Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

KAJIAN FILOSOFIS DAN ANTROPOLOGIS


TENTANG FENOMENA IKHTILAF
DALAM TRADISI PEMIKIRAN MUSLIM

Oleh : Khoirul Asfiyak

Abstrak

Tradisi pemikiran muslim banyak diwarnai oleh beragam perbedaan pendapat,


baik dalam wilayah kalam, tasawwuf, politik, lebih-lebih dalam bidang hukum
Islam. Para ulama baik dari kalangan salaf maupun khalaf telah meninggalkan
sebuah warisan berharga berupa karya-karya gemilang mereka dalam kajian
hukum Islam yang tersebar luas di dalam beberapa buku Imam Mazhab.
Beragam aliran / mazhab dalam fiqh maupun ushul telah mewarnai sejarah
perjalanan ummat Islam baik dari kalangan sunni maupun syi’i, baik yang
sekarang ini mampu bertahan menghadapi terpaan zaman, maupun yang sudah
musnah tergerus derasnya dialektika dalam kajian fiqh dan ushul fiqh.
Beragamnya perbedaan pendapat di kalangan ulama itu sejatinya dapat
ditelusuri pada akar sejarah ummat Islam yang notabene terdeterminasi oleh
adat istiadat dan kondisi sosio-historis masyarakat arab yang cenderung sulit
bersatu dan lebih mengedapankan aspek individualism masing-masing. Kondisi
ini diperparah dengan kuatnya kesadaran kolektif, berupa rasa kesukuan (
fanatisme ) kedaerahan sehingga wajah ummat Islam dari aspek pemikiran
hukum Islam ( fiqih) mewujud dalam ketidakpastian dan serba ketidakjelasan.

Kata Kunci : Ikhtilaf, Ummat, Pemikiran Muslim

Pendahuluan pendapat para ulama dalam hal: Pertama :


Menilik dari sudut akar bahasanya, terhadap eksistensi Nash beserta
al Ikhtilaf adalah perbedaan faham / nilai/kualitas kehujjahannya sebagai sumber
pendapat di mana istilah ini sejatinya hukum Islam ( Mashadir al Tasyri’ )
berasal dari bahasa arab. Pada mulanya asal Sementara itu arti lain dari ikhtilaf itu
katanya adalah Khalafa, Yakhlifu, Khilafan adalah perbedaan pendapat ulama dalam
yang maknanya lebih umum daripada al menerapkan sebagian ketentuan hukum
dhiddu, sebab setiap yang berlawanan : al Islam yang bersifat Furu’iyyah dan
dhiddain pasti akan saling bukannya pada masalah hukum Islam yang
bertentangan/mukhtalifan . Menurut istilah, bersifat Ushuliyyah, yang disebabkan oleh
Ihktilaf adalah perbedaan pendapat antara perbedaan cara pemahaman dan
dua orang atau lebih terhadap suatu obyek ( penggunaan metode dalam menetapkan
masalah ) tertentu, baik berlainan itu dalam pendapat mereka itu. Oleh karena itu
bentuk tidak sama, ataupun bertentangan pembahasan dalam kajian ini akan lebih
secara diametral. Adapun yang dimaksud difokuskan pada kajian tentang pendapat
dengan al ikhtilaf dalam tradisi pemikiran para ulama yang menggambarkan sebab-
fiqhiyyah adalah tidak samanya atau sebab terjadinya bermacam-macam jenis
bertentangannya penilaian (ketentuan) dan kualitas hadis serta faktor-faktor yang
hukum terhadap suatu obyek hukum. menyebabkan adanya ikhtilaf di bidang
Sedangkan yang dimaksud dengan ikhtilaf hukum Islam.
dalam pembahasan ini adalah perbedaan

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 77


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

1. Pertama: Khilaf Tadhod (Yaitu khilaf itu, sehingga sahabat tidak pernah berlarut-
yang terjadi di dalamnya kontradiksi) larut dengan ikhtilaf yang tiada akhir.
seperti masalah menyentuh wanita Sejarah mencatat bahwa perbedaan
membatalkan wudhu’ atau tidak, keluarnya pendapat pertama yang mengakibatkan
darah membatalkan wudhu atau tidak, ummat Islam terpecah dalam kelompok /
khomr najis atau bukan, zakat tijaroh firqah tertentu, adalah kasus pergantian
(perdagangan) ada atau tidak. Khilaf seperti kepemimpinan Nabi ( suksesi / istikhlaf ).
ini dikatakan tadhod –yakni khilaf yang Dalam kasus ini ummat terpecah dalam tiga
saling bertentangan (kontradiksi). kelompok, yakni kelompok Anshor,
Ketahuilah bahwa khilaf seperti ini bisa kelompok Muhajirin dan kelompok Bani
dipastikan: tidak mungkin semua pendapat Hasyim yang saling berebut pengaruh untuk
benar, karena sabda Rasulullah Shalallahu mendapatkan posisi kepemimpinan
‘alaihi wasallam tidak bertentangan satu tertinggi di pusat kekuasaan Islam. Dengan
dengan lainnya. demikian dapat disimpulkan bahwa
2. Kedua: Khilaf Tanawu’ (Yaitu perbedaan pendapat dalam tradisi Islam
perbedaan yang sumbernya adalah lebih disebabkan oleh hilangnya tokoh
keragaman pengamalan Rasulullah sentral dan ideal seperti Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wasallam): misal, SAW yang mampu mengayomi dan
perbedaan bacaan doa iftitah, bacaan dzikir menyatukan setiap perbedaan pendapat
ketika sujud, dan bacaan duduk diantara yang muncul di kalangan sahabat.
dua sujud. Dalam masalah doa iftitah Sepeninggal beliau umat Islam mempelajari
misalnya, kita dapatkan dalam kitab-kitab dan mengkaji dua warisan monumental
fikih terjadi perbedaan. Syafi’iyah memilih beliau -yakni al Qur’an dan al hadis- dalam
doa iftitah dengan lafadz: Wajjahtu wajhiya rangka menjawab setiap persoalan
lilladzi fathorossamawati wal Ardh, fiqhiyyah dan furu’iyyah yang muncul.
Hanafiyah memilih lafadz: Oleh karena tingkat kecerdasan dan metode
Subhanakallahumma wabihamdika / manhaj istibanthiyah para ulama sangat
watabarokasmuka wa ta’ala jadduka wa laa beragam, maka kondisi seperti ini memicu
ilaaha ghoiruka, sementara Hanabilah: bagi tumbuhnya perbedaan pendapat di
Allahumma ba’id baini. antara mereka. Masing-masing imam
Mengawali pembahasan sederhana mazhab memperkenalkan cara/metode
ini dapat dinyatakan dengan pasti bahwa tertentu di dalam memahami maksud nash –
fenomena perbedaan pendapat pada masa al Qur’an dan al Hadis- sehingga hal itu
yang paling awal dari sejarah pemikiran berdampak pula pada beragamnya hasil
Muslim / pada masa periode ijtihad yang sekaligus memperlebar jurang
pertumbuhannya ( yakni pada masa Nabi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam
Muhammad SAW ) belumlah muncul ( Zahrah,Tt:17-18 ).
seperti pada masa-masa berikutnya, Dalam rangka memahami dan
terutama sekali pada masa keemasan mengurai akar permasalahan terjadinya
hukum Islam. Perbedaan pendapat pada ikhtilaf atau perbedaan pendapat di
masa Nabi tidaklah seramai dan sekrusial kalangan ulama ataupun masyarakat secara
pada masa pertumbuhan mazhab-mazhab umum, ada beberapa teori atau pendapat
hukum Islam. Bahkan ikhtilaf yang terjadi yang bisa memperjelas fenomena ikhtilaf
di kalangan sahabat hampir-hampir sulit itu. Teori yang digunakan dalam kajian ini
ditemukan ( al Ulwaniy,Tt:33 juga dalam meminjam beberapa teori–teori sosial yang
Hassan,1994:106 ), karena ketika sahabat telah berurat akar dalam tradisi pemikiran
berdebat tentang suatu persoalan, Nabi bisa bidang ilmu sosial. Dengan asumsi bahwa
segera mendamaikan perbedaan pendapat ilmu-ilmu keislaman ( terutama ilmu

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 78


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

hukum Islam / ilmu al Fiqh ) sesungguhnya kelihatan dalam segala bentuk dan
masuk ke dalam ranah atau domain ilmu- dimensinya itu sebenarnya hanya berupa
ilmu sosial, sehingga pendekatan- Phenomena ( penampakan ) belaka,
pendekatan dan teori-teori yang digunakan bagaimana sesungguhnya obyek pemikiran
untuk menganalisis permasalahan yang itu, manusia tidak akan pernah bisa
muncul bisa menggunakan teori-teori sosial mengetahuinya. Noumena ( Jauhar ) atau
yang telah menjadi teori yang baku ( Grand dalam istilah Kant dia sebut sebagai Thing-
Theory). Di antaranya adalah teori-teori in-itself adalah hakikat kebenaran yang
yang digagas oleh Immanuel Kant, Francis tunggal dan mungkin saja ia dapat dijadikan
Bacon dan Aliran Filsafat Shopism ( sebagai obyek pemikiran, akan tetapi ia
Humanisme ) yang disuarakan oleh para berada di luar penginderaan. Fenomena
filsuf Neo Hellenisme. Penggunaan teori- adalah eksistensi inderawi dan menjadi
teori sosial ini, sejatinya adalah upaya obyek pengalaman dan obyek intuisi
ikhtiar dalam rangka menelisik dan inderawi. Ia bukan sesuatu yang berada di
mengurai akar perbedaan pendapat yang dalam dirinya sendiri. Fenomena itu berupa
begitu kuat mentradisi dalam sejarah materi dan ada dalam realitas inderawi.
pemikiran hukum Islam. Sekalipun tidak Semua pengetahuan manusia diperoleh
tuntas dalam mendiagnosa persoalan melalui indra dan pemahaman ( Sense and
khilafiyah ini, namun diharapkan sedikit Understanding ). Secara lebih filosofis
banyak kajian ini bisa mengurai dan dapat dijelaskan di sini, bahwa proses
meretas kabut gelap yang menyelimuti pemikiran manusia pertama berawal dari
fenomena ikhtilah yang sudah berusia Sense yang menyerahkan dan
ratusan tahun ini. mengantarkan obyek pengetahuan itu pada
Adapun yang pertama adalah arus pemikiran manusia, adapun yang
sebuah teori yang dikemukakan oleh kedua, yakni ( Understanding )
Immanuel Kant, beliau menegaskan bahwa memberikan arti, putusan dan simpulan
keseluruhan jenis pemikiran manusia dapat pada pemikiran. Tanpa adanya kemampuan
dikategorikan dalam dua macam tingkat, yang dimiliki oleh “inderawi”, maka tidak
yakni pengetahuan yang berupa Noumena akan ada obyek yang bisa diberikan kepada
dan pengetahuan yang beliau sebut sebagai otak dan sebaliknya tanpa adanya aspek
Fenomena. Pengetahuan Noumena adalah “pemahaman” ( Understanding ) maka
hakikat dari wujud, being, substansi atau tidak akan ada obyek yang dipikirkan.
jauhar dari obyek pemikiran manusia. Pemikiran tanpa isi adalah kosong dan
Sementara Fenomena adalah kesan atau intuisi (indra) tanpa konsepsi (pemahaman)
tangkapan inderawi terhadap suatu obyek adalah buta. Pengetahuan haruslah sesuai
pengetahuan. Filsuf Plato menyebut realitas dengan obyek atau dengan kata lain
yang dihasilkan oleh indrawi itu dengan pengetahuan haruslah obyektif ( Kant,
ungkapan Penampakan ( Appearance ). 1997:57-58). Tatkala obyek pemikiran di
Dalam menyusun dasar filsafatnya indera ia telah diubah oleh penerimaan
Immanuel Kant beranggapan bahwa manusia melalui indra dan pemikiran.
manusia tidak akan mampu memahami Keutuhan obyek yang ditangkap manusia
sebuah oyek pemikiran dengan suatu itu diperoleh dengan daya struktur mental
kebenaran yang “tunggal dan absolut”. yang inheren , melalui sensasi terus ke
Hasil pemikiran manusia bersifat terbatas persepsi lalu ke konsepsi/idea. Hasilnya
dan relatif, maksudnya obyek pemikiran adalah idea tentang obyek itu. Masih
manusia itu terbatas pada hal-hal yang menurut Kant, sains dan akal tidak akan
bersifat empiris sesuai dengan cara manusia mampu memahami Noumena ( Jauhar ).
mengalaminya. Obyek yang tampak dan Demikian juga sains dan akal juga tidak

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 79


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

akan mampu mengetahui hakikat agama. indra dan kemampuan dalam


Agama tidak bisa diketahui dan dibuktikan menyimpulkan konsep itu jelas tidak akan
kebenarannya dengan sains dan akal. ( pernah sama atau pasti dimiliki oleh semua
Tafsir, 2000:164-165) manusia. Oleh karena itu dapat dipahami
Berdasarkan proposisi yang bahwa setiap orang memiliki bakat untuk
diuraikan oleh Kant, maka semakin jelas senantiasa berbeda pendapat antara yang
bahwa daya pikir manusia tidak akan satu dengan yang lainnya.
pernah bisa mengetahui realitas yang Menilik penjelasan yang digagas
sesungguhnya dari seluruh obyek oleh Kant dapat disimpulkan bahwa,
pengetahuan yang telah difikirkan oleh manusia secara alamiah tidak akan pernah
manusia selama-lamanya. Manusia bisa menghampiri kebenaran an-sich. Nilai
sepanjang hayatnya tidak akan bisa kebenaran yang selama ini dianggap benar
mengetahui hakikat benda atau obyek oleh Imam Mazhab atau pengikutnya dalam
pemikiran kecuali yang dia ketahui itu tradisi pemikiran fiqh misalnya, sebenarnya
hanyalah kesan atau ungkapan inderanya hanyalah ‘kebenaran semu’. Kebenaran
atas benda atau obyek pemikiran pemikiran yang tidak sebenar-benarnya sesuai dengan
itu. Hakikat, jauhar dari benda atau atau hakikat kebenaran, karena manusia
obyek pemikiran itu tetap diliputi misteri memahami kebenaran hanya sampai pada
karena ia tidak bisa dikenali, diamati dan tingkat ‘fenomena’ dan bukannya
difikirkan oleh indra maupun akal. Secara pemikiran ulama itu sudah mencapai pada
lebih radikal kelompok sophis dalam tradisi tingkat ‘Noumena’. Sehingga sangat
pemikiran Yunani beranggapan bahwa alamiyah sekali bila kesimpulan hukum
kebenaran yang obyektif itu tidak ada. yang disusun oleh imam mazhab saling
Seandainya ada, kebenaran itu tidak dapat berbeda dan bahkan bertolak belakang,
dikenali. Sekalipun kemudian kebenaran itu karena seperti yang ditegaskan oleh Kant
dapat dikenali, maka pengetahuan tentang sebelumnya bahwa manusia tidak akan
kebenaran itu tidak dapat disampaikan pernah mencapai kebenaran hakiki.
kepada orang lain ( Hadiwijono, 1995:34 ). Andaikan terdapat kesamaan pendapat /
Oleh karena itu kebenaran itu bersifat kalimatun sawa / mufakat antar imam
relatif karena manusia adalah ukuran bagi mazhab, tidak lantas hal itu dijadikan
kebenaran (Tafsir, 2003:51 ) hanya bagian sebagai justifikasi bahwa ulama sudah
luar , sesuatu yang bersifat dhahiriyah mencapai kebenaran yang sesungguhnya.
belaka, pengetahuan yang berhasil Kesepakatan mereka itu dalam perspektif
diketahui oleh pemikiran manusia. Kantianisme, hanyalah kebenaran semu dan
Oleh karenanya seluruh sementara, sebatas indra mampu
pengetahuan manusia baik pada masa lalu , menangkap sensasi yang dipancarkan oleh
sekarang maupun yang akan datang, dalam obyek pemikiran ulama itu. Sehingga
pandangan filsafat Kantianisme, bersifat menjadi sebuah ‘Keniscayaan’ bila di
relatif dan sementara. Kebenaran ilmu kalangan umat manusia -khsususnya ummat
pengetahuan tidak bersifat tunggal , absolut Islam- terdapat perbedaan pendapat yang
dan universal. Hal yang demikian ini tidak berkesudahan, semenjak zaman
disebabkan oleh karena sifat dari dahulu hingga sekarang.
pengetahuan yang dicapai oleh manusia Sementara pendapat yang kedua
hanya berlandaskan pada pantulan atau diwakili oleh filsuf abad modern lainnya,
tangkapan sensasi indra yang kemudian yakni Francis Bacon ( 1561- 1626 ).
disalurkan pada tahap persepsi dan akhirnya Menurutnya ada beberapa faktor yang
berpuncak pada wujud konsep / ide mempengaruhi cara berfikir manusia yang
manusia tentang sesuatu. Kepekaan sensasi dalam istilah filsafah ia sebut sebagai “Idols

