Anda di halaman 1dari 13

LITERATURE REVIEW

1. Jurnal Jamu Pada Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi Komplementer


(Hasanah dan Wodowati, 2016).
Sample yang digunakan dalam metode ini yaitu pasien tumor/kanker pada dokter
praktik jamu di Rumah Sakit, Puskesmas, dan praktek mandiri yang berada pada
jejaring dokter di 7 provinsi di Indonesia diantaranya yaitu provinsi DKI Jakarta,
Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, dan Sulsel.
Dari penelitian ini diperoleh 71 pasien tumor/kanker dengan total 129 kunjungan
yang bervariasi antara 1 sampai 4 kali kunjungan. Jumlah pasien 6 kali lebih banyak
dari pasien laki-laki. Persentase terbesar pada usia 41-50 tahun yaitu sebesar 39,4% ,
diikuti usia 31-40 tahun sebesar 23,9%, usia 51-60 tahun sebesar 16,9%.
Terdapat 10 herbal yang diberikan kepada pasien dalam penelitian ini sebagai
bahan utamanya yaitu kunyit putih, rumput mutira, bidara upas, sambiloto, keladi
tikus, temu manga, temulawak, benalu, daun sirsak, dan daun dewa. Pemberian herbal
tersebut menggunakan jalur injeksi. Munurut jurnal penelitian, komponen yang paling
banyak di berikan yaitu kunyit putih yang diberikan secara injeksi sebanyak 0,3-0,5
ml secara intra peritoneal yang dilakukan pada mencit dapat menghambat 50%
pertumbuhan sarkoma 180 tetapi tidak dapat menghambat 50% pertumbuhan
karsinoma aschites Ehrlich. Sementara itu injeksi 75 mg/kg secara subkutan dapat
menghambat pertumbuhan dari sarkoma 37, kanker serviks U14 dan karsinoma
ascites Ehrlich. Uji klinik pemakaian ekstrak C. zedoaria terhadap 165 kasus
penderita kanker serviks didapatkan hasil 52 kasus achieved of short term cure, 25
kasus marked effects, 41 kasus improvement dan 47 kasus unresponsiveness. Kunyit
putih juga merupakan tanaman berkhasiat obat yang sudah digunakan di Poli Obat
Tradisional RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam bentuk ekstrak dengan dosis sehari
3×5001000 mg.
Hasil pengobatan menggunakan herbal dapat meningkatkan kualitas hidup pasien,
terbukti dalam penilitian jurnal ini dengan data terdapat 51,4% pasien yang datang
dengan kualitas hidup yang baik, 40% sedang dan 8,6% buruk. Hal ini terdapat
separuh lebih pasien yang berobat memiliki kualitas hidup yang baik. Selanjutnya
setelah mendapat terapi, baik konvensional, tradisional maupun terapi jamu, terdapat
79,6% pasien yang mengalami perbaikan kualitas hidup dan 20,4% yang kualitas
hidupnya menetap. Pasien yang datang dengan kualitas hidup buruk pada pasca terapi
menjadi membaik atau menetap, tidak ada yang memburuk pada akhirnya. Komponen
jamu yang banyak digunakan selanjutnya yaitu rumput mutiara (Hedyoris corymbosa)
yang rasanya manis dan tawar. Rumput mutiara mengandung kumarin,
hentriakontana, stigmasterol, asam ursolat, danasam oleanolat. Tanaman ini
digunakan untuk membantu pengobatan kanker terutama kanker saluran cerna,
kanker hati, pankreas, serviks, payudara, nasofaring, laring, limfosarkoma dan
kandung kemih. Umbi bidara upas (Merremia mammosa Hall.f) berkhasiat untuk
mengobati kanker, memiliki kandungan kimia resin, pati, dan tanin sedangkan
getahnya mengandung zat oksidase. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
rasanya pahit, digunakan untuk penyakit trofoblas ganas termasuk mola invasif dan
koriokarsinoma, tumor paru dan hamil anggur. Sambiloto juga merupakan tanaman
berkhasiat obat yang sudah digunakan di Poli RSSA Malang dengan cara direbus
sebanyak 5 gram. Berdasarkan penelitian Sukardiman dkk, ditemukan bahwa senyawa
andrografolida hasil isolasi dari tanaman sambiloto memiliki aktivitas antikanker
melalui mekanisme apoptosis terhadap sel kanker HeLa dengan harga IC50 sebesar
109,90 μg/ ml. Keladi tikus, temu mangga, dan benalu juga diindikasikan sebagai
tanaman obat antikanker yang digunakan di Poli RSSA Malang dan RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.1 Penelitian Iswantini dkk, memperoleh hasil bahwa ekstrak keladi
tikus dalam air demineralisasi menghambat 76,1% enzim tirosin, enzim yang
memengaruhi perkembangan sel-sel kanker di tubuh manusia, sedangkan genistein
senyawa antikanker hanya memiliki daya hambat 12,89%. Adanya daya hambat
menunjukkan keladi tikus berpotensi sebagai antikanker. Penelitian lain mengenai
keladi tikus juga dilakukan oleh Indrayudha dkk, menunjukkan adanya ribosom
inactivating proteins (RIPs) pada ekstrak natrium klorida daun keladi tikus yang dapat
memotong rantai DNA sel kanker sehingga pembentukan protein sel kanker
terhambat dan gagal berkembang. Kegagalan perkembangan sel kanker akan
merontokkan dan memblokir pertumbuhan sel kanker tanpa merusak jaringan di
sekitarnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap benalu mangga sebagai
langkah awal menuju fitofarmaka antara lain adalah studi fitokimia untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa aktifnya. Berdasarkan uji toksisitas akut pada
benalu manga, tidak diperoleh dosis yang menyebabkan kematian hewan uji, sehingga
hanya dapat ditemukan LD50 semu untuk mencit sebesar 16,0962 g/kg BB. Penelitian
Parama dkk tentang induksi apoptosis daun Sirsak (Annona muricata Linn) terhadap
kanker dengan penyebab virus ditemukan bahwa daun sirsak dalam kloroform
berpotensi sebagai kemoprevensi pendamping kemoterapi pada sel yang diberikan
untuk kanker dengan penyebab virus. Daun dewa (Gynura segetum (Lour). Merr)
rasanya manis dan tawar. Umbinya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, minyak
asiri dan tannin. Daun ini mempunyai efek antiradang, antipiretik, analgesik dan
menghancurkan bekuan darah. Dapat digunakan untuk pengobatan tumor dan kista,
dengan peran utama meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
Namun, dalam terapi herbal ini terdapat juga efek samping yang ditimbulkan
antara sejumlah 4 dari 131 pasien (3,1%) mengalami kejadian yang tidak diinginkan
berupa keluhan efek samping. Efek samping yang dikeluhkan berupa alergi (gatal,
kulit kemerahan, bengkak), masa perdarahan menstruasi yang lebih pendek dari satu
minggu, mual, muntah, rasa kembung dan cepat kenyang, serta rasa tidak nyaman
pada perut bagian bawah. Pada pasien dengan terapi herbal temulawak mengalami
efek samping mual dan muntah. Pada terapi keladi tikus, kunyit putih, sambilodo,
rumput mutiara, dan daun ungu terdapat efek samping yaitu mual saja. Alergi (kulit
gatal, kemerahan, bengkak) terjadi pada pasien dengan terapi keladi tikus, sambiloto,
temu putih, daun dewa, dan kunyit. Rasa kembung dan cepat kenyang terjadi pada
pasien dengan terapi rumput mutiara, kunyit putih, dan bidara upas. Masa perdarahan
mens lebih pendek 1 minggu terjadi pada pasien dengan terapi keladi tikus, kunyit
putih, rumput utiara, dan sambiloto.

