MASYARAKAT
DISUSUN OLEH:
JAKARTA
LATAR BELAKANG
Permasalahan gizi di Indonesia mencakup kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Hal
ini disebabkan oleh konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi
seimbang. Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak balita dari
13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%. Sedangkan kecenderungan prevalensi anak
balita pendek (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang
(underweight) berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah
sampai remaja. Riskesdas 2010 sebesar 28,5% [Kemenkes, 2007, 2010, 2013].
obes (IMT > 25) semua kelompok umur. Anak balita 12,2%, 14% dan 11,9%;usia 6-19
tahun (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut
(Riskesdas 2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-laki
obes 19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013].
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Gizi yang tidak
baik adalah faktor risiko penyakit tidak menular ( PTM), seperti penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang
merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di
Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan
dan hal ini terkait langsung dengan dengan upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat.
Karena peranan ini sangat penting, sehingga pangan dan gizi dapat diibaratkan sebagai
kebutuhan dan modal dasar pembangunan serta menjadi indikator untuk melihat
keberhasilan pembangunan.1
Salah satu indikator kualitas sumber daya manusia adalah keadaan gizi yang baik,
dimana kebutuhan dasar dapat tercukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Salah
satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pengetahuan pangan dan gizi, selain faktor
pendidikan gizi secara formal dan non formal. Pengetahuan gizi pada setiap individu dinilai
menjadi salah satu faktor yang penting dalam konsumsi pangan dan status gizi. Hal tersebut
pengolahan pangan, dan menentukan pola konsumsi pangan yang pada akhirnya akan
Penanganan kasus gizi buruk selama ini sering mengalami kendala dari aspek partisipasi
masyarakat. Masyarakat dianggap kurang aktif dalam memeriksakan kesehatan anak akibat
ketidaktahuan mereka tentang gizi dan penyakit gizi buruk. Masyarakat selama ini tidak
mengenal dengan baik apa yang dimaksud dengan gizi buruk, apakah yang anaknya
menderita gizi buruk atau tidak karena konsepsi sehat dan sakit yang mereka anut berbeda
dengan konsep sehat yang diberlakukan pemerintah dan aktor-aktor kesehatan. Dalam hal ini
yang mengetahui dengan pasti apakah seseorang menderita kekurangan gizi adalah petugas
kesehatan.1
Manusia tidak dapat dilepaskan dari hakikatnya sebagai makhluk kultural. Setiap
pengetahuan dan perilaku masyarakat tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya setempat,
termasuk dalam bidang kesehatan. Menurut Foster dan Anderson, sistem kesehatan adalah
salah satu hasil bentukan subsistem sosial budaya, medis, dan lingkungan. Sistem kesehatan
merupakan salah satu strategi yang dilakukan untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan dan ancaman penyakit yang didasari oleh kepercayaan yang dibangun oleh
budaya. Sehingga kondisi seseorang dapat disebut sehat atau sakit apabila sesuai dengan
Penyakit dipahami sebagai sesuatu yang berasal dari luar tubuh manusia sehingga
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Anak yang menderita gizi buruk tidak
mengalami gangguan dari luar tubuh mereka. Anak yang kedapatan mengalami
keterlambatan pertumbuhan misalnya, badan yang kurus dan pendek, dianggap sebagai
dampak dari faktor genetika. Apabila orang tua memiliki bentuk tubuh yang kurus dan
pendek, maka sifat ini akan menurun kepada anaknya. Orang yang sedang sakit dikaitkan
kebutuhan untuk hidup layak akibat kurangnya penghasilan. Hal ini kemudian berdampak
pada pengurangan alokasi penghasilan untuk kegiatan konsumsi pangan yang bergizi.
Kemiskinan juga ditengarai sebagai penyebab dari rendahnya pengetahuan ornag tua terhadap
pola asuh anak yang baik dan benar. Ketidakadaan biaya membuat orang tua tidak dapat
memberikan pendidikan yang tinggi pada anak, sehingga ketika dewasa, anak tidak bisa
memberikan pengasuhan yang benar pada anaknya karena kurangnya pengetahuan yang
dimiliki. Kemiskinan nyatanya bukan menjadi faktor tunggal yang menjadi faktor terjadinya
kasus gizi buruk secara tidak langsung. Budaya ternyata memiliki peran penting dalam
melanggengkan kemiskinan.3
kekurangan dalam ukuran ekonomi, tetapi juga melibatkan kekurangan dalam ukuran
kebudayaan dan psikologi. Corak ini kemudian diwariskan dari generasi orang tua kepada
anak-anak melalui proses sosialisasi, sehingga jika dilihat dalam perspektif Lewis,
kebudayaan kemiskinan itu tetap lestari. Budaya kemiskinan merupakan bentuk adaptasi
mereka terhadap kondisi yang serba kekurangan, sehingga mendorong sikap pasrah
Budaya menentukan mana yang disebut makanan, komponen makanan, dan waktu yang
makanan yang dikenalnya saja, akibatnya sangat sulit untuk meyakinkan orang untuk
menyesuaikan makanan tradisionalnya demi kepentingan gizi yang baik. Selain itu
kebudayaan juga mendikte kapan mereka lapar dan apa yang harus dimakan untuk
Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi
sumber daya wilayah dan budaya setempat. Pangan lokal merupakan yang sudah dikenal,
mudah diperoleh, beragam jenisnya, bukan diimpor dan dapat diusahakan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau dijual. Setiap daerah memiliki keunggulan pangan lokal yang berbeda
sesuai dengan tingkat produksi dan konsumsi. Saat ini pangan lokal merupakan komoditi
yang penting untuk dikembangkan dengan tujuan meningkatkan mutu dan citranya termasuk
hasil olahannya baik produk jadi atau setengah jadi. Hasil pengembangan tersebut nantinya
akan dapat dihasilkan aneka produk olahan pangan lokal yang berkualitas. Upaya
pengembangan juga diharapkan akan meningkatkan konsumsi pangan lokal yang beragam
Sejak terjadinya krisi moneter yang menyebabkan meningkatnya jumlah anak dengan
status gizi kurang akibat kurangnya konsumsi pangan, pangan lokal mulai digalakkan sebagai
bahan pangan yang dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan gizi. Pangan lokal yang
beragam jenisnya dipakai sebagai bahan dasar pembuatan makanan untuk mengatasi status
gizi kurang. Selain itu kandungan gizi dalam pangan lokal juga dapat digunakan untuk
mengatasi beberapa masalah gizi di Indonesia. Namun demikian, perlu kita pahami bahwa
tidak ada satu bahan pangan yang mampu menyediakan kandungan gizi dalam jumlah dan
jenis yang lengkap. Oleh karena itu, konsumsi pangan perlu beraneka ragam agar dapat saling
Peranan orang tua yaitu seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga, kelompok dan masyarakat.
Peran keluarga sangatlah penting bagi anak usia sekolah, terutama terhadap status gizi
mereka.Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia. Sejak dalam kandungan
peran orangtua sangatlah penting, orangtua harus mencukupi gizi anak dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Balita menderita
gizi buruk, baru akan diketahui saat anak berusia satu sampai lima tahun, anak harus
menerima asupan makanan seimbang. Jika berat badan anak kurang, maka asupan gizi harus
makanan. Anak harus diberikan air susu ibu (ASI) ekslusif selama enam bulan, setelah enam
bulan sampai anak berumur satu tahun dikenalkan dengan makanan kasar. 2
Pemberian gizi yang paling tepat bagi anak-anak adalah tetap berpedoman pada "Gizi
Seimbang". Manurut para pakar, pemenuhan nutrisi pada anak dipengaruhi beberapa faktor
seperti pengetahuan seperti pengetahuan gizi keluarga (terutama ibu), daya beli keluarga,
kondisi fisik anak, dan lain-lain. Selain peran status gizi dipengaruhi oleh keluarga dan daya
beli keluarga. Pengembangan anak sangat dipengaruhi oleh ibu baik secara positif maupun
Peran ibu dalam keluarga khususnya dalam rangka pemenuhan asupan nutrisi pada
anak balita berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu dan tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi. Wanita yang berpendidikan lebih rendah atau tidak
lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat/sulit diajak memahami
dampak negatif dari mempunyai banyak anak (Khomsan dan Kusharto dalam Khomsan et al.,
2004). Pendidikan yang rendah, terutama pada perempuan yang umumnya berperan di sektor
