Puji syukur Kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Fisika Dasar ini dengan baik
dan tepat waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan
beberapa percobaan yang telah dilakukan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu dalam
penyusunan laporan ini hingga slesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan resmi
ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis selalu terbuka terhadap
segala kritik dan saran yang dapat berguna untuk menyempurnakan laporan
selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penulisan …............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian penalaran............................................................................................. 5
B. Unsur Penalaran..................................................................................................... 6
C. Penalaran Induktif................................................................................................. 7
D. Penalaran deduktif................................................................................................. 7
E. Salah Nalar............................................................................................................. 11
F. Isi Karangan........................................................................................................... 11
G. Generalisai dan Spesifikasi................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
B. Kritik dan Saran ………………………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2) Menghubung-
B. Unsur Penalaran
Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:
1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-
kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat
pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a. Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat
memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian.
c. Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d. Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Misalnya: X akan menikahi Y.
e. Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Misalnya: Semua hewan akan mati.
f. Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak
ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya: Sebagian
orang hidup menderita.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju
suatu kesimpulan.
C. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data,
pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat
berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif
pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yaitu: generalisasi, analogi, dan sebab akibat.
Contoh:
Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara suatu
kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persimpangan Rawamangun Muka-
Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi tanggal 10 juli 2000 pukul 12.30. Sebuah
sepeda motor dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga pintu di bagian kiri rusak,
penyok sedalam 10 cm, dan sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang ditabraknya. Seorang
saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor terkapar jatuh 1,5 meter di sebelah kiri
sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses perhitungan waktu polisi menyatakan
bahwa pada saat mobil melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala
dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan bahwa, dalam keadaan lampu merah sepeda
motor berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok dari
arah selatan ke arah Rawamangun Muka. Hasil pengamatan, pengendara sepeda motor terbukti
bersalah.
Kesimpulan: (1) pengendara sepeda motor harus membiayai perbaikan mobil yang ditabraknya.
(2) membayar denda atas kesalahannya.
D. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri dengan simpulan khusus yang berupa
prinsip. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik
pengembangannya maupun uraian isinya.
Karangan kualitatif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah humaniora
(sastra, kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun, kualifikasi produk yang
bernilai ekonomi, seperti: keindahan pakaian, kecantikan, keserasian, dan lain-lain dapat pula
menggunakan jenis karangan ini.
Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan
angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut menguraikan:
Untuk menyusun kronologi peristiwa, perhatikan kata-kata dan frasa berikut ini.
dalam peristiwa itu,
peristiwa itu diawali dengan,
dewasa ini,
sekarang ini,
pada waktu itu,
ketika itu,
bila,
sebelum,
sementara,
dalam peristiwa itu,
mula-mula, akhirnya,
peristiwa, kejadian,
pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya,
setelah itu, diawali, lalu, kemudian, akhirnya,
pada hari itu,
b. Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk
menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat mengguanakan ungkapan-ungkapan:
di sana, di sini, di situ,
di, pada,
di bawah, di atas,
di tengah,
di utara, di selatan,
di depan, di muka,
di belakang,
di kiri, di kanan,
di luar, di dalam,
berhadapan,
bertolak belakang dengan,
berseberangan,
melalui, belok kanan,
belok kiri, ke depan,
ke atas, ke samping,
di sisi, di seberang,
di hadapan,
di persimpangan,
c. Urutan Alur Penalaran
d. Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan
yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai
kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
E. Salah Nalar
Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau sesat.
Di bawah ini, ada 10 macam salah nalar yang dapat disaksikan dalam karangan.
1. Diduksi yang salah
2. Generalisasi yang terlalu luas
3. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4. Salah nilai atas penyebab
5. Analogi yang salah
6. Penyimpangan masalah
7. Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan
8. Argumentasi Ad-Huminem
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10. Nonseguitur2[2]
F. Isi Karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan
sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah
berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan pembuktian.
Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi,
klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini. Generalisasi
faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa pendapat atau
penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-
pernyataan berikut:
(1) a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia.
b. Baginya masalah itu terlalu remeh.
(2) a. Guru adalah tenaga kependidikan.
b. Sudah selayaknya guru disoroti oleh masyarakat.
Dengan segera dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan fakta,
sedangkan b mengemukakan penilaian/pendapat.
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu.
Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi dua
kelompok, misalnya: manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi
kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia
manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia sekolah
SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
5. Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek
yang berlainan.
Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1) Analogi sederhana
● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan fakta
secara mendalam.
● Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah
diketahui.
Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
2) Analogi yang berupa kiasan
● Sulit dipahami karena bersifat subjektif.
● Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam.
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1) Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan objek yang
sudah dikenal.
● Tidak menghasilkan simpulan.
● Tidak memberikan pengetahuan baru.
● Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti, bagai.
● se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara Kala
yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti militer
siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali.
Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir
terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
2) Analogi induktif
● Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
● Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain, berdasarkan persamaan
ciri.
● Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti kuliah
pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan
santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba
Saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya,
“ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja,
walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang Indonesia. Santai ! “.
Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun tidak secepat orang
Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan santai berisiko
dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang
Eropa.
6. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Misalnya, tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita
sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.3[3]
G. Simpulan
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat
diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi,
atau tindakan.
a. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari ini tidak
hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih terlihat pada saat simpulan
dibuat.
b. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan.
Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada masa
kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-
tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai argumentasi.
c. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian. Misalnya:
Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan hampir bangkrut karena mesin
teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif solusi, menjual perusahaan dengan harga
murah atau meminjam uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta
yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan
atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan
sebuah analisis induktif dan deduktif.
2. Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya akan
menghasilkan suatu simpulan.
3. Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi generalisasi,
klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat, analogi, ramalan dan perkiraan,
dan simpulan.
Alek dan Achmad., 2010, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta :
Akapres
Muawanah, Siti., 2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia Jurusan KPI, Bahsasa Inggris, Bahasa Arab.
Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Penalaran Karangan",
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen bahasa Indonesia yaitu ibu Maya
Agustina.Shut.Mpd yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun makalah yang baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik
dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
penyusun