2. Jurnal Use of Complementary and Alternative Medicine (CAM) as Part of the


Oncological Treatment: Survey about Patients’ Attitude towards CAM in a
University-Based Oncology Center in Germany (Kessel dkk, 2016)
Sebanyak 171 dari 136 pasien (37,4% wanita, 62,0% pria, 0,6% tidak diketahui)
berpartisipasi. Ini sesuai dengan tingakt pengembalian sebesar 45%. Usia rata-rata
adalah 64 tahun (17-87 tahun). Dari semua peserta, 15,2% menggunakan CAM
selama terapi terpi onkologi mereka, 32,7% pernah menggunakannya di masa
lalu.Mayoritas (81,9%) tidak menggunakan CAM selama terapi, dan 55,5% belum
pernah menggunakan CAM di masa lalu. Analisa tersebut menunjukkan adanya
korelasi yang signifikat antara penggunaan pendidikan dan penggunaan CAM selama
terapi dan penggunaan CAM di masa lalu.
Pada penelitian ini, mengevaluasi bagaimana para pasien menyikapi penggunaak
CAM yang diberikan kepada mereka. Di Asia sendiri salah satu CAM yaitu terapi
herbal sebesar 45% di berikan. Di Eropa sendiri pemberian terapi bisa mencapai 15%
- 73% tergantung daerahnya masing-masing. Penggunaan metode CAM juga dapat
meningkatkan kualitas hidup terlebih dari segi psikologi dan mental mereka.
Kebanyakan wanita menggunakan CAM dari pada laki-laki dan pada umur < 40
tahun, masyarakat sudah banyak yang menggunakan CAM yang salah satunya adalah
terapi herbal. Dalam peniitian yang dilakukan oleh Nazik et al, pasien lebih suka
menggunakan terapi herbal (90,2%). Ada beberapa alasan yang lebih spesifik dari
pasien mengapa mereka lebih memilik CAM. Salah satu aspek adalah kepercayaan
umum bahwa metode CAM yang berbeda memiliki potensi umtuk meningkatkan
sistem imunitas dan menguatkan tubuh untuk melawan kaner. Hal ini relavan dalam
penelitian yang berbeda dan konsisten dengan hasil penilitian.

3. Pengaruh Pemberian Ekstrak Phyllanthus niruri Linn Terhadap Infiltrasi


Limfosit dan Ekspresi Perforin pada Kanker Kolon Tikus Sprague-Dawley
(Sawitri dkk, 2013)
Dalam jurnal ini, penelitian dilakukan kepada tikus yang pilih secara
random/acak. Dalam jurnal membuktikan bahwa pemberian ekstrak P. niruri L
mampu meningkatkan infiltrasi limfosit dengan sangat signifikan pada tikus coba
yang menderita kanker kolon dibanding tanpa pemberian ekstrak tersebut. Ekspresi
perforin merupakan salah satu parameter untuk menilai respons imun seluler
antitumor khususnya yang diperantarai oleh sel limfosit T sitotoksik (CTL) dan sel
NK dalam usaha mengeliminasi sel ganas seperti pada kanker kolon. Hasil analisis
univariat terhadap ekspresi perforin dalam penelitian ini. Nilai persentase rerata
ekspresi perforin menunjukkan grafik perbedaan yang sangat signifikan antara
kelompok K(+) dan X, dijelaskan bahwa pada kelompok K(+) diperoleh persentase
rerata ekspresi perforin 23,00±2,96%, sementara persentase rerata ekspresi perforin
kelompok perlakuan X lebih tinggi (39,00±1,80%). Hasil uji t tidak berpasangan
menunjukkan bahwa persentase rerata ekspresi perforin kelompok X lebih tinggi
secara sangat signifikan dibanding kelompok K(+) (p=0,000). Pemberian ekstrak P.
niruri L pada kelompok perlakuan setelah kanker tumbuh memberikan efek
peningkatan ekspresi perforin secara sangat bermakna.
Hasil penelitian jurnal juga berhasil membuktikan bahwa ekspresi perforin pada
tikus coba yang mendapat ekstrak P. niruri L lebih tinggi dan berbeda secara sangat
signifikan dibanding tikus coba yang tidak mendapat ekstrak tersebut. Hasil ini
membuktikan bahwa P. niruri L memiliki efek meningkatkan ekspresi perforin yang
disekresikan oleh CTL dan sel NK. Perforin ini sangat dibutuhkan oleh sel-sel
imunokompeten dalam kaitan dengan respons imun antitumor untuk memastikan
terjadinya apoptosis sel kanker. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa P. niruri L
meningkatkan status imunologis atau bersifat sebagai imunostimulator yang
meningkatkan kerja CTL dan sel NK, sehingga respons imun seluler antitumor
meningkat untuk mengeliminasi keganasan kolon pada hewan coba.
Pengenalan kemampuan sistem imun untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit sebagai pendekatan baru dalam terapi kanker dikenal dengan imunoterapi.
Tujuan imunoterapi kanker adalah memodulasi/menyokong sistem imun agar lebih
mampu untuk memusnahkan sel kanker. Identifikasi antigen berhubungan dengan
tumor yang dikenali oleh efektor seluler dan humoral sistem imun mempunyai
perspektif yang menjanjikan sebagai imunoterapi kanker.6-8,11 Imunoterapi untuk
kanker kolorektal saat ini berkembang pesat, tetapi pada manusia sebagian besar
masih bersifat eksperimental. Berbagai pendekatan ditujukan pada komponen-
komponen sistem imun yang berbeda, sebagian besar menggunakan produk biologik
alamiah yang dapat mengaktivasi sistem imun melalui rekayasa genetika dan tekhnik
hibridoma. Imunoterapi menggunakan antibodi monoklonal, vaksin, sitokin dan
limfokin rekombinan (terutama IL-2 dan IFN), limfosit T serta sel dendritik sedang
dieksplorasi secara intensif.
