Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang.
Selaim itu, proses keperawatan juga diartikan sebagai suatu metode yang sistematis untuk
mengkaji respon manusia terhadap masalah- masalah kesehatan dan membuat rencana
asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-
masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga klien, orang terdekat, dan
masyarakat.
Proses keperawatan menurut Potter dan Perry (1997) adalah suatu pendekatan dalam
pemecahan masalah, sehingga perawat dapat merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan. Tahapannya meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
(termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi. (Haryanto,
2008:3).
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan yang dimaksudkan
untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda
maupun piskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih
dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga
keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu
tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja pengkajian dari asuhan keperawatan pada lansia?
1.2.2 Apa saja diagnose dari asuhan keperawatan pada lansia?
1.2.3 Apa saja intervensi dari asuhan keperawatan pada lansia?
1.2.4 Apa saja implementasi dari asuhan keperawatan pada lansia?
1.2.5 Apa saja evaluasi dari asuhan keperawatan pada lansia?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja pengkajian dari asuhan keperawatan pada lansia
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja diagnose dari asuhan keperawatan pada lansia
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja intervensi dari asuhan keperawatan pada lansia
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja implementasi dari asuhan keperawatan pada lansia
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja evaluasi dari asuhan keperawatan pada lansia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995). Adapun hal-hal yang perlu di kaji pada
pasien lansia adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian data klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
alamat, suku, agama, pekerjaan,
2. Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit atau masalah kesehatan saat ini,
riwayat penyakit atau kesehatan yang lalu.
3. Pengkajian fisik yang meliputi:
a. Pengkajian kebutuhan dasar
Pengkajian kebutuhan dasar yaitu meliputi empat belas kebutuhan dasar
seperti bernapas dengan normal, tercukupi kebutuhan makan, mengurangi zat
sisa yang tidak berguna, bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman,
tidur dan istirahat, memilih pakaian pantas, mempertahankan suhu tubuh dalam
kondisi normal, menjaga kebersihan tubuh dan memelihara kesehatan,
menghindari bahaya dilingkungannya dan menghindari cedera yang lain,
komunikasi dengan orang lain, beribadah menurut kepercayaan orang, bekerja
sedemikian rupa sehingga ada rasa pemenuhan kebutuhan, belajar, dan rekreasi.
b. Kemandirian melakukan aktifitas
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta
dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional
bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. Kemandirian
melakukan aktivitas menggunakan 10 indikator yaitu:

No Item Yang Dinilai Skor


1 Makan (feeding) Tidak mampu = 0
Butuh bantuan memotong, dll = 1

3
Mandiri = 2
2 Mandi (Bathing) Tergantung orang lain = 0
Mandiri =1
3 Perawatan Diri (Grooming) Membutuhkan bantuan orang lain = 0
Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi dan bercukur = 1
4 Berpakaian (Dressing) Tergantung orang lain = 0
Sebagian dibantu misalnya
mengancing baju = 1
Mandiri = 2
5 Buang Air Kecil (Bowel) Inkotinensia, pakai kateter = 0
Kadang kontinensia (maksimal 1x
sehari) = 1
Kontinensia = 2
6 Buang Air Besar Inkotinensia, pakai kateter = 0
Kadang kontinensia (sekali seminggu)
=1
Kontinensia = 2
7 Penggunaan Toilet Tergantung bantuan orang lain = 0
Membutuhkan bantuan tetapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri = 1
Mandiri = 2
8 Transfer Tidak Mampu = 0
Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) = 1
Bantuan kecil (1 orang) = 2
Mandiri = 3
9 Mobilitas Immobile (tidak mampu) = 0
Menggunakan kursi roda = 1
Berjalan dengan banuan 1 orang = 2
Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti tongkat) = 3
10 Naik Turun Tangga Tidak mampu = 0

4
Membutuhkan bantuan = 1
Mandiri = 2

Keterangan
Skor 20 = Mandiri
Skor 12-19 = Ketergantungan ringan
Skor 9-11 = Ketergantungan sedang
Skor 0-8 = Ketergantungan Berat

c. Pengkajian keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini dan beri
tanda 1 jika klien menunjukan kondisi di bawah ini:
1) Perubahan posisi atau gerak keseimbangan
 Bangun dari kursi
 Duduk ke kursi
 Menahan dorongan pada sternum
 Mata tertutup
 Perputaran leher
 Gerakan menggapai sesuatu
 Membungkuk
2) Komponen gaya berjalan atau gerakan
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
 Ketinggian langkah kaki
 Kontinuitas langkah kaki
 Kesimetrisan langkah kaki
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan
 Berbalik

Intervensi Hasil

0-5 : Resiko jatuh rendah

6-10 : Resiko Jatuh Sedang

11-15 : Resiko Jatuh tinggi

5
d. Pengkajian Head To Toe
Pengkajian ini merupakan pengkajian per sistem yang mana meliputi :
1) Teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah seperti postur tulang lansia (tegap, kifosis, lordosis,
skoliosis).
2) Tanda-tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, respirasi, berat badan,
tinggi badan. Status gizi meliputi tinggi badan dan berat badan, apakah
klien malnutrisi protein-kalori, keadaan gizi yang dapat dilihat dari mukosa
mulut, rahang dan bibir, kemampuan mengunyah dan menelan, kondisi
kulit, auskultasi bising usus, palpasi perut apakah perut kembung, keluhan
anorexia, kerusakan membau dan mengecap, waktu makan, diet sehari-hari,
intake cairan, kaji kebiasaan merokok dan minum alkohol

4. Pengkajian Status Mental


a. SPSMQ (Short Portable Mental Status Questioner) merupakan pengkajian
untuk mengetahui tingkat gangguan intelektual lansia.

No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apakah nama tempat ini?
4. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir?
7. Siapakah nama presiden sekarang?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya?
9. Siapakah nama Ibu/Bapak anda?
10. 2+3=….?

Keterangan :
Jumlah kesalahan :
0 – 2 kesalahan : Baik

6
2 – 4 kesalahan : Gangguan ringan
5 – 7 kesalahan : Gangguan sedang
7 – 10 kesalahan : Gangguan berat

b. Mini Mental State Examination digunakan untuk menilai status kognitif pasien

No Tes Nilai Nilai


Maksimal
Orientasi
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal) hari 5
apa?
2 Kita berada dimana ? (negara), (provinsi), (kota), 5
(rumah sakit), (lantai/kamar)

3 Registrasi
Sebutkan 3 buah nama benda (jeruk, uang, mawar), 3
tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
4 Atensi dan Kalkulasi 5
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 umtuk setiap jawaban
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh
mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai diberi pada
huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya
uyahw = 2 nilai)
Mengingat Kembali (Recall)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda 3
diatas

7
Bahasa
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang 2
ditunjukkan (pensil, arloji)
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :”tanpa 1
kalau dan atau tetapi”
8 Pasien diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini 3
dengan tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan
letakkan di lantai” 1
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah
“Angkatlah tangan kiri anda”
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1
11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini 1

Interpretasi hasil: 30 = Aspek kognitif dari fungsi mental baik


Keterangan:
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

c. Pengkajian Psikologi
Skala depresi geriatrik Yessavage dalam bentuk singkat yaitu sebagai berikut.
1) Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan anda? (Ya/Tidak)
2) Sudahkah anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? (Ya/Tidak)
3) Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? (Ya/tidak)
4) Apakah anda sering bosan? (Ya/tidak)
5) Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? (Ya/tidak)
6) Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? (Ya/tidak)
7) Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu? (Ya/tidak)
8) Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi
dan melakukan sesuatu yang baru ? (Ya/tidak)

8
9) Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih banyak masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya? (Ya/tidak)
10) Apakah anda berpikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? (Ya/tidak)
11) Apakah anda merasa “saya sangat tidak berguna dengan keadaan anda
sekarang?”(Ya/tidak)
12) Apakah ada merasa penu berenergi? (Ya/tidak)
13) Apakah anda berpikir situasi anda tidak ada harapan? (Ya/tidak)
14) Apakah anda berpikir bahwa banyak orang lebih baik daripada anda?
(Ya/tidak)

Keterangan :
Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. Nilai 5 atau lebih
menandakan klien depresi.

d. Pengkajian Status Sosial

No Fungsi Apgar Keluarga Skor


1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat tinggal 1
kembali pada keluarga saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menysuahkan saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman- 2
teman) saya membicarakan seusuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga(teman-teman) 2
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti mara, sedih atau mencintai

9
5 Pemecahan Saya puas dengan cara keluarga (teman- 2
teman) saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama

Keterangan
Skor 8-10 : fungsi sosial normal
Skor 5-7 : fungsi sosial cukup
Skor 4-0 : fungsi sosial kurang/ suka menyendiri

5. Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan


Hal-hal yang perlu dikaji dalam perilaku terhadap kesehatan yaitu seperti
kebiasaan merokok atau penggunaan tembakau, kebiasaan ngopi, pengetahuan
alkohol atau napza, penggunaan obat-obatan tanpa resep.
6. Pengkajian Lingkungan
Hal-hal yang perlu dikaji seperti pemukiman, sanitasi, faktor resiko seperti
polusi udara, suara, dll
7. Pemanfaatan Layanan Kesehatan
Hal-hal yang perlu dikaji seperti kunjungan ke posyandu, kunjungan ke
puskesmas atau rumah sakit, pembiayaan kesehatan atau asuransi kesehatan.
8. Tingkat Pengetahuan atau Sikap
Pengetahuan tentang kesehatan atau perawatan, sikap tentang kesehatan atau
perawatan

2.2 Diagnosa Keperawatan.


Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, diagnosis
keperawatan keluarga dengan lansia ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok
lansia. Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah
yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah
dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi

10
(potensial). Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu: PES:
Problem, Etiologi, dan System. Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain:
a. Fisik/Biologis:
 Gangguan nutrisi: kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh sampai dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
 Gangguan persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, sampai dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
 Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat dalam merawat diri.
 Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh.
 Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri.
 Perubahan pola eliminasi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan napas.
 Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi.
b. Psikososial:
 Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.
 Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu.
 Depresi sampai dengan isolasi sosial.
 Harga diri rendah sampai dengan perasaan ditolak.
 Koping tidak adekuat sampai dengan ketidakmampuan mengemukakan
perasaan secara tepat.
 Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual:
 Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan.
 Penolakan terhadap proses penuaan sampai dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian.
 Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami.
 Perasaan tidak tenang sampai dengan ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tepat.

2.3 Rencana Keperawatan.


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi

11
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan pada lansia disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah : perumusan masalah, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan dengan lansia
dan hal-hal lain yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan keperawatan yang
digunakan dalam rencana perawatan termasuk di dalamnya kepentingan terapeutik,
promitif, preventif, dan rehabilitatif.
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan
kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat
tercapai, demikian juga halnya untuk menjelang kematian secara damai. Rencana
dibuat untuk keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan
respons atau kebutuhan klien. Pemberian asuhan keperawatan dasar bagi lansia dapat
dibedakan atas dua golongan sasaran lansia, yaitu:
a. Lansia aktif : mereka yang kondisi fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain, sedemikian sehingga taraf aktivitas sehari-harinya masih tergolong
mandiri.
b. Lansia pasif : golongan lansia yang kondisi fisiknya menyebabkan mereka
memerlukan banyak pertolongan orang lain seperti kelumpuhan atau penyakit yang
dideritanya.

Adapun strategi intervensi bagi kedua golongan itu meliputi:

a. Intervensi kepada lansia yang tergolong masih aktif.


Bentuk intervensi disini meliputi: aspek perawatan diri, aspek kebersihan
lingkungan, aspek gizi, pencegahan kecelakaan atau keselamatan, pemenuhan
kebutuhan istirahat, serta aspek psikososial lansia.
b. Intervensi kepada lansia yang tergolong pasif.
Strategi intervensi bagi kelompok pasif ini terutama mereka yang dirawat di tempat
tidur adalah mencakup aspek perawatan diri, kebersihan lingkungan tempat tidur
dan ruangan, aspek pencegahan dekubitus, serta aspek perawatan lansia di institusi
(panti wreda atau ruang perawatan).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana keperawatan:

a. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana diarahkan pada pemenuhan


kebutuhan dasar.

12
b. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Tentukan prioritas:
 Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
 Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
 Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
d. Cegah timbulnya masalah-masalah.
e. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukkan.
f. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.

Menentukan intervensi khusus untuk lansia:

a. Melakukan bimbingan rekreatif dengan:


1. Menyiapkan acara (kuis, puzzle, reminisance, drama, humor).
2. Menyediakan alat dan tempat.
3. Melibatkan lansia dalam kegiatan.
4. Membuat lansia merasa senang mengikuti kegiatan.
b. Melakukan bimbingan sosial dengan:
1. Menentukan materi sesuai masalah yang terjadi di lingkungan lansia.
2. Memberikan penyuluhan.
3. Melakukan kerja bakti bersama.
c. Melakukan bimbingan keterampilan dengan:
1. Mengidentifikasi kemampuan berkarya lansia. Jenis keterampilan berkarya
ditentukan sesuai kemampuan.
2. Menyediakan tempat serta perlengkapan keterampilan.
3. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara-cara mengerjakan keterampilan.
4. Memberikan kesempatan lansia untuk berkarya.
5. Memberikan penghargaan pada lansia yang mampu berkarya.
d. Melakukan bimbingan rohani dengan:
1. Melakukan persembahyangan

Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan lansia berfungsi seoptimal


mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan
tidak tergantung pada orang lain sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia
antara lain:

a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia

13
1. Peran pemenuhan gizi pada lansia dalam rangka untuk mempertahankan
kesehatan dan kebugaran serta memperlambat timbulnya penyakit degeneratif
sehingga menjamin hari tua tetap sehat dan aktif.
2. Penyebab masalah yang sering dihadapi lansia adalah: penurunan alat
penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang
nyaman saat makan karena gigi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar
buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus sehingga nafsu
makan berkurang.
3. Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah: gizi berlebihan, gizi kurang,
kekurangan vitamin atau sebaliknya kelebihan vitamin.
4. Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia:
 Kalori pada lanjut usia: laki-laki 2.100 kalori dan perempuan 1.700 kalori.
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut usia, Misalnya: gemuk/kurus
atau disertai penyakit demam.
 Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
 Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan
terjadi penyakit, 15% - 20% dari total kalori yang dibutuhkan.
 Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20% - 25% dari total kalori
yang dibutuhkan.
 Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
 Air, 6 – 8 gelas per hari.
5. Rencana makanan untuk lanjut usia:
 Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
 Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
 Berikan makanan yang mengandung serat.
 Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
 Membatasi minum kopi dan teh.
b. Meningkatkan keselamatan dan keamanan lanjut usia.
1. Kecelakaan sering terjadi akibat: jatuh, kecelakaan lalu lintas, kebakaran karena
fleksibilitas kaki mulai berkurang, penurunan fungsi pendengaran dan
penglihatan, lantai licin dan tidak rata, lingkungan yang kurang aman misal
tangga tidak ada pengamanan, tempat tidur yang mudah bergerak.
2. Intervensi mencegah kecelakaan:

14
- Klien/lanjut usia:
 Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
 Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
 Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur.
 Bila mengalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
 Bantu klien ke kamar mandi terutama untuk lanjut usia yang
menggunakan obat penenang/diuretika.
 Menggunakan kaca mata bila berjalan atau melakukan sesuatu.
 Usahakan ada yang menemani, jika bepergian.
- Lingkungan:
 Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah
diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat.
 Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
 Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi.
 Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia menempatkan
alat-alat yang selalu digunakan.
 Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah.
 Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang
menggunakannya.
 Pasang pegangan di kamar mandi.
 Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu
70-100 watt.
 Jika pindah dari ruang terang ke gelap ajarkan klien untuk memejamkan
mata sesaat.
 Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet.
 Gunakan perabotan yang penting-penting saja di ruang lanjut usia.
c. Memelihara kebersihan diri lanjut usia.
1. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia adalah:
 Penurunan daya ingat.
 Kurangnya motivasi.
 Kelemahan dan ketidakmampuan fisik.

15
2. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain:
 Mengingatkan/membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan
diri.
 Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan skin lotion.
 Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata dan
gunting kuku.
d. Pemenuhan kebutuhan istirahat/tidur lanjut usia.
1. Masalah yang sering terjadi: gangguan tidur.
2. Upaya yang dilakukan, antara lain:
 Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman.
 Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
 Melatih lanjut usia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi
dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi).
 Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya: susu hangat.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi.
1. Masalah umum yang dikemukakan pada lanjut usia adalah daya ingat menurun,
depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan
hubungan interpersonal yang adekuat.
2. Upaya yang dilakukan, antara lain:
 Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata.
 Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan.
 Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia.
 Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan atau
tanggap terhadap respons non verbal lanjut usia.
 Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
lanjut usia.
 Menghargai pendapat lanjut usia.

2.4 Tindakan Keperawatan.


Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan
yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara

16
kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan
kemampuan. Tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap
diagnosis keperawatan yang telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan
keperawatan gerontik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:
a. Menumbuhkan dan membina hubungan salinga percaya dengan cara memanggil
nama klien.
b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan
dari cahaya yang silau, penerangan dikamar mandi, dapur dan ruangan lain
sepanjang waktu.
c. Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak besar dan
berikan warna yang dapat dilihat.
d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto, serta
banyaknya jumlah kunjungan.
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengikat/menekan,
mengubah posisi, dukung untuk melakukan aktivitas, serta melakukan penggosokan
pelan-pelan waktu mandi.
f. Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari
angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan
batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat
berlebihan, gangguan penglihatan, kejang otot dan hipotensi.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering,
beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang
disukai, makanan yang cukup cairan, banyak makan sayur dan buah, berikan
makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu makan.
h. Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan
menjelaskan dan memotivasi klien untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah
urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan waktu untuk konsultasi.
i. Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak,
hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari
menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab (lotion) untuk kulit.
j. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah
posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif,
serta anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri.
17
k. Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu
dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada
tangan untuk memelihara rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati.
l. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap
dipasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan
licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu
berdiri bila diperlukan. Tindakan keperawatan pada lansia juga berkaitan dengan
kebersihan fisik, keseimbangan gizi, latihan fisik, seksualitas, eliminasi, istirahat,
tidur dan rasa nyaman, serta keseimbangan emosi.

2.5 Evaluasi Keperawatan.


Perawat harus mengevaluasi secara terus-menerus respons klien dan keluarga
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk
tercapainya tujuan dan memperbaharui data, diagnosis keperawatan, serta rencana
keperawatan jika tindakan keperawatan yang dilakukan belum mencapai tujuan yang
diharapkan. Evaluasi dibuat dalam catatan perkembangan menggunakan SOAP
(subjektif, objektif, analisa, perencanaan).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
orang. Proses keperawatan menurut Potter dan Perry (1997) adalah suatu pendekatan
dalam pemecahan masalah, sehingga perawat dapat merencanakan dan memberikan
asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi.
(Haryanto, 2008:3).
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Effendy, 1995). Pada diagnosa terdapat masalah-masalah keperawatan
yang sering muncul, pada intervensi terdapat rencana tindakan yang akan dilakukan,
implementasi merupakan pelaksanaan dari intervensi, dan evaluasi adalah hasil dari
implementasi.

3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat menambah
ilmu pengetahuan mengenai proses keperawatan pada lansia dan dapat
mengaplikasikannya di lapangan dengan baik dan benar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: CV
Sagung
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Buku
2. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
S, Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

20

Anda mungkin juga menyukai