Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN BIAYA HAK PENGGUNAAN

BERDASARKAN LEBAR PITA (BHP)

Dian Rizki Amalia [1210165022]

Pendahuluan
Spektrum frekuensi adalah suatu sumber daya alam yang terbatas, sangat vital dan
merupakan aset nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Pengalokasian
dan penetapan spektrum frekuensi merupakan elemen inti dari suatu kegiatan manajemen
spektrum frekuensi, dimana pentahapan-pentahapannya menentukan suatu perencanaan dan
pendistribusian ketersediaan spektrum frekuensi untuk berbagai keperluan, untuk kemudian
menentukan jumlah dari izin yang diterbitkan. Salah satu dari perbedaan-perbedaan yang
menimbulkan perdebatan panjang adalah terkait dengan alokasi spektrum dimana ujung
akhirnya adalah keadilan tarif izin spektrum.
Pengalokasian spektrum frekuensi sangat penting untuk penggunaan dengan potensi
komersial yang tinggi serperti pada penyelenggaraan telekomunikasi bergerak (mobile) seluler
(GSM 900/1800), CDMA2000, IMT 3G/2.1 GHz, karena tidak hanya sebagai tahap awal
dalam efisiensi alokasi sumber daya, namun juga memiliki pengaruh kepada struktur
kompetisi.
Di Indonesia sistem pentarifan Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi untuk
penyelenggaraan telekomunikasi seluler sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 28
tahun 2005 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Departemen Komunikasi dan Informatika, memiliki skema pentarifan yangbelum optimum
dalam mendukung industri telekomunikasi di Indonesia khususnya telekomunikasi seluler.
Struktur pentarifan BHP frekuensi dirasakan kurang proposional dan tidak memberikan
insentif bagi pengguna spektrum yang efisien, belum dapat mengikuti setiap perkembangan
kemajuan teknologi komunikasi radio. Selanjutnya PP No. 28 tahun 2005 diperbaharui dengan
PP No. 27 tahun 2009.

Pentarifan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio di Indonesia


Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio diwajibkan mendapatkan izin dari Pemerintah
sesuai ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku. Salah satu bentuk kewajiban bagi
pengguna spektrum frekuensi radio adalah dikenakannya Biaya Hak Penggunaan (BHP)
Spektrum Frekuensi yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Ketentuan
mengenai BHP frekuensi tersebut mengacu kepada:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2005 tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Komunikasi Dan
Informatika sebagaimana telah dirubah menjadi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Di Departemen Komunikasi Dan Informatika;
2. Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor : 17/PER/M.KOMINFO/9/2005
tentang Tata cara perizinan dan Ketentuan Operasional Penggunaan Spektrum Frekuensi
Radio;
3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 19/PER.KOMINFO/10/2005
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Dari Biaya Hak
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio;

Penerapan BHP frekuensi berdasarkan ISR mengandung arti bahwa besaran BHP frekuensi
sangat tergantung kepada jumlah pemancar stasiun radio dengan mengikuti
formula sebagai berikut :

Dimana paramater-parameter nya adalah :


a. Harga Dasar Daya Pancar (HDDP);
b. Harga Dasar Lebar Pita (HDLP);
c. Daya Pancar (p);
d. Lebar Pita (b);
e. Indeks biaya pendudukan lebar pita (Ib);
f. Indeks biaya daya pemancaran frekuensi (Ip);
g. Zona penggunaan frekuensi.

Besaran HDDP dan HDLP ditetapkan oleh Pemerintah dimana dalam penerapan HDPP
dan HDLP sangat tergantung kepada jenis pita spektrum frekuensi radio yang digunakan (HF,
VHF, UHF) dan zona dimana ISR tersebut berlaku. Besaran nilai HDLP dan HDDP adalah
sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7
tahun 2009. Wilayah Indonesia terbagi menjadi 5 (lima) zona penggunaan frekuensi dimana
pembagiannya telah ditentukan didalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor:19/PER.KOMINFO/10/2005. Pembagian wilayah ini bertujuan untuk menyesuaikan
dengan potensi serta keadaan sosio ekonomi dari wilayah indonesia. Besaran Ib dan Ip
ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi teknis oleh Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
Besaran Ib dan Ip ini akan ditinjau secara periodic setiap 2(dua) tahun sekali dengan
memperhatikan komponen jenis spektrum frekuensi radio, lebar pita dan atau kanal spektrum
frekuensi radio, luas cakupan, lokasi, dan minat pasar. Nilai Ib dan Ip pula ditentukan
berdasarkan kepada jenis teknologi yang digunakan. Besaran Ib dan Ip ditetapkan sebagaimana
tercantum pada lampiran Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
:19/PER.KOMINFO/10/2005.

Contoh perhitungan BHP ISR dari sebuah pemancar seluler GSM/DCS-1800 (berada
di pita UHF) di kota Jakarta (zona 1) dengan kuat pemancar sekitar 1000 watt, Bandwidth
masing-masing carrier adalah 200 kHz. Maka besarnya harga BHP frekuensi untuk tiap carrier
yang digunakan pada BTS GSM/DCS-1800 tersebut adalah :

HDLP = 11.772/Khz untuk pita frekuensi UHF di Zona 1


HDDP = 109.481 untuk pita frekuensi UHF di Zona 1
Ib = 6,344 (Jasa Selular TDMA)
Ip = 3,031 (Jasa Selular TDMA)
Bandwidth = 200 kHz (per carrier)
Power = 1000 Watt
P = 10 x (log power) + gain - line Loss + 30
= 10 log (1000) + 3 - 1 + 30
= 62 dBmW
Parameter Pentarifan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio di Berbagai Negara

China
Menurut China Radio Regulatory Department, biaya yang dibutuhkan untuk fasilitas pengelolaan
spektrum adalah bagian yang cukup besar dalam biaya lisensi pada tahun 1989. Pengeluaran ini
meningkatkan biaya pengelolaan spektrum dan telah membebani penyebaran layanan radio. Pada tahun
1998, mekanisme biaya disesuaikan guna membuat formula biaya yang sederhana dan menghindari
ambiguitas serta mengurangi biaya penggunaan spektrum. Penggunaan Biaya spektrum di China tidak
hanya dianggap sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sarana yang efektif untuk meningkatkan
efisiensi spektrum manajemen. Faktor-faktor yang dipertimbangkan sewaktu menetapkan tingkat biaya:
(1) bandwidth yang digunakan, yaitu mengatur tingkat biaya sesuai dengan jumlah spektrum yang
digunakan akan mengurangi penimbunan spectrum; (2) coverage area, yaitu cakupan area layanan
(kota, provinsi atau lebih dari satu provinsi). Untuk setiap jenis cakupan area ada perbedaan tingkat
biaya; (3) frekuensi. Untuk pelayanan yang sama, biaya yang dikenakan berbeda-beda, tergantung pada
frekuensi. Sebagai contoh, biaya per MHz untuk operasi stasiun microwave di atas 10 GHz setengah
dari stasiun yang beroperasi di bawah 10 GHz. Dengan demikian, struktur biaya layanan mendorong
operator untuk memperkenalkan layanan-layanan baru pada bagian kurang padat dari spektrum.

Eropa
Pada beberapa negara di Eropa, biaya spektrum didefinisikan sebagai biaya yang dapat diterapkan
sebagai tambahan, atau penggantian biaya administrasi untuk memastikan penggunaan spektrum yang
optimal tetapi pada beberapa negara lainnya memasukkan beberapa faktor dalam pembiayaan
spektrumnya seperti: jumlah transmiter, besar daya, besar area layanan, banyaknya populasi yang
dilayani (Electronic Communications Committee (ECC), 2006).

Australia
ACMA (Australia Comunication Media Authority) sebagai regulator Telekomunikasi dan Penyiaran di
Australia dalam menentukan biaya spektrum termasuk layanan penyiaran (broadcasting) dengan
mempertimbangkan faktor – faktor berikut ini: (1) bandwidth – jumlah lebar pita yang ditetapkan untuk
menghalangi pemakaian oleh pengguna lain; (2) power – daya yang digunakan; (3) adjustment factor –
nilai yang merefleksikan pada kasus tertentu apakah sebuah layanan mempunyai permintaan yang tinggi
contoh untuk mobile spectrum; (4) geographic weighting – terdapat 55 kombinasi spektrum dan lokasi
geografi yang sudah di tetapkan masingmasing bobotnya. Kombinasi merefleksikan kepadatan layanan
dan permintaan terhadap spectrum di frekuensi dan lokasi geografi yang berbeda; (5) normalisasi
konstan – parameter yang digunakan untuk menyesuaikan nilai uang setiap tahunnya yang disebabkan
oleh faktor Inflasi tahunan, basis data berasal dari nilai C PI (Consumer Price Index). Nilai ini akan
ditentukan setiap tahunnya oleh ACMA.

Hongkong
Hongkong dalam Telecomunication Regulation Act menentukan harga spektrum yang digunakan oleh
Operator Multiplex yang menyalurkan kanal frekuensi untuk TV Siaran dengan menggunaakan formula
harga tetap sebesar $50/kHz.

Pakistan
Pakistan melalui Pakistan Telecomunication Autorithy (PTA) (2010) dalam menentukan biaya
spektrum menggunakan formula sebagai berikut: (Annual Fee for TV Broadcasting = Basic Fee TV +
200 (Service Factor + Freq Factor + Power Factor) di mana power factor sama dengan Effective
Radiated Power (ERP) in dBW; service factor adalah bobot yang diberikan untuk broadcast service
factor di mana diberikan service factor yang rendah kepada TV digital dibandingkan TV analog guna
mendorong operator pindah dari analog ke digital; frequency factor sama dengan number of Unit
Frequencies, di mana dibedakan antara audio dan televisi.
Dengan melihat metode pembiayaan spektrum yang direkomendasikan oleh ITU dan aplikasi
pembiayaan spektrum di beberapa negara, ada beberapa yang menjadi fokus dalam model perhitungan
BHP frekuensi radio, yaitu: (1) faktor kelangkaan spectrum; (2) bandwidth,
power,cakupan populasi, band frekuensi, jumlah transmiter, jumlah kanal, lokasi geografi; (3) faktor
pemakaian frekeunsi di band tertentu (VHF, UHF); (4) pembagian wilayah yang menunjukan
perbedaaan jumlah kepadatan layanan dan populasi; (5) pemulihan biaya manajemen spektrum yang
dikeluarkan oleh pihak pemberi lisensi.
LAMPIRAN
Besaran-besaran Terkait Perhitungan BHP ISR Saat Ini Berdasarkan PP 7
Tahun 2009 dan PM 19 Tahun 2005
1. Tabel Harga Dasar Lebar Pita (HDLP)
2. Tabel Harga Dasar Daya Pancar (HDDP)

Anda mungkin juga menyukai