Aktivitas imunomodulasi pada tingkat seluler dan molekuler diduga diinisiasi oleh
komponen bioaktif yang terkandung didalam P. niruri L, misalnya golongan polifenol
flavonoid, tannin dan triterpenoid yang berperan dalam respons inflamasi. Inflamasi
melibatkan berbagai komponen seluler dan molekuler yang dikenal sebagai mediator
inflamasi. Limfosit T dibutuhkan dalam reaksi inflamasi, perkembangan kanker dan
imunitas antikanker.52,53 Flavonoid terbukti memiliki aktivitas imunomodulasi.
Flavonoid quercetin dan rutin meningkatkan aktivasi limfosit dan sekresi interferon-γ
(IFN-γ), sehingga aktivasi sel T CD8+ meningkat.54,55 Triterpenoid yang berasal
dari tumbuhan dapat menginduksi antiinflamasi, sitoprotektif dan apoptosis, juga
sebagai antiproliferasi. P. niruri L merupakan tanaman yang dapat meningkatkan
sistem imun pada kanker kolon.
4. Evidence Based Kurkumin Dari Tanaman Kunyit (Curcuma Longa) Sebagai
Terapi Kanker Pada Pengobatan Modern (Mutiah, 2015).
Kunyit merupakan tanaman herbal yang sering di gunakan dalam masyarakat
sebagai terapi komplementer. Dalam penelitian evidence bence ini mekanisme kerja
kurkumin sebagai antikanker melalui penghambatan induksi NF-kB telah banyak di
teliti. Molekul NF-kB ditemukan pada tahun 1980 sebagai pengatur transkripsi gen
immunoglobulin pada sel B. baru-baru ini ditemukan 5 anggota NF-kB pada mamalia
yaitu p50, p65 (RelA),c-Rel dan RelB. Untuk aktivasi ekspresi gen molekul NF-kB
adalah melalui pembentukan dimer kemudian memisah dengan I-kB inhibitor protein
selanjutnya masuk dalam inti sel dan berikatan dengan DNA. Peningkatan aktivitas
NF-kB yang tidak normal akan menyebabkan berbagai jenis kanker. Kurkumin
mampu menghambat induksi NF-kB dan menekan proliferasi kanker payudara,
kanker ovarium, kanker pancreas, leukemia dan multiple myeloma, kanker mulut,
kanker kandung kemih dan kanker prostat (Lin Li dan Lin Kun, 2008). Kurkumin
diketahui juga mampu mengatur produk gen NF-kB termasuk protein yang
berhubungan dengan apotosis sel (Bcl-2, Bcl-x, TRAF), Pengatur siklus sel (cyclin
D1, Cyclin D2), factor pertumbuhan (Interleukin, TNF-α, VEGF), reseptor
(CD40,CD44,CD86, CCR7,CXCL) dan Matrix metalloproteinase (MMP-2, MMP-9)
aktivitas kurkumin terhadap sinyal NF-kB. Penghambatan proliferasi terkait dengan
Cell Cycle Progression. Kurkumin telah dibuktikan mampu menginduksi cell cycle
arrest pada fase G1, dan terlihat menurunkan prosentase sel memasuki fase S (Chen
dan Huang, 1998; Bharti et al, 2003). Kurkumin juga dibuktikan pula mampu
menghambat Cell Cycle Progression pada fase G2/M (van Erk et al, 2004).
Penghambatan pada fase G1 akan berakibat terhambatnya proses sintesis DNA (fase
S). Aspek yang menarik ditemukan bahwa kurkumin mempunyai efek radioprotektif
terhadap sel normal dan radiosensitifitas terhadap sel kanker. Mekanisme tersebut
masih belum dimengerti secara jelas. Hal ini diduga bahwa kurkumin menurunkan
stress oxidative dan menghambat transkripsi gen yang berhubungan dengan stress
oxidative dan respon inflamasi sehingga mencegah efek radiasi terhadap sel normal.
Radiosensitifitas terhadap sel kanker kemungkinan disebabkan oleh pengaturan gen
yang berhubungan dengan kematian sel (Jagetia 2007, Akpolat et al, 2009). Kurkumin