domestik atau menjadi pengasuh dari anggota keluarga akan menyebabkan anak tidak cukup
mendapat makanan bergizi seimbang, tidak mendapat ASI Eksklusif, tidak mendapat MP-
ASI yang tepat serta kurang mendapat zat gizi makro dan mikro dalam kuantitas dan kualitas
yangcukup. Selain itu, tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatkan daya beli makanan (Hartriyanti dan Triyanti dalam Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat FKM-UI, 2007). Terkait dengan pekerjaan ibu, dalam penelitian
Suryono dan Supardi (2004) disebutkan bahwa pekerjaan ibu secara statistik tidak
berhubungan dengan status gizi anak batita, namun pekerjaan memiliki OR 5.26 yang berarti
jika ibu bekerja maka kemungkinan 5.26 kali lebih banyak pengaruhnya terhadap terjadinya
gizi buruk dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Keterbatasan pengetahuan ibu tentang gizi
merupakan faktor penyebab tidak langsung timbulnya masalah gizi buruk. Pengetahuan gizi
ibu adalah tingkat pemahaman ibu tentang pertumbuhan anak balita, perawatan dan
pemberian makan anak balita gizi buruk dan pemilihan serta pengolahan makanan anak balita
gizi buruk.2
Sedangkan peran ayah juga sangat penting dalam menentukan gizi keluarga. Peran ayah
dimulai bukan saat anak lahir, namun ketika sang ibu merencanakan kehamilan. Di mana
ayah berperan memberikan dukungan penuh agar ibu dan janin sehat dengan asupan gizi
seimbang, cukup istirahat dan olahraga. Ketika anak lahir, ayah kembali berperan penting
memastikan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama umur bayi.
Untuk memperlancar ASI, maka ibu membutuhkan asupan gizi lebih banyak ketimbang saat
hamil, rileks dan bahagia yang tentunya memerlukan dukungan ayah. Ayah bisa menjadi
penyedia dan pengolah makanan, juga pendukung utama agar ibu dan anak sehat.2
TUJUAN
SASARAN
1. Ibu Hamil
Gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
kehidupan. Disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang
karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas
kerja. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu zat
gizi mikro dan zat gizi makro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah
besar. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak, dan
protein. Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau
sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah
1.1 Energi
beraktifitas serta untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh mereka. Tubuh mendapatkan
energi terutama dari lemak dan karbohidrat tetapi juga beberapa dari protein. Anak-anak usia
balita membutuhkan kalori yang cukup banyak disebabkan bergeraknya cukup aktif pula.
Mereka membutuhkan setidaknya 1500 kalori setiap harinya. Dan balita bisa mendapatkan
kalori yang dibutuhkan pada makanan-makanan yang mengandung protein, lemak dan gula.4
1.2 Protein
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh,
serta untuk membuat enzim pencernaan dan zat kekebalan yang bekerja untuk melindungi
tubuh balita. Kebutuhan protein secara proporsional lebih tinggi untuk anak-anak daripada
orang dewasa. Asupan gizi yang baik bagi balita juga terdapat pada makanan yang
makanan-makanan seperti ikan, susu, telur 2 butir, daging 2 ons dan sebagainya. Sumber
protein ikan, susu, daging, telur, kacang-kacangan. Tunda pemberiannya bila timbul alergi
atau ganti dengan sumber protein lain.Untuk vegetarian, gabungkan konsumsi susu dengan
1.3 Lemak
Beberapa lemak dalam makanan sangat penting dan menyediakan asam lemak esensial,
yaitu jenis lemak yang tidak tersedia di dalam tubuh. Lemak dalam makanan juga berfungsi
membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan orang dewasa karena tubuh mereka
menggunakan energi yang lebih secara proposional selama masa pertumbuhan dan
perkembangan mereka. Namun, Anjuran makanan sehat untuk anak usia lebih dari 5 tahun
adalah asupan lemak total sebaiknya tidak lebih dari 35% dari total energi. Sumber lemak
dalam dalam makanan bisa di dapat dalam : mentega, susu, daging, ikan, minyak nabati.4
1.4 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan pati dan gula dari makanan. Pati merupakan komponen utama
dari sereal, kacang-kacangan, biji-bijian dan sayuran akar. Karbohidrat merupakan sumber
energi utama bagi anak. Hampir separuh dari energi yang dibutuhkan seorang anak sebaiknya
berasal dari sumber makanan kaya karbahidrat seperti roti, seral, nasi, mi, kentang. Anjuran
konsumsi karbohidrat sehari bagi anak usia 1 tahun keatas antara 50-60%. Anak-anak tidak
memerlukan ‘gula pasir’ sebagai energy serta madu harus dibatasi. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia membutuhkan karbohidrat sebagai energi utama serta bermanfaat untuk
perkembangan otak saat belajar dikarnakan karbohidrat di otak berupa Sialic Acid. Begitu
juga dengan balita, mereka juga membutuhkan gizi tersebut yang bisa diperoleh pada
makanan seperti roti, nasi kentang, roti, sereal, kentang, atau mi. Kenalkan beragam
karbohidrat secara bergantian. Selain sebagai menu utama, karbohidrat bisa diolah sebagai
makanan selingan atau bekal sekolah seperti puding roti atau donat kentang yang lezat.4
1.5 Serat
Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak dipecah dalam usus
kecil dan penting untuk mencegah sembelit serta gangguan usus lainnya. Serat dapat
membuat perut anak menjadi cepat penuh dan terasa kenyang, menyisakan ruang untuk
Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil
untuk banyak proses penting yang dilakukan dalam tubuh. Mineral adalah zat anorganik yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi. Makanan yang berbeda memberikan vitamin
dan mineral yang berbeda dan memiliki diet yang bervariasi dan seimbang . Ini penting untuk
menyediakan jumlah yang cukup dari semua zat gizi. Ada beberapa pertimbangan pemberian
zat gizi untuk diingat, seperti pentingnya zat besi dan pemberian vitamin dalam bentuk
suplemen.4
Usia balita merupakan usia yang cenderung kekurangan zat besi sehingga balita harus
diberikan asupan makanan yang mengandung zat besi. Makanan atau minuman yang
mengandung vitamin C seperti jeruk merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi
Balita juga membutuhkan asupan kalsium secara teratur sebagai pertumbuhan tulang dan
gigi balita. Salah satu pemberi kalsium terbaik adalah susu yang diminum secara teratur.4
Pemberian makanan pada balita harus dapat memenuhi kebutuhan balita yang meliputi
kebutuhan kalori serta kebutuhan zat gizi utama. Cara pengolahan makanan untuk balita ada
bermacam-macam, contohnya ada makanan untuk balita sudah tersedia dalam bentuk instant
(makanan komersial) dan makanan yang dibuat sendiri. Secara komersial makanan tersebut
tersedia dalam bentuk tepung campuran insant atau biskuit yang beredar di pasaran seperti
promina, nestle, sun dan lain-lain. Produk ini dibuat dengan mencampur atau
memformulasikan bahan yang mengandung zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Selain memiliki nilai cerna tinggi, makanan tersebut memiliki nilai sosial, ekonomi,
segar dan dengan metode memasak yang baik antara lain pengukusan lebih baik dari
perebusan, dan penyaringan lebih baik dari penggorengan. Bahan-bahan makanan dipotong-
potong kecil atau dicacah dan digiling agar mudah dikunyah, ditelan dan dicernakan.5
Menu juga harus mengandung cukup lemak yang berfungsi memenuhi kebutuhan asam
lemak esensial serta melarutkan vitamin yang larut di dalam lemak. Menu seimbang juga
harus cukup mengandung vitamin, mineral dan air untuk menjaga dan memelihara kesehatan
tubuh anak.5
Menu pada batita adalah menu peralihan dari menyusui dan makanan lunak (Mpasi) ke
makanan semi padat, contohnya nasi tim, bubur dan lauk pauk. Sedangkan menu pada anak
pra sekolah hampir menyamai menu orang dewasa, hanya bumbu yang dipakai tidak boleh
terlalu tajam, terlalu pedas atau asam, karena dapat mengganggu system pencernaan anak.5
Tujuan:
1. Sumber zat tenaga (beras, beras jagung, kentang, sagu, bihun, mie roti,
macaroni, biscuit)
2. Sumber zat pembangun (ayam, ikan, daging, telur, hati, keju, susu, kacang-
Makanan dan minuman yang manis atau gurih seperti dodol, coklat (kecuali
dan sayuran harus dibersihkan dengan cermat guna menghilangkan paparan dari
pupuk, pestisida atau zat anti hama lainnya. Sumber protein hewani seperti ikan,
udang, kerang dan daging juga perlu diteliti kesegarannya. Sebaiknya jangan memilih
sampai bersih. Air yang digunakan untuk membersihkan buah-buahan, sayuran dan
bahan pangan haruslah bersih guna menghindari kontaminasi bakteri. Peralatan yang
dipakai untuk mencuci dan menampung bahan makanan yang telah dicuci juga harus
bersih. Pencucian jenis buah dan sayuran harus berhati-hati karena dapat
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi
buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga
kebodohan dan keterbelakangan. Pasien–pasien yang masuk ke rumah sakit dalam kondisi
status gizi buruk juga semakin meningkat. Umumnya pasien–pasien tersebut adalah balita.
Salah satu tanda gizi buruk balita adalah berat badan balita di bawah garis merah dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS) balita. Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang sangat
serius, apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian.6
Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi yang kurang diantaranya Kurang Energi
(GAKY), dan Anemia. Selain masalah gizi kurang, akhir-akhir ini ditemukan juga dampak
dari konsumsi berlebih atau gizi lebih, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak
dan balita. Masalah yang sering muncul adalah obesitas (berat badan berlebih), yang akan
diikuti dengan timbulnya penyakit seperti jantung koroner, diabetes melitus, stroke, dan yang
lainnya.6
Status gizi pada balita dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita ialah penyakit infeksi dan
asupan makan balita, sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita
diantaranya ialah pendidikan, pengetahuan, ketrampilan keluarga dan ketahanan pangan yang
berkaitan dengan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun gizinya serta pemanfaatan
pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, dengan penyebab dasar struktur atau kondisi
Sragen. Proporsi balita yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan
pendapatan. Semakin kecil pendapatan, semakin tinggi persentase balita yang kekurangan
gizi, semakin tinggi pendapatan, semakin rendah persentase gizi buruk. Pendapatan
merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi status gizi secara tidak langsung. Hal
ini menyangkut daya beli keluarga untuk memenuhi ketersediaan pangan dalam rumah
tangga atau kebutuhan konsumsi makan untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan anak.6
Balita merupakan kelompok umur yang rentan terkena masalah gizi. Secara nasional,
prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan
13,9% gizi kurang. Masih tingginya prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita di Indonesia
Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan
perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah gizi yang dijumpai oleh anggota
keluarganya dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang
dijumpai oleh anggota keluarganya. Faktor penguat yang mempengaruhi pelaksanaan Kadarzi
adalah dukungan sosial suami. Menurut Setiyarti (2011) dukungan keluarga yang terpenting
adalah suami. Terdapat empat jenis dukungan sosial, yaitu dukungan emosional,
dalam mengambil keputusan akhir tindakan istri. Hal ini sudah menjadi tradisi yaitu segala
sesuatu harus dengan persetujuan suami. Sehingga dapat mempengaruhi pola asuh gizi balita
Pada tahap usia ini anak mulai belajar berbagai keterampilan sosial. Aktivitas fisik dan
gerak tubuhnya pun beragam, seperti bersepeda, berlarian, berlompatan. Begitu juga
kemampuan berpikirnya seperti mengenal huruf, angka dan warna sudah mulai dilakukan
pada usia ini. Makanan sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya menjadi sangat penting
untuk menunjang aktivitas anak. Untuk anak usia 3 – 5 tahun, zat – zat gizi yang diperlukan
akan digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan 21 perkembangan serta memperkuat daya
Anak usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama dengan yang
dianjurkan untuk anak presekolah terkecuali porsinya harus lebih besar karena kebutuhannya
Anak usia sekolah akan cenderung banyak melakukan aktivitas fisik di luar daripada
anak balita. Oleh karena itu, aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk
metabolisme basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa
dari tubuh.8
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak dan minyak,
kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohdirat, seperti padi-
b. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air. Tersedianya protein dalam tubuh, mencukupi atau tidaknya bagi keperluan-keperluan
yang harus dipenuhinya, adalah sangat tergantung dari susunan bahan makanan yang
Secara garis besarnya fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut:
3. Sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh karbohidrat dan
lemak.
Sumber protein terdapat di bahan makanan hewani yang merupakan sumber protein yang
baik, dalam jumlah mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber protein
nabati adalah kacang, kedelai dan hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan
lainnya.7
7. Kecukupan Gizi Anak 6-12 tahun
Jumlah kebutuhan gizi pada anak ditentukan oleh berbagai faktor antara lain jenis
kelamin, berat badan dan aktivitas sehari-hari. Adapun angka kecukupan energi dan protein
Anjuran porsi makan sehari untuk anak laki- laki (10-12 tahun)
Bahan makanan tidak hanya cukup memenuhi karbohidrat, protein dan lemak saja.
