Abstrak
1. Pertama: Khilaf Tadhod (Yaitu khilaf itu, sehingga sahabat tidak pernah berlarut-
yang terjadi di dalamnya kontradiksi) larut dengan ikhtilaf yang tiada akhir.
seperti masalah menyentuh wanita Sejarah mencatat bahwa perbedaan
membatalkan wudhu’ atau tidak, keluarnya pendapat pertama yang mengakibatkan
darah membatalkan wudhu atau tidak, ummat Islam terpecah dalam kelompok /
khomr najis atau bukan, zakat tijaroh firqah tertentu, adalah kasus pergantian
(perdagangan) ada atau tidak. Khilaf seperti kepemimpinan Nabi ( suksesi / istikhlaf ).
ini dikatakan tadhod –yakni khilaf yang Dalam kasus ini ummat terpecah dalam tiga
saling bertentangan (kontradiksi). kelompok, yakni kelompok Anshor,
Ketahuilah bahwa khilaf seperti ini bisa kelompok Muhajirin dan kelompok Bani
dipastikan: tidak mungkin semua pendapat Hasyim yang saling berebut pengaruh untuk
benar, karena sabda Rasulullah Shalallahu mendapatkan posisi kepemimpinan
‘alaihi wasallam tidak bertentangan satu tertinggi di pusat kekuasaan Islam. Dengan
dengan lainnya. demikian dapat disimpulkan bahwa
2. Kedua: Khilaf Tanawu’ (Yaitu perbedaan pendapat dalam tradisi Islam
perbedaan yang sumbernya adalah lebih disebabkan oleh hilangnya tokoh
keragaman pengamalan Rasulullah sentral dan ideal seperti Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wasallam): misal, SAW yang mampu mengayomi dan
perbedaan bacaan doa iftitah, bacaan dzikir menyatukan setiap perbedaan pendapat
ketika sujud, dan bacaan duduk diantara yang muncul di kalangan sahabat.
dua sujud. Dalam masalah doa iftitah Sepeninggal beliau umat Islam mempelajari
misalnya, kita dapatkan dalam kitab-kitab dan mengkaji dua warisan monumental
fikih terjadi perbedaan. Syafi’iyah memilih beliau -yakni al Qur’an dan al hadis- dalam
doa iftitah dengan lafadz: Wajjahtu wajhiya rangka menjawab setiap persoalan
lilladzi fathorossamawati wal Ardh, fiqhiyyah dan furu’iyyah yang muncul.
Hanafiyah memilih lafadz: Oleh karena tingkat kecerdasan dan metode
Subhanakallahumma wabihamdika / manhaj istibanthiyah para ulama sangat
watabarokasmuka wa ta’ala jadduka wa laa beragam, maka kondisi seperti ini memicu
ilaaha ghoiruka, sementara Hanabilah: bagi tumbuhnya perbedaan pendapat di
Allahumma ba’id baini. antara mereka. Masing-masing imam
Mengawali pembahasan sederhana mazhab memperkenalkan cara/metode
ini dapat dinyatakan dengan pasti bahwa tertentu di dalam memahami maksud nash –
fenomena perbedaan pendapat pada masa al Qur’an dan al Hadis- sehingga hal itu
yang paling awal dari sejarah pemikiran berdampak pula pada beragamnya hasil
Muslim / pada masa periode ijtihad yang sekaligus memperlebar jurang
pertumbuhannya ( yakni pada masa Nabi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam
Muhammad SAW ) belumlah muncul ( Zahrah,Tt:17-18 ).
seperti pada masa-masa berikutnya, Dalam rangka memahami dan
terutama sekali pada masa keemasan mengurai akar permasalahan terjadinya
hukum Islam. Perbedaan pendapat pada ikhtilaf atau perbedaan pendapat di
masa Nabi tidaklah seramai dan sekrusial kalangan ulama ataupun masyarakat secara
pada masa pertumbuhan mazhab-mazhab umum, ada beberapa teori atau pendapat
hukum Islam. Bahkan ikhtilaf yang terjadi yang bisa memperjelas fenomena ikhtilaf
di kalangan sahabat hampir-hampir sulit itu. Teori yang digunakan dalam kajian ini
ditemukan ( al Ulwaniy,Tt:33 juga dalam meminjam beberapa teori–teori sosial yang
Hassan,1994:106 ), karena ketika sahabat telah berurat akar dalam tradisi pemikiran
berdebat tentang suatu persoalan, Nabi bisa bidang ilmu sosial. Dengan asumsi bahwa
segera mendamaikan perbedaan pendapat ilmu-ilmu keislaman ( terutama ilmu
hukum Islam / ilmu al Fiqh ) sesungguhnya kelihatan dalam segala bentuk dan
masuk ke dalam ranah atau domain ilmu- dimensinya itu sebenarnya hanya berupa
ilmu sosial, sehingga pendekatan- Phenomena ( penampakan ) belaka,
pendekatan dan teori-teori yang digunakan bagaimana sesungguhnya obyek pemikiran
untuk menganalisis permasalahan yang itu, manusia tidak akan pernah bisa
muncul bisa menggunakan teori-teori sosial mengetahuinya. Noumena ( Jauhar ) atau
yang telah menjadi teori yang baku ( Grand dalam istilah Kant dia sebut sebagai Thing-
Theory). Di antaranya adalah teori-teori in-itself adalah hakikat kebenaran yang
yang digagas oleh Immanuel Kant, Francis tunggal dan mungkin saja ia dapat dijadikan
Bacon dan Aliran Filsafat Shopism ( sebagai obyek pemikiran, akan tetapi ia
Humanisme ) yang disuarakan oleh para berada di luar penginderaan. Fenomena
filsuf Neo Hellenisme. Penggunaan teori- adalah eksistensi inderawi dan menjadi
teori sosial ini, sejatinya adalah upaya obyek pengalaman dan obyek intuisi
ikhtiar dalam rangka menelisik dan inderawi. Ia bukan sesuatu yang berada di
mengurai akar perbedaan pendapat yang dalam dirinya sendiri. Fenomena itu berupa
begitu kuat mentradisi dalam sejarah materi dan ada dalam realitas inderawi.
pemikiran hukum Islam. Sekalipun tidak Semua pengetahuan manusia diperoleh
tuntas dalam mendiagnosa persoalan melalui indra dan pemahaman ( Sense and
khilafiyah ini, namun diharapkan sedikit Understanding ). Secara lebih filosofis
banyak kajian ini bisa mengurai dan dapat dijelaskan di sini, bahwa proses
meretas kabut gelap yang menyelimuti pemikiran manusia pertama berawal dari
fenomena ikhtilah yang sudah berusia Sense yang menyerahkan dan
ratusan tahun ini. mengantarkan obyek pengetahuan itu pada
Adapun yang pertama adalah arus pemikiran manusia, adapun yang
sebuah teori yang dikemukakan oleh kedua, yakni ( Understanding )
Immanuel Kant, beliau menegaskan bahwa memberikan arti, putusan dan simpulan
keseluruhan jenis pemikiran manusia dapat pada pemikiran. Tanpa adanya kemampuan
dikategorikan dalam dua macam tingkat, yang dimiliki oleh “inderawi”, maka tidak
yakni pengetahuan yang berupa Noumena akan ada obyek yang bisa diberikan kepada
dan pengetahuan yang beliau sebut sebagai otak dan sebaliknya tanpa adanya aspek
Fenomena. Pengetahuan Noumena adalah “pemahaman” ( Understanding ) maka
hakikat dari wujud, being, substansi atau tidak akan ada obyek yang dipikirkan.
jauhar dari obyek pemikiran manusia. Pemikiran tanpa isi adalah kosong dan
Sementara Fenomena adalah kesan atau intuisi (indra) tanpa konsepsi (pemahaman)
tangkapan inderawi terhadap suatu obyek adalah buta. Pengetahuan haruslah sesuai
pengetahuan. Filsuf Plato menyebut realitas dengan obyek atau dengan kata lain
yang dihasilkan oleh indrawi itu dengan pengetahuan haruslah obyektif ( Kant,
ungkapan Penampakan ( Appearance ). 1997:57-58). Tatkala obyek pemikiran di
Dalam menyusun dasar filsafatnya indera ia telah diubah oleh penerimaan
Immanuel Kant beranggapan bahwa manusia melalui indra dan pemikiran.
manusia tidak akan mampu memahami Keutuhan obyek yang ditangkap manusia
sebuah oyek pemikiran dengan suatu itu diperoleh dengan daya struktur mental
kebenaran yang “tunggal dan absolut”. yang inheren , melalui sensasi terus ke
Hasil pemikiran manusia bersifat terbatas persepsi lalu ke konsepsi/idea. Hasilnya
dan relatif, maksudnya obyek pemikiran adalah idea tentang obyek itu. Masih
manusia itu terbatas pada hal-hal yang menurut Kant, sains dan akal tidak akan
bersifat empiris sesuai dengan cara manusia mampu memahami Noumena ( Jauhar ).
mengalaminya. Obyek yang tampak dan Demikian juga sains dan akal juga tidak
dasar-dasar istinbathiyah setiap hasil sistem filsafat yang telah kita terima selama
pemikiran ulama tersebut. ini hanya menciptakan dunia teater atau
Arca yang ketiga adalah Arca Pasar dunia permainan. Para filsuf hanya
( Idols of The Market ) maksudnya adalah memberikan permainan kata-kata atau
hambatan yang sering mengganggu konsep belaka. Idols jenis ini kata Bacon
kejernihan arus pemikiran manusia akibat bersumber dari dogma dan pemikiran para
banyaknya orang / pemikir / filsuf / filsuf. Hambatan semacam ini berasal dari
cendekiawan yang pendapatnya ia dengar / keterpesonaan dan kekaguman seseorang
pelajari sehingga ia merasa kesulitan untuk pada tokoh besar, pemikir dan ilmuwan
menentukan pendapatnya, atau jikapun ia yang dalam anggapannya memiliki seluruh
menentukan pendapatnya, hasil pengetahuan yang pernah ada. Seseorang
pemikirannya itu tidak berdasarkan yang tengah memikirkan suatu obyek
pemikirannya yang orisinil melainkan pengetahuan merasa tidak percaya diri
berdasarkan pendapat banyak orang. dengan hasil pemikirannya sendiri, kecuali
Laksana dalam keriuhan pasar, orang ia merujuk dan mengutip pendapat tokoh
berdebat dan berargumentasi untuk sesuatu atau ilmuwan yang ia kagumi. Suatu
yang belum tentu diketahui nilai dan pemikiran, perdebatan dan adu argumentasi
kualitas barang yang hendak dibelinya. akan diterima hasil dan kesimpulannya, jika
Sama halnya dengan orang yang dalam arus perdebatan itu disebutkan nama-
memikirkan , mengkaji dan membahas nama tokoh pengggagas ilmu pengetahuan
suatu obyek pengetahuan setiap diskusi beserta hasil pemikiran mereka. Ada
debat dan argumentasi yang ia bangun sama semacam keterikatan diri pada kata-kata
sekali tidak memperjelas obyek itu sendiri. atau pendapat tokoh besar, sosok figur yang
Alih-alih pemahaman tentang obyek mempesonakan dan mampu menyihir akal
pengetahuan bisa bisa tersusun, yang sehat manusia, sehingga ia tidak bisa
terjadi justru pertengkaran dan kesalahan- berfikir logis. Keterikatan dan
kesalahan yang tidak berujung pangkal. keterpesonaan pada tokoh besar yang
Sebagaimana perdebatan pengikut mazhab berbeda jelas menimbulkan kesalahan dan
Syafi’iyyah dengan Hanafiyah, fokus perbedaan pendapat di antara manusia.
perdebatan tidak tertuju pada substansi Sementara itu di dalam wacana ilmu
persoalan, akan tetapi lebih pada bagaimana keislaman –khususnya ilmu ushul fiqh-
mempertahankan pendapat guru atau tokoh terdapat sebuah qaidah yang menyatakan
mazhabnya dengan cara bahwa :
mengenyampingkan kekurangan dan
kelemahan hujjah yang digunakan oleh
gurunya. Sehingga dampak lebih lanjut Maksudnya : “ Tidak dapat dipungkiri bahwa
ummat terpecah dalam beberapa kolompok perubahan hukum dikarenakan oleh perbedaan
zaman, tempat atau kondisi”
yang fanatik terhadap qaul imam mazhab
dan tidak kritis terhadap dasar-dasar
Menilik pengertian qaidah fiqhiyyah
argumentasi yang digunakan oleh imam
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
mazhabnya itu.
bahwa manusia mempunyai kecenderungan
Terakhir adalah Arca Panggung (
atau bakat untuk senantiasa berbeda
Idols of the Theatre ) ini adalah cara lain
pendapat (terutama dalam masalah hukum
Francis Bacon mendeskripsikan
fiqhiyah ) perbedaan pendapat itu
pengetahuan filsafat dan ilmu yang selama
sebagaimana bunyi qaidah tersebut bisa jadi
ini menjadi penghambat diperolehnya
karena perbedaan kondisi geografis, antara
pengetahuan yang sebenarnya. Kita telah
masyarakat tipe perkotaan ( Hadlarah )
didominasi oleh Idols of the Theatre karena
dengan masyarakat pedesaan ( Baduwi )
jelas pola pemikiran mereka akan sangat Berdasarkan riwayat ini dapat
dipengaruhi nilai-nilai lokal yang tumbuh dipahami bahwa Syari’ sebagai satu-
berkembang dalam kesadaran masyarakat satunya yang berhak menetapkan hukum
tersebut. Demikian juga faktor perbedaan mengakui bahwa keragaman pendapat
zaman dengan segala bentuk permaslahan merupakan kenyataan yang tidak dapat
dan dinamikanya tentu berbeda-beda tiap disangkal, ia adalah sunnatullah. Bahkan
generasi. Lebih-lebih perbedaan kondisi lebih dari itu ia adalah rahmat yang
sosial masyarakat baik dari sisi sosial, diberikan Syari’ untuk ummatnya.
ekonomi, pendidikan, filosofi yang dianut Memaksakan kesatuan pendapat dalam
masyarakt tertentu, pastinya memberi andil masyarakat yang pluralis adalah tidak
dalam membentuk siap dan pola pikir bijaksana dan mengingkari sisi humanisme
masyarakat tersebut. Oleh karena itu para yang melekat secara inheren dalam diri
ulama ahli ushul bersikap sangat arif dalam manusia.
memberikan toleransi terhadap setiap Bahkan Nabi Muhammad SAW
perbedaan pendapat yang muncul di tengah- mengakui bahwa beliau sekalipun adalah
tengah masyarakat. utusan Allah, tidak mengetahui secara pasti
Di sisi lain terdapat sebuah riwayat kebenaran haqiqi terhadap suatu persoalan
–sekalipun masih diperselisihkan yang dihadapi atau diajukan kepada beliau.
kesahihannya-, betapapun sangat masyhur Bisa jadi Nabi memutuskan suatu perkara
di kalangan umat Islam, yang mungkin bisa berdasarkan kebenaran, bisa jadi pula
dijadikan dasar normatif bahwa perbedaan terdapat kekeliruan dari putusan yang telah
pendapat di kalangan manusia itu adalah dijatuhkan oleh beliau itu. Hanya bedanya
suatu hal yang lazim terjadi. Bahkan ia kekleiruan ijtihad yang dilakukan oleh Nabi
merupakan salah satu bentuk rahmat yang SAW senantiasa dikoreksi oleh wahyu,
diberikan Syari’ kepada umatnya. Riwayat sehingga tidak mungkin Nabi SAW
tersebut adalah : dibiarkan membuat keputusan yang salah
terhadap ummatnya ( al Khatib, 1989 : 29 ).