juga diketahui sebagai protector efek samping dari pemakaian kemoterapi. Hal
tersebut di duga karena efek antioksidan dari kurkumin.
Senyawa antimetabolit gemcitabine adalah standart kemoterapi untuk kanker
pancreas. Namun terapi tersebut memberikan respon kurang dari 10% pasien dengan
efek survival kecil. Kombinasi kurkumin dengan gemcitabine ternyata memberikan
efek potensiasi. Hal ini ditunjukan pada uji preklinik pada model kanker pancreas
(Fryer at al, 2009). Epelbaum et al (2010) melakukan pengobatan pada 17 pasien
dengan menggunakan kombinasi kurkumin dan gemcitabine. Dosis gemcitabine
adalah 1000 mg/m2 yang diberikan seminggu sekali selama 7 minggu , diikuti 1
minggu istirahat, kemudian seminggu sekali selama 3 minggu diikuti 1 minggu
istirahat. Sedangkan kurkumin diberikan 4 gram 2 kali sehari (pagi dan sore) selama
treatmen dengan gemcitabine. Dari hasil penelitian tsb menunjukkan bahwa 45%
pasien memberikan respon positif dan berada dalam kondisi yang stabil. Dhillon at al
(2010) telah melakukan studi pada pasien kanker pancreas fase I. Sebanyak 25 pasien
diterapi dg 8 gram kurkumin per hari selama 2 bulan. Kemudian kadar sitokin serum
di monitor. Sitokin yang dimonitor adalah (IL)-6, IL-8, IL-10 dan IL-1. Selain itu
COX-2 dan ekspressi NF-kB pada darah mononuklear perifer juga dimonitor. 21
pasien dievaluasi responya: 1 pasien menunjukkan kondisi penyakitnya stabil selama
18 bulan. Dan tidak dilaporkan adanya toksisitas.
Gracea et al (2005) melakukan studi farmakodinamik pada 12 penderita kanker
kolon . sebelum di bedah pasien di terapi dengan kurkumin dengan dosis 450 mg,
1800 mg dan 3600 mg per hari selama 7 hari. Sampel biopsy diambil pada 6-7 jam
setelah pemberian kurkumin. Pemberian kurkumin pada dosis 3600mg diketahui
dapat menurunkan M1G dari 4,8±2,9 tiap 107 nukleotida menjadi 2,0±1,8 per 107
nukleotida . Pada studi ini kurkumin tidak memberikan pengaruh pada protein COX-
2. Penelitian ini menujukkan bahwa dosis 3600 mg masih dalam batas aman bagi
manusia. Pada kasus yang lain dilaporkan bahwa terapi kombinasi oxaliplatin, 5 FU
dan leucovorin yang diberikan bersama-sama dengan kurkumin pada dosis 5 gram per
hari memberikan efek antikanker yang bagus tanpa adanya efek samping pada 5 bulan
setelah terapi (Braumman et al, 2009).
Penelitian Fase I pada 14 pasien penderita kanker payudara yang di terapi
kombinasi kurkumin dengan docetaxel telah dipubilkasikan oleh Bayet-Robert et al
(2010). Docetaxel (100mg/m2) diberikan setiap 3 minggu selam 6 siklus. Kurkumin
diberikan secara oral mulai dosis 500mg/ hari, 4 hari sebelum kemoterapi dan 2 hari
sesudah kemoterapi dan dilanjtkan sampai dose-limiting toxicity. Maksimal dosis
yang masih bisa di toleransi adalah 8000 mg/hari. Hasil menunjukkan bahwa 8 pasien
memperlihatkan parsial respon dan 3 pasien dengan stabil desease.
Telah dilaporkan bahwa penggunaan turmeric (curcuma longa) sebagai ointment
pada kanker kulit, kanker payudara, kanker mukosa (oral cavity, vulva) dapat
mngurangi luka kanker dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengurangan bau
(necrosis) pada borok kanker payudara telah dilaporkan pada 90% kasus.

