

 Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami penurunan.

 Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur


fight-flight dan proses pembelajaran dan memori, mengalami penurunan yang
mengakibatkan kelemahan dan depresi.

 Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang mengakibatkan klien


lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

 Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang energi,
selalu terlihat mengantu. Selain itu berdasarkan diagnosa medis klien yaitu
skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan glutamat. Adapun jenis
alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan:

- Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau pancaran dari


bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik kedalam aliran
darah untuk menghasilkan gambaran dua atau tiga dimensi melalui distribusi
dari bahan kimia tersebut didalam tubuh dan otak. PET dapat
memperlihatkan gambaran aliran darah, oksigen, metabolisme glukosa dan
konsentrasi obat dalam jaringan otak. Yang merefleksikan aktivitas otak
sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan neuro-kimiawi
otak.

- Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikan dengan MRI,


para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak. TMS dapat
menggambarkan proses motorik dan visual dan dapat menghubungkan antara
kimiawi dan struktur otak dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan
gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai