Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang.
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan
menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan. Pengangkatan jahitan luka bertujuan untuk meningkatkan
proses penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Luka ?


2. Apa saja tingkat Kontaminasi terhadap luka ?
3. Bagaimana Cara Pemilihan Balutan Luka ?
4. Bagaimana Langkah-langkah Perawatan Luka Bersih ?
5. Apakah Pengertian Heacting ?
6. Apa saja Alat Dan Bahan Yang Diperlukan Pada Penjahitan Luka ?
7. Bagaimana Cara Memegang Alat Penjahit Luka ?
8. Apa saja Persiapan Alat Penjahitan Luka ?
9. Apa saja Jenis-Jenis Benang Pada Penjahitan Luka ?
10. Apa saja Persiapan Penjahitan Kulit ?
11. Bagaimana Teknik Penjahitan Kulit ?
12. Apa saja Komplikasi Heacting ?
13. Apa Pengertian Up Heacting/Angkat jahitan ?

1
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui pengertian Luka.


2. Untuk Mengetahui tingkat Kontaminasi terhadap luka.
3. Untuk Mengetahui Cara Pemilihan Balutan Luka.
4. Untuk Mengetahui Langkah-langkah Perawatan Luka Bersih.
5. Untuk Mengetahui Pengertian Heacting.
6. Untuk Mengetahui Alat Dan Bahan Yang Diperlukan Pada Penjahitan
Luka.
7. Untuk Mengetahui Cara Memegang Alat Penjahit Luka.
8. Untuk Mengetahui Persiapan Alat Penjahitan Luka.
9. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Benang Pada Penjahitan Luka.
10. Untuk Mengetahui Persiapan Penjahitan Kulit.
11. Untuk Mengetahui Teknik Penjahitan Kulit.
12. Untuk Mengetahui Komplikasi Heacting.
13. Untuk Mengetahui Pengertian Up Heacting/Angkat jahitan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan
berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama
penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi:
superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan
lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis,
dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses
penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena
suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung
dari bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan
sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

3
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang
terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala
jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6
minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan
berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan
luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau
jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

B. Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

C. Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam
perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh
Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam
jurnalNature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana
lembab ini antara lain:

4
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk
stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut
lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit
dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

D. Perawatan Luka Bersih


Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan
juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau
rumah sakit biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio
caesaria, dan atau luka operasi lainnya. Perawatan luka harus memperhatikan
teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya mikroorganisme yang dapat
menginfeksi luka.

5
E. Pengertian Heacting

Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan


menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. Ingat
bahwa setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan akan
menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat
menjahit laserasi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit
mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis.

1. Indikasi
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.

2. Pengenalan Alat Dan Bahan Penjahitan


a. Nald vooder/ needle holder/ nald heacting
Gunanya adalah untuk memegang jarum ahit (nald heacting) dan sebagai
penyimpul benang.

6
b. Pisau bedah
Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang dan mata pisau (mess/
bistoui/ blade). Kegunaannya adalah untuk menyayat berbagai organ atau
bagian tubuh manusia. Mata pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang
disayat.
c. Gunting
- Gunting diseksi (dissecting scissor)
Gunting ini ada dua jenis yaitu lurus dan bengkok. Uungnya biasanya
runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan yaitu tipe moyo dan
tipe metzenbaum.
- Gunting benang
Ada dua macam gunting benang yaitu bengkok dan lurus,
kegunaannya adalah memotong benang operasi meapikan luka.
Penyediaan masing-masing 1 buah.
- Gunting pembalut
Kegunaannya adalah menggunting plester dan pembalut. Penyediaan 1
buah.
d. Klem (clamp)
- Klem arteri pean
Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaannya adalah untuk
hemostasis untuk jaringan tipis dan lunak. Penyediaan masing-masing
6 buah.
- Klem kocher
Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada
ujungnya seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit
jaringan. Penyediaan masing-masing 4 buah.
- Klem mosquito
Mirip dengan klem arteri pean, tetai ukurannya lebih ecil. Penyediaan
masing-masing 6 buah.
- Klem allis
Penggunaan klem ini adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan
menjepit tumor. Penyediaan 2 buah.

7
- Klem babcock
Penggunaannya adalah untuk menjepit tumor yang agak besar dan
rapuh. Penyediaan 2 buah.
e. Pinset
- Pinset sirugis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan
penahitan luka, member tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
Penyediaan 2 buah.n
- Pinset anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang tipis dan lunak. Penyediaan 22 buah.
- Pinset splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka (mencegah
overlapping). Penyediaan 1 buah.
f. Wound curet
Penggunaannya adalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus
kronis.
g. Towel clamp (Doek Klem)
Penggunaannya adalah untuk menjepit doek/kain operasi. Penyediaan 4
buah.
h. Retractor (wound Hook)
- Retractor Langenbeck. Penggunaannya adalah untuk menguakkan
luka. Penyediaan 2 buah.
- Us Army Double Ended Retraktor. Penggunaannya adalah untuk
menguakkan luka dan memiliki dua sisi yang sama. Penyediaan 2
buah.
- Retractor volkam. Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka dan
memiliki gerigi tajam. Bila mungkin masing-masing ukuran 2 buah.
i. Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrument steril, megambil assa,
jas operasi, doek, dan laken steril. Penyediaan 2 buah.

8
j. Deschamps Aneurysm Needle
Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar.
k. Sonde (probe)
Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat melakukan eksploasi,
dan mengetahui kedalaman luka.
l. Jarum jahit
Penggunaannya adalah untuk menjahit luka dan menjahit organ yang rusak
lainnya. Untk menjahit kulit digunakan yang berpenampang segitiga agar
lebih mudah mengiris kulit (scharpe nald). Sedangkan untuk menjahit otot
diakai yang berpenampang bulat (rounde nald).

m. Benang bedah
Disebut juga suture. Menurutnya jenis bahannya benang bedah dibagi
dalam 2 golongan:
1. Yang diabsorpsi oleh tubuh. Missal : collagen (catgus crhromic),
polyglatin 910 (coated vicryl) dan polyglycolic acid (dexon).
2. Yang tidak di absorpsi oleh tubuh. Misal : linen, suture, polypropilen,
polyamide/nylon, dan stainless steel.
Ukuran benang :
a. Ukuran terbesar adalah 1 dan ukuran terkecil adalah 11-0 atau 12-0
b. Ukuran dimulai dari nomer 1, sedangkan apabila ukuran bertambah
kecil maka di tambah 0.
c. Ukuran benang system eropa (matric gauge) adalah matric 0,1
(0,010 – 19) sampai matric 10 (1,00 – 1,09).

9
d. Ukuran benang system amerika (imperial gauge) ukuran 11-
0(0,010 – 0,019) sampai ukuran 7 (1,00 – 1,09)
e. Didalam kemasan selain dicantumkan diameter juga dicantumkan
panjang benang dalam cm.
F. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan Pada Penjahitan Luka
1) Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk
yaitu tissue forceps bergigi ujungnya ( surgical forceps) dan tanpa gigi
di ujungnya yaitu atraumatic tissue forceps dan dressing forceps.
b. Scalpel handles dan scalpel blades
c. Dissecting scissors ( Metzen baum )
d.Suture scissors
e. Needleholders
f. Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk
segitiga dan bentuk bulat
g. Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h. Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi
(Kocher)
i. Retractors, double ended
j. Towel clamps

2) Bahan
a. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )
b. Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )
c. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
d. Anestesi lokal lidocain 2%.
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.

10
11
12
13
14
15
G. Cara Memegang Alat Penjahit Luka

a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang


kasa: yaitu ibu jari dan jari keempat sebagai pemegang utama,
sementara jari kedua dan ketiga dipakai untuk memperkuat pegangan
tangan. Untuk membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan pada
jaringan, benang dilingkarkan pada ujung pemegang jarum.
b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari
kedua dan ketiga. Jarum dipegang di daerah separuh bagian belakang .
c. Sarung tangan dipakai menurut teknik tanpa singgung.

16
H. Persiapan Alat Penjahitan Luka

a. Sterilisasi dan cara sterilisasi


Sterilisasi adalah tindakan untuk membuat suatu alat-alat atau bahan dalam
keadaan steril.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara :


a. Secara kimia yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid , seperti
formalin, savlon, alkohol.
b. Secara fisik yaitu dengan :
1) Panas kering ( oven udara panas )
♦ Selama 20 menit pada 200° C
♦ Selama 30 menit pada 180° C
♦ Selama 90 menit pada 160° C

17
2. Uap bertekanan ( autoclave): selama 15 menit pada 120° C dan
tekanan 2 atmosfer
3. Panas basah, yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini
hanya dianjurkan bila cara lain tidak tersedia.

b. Pengepakan

Sebelum dilakukan sterilisasi secara fisik, semua instrument harus


dibungkus dengan dua lapis kain secara rapat yang diikutkan dalam proses
sterilisasi. Pada bagian luar pembungkus ,ditempelkan suatu indikator (yang
akan berubah warna ) setelah instrument tersebut menjadi steril. Untuk
mempertahankan agar instrument yang dibungkus tetap dalam keadaan steril,
maka kain pembungkus dibuka menurut” teknik tanpa singgung.

I. Jenis-Jenis Benang

a. Benang yang dapat diserap (Absorbable Suture )


1) Alami ( Natural)
1) Plain Cat Gut : dibuat dari bahan kolagen sapi atau domba. Benang ini
hanya memiliki daya serap pengikat selama 7-19 hari dan akan diabsorbsi
secara sempurna dalam waktu 70 hari. 2). Chromic Cat Gut dibuat dari
bahan yang sama dengan plain cat gut , namum dilapisi dengan garam
Chromium untuk memperpanjang waktu absorbsinya sampai 90 hari.

b) Buatan ( Synthetic )
Adalah benang- benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin
( merk dagang Vicryl atau Safil), Polyglycapron ( merk dagang Monocryl
atau Monosyn), dan Polydioxanone ( merk dagang PDS II ). Benang jenis
ini memiliki daya pengikat lebih lama , yaitu 2-3 minggu, diserap secara
lengkap dalam waktu 90-120 hari.

18
B. Benang yang tak dapat diserap ( nonabsorbable suture )
a. Alamiah ( Natural)
Dalam kelompok ini adalah benang silk ( sutera ) yang dibuat dari protein
organik bernama fibroin, yang terkandung di dalam serabut sutera hasil
produksi ulat sutera.
b. Buatan ( Synthetic )
Dalam kelompok ini terdapat benang dari bahan dasar nylon ( merk
dagang Ethilon atau Dermalon ). Polyester ( merk dagang Mersilene) dan
Poly propylene ( merk dagang Prolene ).

19
J. Persiapan Penjahitan ( Kulit)

a. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.


b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari
bagian tengah kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang
terbuka hanya bagian kulit dan luka yang akan dijahit.
d. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
e. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
f. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan
pisau dan gunting.
g. Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NacCl.
h. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain
catgut atau poiiglactin secara simple interrupted suture.
i. Kulit dijahit benang yang tak dapat diserap yaitu silk atau nylon.

K. Teknik Penjahitan Kulit

Prinsip yang harus diperhatikan :

a. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus
dilakukan secara halus dengan mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan
tersebut.
b. Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama besarnya.
c. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi lukia.Khusus”
daerah wajah 2-3mm.
d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan
jarum dari tepi luika.
e. Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar ( evferted ) setelah
penjahitan.

20
1. Simple Interupted Suture
Indikasi: pada semua luka
Kontra indikasi : tidak ada Teknik penjahitan

Dilakukan sebagai berikut:

a. Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat,
masuk subcutan terus kekulit sisi lainnya.
b. Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan
agar tepi luka yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka kearah
luar ( everted)
c. Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
d. Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.

2. Subcuticuler Continuos Suture

Indikasi : Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik


Kontra indikasi : Jaringan luka dengan tegangan besar.

Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan


dermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak
di dekat kedua ujung luka yang dilakukan sebagai berikut :
1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah
dermis kulit salah satu dari tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain,
secara bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk
kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi
secara paralel disepanjang luka tersebut.

21
3. Jahitan Pengunci (Feston)
Indikasi : Untuk menutup peritoneum Mendekati variasi kontinyu (lihat
gambar).

22
23
1.

24
25
26
L. Komplikasi Hecting
a. Overlapping
Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka menjadi
tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan
apabila sembuh maka hasilnya akan buruk.
b. Nekrosis
Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga
menyebabkan kematian jaringan.
c. Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang
telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
d. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
e. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong
dan tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus
berlangsung dan menyebabkan bengkak.
f. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang
terjadi karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
g. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus,
biasanya ada jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang
bertindak sebagai benda asing.
h. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan
karena jahitan yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang
buruk.
i. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah

27
M. Pengertian Up Heacting /Angkat jahitan

Pengangkatan jahitan luka bertujuan untuk meningkatkan proses


penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi. Bila luka telah kuat dan
sembuh primer, maka jahitan atau benangnya dapat diangkat. Seringkali dalam 5
– 10 hari pasca operasi.

a) Persiapan alat upheacting :

1. Gunting angkat jahitan


2. Handscoen steril
3. Pinset anatomis 2 buah
4. Nierekken(bengkok)
5. Handuk kecil
6. Gunting verban
7. Kassa secukupnya
8. Larutan chlorin 0,5 %
9. Perlak
10. Tempat sampah medis
11. Kapas alcohol
12. Plester
13. Betadhine

b) Penatalaksanaan

1. Beritahu klien tindakan yang akan dilakukan


2. Pasang sampiran / tirai
3. Pelaksanaan
4. Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan
perawatan
5. Cuci tangan dengan sabun dan di air mengalir
6. Pakai sarung tangan
7. Atur posisi klien senyaman mungkin
8. Buka balutan luka lama dan buang ke bengkok
9. Kaji luka (pastikan luka kering)

28
10. Angkat dan tahan bagian luar jahitan dengan pinset, kemudian potong
benang di bawah simpuldengan gunting up hecting.
11. Cabut benang dari kulit secara perlahan
12. Bersihkan luka dengan kassa betadine
13. Lakukan tindakan antisepsis
14. Tutup kembali luka dengan kassa steril
15. Pasang plester
16. Rapikan pasien
17. Bereskan alat
18. Lepas sarung tangan
19. Rendam alat dan sarung tangan dalam larutan chlorin 0,5 %
20. Cuci tangan

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses


penyembuhan dan lama penyembuhan. Heacting atau penjahitan adalah tindakan
untuk menyatukan menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau
terpotong (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan. Ingat bahwa setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan
terluka dan akan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh
sebab itu pada saat menjahit laserasi gunakan benang yang cukup panjang dan
gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan
hemostatis.

30

Anda mungkin juga menyukai