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 80


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

of Mind”. Faktor-faktor itu adalah : Idols of “...Sungguh mengherankan, para


The Tribe, Idols of The Den, Idols of The ulama yang taqlid itu sebenarnya
Market dan Idols of The Theatre. Keempat- mengetahui bahwa argumen imamnya
empatnya biasa disebut sebagai teori Arca lemah dan dia tidak mampu untuk
atau Teori Patung. mempertahankannya, akan tetapi ia
Idols of The Tribe ( Arca Suku ) tetap saja taqlid. Dan dia
dalam pandangan Francis Bacon meninggalkan pendapat ulama lain
dikonsepsikan sebagai suatu bentuk yang jelas, yang berdasarkan al
hambatan dalam berfikir logis dan lurus. Qur’an dan al Hadis ataupun
Alur fikir manusia seringkali tidak bisa berdasarkan Qiyas yang Shahih,
memahami obyek pengetahuan , disebabkan hanya karena kefanatikannya dalam
ia terpengaruh oleh pendapat dan pemikiran bertaqlid...”
kelompok , golongan atau suku (tribe) –
nya. Alur fikir yang disusun tidak Sementara Idols of The Den adalah
berdasarkan suatu metode yang sistematik keterkungkungan alur fikir manusia oleh
dan saintifik, melainkan pemikiran manusia hasil pemikirannya sendiri sehingga ia tidak
yang mengalami Idols of The Tribe ini akan dapat melihat realitas di luar hal-hal yang
senantiasa merujuk dan berpegang teguh difikirkan oleh akalnya. Ini adalah sejenis
pada pemikiran kelompok, dan golongan hambatan ( arca ) yang diakibatkan oleh
tertentu yang diyakini kebenarannya. Tanpa gangguan yang bersifat psikologis.
sekalipun ia menaruh kecurigaan terhadap Ibaratnya ia berfikir sendirian di tengah
validitas dan kelayakan hasil pemikiran hutan atau di dalam gua yang sepi yang
kelompoknya itu. Setiap pemikiran orang tidak ada orang lain yang bisa mendengar,
lain yang berbeda dengan hasil pemikiran memperhatikan dan mendebat pendapat
kelompok yang dianutnya, dianggap salah atau hasil pemikirannya. Seolah-olah tidak
dan tidak bernilai. Dengan demikian ada kebenaran lain selain kebenaran yang
metode berfikir seseorang dalam kerangka berasal dari dirinya. Hambatan jenis ini
Idols of The Tribe ini selalu berbeda dalam seringkali disebabkan oleh tingkat
kesimpulan yang dihasilkannya dan tidak pendidikan /wawasan seseorang yang
bisa melihat kebenaran pada pemikiran sempit dan terbatas atau bisa juga
kelompok lainnya. Kondisi inilah yang diakibatkan oleh kukuhnya ia memegangi
senantiasa memicu ikhtilaf di kalangan pengetahuan yang didapatnya dari otoritas
umat islam, karena sebagian besar kaum yang sangat ia kagumi. Orang yang
muslimin lebih suka memegangi hujjah dihinggapi oleh Syndrome Idols of Den ini
kelompok / golongannya tanpa disertai sangat sulit berbagi kebenaran dengan
pemahaman yang memadai validitas dan orang lain, sekaligus penghargaannya
ketepatan hujjah imam mazhabnya. Dan terhadap gagasan dan pemikiran orang lain
yang lebih parah dari semua itu adalah sangat sedikit. Dengan demikian bila
fanatisme buta pada imam mazhabnya, persoalan ini ditarik dalam wilayah
sekalipun seseorang mampu mengenali khilafiyah antar mazhab, maka kecil sekali
bahwa hujjah imamnya lemah, namun kemungkinan umat Islam bisa bersatu
karena fanatisme yang berlebihan pada sang pendapat dan mencapai satu kesatuan ide
imam, ia lebih suka mengikuti gagasan dalam memproduk hukum yang bisa
fiqhiyyah imamnya. Sebagaimana yang mengayomi kepentingan umat manusia
disinggung oleh al ‘Allamah Syah secara keseluruhan. Alih-alih kompromi
Waliyullah al Dihlawy ( Tt : 90 ) atas hasil pemikiran ijtihadiyyah mujtahid
sebagaimana berikut ini : itu, yang terjadi justru saling menyalahkan

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 81


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

dasar-dasar istinbathiyah setiap hasil sistem filsafat yang telah kita terima selama
pemikiran ulama tersebut. ini hanya menciptakan dunia teater atau
Arca yang ketiga adalah Arca Pasar dunia permainan. Para filsuf hanya
( Idols of The Market ) maksudnya adalah memberikan permainan kata-kata atau
hambatan yang sering mengganggu konsep belaka. Idols jenis ini kata Bacon
kejernihan arus pemikiran manusia akibat bersumber dari dogma dan pemikiran para
banyaknya orang / pemikir / filsuf / filsuf. Hambatan semacam ini berasal dari
cendekiawan yang pendapatnya ia dengar / keterpesonaan dan kekaguman seseorang
pelajari sehingga ia merasa kesulitan untuk pada tokoh besar, pemikir dan ilmuwan
menentukan pendapatnya, atau jikapun ia yang dalam anggapannya memiliki seluruh
menentukan pendapatnya, hasil pengetahuan yang pernah ada. Seseorang
pemikirannya itu tidak berdasarkan yang tengah memikirkan suatu obyek
pemikirannya yang orisinil melainkan pengetahuan merasa tidak percaya diri
berdasarkan pendapat banyak orang. dengan hasil pemikirannya sendiri, kecuali
Laksana dalam keriuhan pasar, orang ia merujuk dan mengutip pendapat tokoh
berdebat dan berargumentasi untuk sesuatu atau ilmuwan yang ia kagumi. Suatu
yang belum tentu diketahui nilai dan pemikiran, perdebatan dan adu argumentasi
kualitas barang yang hendak dibelinya. akan diterima hasil dan kesimpulannya, jika
Sama halnya dengan orang yang dalam arus perdebatan itu disebutkan nama-
memikirkan , mengkaji dan membahas nama tokoh pengggagas ilmu pengetahuan
suatu obyek pengetahuan setiap diskusi beserta hasil pemikiran mereka. Ada
debat dan argumentasi yang ia bangun sama semacam keterikatan diri pada kata-kata
sekali tidak memperjelas obyek itu sendiri. atau pendapat tokoh besar, sosok figur yang
Alih-alih pemahaman tentang obyek mempesonakan dan mampu menyihir akal
pengetahuan bisa bisa tersusun, yang sehat manusia, sehingga ia tidak bisa
terjadi justru pertengkaran dan kesalahan- berfikir logis. Keterikatan dan
kesalahan yang tidak berujung pangkal. keterpesonaan pada tokoh besar yang
Sebagaimana perdebatan pengikut mazhab berbeda jelas menimbulkan kesalahan dan
Syafi’iyyah dengan Hanafiyah, fokus perbedaan pendapat di antara manusia.
perdebatan tidak tertuju pada substansi Sementara itu di dalam wacana ilmu
persoalan, akan tetapi lebih pada bagaimana keislaman –khususnya ilmu ushul fiqh-
mempertahankan pendapat guru atau tokoh terdapat sebuah qaidah yang menyatakan
mazhabnya dengan cara bahwa :
mengenyampingkan kekurangan dan
kelemahan hujjah yang digunakan oleh
gurunya. Sehingga dampak lebih lanjut Maksudnya : “ Tidak dapat dipungkiri bahwa
ummat terpecah dalam beberapa kolompok perubahan hukum dikarenakan oleh perbedaan
zaman, tempat atau kondisi”
yang fanatik terhadap qaul imam mazhab
dan tidak kritis terhadap dasar-dasar
Menilik pengertian qaidah fiqhiyyah
argumentasi yang digunakan oleh imam
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
mazhabnya itu.
bahwa manusia mempunyai kecenderungan
Terakhir adalah Arca Panggung (
atau bakat untuk senantiasa berbeda
Idols of the Theatre ) ini adalah cara lain
pendapat (terutama dalam masalah hukum
Francis Bacon mendeskripsikan
fiqhiyah ) perbedaan pendapat itu
pengetahuan filsafat dan ilmu yang selama
sebagaimana bunyi qaidah tersebut bisa jadi
ini menjadi penghambat diperolehnya
karena perbedaan kondisi geografis, antara
pengetahuan yang sebenarnya. Kita telah
masyarakat tipe perkotaan ( Hadlarah )
didominasi oleh Idols of the Theatre karena
dengan masyarakat pedesaan ( Baduwi )

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 82


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

jelas pola pemikiran mereka akan sangat Berdasarkan riwayat ini dapat
dipengaruhi nilai-nilai lokal yang tumbuh dipahami bahwa Syari’ sebagai satu-
berkembang dalam kesadaran masyarakat satunya yang berhak menetapkan hukum
tersebut. Demikian juga faktor perbedaan mengakui bahwa keragaman pendapat
zaman dengan segala bentuk permaslahan merupakan kenyataan yang tidak dapat
dan dinamikanya tentu berbeda-beda tiap disangkal, ia adalah sunnatullah. Bahkan
generasi. Lebih-lebih perbedaan kondisi lebih dari itu ia adalah rahmat yang
sosial masyarakat baik dari sisi sosial, diberikan Syari’ untuk ummatnya.
ekonomi, pendidikan, filosofi yang dianut Memaksakan kesatuan pendapat dalam
masyarakt tertentu, pastinya memberi andil masyarakat yang pluralis adalah tidak
dalam membentuk siap dan pola pikir bijaksana dan mengingkari sisi humanisme
masyarakat tersebut. Oleh karena itu para yang melekat secara inheren dalam diri
ulama ahli ushul bersikap sangat arif dalam manusia.
memberikan toleransi terhadap setiap Bahkan Nabi Muhammad SAW
perbedaan pendapat yang muncul di tengah- mengakui bahwa beliau sekalipun adalah
tengah masyarakat. utusan Allah, tidak mengetahui secara pasti
Di sisi lain terdapat sebuah riwayat kebenaran haqiqi terhadap suatu persoalan
–sekalipun masih diperselisihkan yang dihadapi atau diajukan kepada beliau.
kesahihannya-, betapapun sangat masyhur Bisa jadi Nabi memutuskan suatu perkara
di kalangan umat Islam, yang mungkin bisa berdasarkan kebenaran, bisa jadi pula
dijadikan dasar normatif bahwa perbedaan terdapat kekeliruan dari putusan yang telah
pendapat di kalangan manusia itu adalah dijatuhkan oleh beliau itu. Hanya bedanya
suatu hal yang lazim terjadi. Bahkan ia kekleiruan ijtihad yang dilakukan oleh Nabi
merupakan salah satu bentuk rahmat yang SAW senantiasa dikoreksi oleh wahyu,
diberikan Syari’ kepada umatnya. Riwayat sehingga tidak mungkin Nabi SAW
tersebut adalah : dibiarkan membuat keputusan yang salah
terhadap ummatnya ( al Khatib, 1989 : 29 ).
Artinya : Perbedaan pendapat di kalangan ummatku Hadis tersebut berbunyi :
adalah rahmat

Hadits ini dikeluarkan oleh Nashr


al-Maqdisi dalam al-Hujjah, al-Baihaqi
dalam Risalah Asy’ariyah tanpa sanad
[mu’allaq] begitu juga al-Halimi, Qadhi Maksudnya : sesungguhnya saya adalah
Husain, Imam Haramain dan lain-lain. Dan manusia biasa, suatu saat jika kamu
dalam menyampaikan hadits ini, mereka mengajukan suatu perkara kepadaku
semua tidak menggunakan shighat pasti tapi sembari membawa bukti yang kuat
menggunakan kata-kata “diriwayatkan”. (argumentatif) maka keputusanku
Dan sebenarnya ini sudah termasuk bukti berdaarkan bukti tersebut. Oleh karena itu
bahwasannya hadits di atas tidak maudhu'. barangsiapa aku menangkan perkaranya
Lantaran tidak mungkin mereka rela padahal ia tidak berhak atas perkara itu,
memasukkan hadits palsu atau maudhu' hendaklah jangan diterima, karena
kedalam kitab-kitab mereka. Padahal kita sesungguhnya (sama saja) aku potongkan
tahu, mereka adalah kritikus-kritikus dalam baginya potongan api neraka
bidang hadits yang handal
(http://warkoplalar.blogspot.com/2011/05/p Berdasarkan hadis tersebut maka jelas
erbedaan-itu-rahmat.html ) bahwa Nabi Muhammad SAW tidak
mengetahui secara pasti benar tidaknya

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 83


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

sebuah persoalan. Apalagi manusia dengan alasan sudah masuk waktu sholat
kebanyakan tidak memiliki kapasitas ashar. Sementara sebagian sahabat tidak
sebagaimana Nabi. Nabi Muhammad SAW sholat Ashar, sekalipun sudah masuk waktu
hanya mengetahui hal-hal-hal yang dhahir sholat Ashar, karena belum mencapai atau
semata berdasarkan data atau bukti yang memasuki area kampung Bani Quraizhah.
diajukan kepada beliau. Oleh karena itu jika Dengan demikian terdapat perbedaan
di tengah-tengah masyarakat terdapat pendapat dalam menyikapi maksud dan
perbedaan terhadap sebuah persoalan maka tujuan perintah Nabi tersebut. Sehingga
hal itu bisa dimaklumi. pada akhirnya satu kelompok pasukan
Mengakhiri sub bab ini penting melakukan sholat Ashar tepat pada
untuk diketengahkan sebuah maqalah Arab waktunya meskipun secara lahiriyah
yang sangat terkenal yakni: bertentangan dengan perintah Nabi.
Sementara kelompok kedua melaksanakan
sholat Ashar sesuai dengan perintah
Maksudnya “Metode lebih penting lahiriyah Nabi, betapapun sholat Asharnya
ketimbang essensinya “ itu dilakukan di luar waktu yang telah
ditentukan oleh Nash ( artinya sudah
Berdasarkan ruh/semangat dari memasuki waktu sholat Maghrib/Isya’ ).
maqalah ini nampaknya yang menjadi Setelah pasukan tersebut menyelesaikan
perhatian utama dalam Islam peperangannya di perkampungan Bani
bukannyaesensi / substansi persoalan itu Quraizhah , sebagian dari mereka
benar atau tidak, akan tetapi lebih melihat menghadap Nabi dan menceritakan perihal
pada aspek di luar persoalan itu, cara-cara , perbedaan pendapat di kalangan sahabat itu.
maksud, tujuan dan motivasi yang Terhadap kasus ini Nabi tidak menyalahkan
digunakan dalam mengkaji dan atau membenarkan salah satu dari kedua
memamhami persoalan itu yang penting pihak yang saling berbeda pendapat itu.
untuk diketengahkan. Nampak dalam Nampaknya yang penting bagi Nabi adalah
beberapa hadis Nabi lebih berorientasi bahwa sekalipun kedua kelompok itu
terhadap motif, metode (sesuau yang ada di berbeda pendapat , namun tujuan kedua
luar ) perbuatan seseorang daripada hasil, kelompok pasukan itu adalah sama, yakni
nilai atau validitas dari perbuatan itu. sama-sama ingin mematuhi dan
Terdapat hadis yang mendukung menjalankan perintah / ajaran Islam. Kedua
pernyataan ini , yakni dalam kasus perang kelompok tersebut berbeda pendapat,
dengan qaum Bani Quraizhah , di mana perbedaan yang terjadi di antara mereka
Nabi berpesan agar pasukan tidak sholat adalah dalam rangka ketaatan terhadap
Ashar sebelum sampai di perkampungan syari’at.
Bani Quraizhah, dikarenakan perbuatan Sementara itu untuk memahami
makar yang dilakukan oleh kaum tersebut. fenomena beragamnya pola pemikiran
Bunyi hadisnya adalah : hukum imam mazhab, dapat didekati
dengan teori deterministik yang
dikemukakan oleh Emile durkheim.
( Janganlah kalian sholat Ashar kecuali Sebelumnya perlu dicatat bahwa manusia
jika telah sampai di perkampungan Bani dan kemanusiaan yang menjadi obyek
Quraizhah ) disiplin ilmu sosial ( fiqh/hukum adalah
pranata sosial ) serta tingkah laku mereka
Akan tetapi sebagian sahabat ada sangat terbuka untuk dipengaruhi oleh hal-
yang sholat di tengah jalan, sekalipun hal di luar dirinya. Seseorang bisa
belum sampai di perkampungan tersebut, mempengaruhi bahkan memaksa orang lain

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 84


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

agar melakukan perbuatan tertentu atau Solidarity ) dan Solidaritas Organik (


juga membatalkan perbuatan yang telah Organic Solidarity ) . Solidaritas Mekanik
direncanakannya. adalah semacam kategori bagi sebuah
Manusia sebagai obyek ilmu sosial masyarakat primitif dan sederhana di mana
juga bisa melakukan penentangan (protes) nilai-nilai pekerjaan, keahlian dan
terhadap sebuah situasi, sesuatu yang tidak profesionalitas masyarakatnya amat
ditemukan dalam ilmu kealaman. terbatas. Satu-satunya ikatan ( Bond or
Penentangan terhadap situasi sosial tertentu Glue ) masyarakat dalam tipe atau jenis ini
dengan berbagai tingkat dan metodenya itu, adalah unsur keseragaman dan kesatuan (
menggambarkan adanya kekuatan subyektif Sameness / Similiarity ) dengan kata lain
dan karena itu obyek ilmu sosial harus gap, jarak atau perbedaan antar individu
bersifat obyektif. Dalam analisis Duekheim tidak terlalu banyak ditemukan. Semua
, fakta-fakta sosial merupakan hal yang orang merasa terlibat dan terikat dalam
bersifat eksternal bagi individu. keseluruhan aktifitas hidup sehari-hari
Sesungguhnya seseorang itu lahir di tengah secara kolektif. Muncullah apa yang
masyarakat yang telah memiliki suatu dinamakan dengan kesadaran kolektif (
organisasi dengan struktur tertentu yang Consience Collective ) suatu kesadaran
pasti akan mempengaruhi kepribadiannya. yang berupa wujud identiitas, perasaan dan
Di sinilah substansi dari teori Deterministik pemikiran kelompok. Seluruh pengalaman ,
oitu bermula sekaligus mencoba perasaan dan pernyataan perilaku
menggambarkan keterikatan individu kesehariannya dan kepercayaannnya ( pada
terhadap masyarakat ( suatu organisasi sang ghaib ) seketika menjadi sama. Nilai-
sosial) (Craib, 1986 : 31-32 ). nilai individualisme –keinginan untuk
Berdasarkan perspektif ini dapat berbeda pendapat, sikap/cara hidup-
dijelaskan bahwa manusia akan saling hampir-hampir tidak eksis lagi dan hal yang
mempengaruhi atau saling dipengaruhi oleh demikian ini memang tidak ditoleransi oleh
sistem sosial ( dalam tingkat dan metode kesadaran kolektif mereka. Oleh karena itu
berbeda) yang berlaku aatau berlangsung di nilai moralitas seseorang diukur dari
tengah-tengah masyarakat itu. Jika sistem partisipasi atau keterikatan mereka dalam
sosialnya menolerir terhadap setiap kesadaran kolektif itu (Milovanovic, Tt : 25
perbedaan yang menucul maka tidak dapat ).
diharapkan dalam masyarakat itu akan Adapun yang kedua adalah
tumbuh suatu kesamaan atau kesatuan Solidaritas Organik , yakni semacam
pendapat di antara unit-unit sosialnya. kategori bagi sebuah masyarakat yang eksis
Menjadi suatu keniscayaan bila sistem dalam dunia yang sudah
sosialnya menganut paham pluralisme dan maju/metropolitan/masyarakat urban, yang
keberagaman nilai, maka ia akan menuntut jenis-jenis pekerjaan, keahlian dan
bagi setiap individu untuk mengikuti dan profesionalitas masyarakatnya amat
memahami sistem yang berlaku itu. beragam. Adapun yang menjadi ikatan / ciri
Bagaimana cara memahami bahwa identitas masyarakatnya adalah Mutual
setiap individu akan terpengaruh oleh Dependence, yakni suatu keadaan yang
sistem sosial di sekitarnya ? selain dengan lebih mengikat dibanding solidaritas
pendekatan Deterministik, Emile Durkheim mekanik, karena hal itu didasarkan pada
juga menteorikan suatu analaisa yang unsur yang saling membutuhkan/
menyeluruh tentang aspek evolusi sosial ketergantungan antar individu dalam
yang dalam pandangannya terbagi dalam masyarakat tersebut. Dalam jenis
dua kategori, yakni apa yang dinamakan masyarakat organik ini kesadaran kolektif
dengan Solidaritas Mekanik ( Mechanical jadi lemah, hilang dan tergantikan oleh

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 85


Jurnal Kependidikan Dan Keislaman FAI Unisma

kesadaran inidividualistik. Orang tidak lagi Daftar Rujukan


memiliki identitas bersama yang disepakati,
melainkan mereka lebih mementingkan A. Khozin Afandi, Filsafat Ilmu dan
keakuannya ( Individualisme) –nya ( lihat Beberapa Pokok Ajaran
juga Fenomenologi, Malang: al Farabi,
http://blog.ub.ac.id/noermalasari/2012/03/1 1997
3/teori-ilmu-sosial-2/) bandingkan tulisan Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung:
serupa yang berkaitan dengan isu ini remaja Rosda Karya, 2000
dengan Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat
http://fisip.uns.ac.id/blog/purwitososiologi/ Barat I, Yogyakarta: Kanisius:1995,
2011/06/13/solidaritas-mekanis-dan- Cet. 23
solidaritas-organis-emile-durkheim/). Ajjaj al Khatib, Ushul al Hadis, Beirut: Dar
Oleh karena itu fenomena al Fikr, 1989
perbedaan pendapat dalam masyarakat Craib, Teori-teori Sosial Modern : Dari
muslim dahulu dan sekarang ini, dalam Person sampai Habermas, Jakarta :
pandangan Emile Durkheim , bisa dimaknai PT Rajawali, 1986
akibat perubahan sosial masyarakatnya dari Dragan Milovanovic, A Primer in The
masyarakat sederhana, primitif ( Mekanik ) Sociology of Law, New York: Harrow
menuju masyarakat Modern, maju ( organik & Heston Publisher, Tt, Edisi II
), karena memang nilai-nilai lama telah Thaha Jabir Fayad al Ulwaniy,
tergantikan oleh nilai-nilai yang baru. Ahmad Hassan,
Perubahan sosial atau evolusi sosial itu Abu Zahrah,
terjadi karena faktor Determinisme sejarah Sy Waliyullah al Dihlawiy,
yang mau atau tidak mau selalu eksis ketika http://fisip.uns.ac.id/blog/purwitososiologi/
sarana dan prasyarat yang dibutuhkannya 2011/06/13/solidaritas-mekanis-dan-
telah tersedia. Teori Deterministik ini juga solidaritas-organis-emile-durkheim/
mengajarkan bahwa jika fakta sosial telah http://blog.ub.ac.id/noermalasari/2012/03/1
eksis, maka nilai yang baru masuk dalam 3/teori-ilmu-sosial-2/
fakta sosial itu harus menyesuaikan diri (http://warkoplalar.blogspot.com/2011/05/p
atau secara sadar atau tidak sadar erbedaan-itu-rahmat.html
terpengaruhi oleh fakta-fakta sosial
tersebut.

Jurnal Ilmiah Vicratina, Volume 10, No. 2 Nopember 2016 86

Anda mungkin juga menyukai