Perhatikan pula kandungan vitamin dan juga antioksidan sehingga mendapatkan makanan
yang sehat dan mengandung banyak manfaat untuk kesehatan anak. Sehingga penting
memperhatikan kedua hal tersebut selama memilih bahan makanan yang akan diolah.4,7
Dalam pemilihan bahan makanan untuk anak usia 6-12 tahun, hindari menggunakan
tambahan MSG berlebih, pewarna yang tidak alami, gula tambahan, bahan kimia lainnya
yang dapat membahayakan kesehatan. Pada jenis karbohidrat agar tidak mengalami
kejenuhan maka dapat dibuat dalam bentuk tim beras merah, jagung yang direbus atau ubi
yang dibuat pure. Sedangkan untuk berbagai jenis protein perhatikan dalam cara
pengolahannya, kandungan protein yang berada di dalam telur sebaiknya tidak diolah terlalu
lama apabila direbus cukup 7-8 menit saja sehingga kandungan protein dan vitamin tidak
hilang. Kemudian cara mengolah ayam dan daging jangan lupa untuk membuah kulit atau
lemak yang terlalu banyak sehingga anak dapat terjaga kesehatannya, terlebih bagi anak yang
Dampak negatif dari penyakit dan gizi buruk pada anak-anak dapat terasa sepanjang
masa pertumbuhan mereka. Selain itu meskipun resiko kematian yang diakibatkan penyakit
dan gizi buruk pada anak usia sekolah cukup kecil, penyakit dan gizi buruk dapat
mempengaruhi partisipasi dan kemajuan di sekolah serta proses belajar mereka. Sebagai
akibat lebih lanjut dari tingginya angka BBLR dan kurang gizi pada masa balita dan tidak
adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang sempurna pada masa berikutnya, maka tidak
heran apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi.5
Sepanjang tahun 2007 prevalensi gizi kurang pada anak sekolah dasar mencapai 30,1%
anak usia sekolah di Indonesia, gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun
perempuan dengan rincian 10% anak SD yang baru masuk sekolah menderita Kurang Energi
Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang ditandai dengan
adanya pembesaran kelenjar gondok masih diderita oleh 9,1% anak SD, Kurang Vitamin A
(KVA) diderita oleh 3% anak SD dan Anemia gizi besi diderita oleh 8% anak SD. Gizi Lebih
sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam
Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan Gizi
Lebih meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang
USA, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Akan tetapi hal ini tidak hanya terjadi
di negara-negara maju, di beberapa negara berkembang Gizi Lebih justru telah menjadi
masalah kesehatan yang lebih serius. Sampai dengan saat ini belum ada data nasional tentang
Gizi Lebih pada anak sekolah dan remaja. Akan tetapi beberapa survei yang dilakukan secara
terpisah di beberapa kota besar di pulau jawa menujukkan bahwa prevalensi Gizi Lebih pada
10. Kemitraan Gender (pengetahuan yang harus dimiliki suami, keterlibatan suami
dalam pemenuhan gizi dalam usia balita)
Ketahanan pangan menjadi semakin penting, karena pangan bukan hanya merupakan
kebutuhan dasar (basic need), tetapi juga merupakan hak dasar (basic right) bagi setiap umat
Dilihat dari aspek gender, pentingnya pencapaian kesetaraan peran perempuan dan laki-
laki dalam pembangunan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai
2. Kemenkes RI. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. 2014. Diunduh dari :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf
3. Depkes RI. Pedoman Gizi Seimbang. Anung Sugihantono. 2014. Diunduh dari :
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf
4. http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/wa_workshop/docs/Gender-
Nutrition_FAO_IssuePaper_Draft.pdf
5. Exitalia M, Nasar SS. Makanan Pendamping ASI. Dalam: Sjarif DR, Lestari ED,
Mexitalia , Nasar SS,penyunting. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik.
6. Kementerian Kesehatan RI. Ayo Dukung Gerakan Nasional Sadar Gizi. 2012.
Diunduh dari http://gizi.depkes.go.id/ayo-dukung-gerakan-nasional-sadar-gizi.
7. Depkes RI. Pedoman Gizi Seimbang. Anung Sugihantono. 2014. Diunduh dari :
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf
8. Badan Bimas Ketahanan Pangan. Model Pemberdayaan Masyarakat untuk
10. Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI lokal. 2006.