Anda di halaman 1dari 36

ASKEP PRE EKLAMSI BERAT(PEB)

LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMSI BERAT(PEB)
1) Definisi
Pre eklampsia adalah sekumpulan
gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari
hipertensi, edema dan protein uria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 28 minggu atau
lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang
timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya
hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu
atau segera setelah persalinan (Mansjoer
dkk, 2006).
2) Anatomi Fisiologi
Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Segala perubahan fisik dialami wanita
selama hamil berhubungan dengan beberapa
sistem yang disebabkan oleh efek khusus
dari hormon. Perubahan ini terjadi dalam
rangka persiapan perkembangan janin,
menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin,
perkembangan payudara untuk
pembentukan/produksi air susu selama masa
nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)
a. Uterus
Uterus akan membesar pada
bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron
yang kadarnya meningkat. Pembesaran
ini pada dasarnya disebabkan oleh
hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-
bulan pertama kehamilan bentuk uterus
seperti buah advokat, agak gepeng.Pada
kehamilan 4 bulan uterus berbentuk
bulat dan pada akhir kehamilan
kembali seperti semula, lonjong seperti
telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89)
Perkiraan umur kehamilan
berdasarkan tinggi fundus uteri :
1) Pada kehamilan 4 minggu
fundus uteri blum teraba
2) Pada kehamilan 8 minggu,
uterus membesar seperti telur
bebek fundus uteri berada di
belakang simfisis.
3) Pada kehamilan 12 minggu kira-
kira sebesar telur angsa, fundus
uteri 1-2 jari di atas simfisis
pubis.
4) Pada kehamilan 16 minggu
fundus uteri kira-kira pertengahan
simfisis dengan pusat.
5) Kehamilan 20 minggu, fundus
uteri 2-3 jari di bawah pusat.
6) Kehamilan 24 minggu, fundus
uteri kira-kira setinggi pusat.
7) Kehamilan 28 minggu, fundus
uteri 2-3 jari di atas pusat.
8) Kehamilan 32 minggu, fundus
uteri pertengahan umbilicus dan
prosessus xypoideus.
9) Kehamilan 36-38 minggu,
fundus uteri kira-kira 1 jari di
bawah prosessus xypoideus.
10) Kehamilan 40 minggu, fundus
uteri turun kembali kira-kira 3 jari
di bawah prosessus xypoideus.
(Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91
dan Mandriwati, G. A. 2008. Hal.
90).
b. Vagina
Vagina dan vulva juga
mengalami perubahan akibat hormon
estrogen sehingga tampak lebih merah,
agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini
disebut tanda Chadwick. (Wiknjosastro,
H. 2006. Hal. 95)
c. Ovarium
Pada permulaan kehamilan
masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya
plasenta pada kira-kira kehamilan 16
minggu.Namun akan mengecil setelah
plasenta terbentuk, korpus luteum ini
mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Lambat laun fungsi ini
akan diambil alih oleh plasenta.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95)
d. Payudara
Payudara akan mengalami
perubahan, yaitu mebesar dan tegang
akibat hormon somatomammotropin,
estrogen, dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Areola
mammapun tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H.
2006. Hal. 95)
e. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam
kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang
membesar dengan pembuluh-pembuluh
darah yang membesar pula.Volume
darah ibu dalam kehamilan bertambah
secara fisiologik dengan adanya
pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah akan bertambah kira-kira
25%, dengan puncak kehamilan 32
minggu, diikuti dengan cardiac output
yang meninggi kira-kira 30%.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
f. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan
kehamilannya tidak jarang mengeluh
rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan
pada kehamilan 32 minggu ke atas
karena usus tertekan oleh uterus yang
membesar ke arah diafragma sehingga
diafragma kurang leluasa bergerak.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96)
g. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan
terdapat perasaan enek (nausea) karena
hormon estrogen yang meningkat.Tonus
otot traktus digestivus juga
menurun.Pada bulan-bulan pertama
kehamilan tidak jarang dijumpai gejala
muntah pada pagi hari yang dikenal
sebagai moorning sickness dan bila
terlampau sering dan banyak
dikeluarkan disebut hiperemesis
gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006.
Hal. 97)
h. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama
kehamilan kandung kencing tertekan
oleh uterus yang membesar sehingga
ibu lebih sering kencing dan ini akan
hilang dengan makin tuanya kehamilan,
namun akan timbul lagi pada akhir
kehamilan karena bagian terendah
janin mulai turun memasuki Pintu Atas
Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal.
97)
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan
deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh hormon Melanophore
Stimulating Hormone (MSH) yang
dikeluarkan oleh lobus anterior
hipofisis. Kadang-kadang terdapat
deposit pigmen pada dahi, pipi, dan
hidung, dikenal sebagai kloasma
gravidarum. Namun Pada kulit perut
dijumpai perubahan kulit menjadi
kebiru-biruan yang disebut striae livide.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)
j. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal
Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga
15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak
lebih jelas, hal ini ditemukan pada
kehamilan trimester akhir.Protein yang
diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari
untuk perkembangan badan, alat
kandungan, mammae, dan untuk janin,
serta disimpan pula untuk laktasi
nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr
kalsium untuk pembentukan tulang
terutama pada trimester ketiga.Dengan
demikian makanan ibu hamil harus
mengandung kalsium, paling tidak
1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat
diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang
tertahan untuk keperluan janin sehingga
janin tidak akan mengganggu kalsium
ibu. Wanita hamil juga memerlukan
tambahan zat besi sebanyak 800 mg
untuk pembentukan haemoglobin dalam
darah sebagai persiapan agar tidak
terjadi perdarahan pada waktu
persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal.
98)
k. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu
selama kehamilan menandakan adaptasi
ibu terhadap pertumbuhan janin.
Perkiraan peningkatan berat badan
adalah 4 kg dalam kehamilan 20
minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu
kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester
akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah,
Hajjah.2006. Hal.60-61)
3) Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang
belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena
preeklamsia terdapat perubahan yang khas
pada berbagai alat.Tapi kelainan yang
menyertai penyakit ini adalah spasmus
arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin
bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang
menimbulkan berbagai gejala yang
menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :
· Hypertensi
· Pada otak (sakit kepala,
kejang)
· Pada placenta (solution
placentae, kematian janin)
· Pada ginjal (oliguri,
insuffisiensi)
· Pada hati (icterus)
· Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab
preeklamsia yaitu :
· Bertambahnya frekuensi pada
primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa
· Bertambahnya frekuensi
seiring makin tuanya kehamilan
· Dapat terjadinya perbaikan
keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus
· Timbulnya hipertensi, edema,
protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
· Molahidatidosa
· Diabetes melitus
· Kehamilan ganda
· Hidrocepalus
· Obesitas
· Umur yang lebih dari 35
tahun
4) Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan
yaitu :
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih yang di ukur pada
posisi berbaring terlentang, atau
kenaikan diastolic 15 mmHg atau
lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/
lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa
1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan
dan muka atau BB meningkat)
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr
atau lebih per liter, sedangkan
kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine
kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
1) TD 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih
perliter
3) Oliguria (jumlah urine
<500cc/24 jam)
4) Adanya gangguan serebri,
gangguan visus, dan rasa nyeri
pada efigastrium
5) Terdapat edema paru dan
sianosis
5) Manifestasi Klinis
a. penambahan berat badan yang
berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat
badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien
beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30
mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
4) tekanan diastolic pada trimester
ke II yang >85 mmHg patut di
curigai sebagai preeklamsi
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3
g/l dalam urin 24 jam atau
pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam
urine yang di keluarkan dengan
kateter atau urine porsi tengah, di
ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
6) Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat
penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan
ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal
unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi
vaskuler menyebabkan resistensi aliran
darah dan timbulnya hipertensi
arterial.Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari
sirculating pressors. Pre eklampsia yang
berat dapat mengakibatkan kerusakan
organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi
plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya
gangguan pertumbuhan plasenta sehinga
dapat berakibat terjadinya Intra Uterin
Growth Retardation.
7) Pohon Masalah
Pre Eklamsi

Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan

Peningkatan volume plasma darah

Vasodilatasi

↓albumin
serum
↓tekanan
osmotik
keloid

Hemokonse
ntrasi

↑hematoksit
maternal

Perfusi
organ
maternal↓
termasuk
perfusi ke
unit janin
uretroplas
ma

Vasospasme
siklik lanjut
menurunka
n perfusi
organ
dengan
menghancu
rkan sel-sel
darah
merah

Kapasitas
O2
maternal↓
↓resistensi
vasculer
sistemik /
sistemik
vasculer
resisten
(SVR)

↑curah
jantung

Hipertensi
arterial

Ketidak
efektifan
perfusi
jaringan
perifer
Edema

Intoleransi
aktivitas
↑aliran
plasma
ginjal

Laju filtrasi
glomerulus


Hepatoselul
er GFR
endoteliosis
glumerulus

SRAA
protein
realease
Kontraksi
jalan lahir
IUFD IUGR

Nyeri akut

Duka cita

Penanganan pre eklamsi
Berat Ringan
˂ 36 minggu

Konservatif
≥ 36
minggu


Konservatif
Memb
aik

Tungg
u
Aterm

Akhiri
keha
milan
Gagal
(12-24
jam)

Akhiri
keham
ilan
Aktif

Akhiri
kehamilan
Memba
ik

Tunggu
aterm

Partus
biasa
Memb
uruk

Akkhi
ri
pada
≥ 37
mingg
u
8) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : protein uri dengan
kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1
hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat,
uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
b. USG : untuk mengetahui keadaan
janin
c. NST : untuk mengetahui
kesejahteraan janin
9) Komplikasi
Tergantung derajat pre-
eklampsianya, yang termasuk komplikasi
antara lain atonia uteri (uterus couvelaire),
sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver
Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina,
KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru,
gagal jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan
dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin
terhambat dan prematuritas.
10) Penatalaksanaan
a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-
Eklampsia
1) Melindungi ibu dari efek
peningkatan tekanan darah
2) Mencegah progresifitas
penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan
risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara
yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur,
atau imatur jika diketahui bahwa
risiko janin atau ibu akan lebih
berat jika persalinan ditunda
lebih lama.
b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
Ringan
1) Dapat dikatakan tidak
mempunyai risiko bagi ibu
maupun janin
2) Tidak perlu segera diberikan
obat antihipertensi atau obat
lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat
terus (batas aman 140-150/90-100
mmhg).
3) Istirahat yang cukup
(berbaring / tiduran minimal 4
jam pada siang hari dan minimal
8 jam pada malam hari)
4) Pemberian luminal 1-2 x 30
mg/hari bila tidak bisa tidur
5) Pemberian asam asetilsalisilat
(aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6) Bila tekanan darah tidak
turun, dianjurkan dirawat dan
diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari
(max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20
mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5
mg/hari (max.30 mg/hari).
7) Diet rendah garam dan
diuretik tidak perlu
8) Jika maturitas janin masih
lama, lanjutkan kehamilan,
periksa tiap 1 minggu
9) Indikasi rawat : jika ada
perburukan, tekanan darah tidak
turun setelah 2 minggu rawat
jalan, peningkatan berat badan
melebihi 1 kg/minggu 2 kali
berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-
eklampsia berat. Berikan juga
obat antihipertensi.
10) Jika dalam perawatan tidak ada
perbaikan, tatalaksana sebagai
pre-eklampsia berat. Jika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11) Pengakhiran kehamilan :
ditunggu sampai usia 40 minggu,
kecuali ditemukan pertumbuhan
janin terhambat, gawat janin,
solusio plasenta, eklampsia, atau
indikasi terminasi lainnya.
Minimal usia 38 minggu, janin
sudah dinyatakan matur.
12) Persalinan pada pre-eklampsia
ringan dapat dilakukan spontan,
atau dengan bantuan ekstraksi
untuk mempercepat kala ii.
c. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
Berat
Dapat ditangani secara aktif
atau konservatif. Aktif berarti :
kehamilan diakhiri / diterminasi
bersama dengan pengobatan
medisinal. Konservatif berarti :
kehamilan dipertahankan bersama
dengan pengobatan medisinal.
Prinsip : Tetap pemantauan janin
dengan klinis, USG, kardiotokografi.
1) Penanganan aktif.
Penderita harus segera
dirawat, sebaiknya dirawat di
ruang khusus di daerah kamar
bersalin.Tidak harus ruangan
gelap.Penderita ditangani aktif
bila ada satu atau lebih kriteria
ini.
· Ada tanda-tanda
impending eklampsia
· Ada hellp syndrome
· Ada kegagalan
penanganan konservatif
· Ada tanda-tanda gawat
janin atau iugr
· Usia kehamilan 35
minggu atau lebih
Pengobatan medisinal :
diberikan obat anti kejang
MgSO4 dalam infus dextrose 5%
sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara
pemberian MgSO4 : dosis awal 2
gram intravena diberikan dalam
10 menit, dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan sebanyak 2
gram per jam drip infus (80 ml/
jam atau 15-20 tetes/menit).
Syarat pemberian MgSO4 : –
frekuensi napas lebih dari 16
kali permenit – tidak ada tanda-
tanda gawat napas – diuresis
lebih dari 100 ml dalam 4 jam
sebelumnya – refleks patella
positif. MgSO4 dihentikan bila : –
ada tanda-tanda intoksikasi –
atau setelah 24 jam pasca
persalinan – atau bila baru 6 jam
pasca persalinan sudah terdapat
perbaikan yang nyata. Siapkan
antidotum MgSO4 yaitu Ca-
glukonas 10% (1 gram dalam 10
cc NaCl 0.9%, diberikan
intravena dalam 3 menit).Obat
anti hipertensi diberikan bila
tekanan darah sistolik lebih dari
160 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari 110
mmHg.Obat yang dipakai
umumnya nifedipin dengan dosis
3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2
jam belum turun dapat diberi
tambahan 10 mg lagi. Terminasi
kehamilan : bila penderita belum
in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi,
oksitosin drip, kateter Folley,
atau prostaglandin E2. Sectio
cesarea dilakukan bila syarat
induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus
pervaginam.Pada persalinan
pervaginam kala 2, bila perlu
dibantu ekstraksi vakum atau
cunam.
2) Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang
dari 35 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending
eclampsia dengan keadaan janin
baik, dilakukan penanganan
konservatif.Medisinal : sama
dengan pada penanganan aktif.
MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda pre-
eklampsia ringan, selambatnya
dalam waktu 24 jam. Bila
sesudah 24 jam tidak ada
perbaikan maka keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan
pengobatan dan harus segera
dilakukan terminasi. jangan
lupa : oksigen dengan nasal
kanul, 4-6 l / menit, obstetrik :
pemantauan ketat keadaan ibu
dan janin. bila ada indikasi,
langsung terminasi.
Menjelaskan tentang
manfaat istirahat dan diet
berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti
berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari
perlu dikurangi, dan dianjurkan
lebih banyak duduk dan
berbaring.Diet tinggi protein,
dan rendah lemak, karbohidat,
garam dan penambahan berat
badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini
preeklampsia dan segera
merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat
anthipertensi, memang
merupakan kemajuan yang
penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik.
(Wiknjosastro H,2006).
11) Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
1) Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada
primi gravida ,< 20 tahun atau >
35 tahun, Jenis kelamin,
2) Riwayat Kesehatan
· keluhan Utama :
biasanya klirn dengan
preeklamsia mengeluh
demam, sakit kepala,
· Riwayat kesehatan
sekarang : terjadi
peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium,
mual muntah, penglihatan
kabur
· Riwayat kesehatan
sebelumnya : penyakit ginjal,
anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
· Riwayat kehamilan :
riwayat kehamilan ganda,
mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan
dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
· Pola nutrisi : jenis
makanan yang dikonsumsi
baik makanan pokok maupun
selingan
· Psiko sosial spiritual :
Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu
kesiapan moril untuk
menghadapi resikonya
3) Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda,
mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan
eklamsia sebelumnya.
4) Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu
apakah pernah / tidak megikuti KB
jika ibu pernah ikut KB maka yang
ditanyakan adalah jenis
kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila
tidak memakai lagi) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi.
5) Pola aktivitas sehari-hari
a. Aktivitas
Gejala :
Biasanya pada pre
eklamsi terjadi
kelemahan, penambahan
berat badan atau
penurunan BB, reflek
fisiologis +/+, reflek
patologis -/-.
Tanda :
Pembengkakan kaki, jari
tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Gejala :
Biasanya terjadi
penurunan oksegen.
c. Abdomen
Gejala :
· Inspeksi :
Biasanya Perut
membuncit sesuai
usia kehamilan
aterm, apakah
adanya sikatrik
bekas operasi atau
tidak ( - )
· Palpasi :
Leopold I :
Biasanya teraba
fundus uteri 3 jari
di bawah proc.
Xyphoideus teraba
massa besar, lunak,
noduler
Leopold II :
Teraba tahanan
terbesar di sebelah
kiri, bagian –
bagian kecil janin
di sebelah kanan.
Leopold III :
Biasanya teraba
masa keras,
terfiksir
Leopold IV :
Biasanya pada
bagian terbawah
janin telah masuk
pintu atas panggul
· Auskultasi :
Biasanya terdengar
BJA 142 x/1’
regular
d. Eliminasi
Gejala :
Biasanya proteinuria + ≥
5 g/24 jam atau ≥ 3
pada tes celup, oliguria
e. Makanan / cairan
Gejala :
Biasanya terjadi
peningkatan berat badan
dan penurunan ,
muntah-muntah
Tanda :
Biasanya nyeri
epigastrium,
f. Integritas ego
Gejala :
Perasaan takut.
Tanda :
Cemas.
g. Neurosensori
Gejala :
Biasanya terjadi
hipertensi
Tanda :
Biasanya terjadi kejang
atau koma
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Biasanya nyeri
epigastrium, nyeri
kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda :
Biasanya klien gelisah,
i. Pernafasan
Gejala :
Biasanya terjadi suara
nafas antara vesikuler,
Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :
Biasanya ada irama
teratur atau tidak,
apakah ada bising atau
tidak.
j. Keamanan
Gejala :
Apakah adanya
gangguan pengihatan,
perdarahan spontan.
k. Seksualitas
Gejala :
Status Obstetrikus
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : baik,
cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis
(e = 4, v = 5, m = 6)
c. Pemeriksaan Fisik
(Persistem)
· Sistem pernafasan
Pemeriksaan
pernapasan, biasanya
pernapasan mungkin
kurang, kurang dari 14x/
menit, klien biasanya
mengalami sesak sehabis
melakukan aktifitas,
krekes mungkin ada,
adanya edema paru
hiper refleksia klonus
pada kaki.
· Sistem
cardiovaskuler
Inspeksi :
Apakah Adanya
sianosis, kulit
pucat,
konjungtiva
anemis.
Palpasi :
o Tekanan darah :
Biasanya
pada preeklamsia
terjadi peningkatan
TD, melebihi tingkat
dasar setetah 20
minggu kehamilan,
o Nadi :
Biasanyanadi
meningkat atau
menurun
o Leher :
Apakah ada
bendungan atau
tidak pada
Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada
bendungan
menandakan bahwa
jantung ibu
mengalami
gangguan. Edema
periorbital yang tidak
hilang dalam kurun
waktu 24 jam Suhu
dingin
Auskultasi :
Untuk
mendengarkan detak
jantung janin untuk
mengetahui adanya fotal
distress, bunyi jantung
janin yang tidak teratur
gerakan janin melemah.
· System reproduksi
a. Dada
Payudara : Dikaji
apakah ada massa
abnormal, nyeri
tekan pada
payudara.
b. Genetalia
Inspeksi : adakah
pengelu
aran
pervagi
nam
berupa
lendir
bercam
pur
darah,
adakah
pembes
aran
kelenja
r
bartholi
ni /
tidak.
c. Abdomen
Palpasi : untuk
menget
ahui
tinggi
fundus
uteri,
letak
janin,
lokasi
edema,
periksa
bagian
uterus
biasany
a
terdapa
t
kontrak
si
uterus
· Sistem integument
perkemihan
a. Periksa vitting
udem biasanya
terdapat edema pada
ekstermitas akibat
gangguan filtrasi
glomelurus yang
meretensi garam dan
natrium, (Fungsi
ginjal menurun).
b. Oliguria
c. Proteinuria
· Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi,
klonus pada kaki
· Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen
adanya nyeri
tekan daerah
epigastrium
(kuadran II
kiri atas),
anoreksia,
mual dan
muntah.
· Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
§ Biasanya ibu
mengeluh
Panas
§ Biasanya ibu
mengeluh
sakit kepala
§ Biasanya ibu
mengeluh
nyeri kepala
§ Biasanya ibu
mengeluh
nyeri perut
akibat fotal
distress pada
janin
§ Biasanya ibu
mengeluh
tegang pada
perutnya
§ Biasanya
mengeluh
nyeri
§ Skala nyeri
(2-4)
§ Klien biasanya
mengatakan
kurang nafsu
makan
§ Klien biasanya
sering mual
muntah
§ Klien biasanya
sering
bertanya
§ Klien biasanya
sering
mengungkapka
n kecemasan
b. Data Obyektif
§ Biasanya
teraba panas
§ Biasanya
tampak wajah
ibu meringis
kesakitan
§ Biasanya ibu
tampak kejang
§ Biasanya ibu
tampak lemah
§ Biasanya
penglihatan
ibu kabur
§ Biasanya klien
tampak cemas
§ Biasanya klien
tampak
gelisah
§ Biasanya klien
tampak kurus,
§ biasanya klien
tampak lemah,
konjungtiva
anemis.
§ Tonus otot
perut tampa
tegang
§ Biasanya ibu
tampak
meringis
kesakitan
§ Biasanya
tamapa cemas
§ Biasanya DJJ
bayi cepat
>160
§ Bisanya ibu
tampak
meringis
kesakitan
§ biasanya ibu
tampak cemas
§ Bianyasa skala
nyeri 4 =
nyeri berat
(skala nyeri
1-5)
§ aktivitas janin
menurun
§ DJJ meningkat
>160
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa
didapat dari pengkajian diatas yaitu:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan
agen cedera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi,
3. Kelebihan Volume Cairan
berhubungan dengan Gangguan
mekanisme regulasi.
4. Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
5. Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan berhubungan dengan
Hambatan Kognitif.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan
agen cedera fisik
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan tidak
terjadi nyeri atau ibu dapat
mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil
§ Ibu mengerti penyebab nyerinya
§ Ibu mampu beradaptasi
terhadap nyerinya
Interve
nsi
Rasional
1. Kaji
tingkat
intensita
s nyeri
pasien
2.
Jelaskan
penyeba
b
nyerinya
3.
Ajarkan
ibu
menganti
sipasi
nyeri
dengan
nafas
dalam
bila HIS
timbul
4. Bantu
ibu
dengan
mengusa
p/
massage
pada
bagian
yang
nyeri
1.
Ambang
nyeri
setiap
orang
berbeda ,
dengan
demikian
akan
dapat
menentu
kan
tindakan
perawata
n yang
sesuai
dengan
respon
pasien
terhadap
nyerinya.
2. Ibu
dapat
memaha
mi
penyebab
nyerinya
sehingga
bisa
kooperati
f
3. Dengan
nafas
dalam
otot-otot
dapat
berelaksa
si ,
terjadi
vasodilat
asi
pembulu
h darah,
expansi
paru
optimal
sehingga
kebutuha
n 02
pada
jaringan
terpenuhi
4. Untuk
mengalih
kan
perhatian
pasien
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan
karena faktor biologi.
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan nafsu
makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
§ BB meningkat atau normal
§ tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
§ kekuatan menggenggan
Interve
nsi
Rasiona
l
1. Kaji
adanya
alergi
makanan
2.
Anjurkan
pasien
untuk
meningk
atkan
intake
Fe
3.
Berikan
substansi
gula
4.
Berikan
makanan
yang
terpilih
(sudah
dikonsult
asikan
dengan
ahli gizi)
5.
Ajarkan
pasien
bagaima
na
membua
t catatan
makanan
harian
1. Untuk
mengeta
hui
apakah
pasien
ada
alergi
makanan
2. intake
fe dapat
meningk
atkan
kekuatan
tulang
3.
substansi
gula
dapat
meningk
atkan
energi
pasien
4. Untuk
memenu
hi status
gizi
pasien
5. Catatan
harian
makanan
dapat
mengeta
hui
asupan
nutrisi
pasien
c. Ketidakseimbangan volume cairan
berhubungan dengan Gngguan
mekanisme regulasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan volume cairan
seimbang.
Kriteria Hasil :
· Tidak terdapat tanda-
tanda edema.
· Hasil laboratorium
hematokrit dalam batas
normal.
· Menggunakan
pemahaman tentang
kebutuhan akan
pemantauan peningkatan
tekanan
· darah, protein dan
urine.
Interve
nsi
Rasiona
l
1. Pantau
masukan
dan
pengeluar
an cairan
setiap
hari.
2.
Timbang
berat
badan
secara
rutin.
3. Pantau
tanda-
tanda
vital, catat
waktu
pengisian
kapiler.
4. Kaji
ulang
masukan
diit dari
protein
dan
kalori,
berikan
informasi
sesuai
dengan
kebutuhan
.
5.
Perhatika
n tanda-
tanda
edema
berlebiha
n atau
berlanjut.
6. Kaji
distensi
vena
jugularis.
7.
Kolaborasi
dengan
ahli gizi
dalam
pengatura
n diet
rendah
garam.
8.
Kolaborasi
dalam
pemberia
n
antidiureti
k
1.
Pembatas
an dalam
pemberia
n cairan
dapat
menguran
gi odema.
2.
Mengetah
ui
peningkat
an berat
badan
yang
berlebih
3.
Menjaga
peningkat
an vital
sign
berlebih.
4.
Kesesuaia
n dalam
pemberia
n
informasi
dapat
menguran
gi tingkat
kecemasa
n.
5.
Menghind
ari edema
anasarka.
Krena
cairan
yang
tidakmam
pu
keluar.
6.
Pembesar
an vena
jugularis
merupaka
n tanda
dari
pembeng
kakan dri
jantung.
7. Diet
rendah
garam
akan
memngur
angi
asupan
Na dalam
tubuh.
8.
Pemberia
n diuretik
akan
menguran
gi cairan
yang
tertimbun
di tubuh
melalui
urine.
d. Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
perawatan kecemasan ibu berkurang
atau hilang
Kriteria Hasil :
§ Ibu tampak tenang
§ Ibu kooperatif terhadap
tindakan perawatan
§ Ibu dapat menerima kondisi
yang dialami sekarang
Interv
ensi
Rasional
1. tingkat
kecemasa
n ibu
2. Jelaskan
mekanism
e proses
persalinan
3. gali dan
tingkatkan
mekanism
e koping
ibu yang
efektif
4. Beri
support
system
pada ibu
1. Tingkat
kecemasan
ringan dan
sedang bisa
ditoleransi
dengan
pemberian
pengertian
sedangkan
yang berat
diperlukan
tindakan
medikamen
tosa
2.
Pengetahua
n terhadap
proses
persalinan
diharapkan
dapat
mengurangi
emosional
ibu yang
maladaptiv
e.
3.
Kecemasan
akan dapat
teratasi jika
mekanisme
koping
yang
dimiliki ibu
efektif
4. ibu dapat
mempunyai
motivasi
untuk
menghadap
i keadaan
yang
sekarang
secara
lapang
dada
asehingga
dapat
membawa
ketenangan
hati
e. Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan berhubungan dengan
Hambatan Kognitif.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x30 menit
diharapkan pengetahuan bertambah.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang
proses penyakit.
Klien tidak cemas.
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang tanda dan gejala
yang mengindentifikasi kondisi yang
memburuk.
2. Berikan informasi tentang jaminan protein
adekuat dalam diit klien dengan kemungkinan
atau pre-eklamsia ringan.
3. Pertahankan agar klien dapat informasi
tentang kondisi kesehatan, hasil tes, dan
kesejahteraan janin.
1. Pemberian informasi dapat mencegah
komplikasi
2. Kliaen dapat mempertahankan
konsumsi protein yang adekuat
3. Informasi yang diperoleh akan
mempertahankan status kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan
Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI.
(2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi
dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2) .
Kelompok Kerja Penyusun
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit
Kandungan dan KB.Jakarta :EGC
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi
Ketiga Jilid Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan . Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta : YBP
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan .
Jakarta : YBP
Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative
Stress in Preeclampsia. AJOG, 190: 117 – 8
Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di
Beberapa Rumah Sakit di Indonesia,
patogen. Dasar – Dasar Metodologi
Penelitian Kedokteran danKesehatan esis,
dan kemungkinan pencegahannya . MOGI,
27; 141 – 151.
Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.
Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam
Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat
dengan Kehamilan Normal . Tesis Bagian
Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik

Anda mungkin juga menyukai