Anda di halaman 1dari 59

PERENCANAAN PEMBANGKITAN TENAGA

LISTRIK

TM - 10
MATERI
• Ruang lingkup perencanaan STL
• Kriteria perencanaan pembangkitan
• Algoritma perencanaan pembangkitan
Electric Utility Planning

Economics & Demographics

Electricity Demand Forecast

Load shape

Peak Demand Forecast


Reliability

Generation Expansion
Production Cost
Planning

Investment Cost
Transmission Planning

Distribution Planning
Time scale

involved

in security

analysis

Source: IEEE tutorial


2006 Delhi, Mohd. Shahidehpour
PERKIRAAN BEBAN

- Jangka Panjang System Planning

- Jangka Tahunan
- Jangka Mingguan Operation Planning
- Jangka Harian
Jenis Prakiran Beban
• Long term load forecasting :
- periode 1 - 5 tahun
- perencanaan pemeliharaan pembangkit
- perencanaan kapasitas pembangkit
- kerjasama dengan perusahaan pembangkit
lain yang surplus/defisit energi
- transaksi energi (energy interchange)

• Short term load forecasting :


- periode : harian, mingguan, bulanan
- sebagai data input dalam menentukan unit
pembangkit yang akan dioperasikan (unit
commitment)
- data input menghitung kecukupan cadangan
REALIZATION & FORECAST OF PEAK DEMAND
IN JAWA-
JAWA-BALI SYSTEM
40000

35000 High

30000 Medium

25000 Realization Projected Low


Average : 9.5%/year
MW

20000
Limited
15000

10000

5000

0
1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010
Limited : Based on Existing Facilities, On Going & Committed Project ----- Supply Driven
Low : Average Growth 7% (Limited + Additional Facilities) ------ Demand Driven
Medium : Average Growth 9% (Low + Additional Facilities) ------ Demand Driven
High : Average Growth 11% (Medium + Additional Facilities) ------ Demand Driven
Perencanaan pembangkitan
• Perencanaan pembangkitan merupakan kegiatan untuk
merencanakan pembangunan dalam rangka penambahan
kapasitas pembangkitan dalam suatu sistem tenaga listrik agar
dapat memenuhi kebutuhan beban.
• Dalam perencanaan pembangkitan terdapat beberapa kriteria
yang harus dipertimbangkan, antara lain :
– Tingkat keandalan (reliability) sistem yang dikehendaki. Semakin tinggi
tingkat keandalan yang ditetapkan, semakin besar investasi yang
dibutuhkan, karena membutuhkan penambahan kapasitas pembangkit
yg semakin banyak.
– Biaya produksi yang optimum, dalam perencanaan pembangkitan,
perlu mempertimbangkan pemilihan sumber dan harga energi primer
serta jenis pembangkitnya, agar diperoleh biaya produksi optimum.
– Ketersediaan dana investasi, dalam perencanaan pembangkitan perlu
mengoptimalkan kebutuhan dana investasi dengan cara mengundang
investor untuk berpartisipasi dalam listrik swasta (IPP)
Keandalan (Reliability)

Reliability

Adequacy Security
(Kecukupan) (Keamanan)

• Kecukupan berhubungan dengan keberadaan fasilitas


sistem (pembangkit, T&D) yang mencukupi untuk
kebutuhan beban setiap saat.

• Keamanan berhubungan dengan kemampuan dari


sistem tahan menerima gangguan yang mendadak
Reliability--definisi

• Suatu ukuran kemampuan suatu sistem, umumnya dinyatakan


dengan suatu angka indeks, untuk menyalurkan daya sesuai
dengan kebutuhan dan keseluruh beban dalam batasan
standar yg ditentukan. Power system reliability (terdiri dari
pembangkitan, transmisi & distribusi) yang dapat
digambarkan dalam dua fungsi atribut dasar yaitu : adequacy
and security. (Cigré definition)

• Reliability adalah probabilitas suatu perlaatan atau sistem


menjalankan fungsinya secara memadai, selama periode yang
diinginkan, pada kondisi operasi yang ditetapkan. (IEEE PES
definition)
• Adequacy:
Suatu ukuran kemampuan suatu sistem tenaga listrik
mensuplai kebutuhan daya dan energi ke konsumen
dalam batasan tegangan dan mempertimbangkan
gangguan komponen sistem yang terencana dan
tidak terencana. Kecukupan mengukur kemampuan
sistem tenaga listrik untuk mensuplai beban pada
semua kondisi steady state dimana seharusnya
sistem tenaga listrik tersebut mampu sesuai kondisi
standar. (Cigré definition)
Security:
Suatu ukuran kemampuan suatu sistem tenaga listrik tahan
terhadap gangguan yang tiba-tiba, seperti hubung singkat,
lepasnya satu atau beberapa komponen sistem TL atau kondisi
perubahan beban atau kendala operasi. Aspek lain dari
sekuriti adalah integritas sistem, merupakan kemampuan
tetap berada dalam operasi terinterkoneksi. Integritas
berhubungan dengan pengamanan dari pengoperasian
sistem terinterkoneksi, atau menghindari pemisahan sistem
yang tak terkendali, dalam hal adanya gangguan yang cukup
besar skalanya. (Cigré definition)
Optimal value of reliability
Nilai Optimal Reliability

• Biaya dari pemasok = CR, tingkat keandalan yang


tinggi membutuhkan biaya investasi yang tinggi pula
• Biaya dari konsumen = CIC, tingkat keandalan yang
rendah berdampak biaya akibat pemadaman listrik
yang tinggi yang harus ditanggung oleh konsumen

• CIC = Customer Interruption Costs atau istilah lain


VOLL = Value of Lost Load

• Di titik optimum : ∆CR = - ∆ CIC (= -∆ VOLL)


Analisa keandalan bisa dilakukan secara bertingkat

1. Hanya pembangkitan (Level 1)

2. Pembangkitan + Transmisi (Level 2)

3. Pembangkitan + Transmisi+ Distribusi (Level 3)

Analisas hingga level 3 jarang diterapkan karena


permasalahannya yang sangat banyak.

Sebagian besar teknik probabilistic untuk penilaian reliability


terkait dengan penilaian adequacy.
Keandalan suatu system
• Suatu sistem TL terdiri dari banyak komponen
yang terhubung baik seri maupun paralel.
• Setiap komponen tentunya memiliki tingkat
keandalan masing-masing.
• Keandalan suatu sistem akan sangat
tergantung pada keandalan masing-masing
komponen secara individu.
– Keandalan suatu sistem akan sangat ditentukan
oleh tingkat keandalan terlemah dr komponennya.
Indeks-indeks keandalan
• SAIFI =System Average Interruption Frequency Index (int/yr. cust)= Total number of
customer interruptions / Total number of customers served

• SAIDI = System Average Interruption Duration Index (h/yr. cust) = Customer


interruption durations / Total number of customers served

• CAIFI = Customer Average Interruption Frequency Index (int./yr. cust) = Total number
of customer interruptions / Total number of customers interrupted

• CAIDI = Customer Average Interruption Duration Index (h/y. cust.) = Customer


interruption durations/ Total number of customer interruptions = SAIDI/SAIFI

• CTAIDI = Customer Total Average Interruption Duration Index (h/ y. cust)= Customer
interruption durations / Total number of customers interrupted
Indeks-indeks keandalan
• ENS = Energy Not Supplied = (kwh/y.) = Total energy not
supplied = UE = Unserved Energy

• AENS = Average Energy Not Supplied = (kwh/y. Cust.) = Total


energy not supplied / Total number of customers served

• LOLP = Loss of Load Probability =The probability that the total


production in system cannot meet the load demand
Indeks-indeks keandalan
• Protection system
– Selectability: should operate for the conditions intended and should not
for which not intended.
– Dependability: Number of correct operation devided by number of
incorrect operations

• Other Equipments, high reliability would mean


– In repeated operations – probability that the out would be within a
narrow range.
– Low variance or standard deviation of output
Metoda perencanaan pembangkitan
1. Levelized busbar analysis
Membandingkan berbagai alternatif pembangkit baru berdasarkan
total cost (Fuel cost, O&M cost, Investment cost) yang sudah di
levelized sesuai Interest rate, inflation rate, fuel escalation rate.
Umumnya dihitung dengan Capacity Factor yang sama
2. Screening Curve analysis
Membandingkan berbagai alternatif pembangkit baru berdasarkan
fixed cost dan variabel cost untuk berbagai Capacity Factor.
Pemilihan pembangkit dengan Pertimbangan untuk kebutuhan
operasional (CF dan merit order)
3. Dynamic programing
Menetapkan pemilihan alternatif pembangkit baru berdasarkan
kriteria least cumulative present worth cost selama periode studi.
(10 – 20 tahun)
Metoda ini bisa mendapatkan pilihan alternatif yang terbaik, namun
membutuhkan waktu perhitungan yang cukup lama, karena harus
menghitung simulasi produksi dan keandalan dalam setiap
penambahan alternatif pembangkit baru
Pemilihan jenis pembangkit listrik
• Dalam perencanaan dan operasi sistem tenaga listrik, pemilihan jenis
pembangkit selain ditentukan dari biaya tetap dan biaya variabelnya
juga ditentukan dari biaya yang dinyatakan dengan fungsi
pemanfaatannya.
• Besar kecilnya biaya tetap dan biaya variabel setiap jenis pembangkit
berbeda-beda, dan biaya tersebut dapat dinyatakan sebagai fungsi
jam operasi.
• Dalam hal ini jenis pembangkit dapat dibagi dalam tiga golongan sbb :
• Pembangkit dengan biaya tetap yang rendah dan biaya variabel
yang tinggi, contoh PLTG
• Pembangkit dengan biaya tetap yang agak tinggi dan biaya
variabel yang agak rendah, contoh PLTU aau PLTGU
• Pembangkit dengan biaya tetap yang sangat tinggi dan biaya
variabel yang rendah sekali, PLTN dan PLTA
• Selain ditentukan oleh biaya tetap dan biaya variabel, pemilihan jenis
pembangkit pada waktu perencanaan dan pengoperasian sistem
tenaga listrik juga ditentukan oleh karakteristik beban harian sistem
tenaga listrik tersebut serta karakteristik operasi pembangkit
(response time terhadap perubahan beban = ramp rate pembangkit)
Kurva biaya sebagai fungsi jam operasi
• Nilai Biaya tetap tidak
dipengaruhi oleh jam B
operasi
• Besar kecilnya biaya Bv
tetap tergantung dari
Bt
jenis pembangkitnya
• Besar kecilnya Biaya
variabel dipengaruhi jam
operasi
• Kemiringan kurva Bv
atau besar kecilnya biaya
variabel per satuan
waktu tergantung dari
jenis pembangkitnya Jam operasi

Kurva biaya sebagai fungsi jam operasi


PLTU/ PLTGU Peranan jenis pembangkit
B PLTN/ PLTA
PLTG
dalam Kurva Lama beban
Bt3 • Untuk kebutuhan lama waktu
operasi antara 0 s/d T1, maka
Bt2
pengoperasian PLTG lebih
ekonomis atau untuk beban L1
(a) s/d Lp (sebagai peaker)
Bt1
• Untuk kebutuhan lama waktu
operasi antara T1 s/d T2,
Jam operasi maka pengoperasian
T1 PLTU/PLTGU akan lebih
T2
ekonomis atau untuk beban L1
L
Lp s/d L2 (Medium load)
• Untuk kebutuhan lama waktu
L1 operasi diatas T2, maka
pengoperasian PLTN/ PLTA
L2
lebih ekonomis atau untuk
beban dibawah L2 (base load)
(b)
Jam operasi
(a). Kurva biaya thd jam operasi
0 2 (b). Kurva lama beban
4
Peranan jenis pembangkit pada kurva lama beban
PLTA :
• Peranan PLTA tergantung dari desain PLTA itu sendiri yang terkait
dengan ketersediaan air
• Bila PLTA tersebut didesain dengan waduk besar yang dapat
menampung banyak air, maka PLTA tersebut dapat dioperasikan
baik sebagai beban dasar maupun beban puncak tergantung dari
kebutuhan sistem tenaga listrik
• Bila tidak tersedia air dengan jumlah yang banyak, atau waduknya
hanya dapat menampung sejumlah air secara harian, maka PLTA
tersebut dapat dioperasikan sebagai beban puncak (PLTA Run of
River dengan kolam penampung)
• Bila air tersedia hampir kontinyu namun tidak ditampung terlebih
dahulu dalam suatu waduk, maka PLTA tersebut dapat dioperasikan
sebagai beban dasar (PLTA Run of River tanpa kolam penampung)
PLTP :
Oleh karena uap air dari panas bumi tersedia terus menerus, maka PLTP
akan dioperasikan sebagai beban dasar
PLTD : umumnya dioperasikan pada sistem kecil atau sistem terisolasi
Peranan jenis pembangkit pada kurva lama beban
PLTU / PLTN :
Selain biaya operasinya murah, karena karakteristik operasi PLTU
dan PLTN yang lama waktu startnya dan ramping rate nya rendah,
makanya keduanya dioperasikan sebagai pemikul beban dasar
PLTGU :
Karena karakteristik operasi dan biaya operasinya,
PLTGU umumnya dioperasikan sebagai pemikul beban
medium.
PLTG :
Dengan biaya investasi yang relatif murah, meskipun biaya
operasinya mahal, PLTG umumnya dioperasikan sebagai pemikul
beban puncak, karena karaktersitik operasinya yang cepat start dan
ramping rate nya tinggi.
Levelized Bus Bar Analysis

700

600

500
GT
US$/ kW-Th

400
Nuclear
300

200
Coal
100 CC

0
0 2000 4000 6000 8000
Jam operasi
Screening Curve Analysis

500

450

400

350
GT
300
Juta $/ Th

250

200
150 Coal

100 CC

50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
CF (%)
Load Duration Curve

6000

5000

4000
Gas Turbine

Combine Cycle
MW

3000

2000

Coal
1000

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
CF (%)
Perencanaan pembangkitan

FA, FB dan FC adalah biaya tetap,


VA, VB dan VC adalah biaya variabel
A = Peak load Kit. B = Medium load Kit. C = Base load Kit.
Berapa lama (jam) outage dijinkan?

Beban boleh tidak dilayani (...jam) bila biaya pembangkitan lebih


besar dari Value Of Lost Load (VOLL). Secara matematik, lama
outage bisa diterima selama :
VOLL × (Outage Hours) < FA + (VA × (Outage Hours)),
Kapasitas pembangkit Peaking vs pembangkit mid-load ?

Pembangkit Peaker (PLTG) adalah pilihan yang paling murah selama


memenuhi :
FA + X*(VA) < FB + X*(VB),
Dengan mengetahui nilai X akan memberikan informasi jumlah jam dimana
pembangkit peaker terakhir dapat dibangun.
Berapa banyak pembangkit peaking harus dibangun ?
Perhitungan kapasitas pembangkit mid load dan base load
Kriteria keandalan dalam perencanaan
pembangkitan
1. Reserve Margin
Reserve Margin = ((Installed Cap. – Peak Load) / Peak Load) * 100 %
Umumnya dipakai kriteria Reserve Margin : 15 % - 25 %

Kapasitas Terpasang ≥ Max. Demand + besaran % Reserve


Margin

Misal jika Sistem Jawa Bali Max Demand-nya 17000 MW dan


besaran Reserve Margin-nya ditentukan 20% maka Kapasitas
Terpasangnya minimal 17000 + 3400 = 20400 MW.

Besaran %Reserve Margin ini dievaluasi dari waktu ke waktu


dengan mempertimbangkan ENS (energy not served) dan LOLP
(lost of load probability) yang dikehendaki
1. Loss of the Largest Generating Unit
Reserve requirement = reserve criteria +{Largest MW/peak load) *
100%

Total Kapasitas Pembangkit Beroperasi + Cadangan Putar ≥ Max.


Demand + Unit Generator Terbesar (contingency size)

Misal jika Max Demand 17000 MW, unit terbesar adalah PLTU 660 MW,
maka total kapasitas pembangkit dan cadangannya harus lebih besar
dari 17000 + 660 = 17660. Jika yang beroperasi adalah 15000 MW dan
cadangan hanya 1000 MW (total, 15000 +1000 = 16000), maka STL
dapat dikatakan defisit karena 16000 < 17660. Hampir dapat dipastikan,
ketika peak load terjadi maka akan ada pemadaman (load shedding)
untuk menjaga kestabilan sistem.

2. Loss of Load Probability (LOLP)


Kriteria probabilitas jumlah hari per tahun dimana available capacity
tidak bisa memenuhi kebutuhan beban

Di Luar Negrri , Umumnya digunakan kriteria 0,1 hari / tahun


Loss of Load Probability (LOLP)

Besar kecilnya LOLP suatu sistem TL dipengaruhi oleh Jumlah dan


total kapasitas pembangkit dalam sistem, beban puncak sistem dan
Forced Outage Rate (FOR) dari masing unit pembangkit
Loss of Load Probability (LOLP)
• LOLP adalah probabilitas bahwa total pembangkitan tidak
mencukupi untuk melayani beban pada suatu saat dalam
periode tertentu
• Adalah suatu metode untuk menghitung tingkat keandalan
sistem tenaga listrik. Dengan mengkombinasikan angka
kesiapan dan angka kegagalan setiap pembangkit dalam
sistem, terdapat suatu angka probabilitas, dimana total
pembangkitan tidak dapat melayani beban puncak.

• Thailand: LOLP < 24 hours in a year (0.27%)


• India (Andra Pradesh 2002): LOLP < 1.14%
• USA (Texas): LOLP < 1 day in 10 yrs (0.03%)
Beberapa Definisi
• ENS = EUE – Energy Not Serve atau Expected Unserved Energy
– perkiraan sejumlah MWh beban tidak dapat dilayani pada
suatu tahun
• LOLE – Loss of Load Events – sejumlah kejadian dimana suatu
beban tidak terlayani pada suatu tahun. Kejadian kehilangan
beban dapat terjadi selama satu jam atau beberapa jam dan
dapat kehilangan beban 1 MW atau ratusan MW.

• Kriteria keandalan yang umumnya digunakan


adalah gabungan antara % Reserve Margin dan
angka LOLP
Reserve Margin Simulation Results
Average
Average Average Loss of
Loss of
Reserve MWhs of Hours of Load
Load
Margin ENS in 10 ENS in 10 Probability
Events in
Years Years (%)
10 Years
10.00% 5.1 9,020 9 0.011%
12.00% 1.4 2,570 2.6 0.003%
14.00% 0.5 515 0.9 0.001%
16.00% 0 0 0 0.000%
18.00% 0 0 0 0.000%
20.00% 0 0 0 0.000%
* ENS = Energy not served Data from ERCOT (Texas, USA)
SUPPLY - DEMAND SIMULATION
Demand Forecast Forecast
Capacity Balance Gen Expansion

Energy balance Prod. Simulation

NEW PROJECT EXISTING PLANT

RUPTL CHECK

NEW PROJECT

FINANCIAL PROJECTION

FINANCIAL PERFORMANCE
Start

Baca data
Generation Expansion Hitung biaya prod existing sistem
Planning Process

Pilih alternative Kit baru

Evaluasi keandalan

Evaluasi investasi

Evaluasi biaya produksi

Sdh Eval semua


No
Alternative

Yes

Tambahkan least cost unit ke sistem

Sdh Studi
No
semua tahun

Selesai
Proses perencanaan pembangkitan
• Perencanaan pembangkitan merupakan proses pemecahan
masalah yang rumit dan kompleks. Tujuannya guna
memilih perencanaan yang optimum yang memenuhi
kriteria biaya total sistem yang minimum dengan tetap
memenuhi konstrain keandalan, lingkungan dan finansial.
• Banyak model matematik dan program komputer yang sdh
dikembangkan guna membantu agar tugas perencanaan
menjadi lebih mudah, namun pengetahuan dan
pengalaman seorang perencana masih lebh penting
• Salah satu metoda yang sederhanan adalah dengan konsep
pohon keputusan (decision tree),

42
Decision tree for 3 years planning

P1
decision
node P2

Reference P3
node
P4

P5

Pn
st nd th
1 year 2 year 3 year

3 years planning period

43
Simplified Sequential Optimization

• Variable keputusan nya adalah pilihan/ alternatif pembangkit


dan jumlah maksimum unit pembangkit yg boleh dibangun
per tahun
• Setiap alternative dinyatakan dengan satu node pada decision
tree
• Jumlah node setiap tahun sama dengan jumlah alternatif
pembangkit + 1 (alternatif tidak menambah pembangkit)
• Pemilihan alternatif terbaik setiap tahun berdasarkan pada
perhitungan Benefit Cost Ratio

44
Benefit Cost Ratio Calculation
Lifecycle Cost (LC) :

n
p ( j ) * C * [ 1  esc ] j
LC  j 1 [ 1  dsc ] j
(1 )

C = Capital cost for new power plant


p(j) = Disbursement (%) of capital cost at the year – j
esc = Capital cost escalation / year
dsc = Discount rate
n = Construction period

45
Benefit Cost Ratio Calculation
Lifecycle Benefit (LB) :
m
[ P 0 ( j )  P 1( j )]
LB  j 1 [1  dsc ] j
(2)

P0(j) = Production cost without new power plant addition


P1(j) = Production cost with new power plant addition
m = Life time of the new power plant

Lifecycle Benefit
BC Ratio  ( 3)
Lifecycle Cost

46
Case Study
• Case study is in the Java-Bali system in the year
1997.
– Installed capacity is 10.386 MW
– Peak load 8.110 MW
– Energy Production 54.409 GWh
– Composition of peak, medium & base load : 20 %, 30 %
and 50 %
• Average electricity demand growth rate per year for
low, medium & high scenario : 9.3 %, 10.6 % and
11.7 %
• Required reserved margin : 25 % - 30 %
47
Case Study
Table 1. Existing power plants composition

Power plant Capacity (MW) Type


SPP-Coal 2400 Base
SPP-Gas 800 Base
SPP-Oil 790 Medium
CCPP-Gas 3267 Base
CCPP-Oil 329 Medium
HPP Pond./RoR 2026 Peak/Base
Geothermal PP 305 Base
GTPP-Oil 377 Peak
DPP-Oil 92 Peak

48
Daily load curve in Java-Bali system

MW
8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

49
Load duration curve in Java-Bali system

MW

8,000

6,000

4,000

2,000

0
1 8784

50
JAWA-BALI SYSTEM
JAWA-
ELECTRICITY SALES PROJECTION (2002 – 2010 )

TWh
160 148
137
126
116
120 107 133
98 125
90 117
83 109
76 102
80 70 95
64 88
57 81
53 52 75
47

40

0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Scenario High Scenario Low


JAWA-BALI SYSTEM
JAWA-
PEAK LOAD PROJECTION (2002 – 2010 )

GW
30,0 28,0
25,9
23,9
25,0 22,0
20,3 25,0
18,6 23,5
20,0 22,1
17,1
20,7
15,7 19,4
14,4
13,3 18,0
15,0 12,2 16,7
11,0 15,5
10,0 9,9
8,8
10,0

5,0

0,0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Scenario High Scenario Low


Case Study
Table 2. Load & energy growth scenarios

Load & energy growth (%)


Year
Low Medium High
1998 11.0 12.0 14.0
1999 10.7 11.8 13.5
2000 10.3 11.5 13.1
2001 10.0 11.2 12.7
2002 9.6 10.7 12.4
2003 9.2 10.4 11.0
2004 8.7 10.0 10.6
2005 8.4 9.7 10.2
2006 8.0 9.4 9.9
2007 7.5 9.2 9.5

53
Case Study

Table 3. New power plants alternative

Power Plant Capacity (MW) Operation type FOR (%) Capital Cost ($/kW)
SPP-Coal 600 Base 6.0 1167
SPP-Coal 400 Base 6.0 1285
CCPP-Gas 500 Medium 3.3 750
GTPP-Oil 130 Peaking 3.3 450

54
Case Study
Table 4. New power plant addition based on the simulation result

Scenario
Low Medium High
Year
A B C D LOLH A B C D LOLH A B C D LOLH
(hours) (hours) (hours)
1998 2 0 0 1 8.90 2 0 0 1 11.63 2 1 0 0 9.76
1999 0 3 0 0 15.07 1 2 0 1 12.30 0 4 0 0 14.39
2000 0 3 0 1 11.58 1 2 0 1 10.00 2 0 1 1 10.80
2001 1 1 1 0 8.94 0 2 1 2 8.51 2 0 1 2 8.65
2002 1 2 1 0 7.82 2 0 1 1 6.64 1 2 1 2 6.74
2003 0 2 1 0 10.86 0 2 2 0 6.11 0 3 2 0 4.79
2004 1 0 1 3 15.66 0 2 1 2 13.25 1 0 1 4 13.67
2005 1 0 2 3 11.05 1 1 2 2 11.65 2 0 2 3 11.81
2006 1 1 1 1 11.28 3 0 1 3 4.97 3 0 1 5 5.37
2007 1 1 1 4 5.92 2 0 1 4 4.24 2 0 2 0 9.05
Note :
A = SPP 600 MW - Coal
B = SPP 400 MW - Coal
C = CCPP 500 MW - Gas
D = GTPP 130 MW - Oil

55
Capacity Balance for low scenario

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Peak Load (MW) 8.1109.002 9.965 10.992 12.091 13.252 14.471 15.730 17.051 18.415 19.796
Growth (%) 11 10,7 10,3 10 9,6 9,2 8,7 8,4 8 7,5
Installed Capacity (MW) 10.386 10.386 10.386 10.386 10.386 10.386 10.386 10.386 10.386 10.386 10.386

Capacity Addition (MW) 1330 1200 1330 1500 1900 1300 1490 1990 1630 2020
SCPP - 600 (MW) 1200 600 600 600 600 600 600
SCPP - 400 (MW) 1200 1200 400 800 800 400 400
CCPP - 500 (MW) 500 500 500 500 1000 500 500
GT - 130 (MW) 130 130 390 390 130 520

Total Installed (MW) 10.386 11.716 12.916 14.246 15.746 17.646 18.946 20.436 22.426 24.056 26.076

Reserve Margin (%) 28 30 30 30 30 33 31 30 32 31 32

56
Required capacity addition for low scenario

GW
30

25

20

15

10

0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Installed Cap Cap. Addition Peak Peak + 25%

Note : average growth rate 9,3 % / tahun


57
PROYEKSI NERACA DAYA SISTEM JAWA BALI (2005 – 2013)

30,000

25,000

20,000

15,000
MW

10,000

5,000

(5,000)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kap Terpasang 20,096 22,366 22,256 22,436 23,036 23,036 24,331 25,851 26,071
Beban Puncak 15,386 16,275 17,165 18,226 19,344 20,539 21,798 23,141 24,557
Mampu Pasok 16,260 18,154 18,062 18,212 18,712 18,712 19,694 20,863 21,047
Cadangan Operasi 875 1,878 897 -14 -632 -1,826 -2,104 -2,278 -3,510

Catatan :
Mampu Pasok = Kap. Terpasang – Pemeliharaan – Forced Outage – Variasi Musim - Derating
KESIMPULAN
• Perencanaan sistem atau perencanaan jangka panjang bertujuan
untuk mengidentifikasi kebutuhan tambahan fasilitas transmisi
dan pembangkit.
• Perencanaan operasi sebagai pedoman operasi sistem ditujukan
untuk membuat strategi operasi sehingga pengendalian operasi
tenaga listrik dapat dilaksanakan dengan optimal dengan
menggunakan seluruh sumber daya operasi yang ada.
• Kualitas perencanaan sistem tenaga listrik SJB baik dari
perencanaan jangka panjang maupun perencanaan operasi akan
terbantu dengan penggunaan aplikasi antara lain :
– Analisa Sistem Tenaga
– Simulasi Produksi pembangkit ( Unit Commitment & Economic
Distpatch )
– Optimasi Hidro - Termal
– Optimasi PLTA Yang Memiliki Waduk
– Maintenance Scheduling

Anda mungkin juga menyukai