Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI
a. Anatomi & Fisiologi
1) Sistem tulang vertebrata
Tulang belakang adalah struktur lentur sejumlah tulang yang disebut
vertebra. Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang rawan.
Panjang rangkaian vertebra pada orang dewasa dapat mencapai 57
sampai 67 cm. seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya
adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk
2 tulang.
Vertebra dikelompokkan dan dinilai sesuai dengan daerah yang
ditempatinya, tujuh vertebra cervikalis, dua belas vertebra thoracalis,
lima vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat vertebra
koksigeus (Pearce, 2009). Susunan tulang vertebra terdiri dari: korpus,
arcus, foramen vertebrale, foramen intervertebrale, processus articularis
superior dan inferior, processus transfersus, spina, dan discus
intervertebralis.
a) Korpus
Merupakan lempeng tulang yang tebal, agak melengkung
dipermukaan atas dan bawah (Gibson, 2003). Dari kelima kelompok
vertebra, columna vertebra lumbalis merupakan columna yang paling
besar dan kuat karena pusat pembebanan tubuh berada di vertebra
lumbalis (Bontrager dan Lampignano, 2014).
b) Arcus
Menurut Gibson (2003) Arcus vertebra terdiri dari:

(1) Pediculus di bagian depan: bagian tulang yang berjalan kea rah
bawah dari corpus, dengan lekukan pada vertebra di dekatnya
membentuk foramen intervertebrale.
(2) Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang pipih berjalan ke
arah belakang dan ke dalam untuk bergabung dengan pasangan
dari sisi yang berlawanan.
c) Foramen vertebrale
Merupakan lubang besar yang dibatasi oleh korpus di bagian depan,
pediculus di bagian samping, dan lamina di bagian samping dan
belakang.
d) Foramen intervertebrale
Merupakan lubang pada bagian samping, di antara dua vertebra yang
berdekatan dilalui oleh nervus spinalis yang sesuai.
e) Processus Articularis Superior dan Inferior
Membentuk persendian dengan processus yang sama padavertebra di
atas dan di bawahnya.
f) Processus Transversus
Merupakan bagian vertebra yang menonjol ke latera
g) Discus Intervertebralis
Merupakan cakram yang melekat pada permukaan korpus dua
vertebrae yang berdekatan, terdiri dari annulus fibrosus, cincin
jaringan fibrokartilaginosa pada bagian luar, dan nucleus pulposus,
zat semi-cair yang mengandung sedikit serat dan tertutup di dalam
annulus fibrosus.
2) Ligament vertebrata
Banyak studi mengenai spinal ligament menetapkan bermacam tingkat
support pada spine. Termasuk interspinous ligament, ligamentum
flavum, anterior dan posterior longitudinal ligament, capsular
ligament,dan lateral ligament.
3) Sistem Otot
Menurut Moore dan Agur (2013) otot penggerak batang tubuh secara
langsung atau pun tidak langsung mempengaruhi vertebra. Otot-otot
tersebut adalah m. erector spinae, m. psoas, m. rectus abdominis.
4) Sistem saraf
Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari
medulla spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan
permukaan ventral medulla spinalis, dan bertaut untuk membentuk akar
ventral (radix anterior) dan akar dorsal (radix posterior). Dalam radix
posterior terdapat serabut aferen atau sensoris dari kulit, jaringan
subkutan dan profunda, dan sringkali dari visera.radix anterior terdiri dari
serabut eferen atau motoris untuk otot kerangka. Pembagian nervus
spinal adalah sebagai berikut: 8 pasang nervus cervicalis 12 pasang
nervus thoracius, 5 pasang nervus, lumbalis, 5 pasang nervus sakralis dan
satu pasang nervus coccygeus.

b. Definisi
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebrata. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nucleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nucleus pulposus.
(Brunner & Suddarth. 2002).
Hernia nucleus pulposus (HNP) merupakan penyebab utama nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dean berulang (kambuh). Herniasi dapat
parsial atau komplet, dari masa nucleus pada daerah vertebrata L4L5, L5-S1
atau C5-C6, C6-C7 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai
dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhbungan dengan proses
penuaan (Doenges, dkk, 2000).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hernia nucleus
pulposus (HNP) adalah rupturnya nucleus pulposus yang disebabkan oleh
trauma atau perubahan degenerative terkait dengan proses penuaan yang
mengakibatkan nyeri hebat pada punggung bawah dan dapat bersifat kronik
ataupun dapat kambuh.
c. Etiologi
HNP terjadi akibat keluarnya nucleus pulposus dari dalam bantalan
tulang belakang. HNP sering terjadi pada usia 30-50 tahun, meskipun banyak
juga dialami oleh para orang tua. Ada tiga factor yang membuat seseorang dapat
mengalami HNP yaitu:
1) gaya hidup seperti merokok, jarang atau tidak pernah olahraga dan berat
badan yang berlebih
2) Pertambahan usia
3) Memiliki kebiasaan duduk atau berdiri yang salah, yaitu membungkuk dan
tidak tegak.
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala HNP secara umum yaitu:
1) Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah
2) Spasme otot
3) Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk,
mengangkat beban berat, berdiri secara tiba-tiba.
4) Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstremitas
5) Deformitas
6) Penurunan fungsi sensori
7) Konstipasi, kesulitan pada saat defekasi dan berkemih
8) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
9) Ischialgia yaitu nyeri yang bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut
sampai kebawah lutut, ischalgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang
perjalanan nervus ischiadicus sampai ketungkai.
10) Dapat timbul gejala kesemutan
e. Patofisisologi
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel
kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus
bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan
menggelembungkan annulus fibrosus.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri
radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi
lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang
terkena.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya
anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-
kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul
sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus
pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein
polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada
herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang
seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat,
dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama
beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus,
kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap
saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada
dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral.
Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena.
Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat
medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami
lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus.
(Brunner & Suddarth, 2002).
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang
terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh
anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan
pengikat yang kuat.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral
pada daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal
ini biasa berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh
tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/
mengangkat tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi
pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal
tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan
remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun.
Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas
atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis.
Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat
dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan
sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut
dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari “low back
pain”sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang
tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika.
f. Penatalaksanaan
1) Terapi konservatif
a) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk
dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut.
tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina
tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa
tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik
akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama.
Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang
korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi
fungsi-fungsi otot.
2) Medikamentosa
a) Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan,
antidepresan trisiklik (amitriptilin), obat penenang minor (diasepam,
klordiasepoksid).

b) Kausal: Kolagenese
3) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
4) Terapi Operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit
neurologik
5) Rehabilitasi

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan
a) Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau
mendorong benda berat)
b) Keluhan utama
Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau mendorong
benda berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,
mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-
menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri
acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul,
makin lama makin nyeri . R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri
dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan
cermat. S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan
dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan
rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu,
gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum seperti
analgetik, berapa lama diminumkan. T Sifanya akut, sub akut, perlahan-
lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin
nyeri.
c) Riwayat keperawatan
Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri
punggung bawah
d) Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang
banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita
menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara
tidak langsung (faktor-faktor stres)
e) Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung,
paru-paru, perut.
Inspeksi
 inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan
gerakan untuk evalusi neyurogenik
 Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya
angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
 Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama
begerak.
 Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
 Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan
warna kulit.
Palpasi dan perkusi
 paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak membingungkan klien
 Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
 Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya
deviasi ke lateral atau antero-posterior
 Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh
dll.
Neurologi
Pemeriksaan motoric
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu
jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak
fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
 atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan-kiri.
 fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu.
Pemeriksaan sensorik
 Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa
getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu
sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
Pemeriksaan reflex
 refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
 Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi
fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki
ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles
dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa
ada/tidaknya penyebaran nyeri
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Intoleransi Aktivitas
c. Intervensi dan Rasional
1) Diagnosa 1: Nyeri Akut
a) Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi
Rasional: untuk mengetahui tingkatan nyeri
b) Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
Rasional: Mencoba untuk mentoleransi nyeri daripada meminta
analgetik
c) Berikan tindakan mandiri seperti mengatur posisi mengajarkan teknik
relaksasi dan distraksi, dan memberikan kompres hangat,
Rasional: Memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan
kemampuan koping, sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan
d) Berikan penyuluhan kepada pasien/keluarga tentang prosedur yang
dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Rasional: Pasien/keluarga mengetahui apa yang dijelaskan oleh perawat
e) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan
2) Diagnosa 2: Intoleransi Aktivitas
a) Diskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktivitas
Rasional: Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa aktivitas akan
meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikososial
b) Identifikasikan aktifitas yang diinginkan pasien dan sangat berarti
baginya
Rasional: Meningkatkan motivasi lebih aktif
c) Dorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas yang
mencangkup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien.
Rasional: Partisipasi pasien dalam perencanaan dapat membantu
memperkuat keyakinan pasien.
d) Instruksikan dan bantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat.
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan mencegah
keletihan.
e) Identifikasikan dan minimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien.
Rasional: Membantu meningkatkan aktivitas
f) Pantau tanda-tanda vital pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Rasional: Meyakinkan bahwa frekuensinya kembali normal beberapa
menit setelah melakukan latihan.
g) Ajarkan kepada pasien cara menghemat energy ketika melakukan
aktivitas hidup sehari-hari, contohnya: duduk dikursi ketika memakai
baju.
Rasional: Tindakan tersebut dapat meringankan metabolism selular dan
kebutuhan oksigen.
d. Evaluasi
1) Diagnosa 1 : Nyeri Akut
S :Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak ada nyeri lagi
O :Klien tampak rileks, tenang TD normal, frekuensi jantung normal,
frekuensi pernapasan normal
A :Masalah teratasi
P :Intervensi dihentikan
2) Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
S : Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas,
Pasien menyatakan mengerti tentanf kebutuhannya untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap, Pasien mengidentifikasi faktor-faktor terkontrol
yang menyebabkan kelemahan, Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap
tingkat aktivitas baru yang dapat dicapai.
O : Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi tetap dalam batas yang
ditetapkan selama aktifitas, Pasien mendemonstrasikan keterampilan dalam
menghemat energy ketika melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada
tingkat yang dapat ditoleransi, Pasien menjelaskan penyakit dan
menghubungkan gejala-gejala intoleransi aktivitas dengan deficit suplai
atau penggunaan oksigen.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
III. DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002
Doengoes, Marilynn E, Jacobs, Ester Matasarrin. Rencana asuhan keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. 2000.
Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta :
Gajahmada University Press, 1993.
https://www.scribd.com/doc/94277491/LAPORAN-PENDAHULUAN-HNP

Anda mungkin juga menyukai