Oleh:
OLEH :
NIM : P07120016099
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL
2. Proses Kehamilan
Menurut Manuaba (2010) proses kehamilan terdiri dari ovulasi, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang hasil sampai aterm.
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420
buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Dengan
pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang
menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel.
Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan
disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan enjadi folikel de Graaf, ovarium
mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang
makin mendekati ovarium, gerka sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik tuba
makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras
menuju uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang
mendadak, terjadi pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Dengan gerak aktif tuba
yang mempunyai umbai (fimbraie) maka ovum yang telah dilepaskan segera
ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up
mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus
dalam bentuk pematangan pertama artinya telah siap untuk dibuahi.
b. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus menjadi spermatosit pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari
pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstisial leydig sehingga
spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual
dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa
setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit
gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor
(panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat bergerak).
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang
dapat mencapai tuba falopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia wanita
dapat hidup selama tiga hari sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan
membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah ini.
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata yang
mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh nonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa
menyebar masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum
uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba
falopi
d. Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma, ‘vitelus” membangktkan
kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses
pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan telofase sehingga
pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid
saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan
pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk “autosom”
sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai pembawa tanda seks. Wanita selalu resesif
dengan kromosom X. Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom seks yaitu
kromosom X dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis
kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi jenis
kelamin laki-laki. Oleh karena itu, pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis
kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot yang
dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan
seterusnya.berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konseps terus berjalan menuju
uterus. Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk ruangan yang
mengandung cairan yang disbut blastula. Perkembangan dan pertumbuhan
berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap
untuk mengadakan nidasi.
e. Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau
belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata sehingga
bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium.
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel
yang dekat dengan ruangan eksoselon membentuk “endoderm” dan yolk sac (kantong
kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat
embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung yolk sac. Plat
embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm dan mesoderm. Ruangan amnion
dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat di antara amnion dan
embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati, limpa
dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga terbentuk bakal jantung
dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi
mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan menggunakan
ultrasonografi atau sistem Doppler.
3. Gejala Klinis
a. Tanda-tanda presumptif
1) Amenorea (tidak dapat haid)
2) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
3) Mengidam (ingin makan sesuatu)
4) Tidak tahan suatu bau-bauan
5) Pingsan
6) Tidak ada selera makan (anoreksia)
7) Lelah (fetique)
8) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen
dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
9) Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.
10) Konstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
11) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di
muka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher dan dinding perut (linea
nigra = grisea).
12) Epulis: hipertrofi dari papil gusi.
13) Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva biasanya
dijumpai pada triwulan akhir.
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
1) Perut membesar
2) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari
rahim.
3) Tanda Hegar : pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.
4) Tanda Chadwick : perubahan warna keunguan pada vulva dan mukosa vagina.
5) Tanda Piscaseck : pembesaran uterus yang tidak simetris.
6) Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang = Braxton-Hiks
7) Teraba Ballotement : ketukan yang mendadak pada uterus yang menyebabkan
janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa.
8) Reaksi kehamilan positif
c. Tanda pasti (tanda positif)
1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian
janin.
2) Denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
b. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
c. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
d. Dilihat pada ultrasonografi
3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes urine kehamilan (Tes HCG)
Dilaksanakan seawal mungkin setelah diketahui amenore. Urine yang digunakan
diupayakan urine pagi.
b. Palpasi abdomen
Menggunakan cara pemeriksaan leopold, yaitu sebagai berikut :
1) Leopold I
Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus.
2) Leopold II
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri.
3) Leopold III
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang berada di bawah uterus.
4) Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah dan untuk
mengetahui apakah kepala sudah memasuki panggul apa belum.
c. USG
Dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis kehamilan.
d. Pemeriksaan rontgen
Merupakan salah satu alat untuk melakukan penegakkan diagnosis kehamilan.
6. Penatalaksanaan Medis
1) Trimester I dan II
- Jadwal pemeriksaan kehamilan setiap bulan sekali.
- Diambil data tentang laboratorium.
- Pemeriksaan ultrasonografi.
- Nasehat tentang diet 4 sehat 5 sempurna, tambahkan protein 0,5 gram/kg BB (1
telur/ hari).
- Observasi adanya penyakit yang mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehamilan
dan imunisasi tetanus 1.
2) Trimester III
- Jadwal pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu sekali sampai ada tanda
kehamilan.
- Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
- Diet 4 sehat 5 sempurna.
- Pemeriksaan ultrasonografi.
- Imunisasi tetanus 2.
- Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester
ke-3.
- Rencana pengobatan.
- Nasihat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan.
(Manuaba, 2010).
7. Komplikasi
Macam-macam komplikasi kehamilan Menurut Depkes RI (2007) yaitu, jika tidak
melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang
terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
a. Komplikasi obstetrik langsung, meliputi :
1) Perdarahan
2) Pre-eklampsia/eklampsia
3) Kelainan letak (letak Lintang/letak Sungsang)
4) Hidramnion
5) Ketuban pecah dini (KPD)
b. Komplikasi obstetrik tidak langsung :
1) Penyakit jantung
2) Tuberculosis
3) Anemia
4) Malaria
c. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik :
1) Komplikasi akibat kecelakaan
2) Keracunan
Rontok:
b. Kulit Kepala
Warna : Lesi: Peradangan:
Bawah
Oedema : ………………………….
Varises : ………………………….
CRT : ………………………….
Refleks : …………………………..
g. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (Urine dan HB Darah)
Pemeriksaan USG
h. Diagnosa Medis
i. Pengobatan
j. Pathway
Ketidakseimba- Resiko
Konstipasi ngan nutrisi : kekurangan
Kurang dari volume cairan
kebutuhan
tubuh
Kekurangan energi
2. Diagnosa Keperawatan
(1) Ansietas berhubungan dengan kebutuhan yang tidak Keletihan
dipenuhi, ancaman status
terkini, dan perubahan besar .
(2) Konstipasi berhubungan dengan kehamilan.
(3) Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (kehamilan).
(4) Risiko kekurangan volume cairan dibuktikan dengan kehilangan cairan aktif
(5) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis (kehamilan).
3. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan (NOC)
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pengurangan Kecemasan Pengurangan Kecemasan
a. Ajarkan kepada pasien teknik a. agar pasien dapat menenangkan
dengan kebutuhan yang keperawatan selama … x 24
relaksasi untuk dilakukan diri dan melanjutkan tidurnya
tidak dipenuhi, jam, diharapkan ansietas
b. indicator derajat ansietas
sekurang-kurangnya setiap 4 jam
ancaman status terkini, dapat diatasi dengan kriteria
misalnya pasien dapat merasa
ketika terjaga.
dan perubahan besar . hasil :
b. Pantau respon verbal dan non tidak terkontrol di rumah,
Tingkat Kecemasan
verbal yang menunjukan kerja / masalah pribadi. Stress
a) Tidak gelisah
kecemasan klien dapat terjadi sebagai akibat
b) Tidak mengekspresikan
c. Atur penggunaan obat-obatan
gejala fisik kondisi juga reaksi
kekhawatiran karena
untuk mengurangi kecemasan.
lain.
perubahan dalam d. Bantu klien mengidentifikasi
c. Dapat digunakan untuk
peristiwa hidup. situasi yang memicu kecemasan.
menurunkan ansietas dan
c) Ada kontak mata e. Dorong keluarga untuk
d) Tidak ketakuatan memudhkan istirahat pada
mendampingi klien dengan cara
e) Wajah tidak tegang,
pasien.
yang tepat.
tangan tidak tremor d. Agar pasien dapat mengetahui
f) Tidak ada peningkatan
hal apa yang dapat membuatnya
ketegangan
cemas
g) Tidak ada peningkatan
e. Tindakan dukungan dapat
keringat
membantu pasien merasa stress
h) Tekanan darah nadi dan
berkurang, memungkinkan
frekuensi pernapasan
energy untuk ditujukan pada
dalam batas normal(TD:
systole 100-130 mmHg, penyembuhan atau perbaikan.
diastole 60-90 mmHg,
Nadi : 60- 100 X/menit,
RR: 12-24 X/ menit)
i) Berkonsentrasi
j) Tidak ada blocking
pikiran.
2. Konstipasi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Konstipasi Manajemen Konstipasi
a. Identifikasi factor-faktor (misalnya a. Dapat mengetahui hal apa yang
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24
Pengobatan tirah baring, dan diet)
menyebabkan terjadinya konstipasi
kehamilan. jam, diharapkan konstipasi
yang menyebabkan terjadinya b. Agar pasien dan keluarga dapat
dapat diatasi dengan kriteria
konstipasi. memantau makanan yang di
hasil : b. Ajarkan pasien atau keluarga untuk
konsumsi oleh pasien.
Tingkat nyeri tetap memiliki diari terhadap c. Agar konstipasi yang dialami dapat
a) Melaporkan nyeri makanan. diketahui secara dini dan dapat
c. Monitor tanda-tanda konstipasi
berkurang secara verbal diberikan tindakan yang tepat.
d. Monitor bisimg usus
b) Tidak tampak meringis d. Membantu dalam menciptakan
e. Evaluasi catatan asupan untuk apa
dan diaforesis kembali pola evakuasi normal dan
saja nutrisi yang dikonsumsi.
c) Tekanan darah, nadi dan
meningkatkan kemandirian.
pernapasan dalam batas e. Makanan kasar (misalnya uah dan
normal (TD: systole 100- sayuran ) dan meingkatkan cairan
130 mmHg, diastole 60- yang menghasilkan bulk,
90 mmHg, Nadi : 60- merangsang eliminasi dan
100 X/menit, RR: 12-24 mencegah konstipasi defekasi.
X/ menit).
3. Keletihan berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi Manajemen Energi
1. Monitor intake atau asupan nutrisi a. Asupan nutrisi yang adekuat dapat
dengan kelesuan keperawatan selama … x 24
untuk mengetahui sumber yang meningkatkan energy
fisiologis (kehamilan). jam, diharapkan keletihan
b. Agar pasien dapat memenuhi
adekuat.
dapat diatasi dengan kriteria
2. Anjurkan pasien untuk menyelingi kebutuhan energy selama
hasil :
aktivitas dengan periode istirahat kehamilan.
Tingkat kelelahan 3. Tetapkan pola tidur yang teratur c. Pola tidur yang tidak teratur akan
4. Hindari situasi yang penuh
a) Tidak terjadi mempengaruhi kehamilan
emosional d. Dengan gangguan emosional yang
peningkatan kelelahan
5. Anjurkan tidur siang bila
dialami dapat meningkatkan stress
pada pasien
diperlukan.
b) Tidak terjadi kekurangan ibu. Dan menimbulkan resiko
energi, letargi, letih. terhadap janin.
e. Istirahat yang cukup akan
Lesu dan lelah
c) Mampu melakukan mengurangi tingkat stress pada
aktifitas fisik pada Ibu.
tingkat yang biasa.
d) Tidak terjadi kehilangan
nafsu makan
4. Risiko kekurangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemi Manajemen Hipovolemi
a. Moitor adanya tanda-tanda a. Dapat mengetahui secra dini
volume cairan keperawatan selama … x 24
dehidrasi adanya dehidrasi pada pasien
dibuktikan dengan jam, diharapkan risiko
b. Tawarkan pilihan umum setiap 1-2 b. Dapat memenuhi kebutuhan cairan
kehilangan cairan aktif kekurangan cairan dapat
jam saat terjaga, jika tidak ada pasien dan mencegah adanya
diatasi dengan kriteria hasil :
kontra indikasi dehidrasi.
Keseimbangan Cairan c. Fasilitasi kebersihan mulut. c. Menjaga kehigienisan mulut
1. Turgor kulit normal
pasien dan mencegah terjadinya
2.Kelembaban membrane infeksi
mukosa
3. BB stabil
4. Hematokrit meningkat
5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
a. Identifikasi adanya alergi atau a. Dapat mencegah adanya alergi
nutrisi : kurang dari keperawatan selama … x 24
intoleransi makanan yang dimiliki pada pasien
kebutuhan tubuh jam, diharapkan
b. Pedoman tepat untuk pemasukan
pasien.
berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi :
b. Tentukan jumlah kalori dan jenis kalori tepat. Sesuai penyembuhan
factor biologis kurang dari kebutuhan tubuh
nutrisi yang dibutuhkan untuk luka, persentase area untuk
(kehamilan). dapat diatasi dengan kriteria
memenuhi persyaratan gizi. menghitung bentuk diet yang
hasil : c. pastikan makanan disajikan dengan
diberikan dan penilaian yang tepat
Status Nutrisi cara yang menarik dan pada suhu yang
untuk di buat.
paling cocok untuk konsumsi secara c. Dapat meingkatkan nafsu makan
1. Asupan gizi mencukupi
optimal. pasien dan meningkatka
2. Asupan makanan tercukupi d. anjurkan keluarga untuk membawa ketertarikan pasien terhadap
makanan favorite pasien
3. Ratio BB dan TB stabil. makanan.
e. monitor terjadinya penurunan dan
d. Memberikan pasien atau orang
4. Asupan cairan tercukupi. kenaikan BB.
terdekat rasa control meningkatkan
partisipasi dalam perawatan dan
dapat memperbaiki pemasukan.
e. Membuat data dasar, membantu
dalam memantau keefektifan
aturan terapiutik, dan
menyadarkan perawat terhadap
ketidak tepatan kecenderungan
dalam penurunan / penambahan
Berat Badan
4. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi
5. EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP. (Salmah,
2002 : 157 – 164)
a) S : Data Subyektif
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
b) O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.
c) A : Analisis
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.
d) P : Penatalaksanaan
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria M., et al. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth Edition.
Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
dan Laporan Nasional 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Manuaba, I G.B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC
Moorhead, Sue., et al. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby
an Imprint of Elsevier Inc.
Mochtar, Rusman. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta: EGC
NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Defisinisi dan Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka