Anda di halaman 1dari 5

DAFTAR PUSTAKA

1. Somantri I. Keperawatan medikal bedah : Asuhan Keperawatan pada pasien


gangguan sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika; 2007.

2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah


tahun 2011. 2011;

3. Sedjati F. Hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan


kebermaknaan hidup pada penderita tuberkulosis paru di balai pengobatan
penyakit paru (BP4) Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan;

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan nasional.


Dinas Kesehat. 2014;

5. Erawatyningsih E, Purwanta, Subekti H. Faktor-faktor yang mempengaruhi


ketidakpatuhan berobat pada penderita Tuberkulosis Paru. 2009;25(3):117–
24.

6. Suharna. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kegagalan lonversi akhir


pengobatan fase intensif penderita tb-paru bta positif kasus baru (studi di
Kabupaten Kulonprogo Provinsi di Yogyakarta). Universitas Diponegoro;
2008.

7. Kelly P. Isolationand stigma : The experience of patients with active


tuberculosis. J Community Health Nurs. 2003;518–26.

8. Ginting T, Tuahta, Dkk. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


timbulnya gangguan jiwa pada penderita tuberkulosis paru dewasa di Rs
Persahabatan. J Respir Indo. 2008;28.

9. Nurlita H, Hastaning S, Costrie Ganes W. The relationship between


perceived family support as drug consumption controller. J Psikol. 2012;1.

10. Rini IS. Hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien penyakit
paru obstruktif kronis dalam konteks asuhan keperawatan di RS Paru Batu
Dan RSU. Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur. 2011.

11. Kara M, Alberto J. Family support, perceived self-efficacy and self care
behavior of Turkish patients with chronic obstructive pulmonary disease. J
Clin Nurs. 2006;
12. Tambunan M. Hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pasien
tuberkulosis paru di rsup haji adam malik medan tahun 2013. Universitas
Sumatera Utara; 2014.

13. Asih N, Effendy C. Keperawatan medikal bedah : Klien dengan gangguan


sistem pernafasan. Jakarta: EGC; 2004.

14. Alsagaf H, Mukty A. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. 5th ed. 2008;73.

15. Sudoyo A., Bambang S, Idrus A, Marcellus S., Siti S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam; 2007.

16. Mutaqqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


pernafasan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.

17. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberculosis : Pedoman dan


penatalaksanaan di indonesia. Jakarta: PDPI; 2006.

18. Departemen Kesehatan. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. 2nd ed.


Depkes RI. 2007;

19. Cahyono JBS. Vaksinasi, cara ampuh cegah penyakit. Yogyakarta:


Kanisius; 2010.

20. Asiah I, Suyanto M. Gambaran perilaku pasien tb paru terhadap upaya


pencegahan penyebaran penyakit tb paru pada pasien yang berobat di poli
paru rsud arifin achmad provinsi riau. J online Mhs Fak kedokteraan.
2014;1(2):1–14.

21. World Health Organization. Global strategy and targets for tuberculosis
prevention care dan control. World Helath Organ Exec Board. 2013;

22. Direktorat Pengendali penyakit dan penyehat lingkungan Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku kader program penanggulangan
TB. Jakarta; 2009.

23. Bandura A. Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of


human behavior. Acad Press. 1994;4:71–81.

24. Peterson SJ, Bredow TS. Middle range theoris. apliskasi to nursing
research. Lippincoott. Philadelphia: Lippincoott; 2004.

25. Tomey A., Alligood M. Nursing theories and their work 6th ed. USA:
Mosby Elseiver; 2006.
26. Lenz ER, Lillie M, Shortridge-Baggett. Self-Efficacy In Nursing: Research
and Measurement Persepctives. New York: Springer Publishing Company;
2002.

27. Bandura A. Self efficacy : the exercise of control. New York: W.H
Freeman Company; 1997.

28. Bandura A. Self Efficacy: Toward a unifying theori og behavioral change,


Psychological. 1977;2(84):191–215.

29. Bandura A. Self-efficacy determinants of anticipated fears and calamities. J


Pers Soc Psychol. 1983;(45):464–9.