5. Natural Products as Adjunctive Treatment For Pancreatic Cancer : Recent


Trends and Advancements (Yue dkk, 2017).
Pada jurnal ini dibahas penggunaan herbal sebagai salah satu terapi dengan
metode kombinasi produk alami dengan gemcitabine, kombinasi produk alami dengan
kemoterapi, kombinasi antar produk alami sejenisnya, dan kombinasi produk alami
dengan fase awal uji klinis.
Psorospermum, produk alami dari kulit batang dan ajak tanman febrifugum yang
terdapat di daerah isolasi di Afrika, memiliki khasiat melawan leukimia yang resisan
terhadap obat dan limfoma terkaiy AIDS. Fellows dkk, menunjukkan bahwa
psorospermum memiliki efek yang sama seperti gemcitabine dalam menghambat
pertumbuhan tumor secara in vivo pada model xenograft pankreas MiaPaCA. Selain
itu, psorospermum dikombinasikan dengan gemcitabine ternyata memiliki efek aditif
setidaknya dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker pankreas MiaPaCa.
Mohammad dkk, menunjukkan bahwa kombinasi (-) gossypol (senyawa polifenol
alami yang siekstrasi dari biji kapas) dengan genistein (isoflavon kedelai yang
menonjol) sangat enting untuk menghambat pertumbuhan sel kanker BxPC-3
pancreatic, dibandingkan dengan agen saja. Genistein, yang menginaktivasi NF-kB
dan menyebabkan inaktivasi transkripsi dari Bcl-XL dan Bcl-2 dan kemudian
meningkatkan kematian sel kanker pankreas.
Hauns dkk. Menunjukkan bahwa ekstrak Ginkgo biloba GBE 761 ONC
dikombinasikan dengan 5-fluorouracil (5-FU) terbukti menguntungkan untuk
mengobati pasien dengan kanker pankreas dalam studi fase percobaan klinis II,
dibandingkan dengan percobaan klinis monoterapi 5-FU. Kurkumin, yang disebut
diferuloyl methane, adalah polifenol hidrofobik yang diisolasi dari kunyit diemasan
Curcumalonga. Curcumin telah menunjukkan berbagai aktivitas, seperti mediator
chemoresistance dan radio-resistance, antioksidan, antiinflamasi, dan
imunomodokulatorik, meningkatkan proses apoptosis, pelepasan sitokinin, dan sifat
antiangiogenik. Efek antikanker telah terlihat dalam beberapa percobaan klinis,
terutama sebagai agen kemoprevensi asli, penghilang rasa sakit, danpancreaticcancer,
servicneoplasia, dan Barrett'smetaplasia.

KESIMPULAN
Penggunaan herbal pada kanker telah banyak dilakukan oleh banyak orang. Tak hanya
tanaman yang ada di Indonesia saja, masyarakat dari berbagai negara menggunakan tanaman
herbal di daerahnya sendiri untuk menjadikannya terapi komplementer. Mahalnya harga obat
menjadi faktor mengapa tanaman herbal dipilih oleh pasien kanker. Tak hanya murah,
tanaman herbal juga mudah didapatkan. Contohnya seperti kunyit, merupakan salah satu
bumbu dapur yang sering masyarakat pakai. Pada masyarakat luar negeri, mereka jug
menggunkan tanamn herbal yang dapat meningkatkan kualitas hidup dengan cara
menggunakan tanaman herbal saja atau dikombinasikan dengan kemoterapi atau fase awal uji
klinis.
Walaupun demikian, masih ada tanaman herbal yang masih di uji cobakan kepada
hewan dan belum diterapkan tetapi dengan angka keberhasilan yang tinggi pada uji coba
hewan. Adanya efek samping ringan juga merupakan tantangan agar masyarakat bisa
menggunakan terapi komplementer tersebut. Tetapi, tidak memungkinkan masyarakat untuk
berhenti menggunakan terapi herbal untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
yang berjuang melawan kankernya dan penelitin pun tetap berlanjut untuk menemukan atau
menyempurnakan terapi herbal yang ada hingga lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah dan Wodowati. 2016. Jamu Pada Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi
Komplementer (http://ejournal.litbang.depkes.go.id diakses pada tanggal 30 April
2017).

Kessel et al. 2016. Use of Complementary and Alternative Medicine (CAM) as Part of the
Oncological Treatment: Survey about Patients’ Attitude towards CAM in a
University-Based Oncology Center in Germany (http://www.proquest.com diakses
pada tanggal 1 mei 2017).

Mutiah, Roihatul. 2015. Evidence Based Kurkumin Dari Tanaman Kunyit (Curcuma Longa)
Sebagai Terapi Kanker Pada Pengobatan Modern (http://ejournal.uin-malang.ac.id
diakses pada tanggal 2 mei 2017).

Sawitri et al. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Phyllanthus niruri Linn Terhadap Infiltrasi
Limfosit dan Ekspresi Perforin pada Kanker Kolon Tikus Sprague-Dawley
(http://ejournal.undip.ac.id diakses pada tanggal 2 mei 2017)

Yue dkk. 2017. Natural Products as Adjunctive Treatment for Pancreatic Cancer: Recent
Trends and Advancements (http://www.proquest.com diakses pada tanggal 2 Mei
2017).
KEPERAWATAN ONKOLOGI

LITERATURE REVIEW TERAPI KEPERAWATAN TERKAIT ONKOLOGI

(Penggunaan Pengobatan Herbal untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Pada Pasien


Kanker)

NS. HERMAN, M.KEP.

Disusun oleh :

AVELINTINA BRIGIDA CLEOPHATRA

I1032141008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2017

Anda mungkin juga menyukai