Artinya : Perbedaan pendapat di kalangan ummatku Hadis tersebut berbunyi :
adalah rahmat
sebuah persoalan. Apalagi manusia dengan alasan sudah masuk waktu sholat
kebanyakan tidak memiliki kapasitas ashar. Sementara sebagian sahabat tidak
sebagaimana Nabi. Nabi Muhammad SAW sholat Ashar, sekalipun sudah masuk waktu
hanya mengetahui hal-hal-hal yang dhahir sholat Ashar, karena belum mencapai atau
semata berdasarkan data atau bukti yang memasuki area kampung Bani Quraizhah.
diajukan kepada beliau. Oleh karena itu jika Dengan demikian terdapat perbedaan
di tengah-tengah masyarakat terdapat pendapat dalam menyikapi maksud dan
perbedaan terhadap sebuah persoalan maka tujuan perintah Nabi tersebut. Sehingga
hal itu bisa dimaklumi. pada akhirnya satu kelompok pasukan
Mengakhiri sub bab ini penting melakukan sholat Ashar tepat pada
untuk diketengahkan sebuah maqalah Arab waktunya meskipun secara lahiriyah
yang sangat terkenal yakni: bertentangan dengan perintah Nabi.
Sementara kelompok kedua melaksanakan
sholat Ashar sesuai dengan perintah
Maksudnya “Metode lebih penting lahiriyah Nabi, betapapun sholat Asharnya
ketimbang essensinya “ itu dilakukan di luar waktu yang telah
ditentukan oleh Nash ( artinya sudah
Berdasarkan ruh/semangat dari memasuki waktu sholat Maghrib/Isya’ ).
maqalah ini nampaknya yang menjadi Setelah pasukan tersebut menyelesaikan
perhatian utama dalam Islam peperangannya di perkampungan Bani
bukannyaesensi / substansi persoalan itu Quraizhah , sebagian dari mereka
benar atau tidak, akan tetapi lebih melihat menghadap Nabi dan menceritakan perihal
pada aspek di luar persoalan itu, cara-cara , perbedaan pendapat di kalangan sahabat itu.
maksud, tujuan dan motivasi yang Terhadap kasus ini Nabi tidak menyalahkan
digunakan dalam mengkaji dan atau membenarkan salah satu dari kedua
memamhami persoalan itu yang penting pihak yang saling berbeda pendapat itu.
untuk diketengahkan. Nampak dalam Nampaknya yang penting bagi Nabi adalah
beberapa hadis Nabi lebih berorientasi bahwa sekalipun kedua kelompok itu
terhadap motif, metode (sesuau yang ada di berbeda pendapat , namun tujuan kedua
luar ) perbuatan seseorang daripada hasil, kelompok pasukan itu adalah sama, yakni
nilai atau validitas dari perbuatan itu. sama-sama ingin mematuhi dan
Terdapat hadis yang mendukung menjalankan perintah / ajaran Islam. Kedua
pernyataan ini , yakni dalam kasus perang kelompok tersebut berbeda pendapat,
dengan qaum Bani Quraizhah , di mana perbedaan yang terjadi di antara mereka
Nabi berpesan agar pasukan tidak sholat adalah dalam rangka ketaatan terhadap
Ashar sebelum sampai di perkampungan syari’at.
Bani Quraizhah, dikarenakan perbuatan Sementara itu untuk memahami
makar yang dilakukan oleh kaum tersebut. fenomena beragamnya pola pemikiran
Bunyi hadisnya adalah : hukum imam mazhab, dapat didekati
dengan teori deterministik yang
dikemukakan oleh Emile durkheim.
( Janganlah kalian sholat Ashar kecuali Sebelumnya perlu dicatat bahwa manusia
jika telah sampai di perkampungan Bani dan kemanusiaan yang menjadi obyek
Quraizhah ) disiplin ilmu sosial ( fiqh/hukum adalah
pranata sosial ) serta tingkah laku mereka
Akan tetapi sebagian sahabat ada sangat terbuka untuk dipengaruhi oleh hal-
yang sholat di tengah jalan, sekalipun hal di luar dirinya. Seseorang bisa
belum sampai di perkampungan tersebut, mempengaruhi bahkan memaksa orang lain