30. Bandura A. The explanatory and predictive scope of self-efficacy theory. J


Clin Soc Psychol. 1986;4:359–73.

31. Andiny L. Perbedaan self efficay antara guru sma “plus” dan guru sma non
“plus.” 2008.

32. Garrod R, Marshall J, Jones F. Self efficacy measurement and goal


attainment after pulmonary rehabilitation. Int J COPD. 2008;3(4):791–6.

33. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD).


Nutrition and tuberculosis. A Rev Lit Considerations TB Control Progr.
2008;

34. Lorig K, Holman H, Sobel D, Diana Laurent, Gonzalez V, Minor M.


Living a healthy life with chronic conditions : self management of heart
disease, arthritis, diabetes, asthma, bronchitis, emphysema & others. United
States: Bul Publishing Company; 2006.

35. Sukamto. Hubungan kinerja pengawas minum obat (pmo) dengan hasil
pengobatan penderita tb paru tahap intensif dengan strategi dotsc di kota
banjarmasin propinsi kalimantan selatan tahun 2002. Airlangga University;
2002.

36. Puri N. Hubungan kinerja pengawas minum obat (pmo) dengan


kesembuhan pasien tb paru kasus baru strategi dots. Universitas Sebelas
Maret; 2010.

37. Alatas H. Desain penelitian. Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis. 3rd


ed. Jakarta: Sagung Seto; 2010.

38. Setiadi. Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu;
2007.
39. Aziz AH. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika;
2008.

40. Sumantri A. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana Perdana


Media Group; 2011.

41. Nursalam. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika; 2008.

42. Saryono, Anggraeni MD. Metodologo penelitian kualitatif dan kuantitatif


dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nusa Medika; 2013.

43. Hurlock E. Psikologi perkembangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka; 2004.

44. Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan provinsi


Jateng. 2014;3511351(24).

45. Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Bina


Aksara; 2002.

46. Machfoedz I. Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan,


kebidanan, kedokteran 4th ed. Yogyakarta: Fitramaya; 2008.

47. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2010.

48. Novitasari I. Hubungan antara dukungan keluarga terhadap konsep diri


pada penderita tbc dalam proses pengobatan di wilayah kerja puskesmas
Bendosari. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.

49. Mutiara R, Heni H, Sundari. Gambaran perilaku penularan TB Paru pada


penderita TB Paru di Wilayah Kerja Pukesmas Mayong II Kabupaten
Jepara. J Kesehat Masy. 2013;1:1–9.

50. Rochmayanti. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup


pasien penyakit jantung koroner di RS Pelni Jakarta. 2011; Available from:
http://www.lontar.ui.ac.id

51. Tim Penyusun. Profil kesehatan kota Semarang 2014. 2014;

52. Murfikin F, Dewi AP, Woferst R. Hubungan kebiasaan merokok dengan


kejadian tb paru di wilayah kerja puskesmas sidomulyo. 2014;

53. Panjaitan F. Skripsi karakteristik penderita tuberkulosis paru dewasa rawat


inap di RSU DR.Soedarsono Pontianak periode September-November
2010. 2011;
54. Daryatno T. faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penderita
tuberkulosis paru strategi DOTS di Puskesmas dan BP4 di Surakarta dan
wilayah sekitarnya. Universitas Diponegoro; 2004.

55. Setiarni S., Sutomo A., Hariyono W. Hubungan antara tingkat


pengetahuan, status ekonomi dan kebiasaan merokok dengan kejadian
tuberkulosis paru pada orang dewasa di wilayah kerja puskesmas tuan-tuan
kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. J Kesehat Masy. 2011;5:162–232.

56. Achmadi UF. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Buku


Kompas; 2005.

57. Purwanto H. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru


di Desa Tanggul Kulon Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

58. Girsang YL. Gambaran harga diri pada pasien tuberkulosis di poliklinik
paru RS Persahabatan. 2013;

59. Purnamasari. Hubungan merokok dengan angka kejadian tuberkulosis paru


di RSUD DR. Moewardi Surakarta. 2010; Available from:
http://dglib.uns.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai