Anda di halaman 1dari 9

A.

Keunggulan Kompetitif
1. Definisi Keunggulan Kompetitif
Keunggulan Kompetitif sebagai kunci untuk memenangkan dan
mempertahankan pelanggan di seluruh area bahkan kalau bisa seluruh dunia serperti
Sony menciptakan Consumer Electronics : TV, Audio, Game bahkan merambat
ke handphone dan kamera. Keunggulan Kompetitif memahami kebutuhan –
kebutuhan (needs) dari pelanggan dan merupakan proses pembelian yang lebih baik
dari pelanggan dan memberikan value yang lebih besar melalui harga yang lebuh
rendah atau memberikan keuntungan (benefit) yang lain.
Ketika suatu perusahaan menopang keuntungan yang melebihi rata-rata industri,
perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif atas pesaingnya. Tujuan dari
banyak strategi bisnis adalah untuk mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Michael Porter mengidentifikasi dua jenis dasar keunggulan kompetitif:
a. Keuntungan Biaya
b. Diferensiasi Keunggulan
Sebuah keunggulan kompetitif ada ketika perusahaan dapat memberikan manfaat
yang sama sebagai kompetitor tetapi dengan biaya yang lebih rendah (keunggulan
biaya), atau memberikan manfaat yang melebihi orang-orang produk yang bersaing
(keunggulan diferensiasi). Dengan demikian, keunggulan kompetitif memungkinkan
perusahaan untuk menciptakan nilai yang superior bagi pelanggan dan keuntungan
superior untuk dirinya sendiri. Biaya dan diferensiasi keuntungan yang dikenal
sebagai keuntungan posisionalkarena mereka menggambarkan posisi perusahaan di
industri sebagai pemimpin baik dalam biaya atau diferensiasi.
2. Model Keunggulan Kompetitive

a) Sumber daya dan Kapabilitas


Menurut pandangan berbasis sumber daya, dalam rangka untuk
mengembangkan keunggulan kompetitif perusahaan harus memiliki sumber daya dan
kemampuan yang unggul daripada pesaingnya. Tanpa keunggulan ini, para pesaing
hanya bisa meniru apa yang perusahaan lakukan dan keuntungan apapun dengan cepat
akan menghilang. Sumber daya perusahaan spesifik aset berguna untuk menciptakan
keunggulan biaya atau diferensiasi dan bahwa beberapa pesaing bisa mendapatkan
dengan mudah. Berikut ini adalah beberapa contoh sumber daya seperti: paten, marek
dagang, reputasi perusahaan dan ekuitas merek
Kemampuan merujuk kepada kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan
sumber daya secara efektif. Sebuah contoh dari kemampuan adalah kemampuan untuk
membawa produk ke pasar lebih cepat daripada pesaing. Kemampuan seperti yang
tertanam dalam rutinitas organisasi dan tidak mudah didokumentasikan sebagai
prosedur dan dengan demikian sulit bagi pesaing untuk meniru..
b) Biaya Keuntungan dan Keunggulan Diferensiasi
Keunggulan kompetitif dibuat dengan menggunakan sumber daya dan
kemampuan untuk mencapai baik struktur biaya yang lebih rendah atau produk
dibedakan. Sebuah perusahaan memposisikan dirinya dalam industri melalui pilihan
dari biaya rendah atau diferensiasi. Keputusan ini merupakan komponen utama dari
strategi bersaing perusahaan. Keputusan lain yang penting adalah seberapa luas atau
sempit segmen pasar target. Porter membentuk matriks menggunakan keunggulan
biaya, keunggulan diferensiasi, dan fokus yang luas atau sempit untuk mengidentifikasi
seperangkatstrategi generik bahwa perusahaan dapat mengejar untuk menciptakan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif.
c) Penciptaan Nilai
Perusahaan menciptakan nilai dengan melakukan serangkaian kegiatan yang
Porter diidentifikasi sebagai rantai nilai . Untuk mencapai keunggulan kompetitif,
perusahaan harus melakukan satu atau lebih nilai menciptakan kegiatan dengan cara
yang menciptakan nilai lebih secara keseluruhan daripada pesaing. Nilai unggul
diciptakan melalui biaya yang lebih rendah atau manfaat yang superior kepada
konsumen (diferensiasi).
B. Value Chain Analysis
Value Chain atau rantai nilai adalah kumpulan aktivitas atau kegiatan dalam
sebuah perusahaan yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan,
mengirimkan dan support produk. Konsep rantai nilai pertama kali dikenalkan dan
dipopulerkan oleh Michael E. Porter pada tahun 1985 dalam bukunya.

1
Rantai nilai terdiri dari sekumpulan aktivitas utama dan pendukung. Dalam
rantai nilai yang umum, aktivitas pendukung terdiri dari infrastruktur perusahaan,
pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan usaha
memperolehnya. Sedangkan dalam aktivitas utama terdiri dari logistik masuk, operasi,
logistik keluar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan, seperti tertera pada gambar
berikut:

Gambar. 1. The Generic Value Chain

a. Aktivitas Utama (Primary Activities)


1. Logistik Masuk (Inbound Logistics), adalah aktivitas atau kegiatan yang
dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan
baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal
kendaraan dan pengembalian kepada supplier.
2. Operasional (Operations), adalah kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah
input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan,
pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing, pencetakan dan yang
lainnya yang berkaitan dengan prose operasi atau produksi.
3. Logistik Keluar (Outbound Logistics), adalah kegiatan yang diasosiasikan
dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli, seperti
pergudangan produk jadi, penanganan material, operasi pengiriman, proses
pemesanan dan penjadwalan.
4. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales), adalah kegiatan dalam
membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi,
tenaga penjual, quota dan harga.

2
5. Pelayanan (Service), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan
layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi,
perbaikan, pelatihan dan penambahan produk.
Masing masing kegiatan/aktivitas mungkin sangat penting, tergantung pada
industrinya. Untuk perusahaan dibidang jasa, pelayanan terhadap pelanggan menjadi
sesuatu yang sangat vital dalam operasi perusahaan tersebut.
b. Aktivitas Pendukung (Support Activities)
Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori kegiatan:
1. Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah,
persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesin-
mesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan.
2. Technology Development, terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat
dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses.
Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan kompetitif dalam
semua industri.
3. Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi
kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM.
4. Firm Infrastructure , aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah
aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, accounting dan
manajemen kualitas.
Dalam setiap kategori kegiatan/aktivitas, baik itu yang utama maupun yang
pendukung, ada tiga jenis kegiatan yang memiliki peran berbeda dalam kegiatan
tersebut:
 Langsung (direct), aktivitas yang melibatkan langsung dalam pembuatan nilai
kepada pembeli, seperti perakitan, iklan, desain produk, rekrutmen dan lain
sebagainya.
 Tidak langsung (indirect), aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan
kegiatan langsung secara berkelanjutan, seperti perawatan, penjadwalan,
administrasi penelitian dan lain sebagainya
 Jaminan kualitas (Quality Assurance), adalah aktivitas yang menjamin kualitas
dari aktivitas lain seperti, monitoring, inpeksi, testing, pemeriksaan dan lain
sebagainya.
C. Just-In-Time Manufacturing And Purchasing

3
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem
manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang
yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah
yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen. JIT mempunyai empat
aspek pokok sebagai berikut:
a. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya
pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
b. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang
tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
c. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja
sesuai dengan fluktuasi permintaan.
d. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah Zero Defect (tidak ada
barang yang rusak), Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up), Zero Lot Excesses
(tidak ada kelebihan lot), Zero Handling (tidak ada penanganan), Zero Queues (tidak
ada antrian), Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin), dan Zero Lead Time (tidak
ada lead time)
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penerapan Just In Time,diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Aliran Material yang lancar – Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu
dibutuhkan pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses
langsung dengan dan dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan aliran material yang tidak terputus dari bagian penerimaan dan
kemudian antar tiap tingkat produksi yang saling berhubungan secara langsung,
samapi pada bagian pengiriman.
b) Pengurangan waktu set-up – Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian produksi
diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang membutuhkan waktu
beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem JIT. Pengurangan waktu
setup yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7
jam menjadi 3-7 menit..
c) Pengurangan lead time vendor – Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat
besar dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan sistem
JIT kita ingin menerima komponen tepat pada saat operasi produksi membutuhkan.

4
Untuk itu perusahaan kadang-kadang harus membuat kontrak jangka panjang dengan
vendor untuk mendapatkan kondisi seperti ini.
d) Komponen zero defect – Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang cacat,
baik itu yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang diproduksi,
teknis kontrol statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa semua proses sedang
memproses komponen dalam toleransi setiap waktu. Untuk komponen yang dibeli,
vendor diminta untuk menjamin bahwa semua produk yang mereka sediakan telah
diproduksi dalam sistem produksi yang diawasi secara satistik..
e) Kontrol lantai produksi yang disiplin – Dalam system pengawasan lantai produksi
tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi yang panjang
yang dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu pekerja. Untuk itu,
order produksi dikeluarkan dengan memperhatikan faktorfaktor ini. Dalam JIT,
perhitungan performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk membentuk
persediaan yang rendah dan menghilangkan halhal yang menghalangi operasi yang
responsif.
1. Penerapan JIT dalam berbagai bidang fungsional perusahaan
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang
berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-
sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
2. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang
tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi
berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat
mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation
(stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).

5
b. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep
waktu tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya
setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas
produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
3. Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada
yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional. Penggunaan sistem pemanufakturan
JIT mempunyai dampak pada:
a. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
b. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
c. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
d. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
e. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.
Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:
a. JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan
bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke
satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang
terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama
JIT.
JIT TRADISIONAL
Sistem Pull-through Sistem Push-through
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Sel-sel pemanufakturan Berstruktur departemen
Tenaga kerja terinterdisipliner Tenaga kerja terspesialisasi
Pengendalian mutu (TQC) Level mutu akseptabel (AQL)
Dsentralisasi jasa Sentralisasi jasa
b. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan

6
mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun
sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
c. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka
penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai,
dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan.
Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak
signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan
keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk
memuaskan tujuan manajerial..
d. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan
harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan
khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
e. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit
karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan
persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan
tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah
pada penyederhanaan.
f. Penentuan Harga Pokok Backflush
Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses
dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan
menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
 Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.
 Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
 Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira
mengasilkan informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara
berurutan.
Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :
 Perubahan Akuntansi Bahan
 Perubahan Akuntansi Biaya Konvers

7
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, D.R. and Mowen, M.M. 2005. Management Accounting. Cicinnati: South-
Western College Publishing
http://id.wikipedia.org/wiki/Keunggulan_kompetitif
http://khaledha-marpaung.blogspot.com/2011/12/competitive-advantages.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Just_In_Time_(JIT)
http://strategimanajemen.net/2012/05/07/value-chain-analysis

Nama kelompok yang aktif :

1. Luhde Hendryani Pratiwi


2. I Putu Andy Mahendra
3. Ni Ketut Nadila Suryasari
4. I Putu Gede Ari Setyawan
5. I Kadek Ary Saputra

Anda mungkin juga menyukai