Smallholder Coffee Bean Quality Improvement With Semi Wet Processing Based On Clean Production
Smallholder Coffee Bean Quality Improvement With Semi Wet Processing Based On Clean Production
Elida Novita 1), Rizal Syarief 2), Erliza Noor 2) dan Sri Mulato 3)
1)
Staf pengajar Jurusan Teknik Pertanian, FTP-UNEJ, Jember, email:
elida_novita@yahoo.com
2)
Staf pengajar Fakultas Teknologi Pertanian- IPB, Bogor, email : rsyarief@careipb.or.id
3)
Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember email:
mulatosri@yahoo.com
ABSTRACT
Keywords: coffee quality, coffee bean, semi-wet processing, water minimization, cleaner
production
76
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90
77
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)
kopi rakyat berbasis produksi bersih Setelah dilakukan pemisahan biji cacat
pada pengolahan semi basah kopi pada uji mutu fisik, biji kopi disangrai
robusta yang dilakukan sejak bulan untuk seterusnya dilakukan uji seduhan
Agustus hingga Desember 2010 di Pusat (cup test).
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(ICCRI), Jember. Sumber buah kopi Rancangan Percobaan
untuk perlakuan penelitian berasal dari Sampel yang digunakan pada
Kebun Kaliwining. Sebagai pembanding, penelitian ini terutama pada perlakuan
dilakukan analisis mutu terhadap biji minimisasi air menggunakan ulangan
kopi robustas hasil olah kering. Biji sebanyak 2 kali. Pada pengujian mutu
kopi olah kering dan biji kopi olah semi fisik ulangan dilakukan sebanyak 2 kali,
basah dari Kebun Sidomulyo dianalisis sedangkan pada uji seduhan, masing-
sebagai sampel kontrol perlakuan masing sampel dilakukan triplicate.
pengolahan yang dilakukan rakyat.
Masing-masing sampel biji kopi HS dan Bahan dan Alat
gelondong kering diambil sebanyak ± Bahan yang digunakan dalam uji
1,5 - 2 kg untuk pengujian mutu fisik mutu ini adalah air dan biji kopi robusta
dan uji seduhan (cup test). hasil pengolahan kering dan biji kopi
Biji kopi HS dan gelondong kering robusta hasil pengolahan semi basah dari
yang telah melalui proses penjemuran Kebun Kaliwining, Puslitkoka dan
dikupas menggunakan huller. Kemudian Kebun Sidomulyo dengan karakteristik
masing-masing diambil sampel sebanyak dan kode perlakuan sampel seperti
300 kg untuk pengujian mutu fisik. tercantum pada Tabel 1.
ayakan lubang bulat berukuran 7,5 mm, signifikan. Sampel biji kopi olah basah
6,5 mm dan 5,5 mm dan 3 mm, neraca yang diambil dari Kebun Sidomulyo (WP
analitik, alat ukur kadar air yang telah Sdmo) awalnya masih berkadar air tinggi
dikalibrasi (digimost), nampan, roaster, (kering angin) dengan kadar air ± 60-
penggiling biji kopi, dan peralatan uji 70%. Pengeringan biji kopi hingga kadar
seduhan (cup test). air 12% dilakukan oleh eksportir (PT.
Indocom Citra Persada). Pada penelitian
Metoda Analisis ini, proses penjemuran kopi olah basah
Pengujian mutu fisik biji kopi dilakukan terlebih dahulu bersama
dilakukan dengan mengacu pada SNI No. sampel biji olah kering (DP Sdmo).
01-2907-2008, sedangkan uji cita rasa Biji kopi DP Sdmo umumnya
kopi (cup test) dilakukan oleh panelis ahli berasal dari buah pecah kulit (pemecahan
dan terlatih dari Pusat Penelitian Kopi buah dengan kneuzer sebelum dijemur).
dan Kakao Indonesia. Pengujian mutu Setelah dipecah, buah kopi dijemur di
fisik biji kopi robusta terdiri dari 3(tiga) atas alas plastik/terpal atau lantai jemur
tahap. Tahap pertama adalah penentuan semen. Lama penjemuran antara 5-10
mutu berdasarkan syarat umum biji kopi hari tergantung cuaca. Umumnya petani
yaitu ada tidaknya serangga hidup, biji mengakhiri penjemuran dengan perkiraan
berbau busuk dan berbau kapang, kadar tingkat kekeringan 13–15%, sehingga
air dan kadar kotoran. Tahap kedua sampel biji DP Sdmo memiliki kadar air
adalah penentuan ukuran biji (besar, tinggi (14,7%). Penjemuran kopi olah
sedang dan kecil). Tahap ketiga adalah kering Kebun Kaliwining (DP Kwng)
penentuan jenis dan jumlah cacat biji dilakukan lebih terkontrol. Pada saat
kopi. cuaca tidak memungkinkan, proses
pengeringan menggunakan pengering
mekanis, sehingga kadar air biji kopi
HASIL DAN PEMBAHASAN diusahakan pada tingkat aman dari
serangan jamur (12,5%).
Penentuan mutu kopi tahap pertama Menurut Ismayadi dan Zaenudin
berdasarkan syarat umum biji kopi (2003), olah kering dengan buah pecah
disajikan pada Tabel 1. Rata-rata biji kulit lebih higienis dan cepat
kopi yang digunakan pada penelitian ini dibandingkan olah kering biasa (tanpa
bebas dari keberadaan serangga hidup pemecahan buah). Akan tetapi pada
serta biji yang berbau busuk dan berbau daerah basah (sering terjadi hujan), proses
kapang. Kadar kotoran sampel tidak pengeringan buah pecah kulit rawan
melebihi 0,5%. Persyaratan kadar air biji kerusakan biji karena serangan jamur.
kopi dibahas lebih lanjut di bawah ini. Buah kopi yang dipecah tidak dapat
dijemur di atas permukaan tanah karena
Kadar Air akan menjadi kotor dan kusam. Setelah
Kadar air merupakan salah satu dijemur, kopi biasanya langsung dikupas
sifat fisik yang akan mempengaruhi mutu dengan mesin huller portabel atau yang
kopi, berkaitan dengan daya simpan dipasang pada rangka mobil.
untuk mencegah perubahan warna, Menurut Wibowo (1985), kadar air
tumbuhnya jamur dan mikroorganisme 12% dengan toleransi 1% merupakan
lainnya. Berdasarkan hasil analisis (Tabel batasan yang dapat menjamin keamanan
1.), kopi olah semi basah (K1C1 hingga selama penyimpanan. Enzim pada biji
K2C3) memiliki kadar air sampel antara kopi mengalami masa istirahat pada kadar
12% - 13%. Perlakuan minimisasi air air di bawah 13%. Kadar air aman untuk
pada proses pencucian tidak penyimpanan adalah 11,62% pada suhu
menunjukkan perbedaan kadar air secara 30oC atau 11,24% pada suhu 35oC
79
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)
80
Berdasarkan penelitian Wibowo kopi. Jenis kerusakan yang dimulai sejak
(1985), jenis cacat atau kerusakan dalam dari kebun adalah jenis cacat biji
penelitian ini dibagi menjadi (1) berlubang, biji hitam dan biji muda.
kerusakan sejak dari kebun, (2) Persentase nilai cacat biji hitam pada
kerusakan selama pengolahan dan (3) masing-masing sampel disajikan pada
kontaminasi benda asing yang bukan biji Gambar 1.
81
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)
Cacat biji pecah dan biji berkulit Sementara biji pecah adalah biji kopi
tanduk terjadi selama pengupasan kulit yang tidak utuh dengan besarnya sama
majemuk, yaitu jika kerja huller tidak atau kurang dari ¾ bagian biji yang utuh.
sempurna. Biji berkulit tanduk adalah Kerja mesin huller yang kurang
biji kopi yang masih terbungkus oleh sempurna dapat diakibatkan karena
kulit tanduk yang membungkus biji pengaruh kadar air biji kopi HS yang
tersebut dalam keadaan utuh maupun lebih dari 12%. Menurut Mulato dkk
besarnya sama dengan atau lebih besar (2006), mesin pengupas biji kopi HS
dari ¾ bagian kulit tanduk utuh. terutama dirancang untuk mengupas biji
82
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90
kopi HS dengan kadar air mendekati utuh maupun besarnya sama atau lebih
12%. Jika kadar air makin tinggi, dari ¾ bagian kulit majemuk yang utuh.
kapasitas pengupasan akan turun dan Kopi gelondong dapat terjadi pada saat
jumlah biji pecah akan sedikit pengupasan buah (pulping) yang tidak
meningkat. sempurna. Cacat kopi gelondong sangat
Cacat biji pecah juga dapat terjadi tidak disukai konsumen, karena rasa
pada saat proses pengupasan kulit buah pulp yang dominan. Menurut Sivetz dan
kopi (pulping). Menurut Wahyudi dkk Foote (1973), komponen terbesar pada
(1999), karakteristik fisik buah kopi pulp kopi adalah air dan serat kasar,
yang beragam dalam bentuk dan ukuran masing-masing 42,5 % dan 27,5%.
dapat menyebabkan terkupasnya kulit Selama pengeringan dan penyangraian
tanduk bersamaan kulit buah. Akibat air akan menguap dan serat kasar akan
kulit tanduk yang telah terkupas, biji terbakar, sehingga rasa yang dominan
kopi akan lebih cepat mengalami pada kopi seduhannya adalah rasa serat
kerusakan fisik maupun cita rasa terbakar.
daripada biji yang masih terbungkus Kelompok cacat pada biji kopi
kulit tanduk. Oleh karena itu proses berikutnya adalah adanya kontaminasi
sortasi buah berdasarkan ukuran dapat benda asing yang bukan termasuk kopi.
membantu mengurangi cacat biji karena Jenis cacat ini meliputi (1) cacat karena
pengolahan. adanya kulit tanduk baik berukuran
Biji coklat adalah biji kopi yang besar, sedang maupun kecil, (2) cacat
setengah atau lebih bagian luarnya karena adanya kulit kopi ukuran besar,
berwarna coklat. Biji coklat umumnya sedang maupun kecil dan (3) cacat
terjadi karena pengeringan yang tidak karena adanya ranting, tanah, batu
benar, buah terlalu masak atau berukuran besar, sedang maupun kecil.
fermentasi yang berlebihan (over Menurut Yusianto dan Mulato (2002),
fermented). Menurut Yusianto dan jika total cacat karena kontaminasi benda
Mulato (2002), kadar air awal biji yang asing mencapai 20-25%, maka biji kopi
beragam akan menyebabkan proses termasuk kategori kopi asalan. Adapun
pengeringan tidak sempurna, sehingga total cacat karena kontaminasi benda
terjadi cacat biji coklat. Oleh karena itu asing pada penelitian ini berkisar 11-
untuk menghindari terjadinya biji coklat, 28%. (Gambar 4). Hal ini
sebaiknya kadar air biji kopi dimungkinkan terjadi karena
diseragamkan terlebih dahulu misalnya pengambilan sampel dilakukan pada
dengan melakukan pengeringan awal biji kopi setelah proses pengeringan
(pre-drying) sebelum dimasukkan ke dan belum dilakukan sortasi. Untuk
pengering mekanis. menurunkan persentase cacat
Kopi gelondong adalah buah kopi kontaminasi benda asing dibutuhkan
kering yang masih terbungkus dalam sortasi akhir setelah proses
kulit majemuknya, baik dalam keadaan pengupasan kulit majemuk (hulling).
83
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)
84
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90
pengolahan kering tidak ada perlakuan telah ada meskipun masih belum dapat
sortasi sebelum penjemuran. distandarisasi.
Kontaminasi tanah dan batu dapat Pengujian Citarasa Biji Kopi Robusta
terjadi selama proses penjemuran yang Pelaksanaan uji cita rasa pada
umumnya menggunakan terpal sebagai penelitian ini dilakukan oleh panelis ahli
alas di atas permukaan tanah. dan terlatih dari Pusat Penelitian Kopi
Menurut Yusianto dan Mulato dan Kakao, Jember. Uji cita rasa kopi
(2002), penilaian biji kopi berdasarkan robusta terstandar meliputi pengujian
sifat fisik tidak sepenuhnya dapat fragrance, aroma, flavor, body,
menjamin mutu seduhan, tetapi dapat bitterness, astringency, aftertaste, clean
mengantisipasi sebagian besar cacat cup, balance dan preference. Fragrance
citarasa seduhan kopi. Kesalahan- adalah aroma kopi sangrai sebelum
kesalahan prakiraan citarasa seduhan ditambahkan air. Adapun aroma dinilai
kopi berdasarkan sifat fisik dapat setelah kopi sangrai ditambahkan air
diperkecil dengan uji seduhan (cup test). panas ke dalam cangkir seduhan. Biji
Bagaimanapun, hasil olahan akhir kopi kopi merupakan bahan dasar utama
adalah berupa seduhan, sehingga uji seduhan kopi. Hasil uji cita rasa biji
seduhan merupakan pelengkap yang kopi robusta selengkapnya disajikan
sangat penting dari semua cara uji yang dalam Gambar 5., Gambar 6.,
Gambar 7. dan Gambar 8.
Fragrance dan aroma kopi robusta tertinggal di pohon hingga habis untuk
cenderung meningkat karena perlakuan memutus siklus hidup hama bubuk buah.
olah semi basah. Perlakuan minimisasi Menurut Ciptadi dan Nasution
air menunjukkan terjadinya peningkatan (1985), (Mulato dkk, 2006), perlakuan
kualitas dan intensitas fragrance maupun saat panen dapat mempengaruhi mutu
aroma kopi sangrai kecuali pada ulangan kopi. Buah kopi yang dipanen saat
kedua (K2). Perbedaan ini diperkirakan panen rampasan diperkirakan memiliki
karena biji kopi (K2) berasal dari biji karakteristik mutu berbeda dengan buah
kopi yang dipanen pada saat panen kopi yang dipanen saat panen raya.
rampasan atau racutan. Panen rampasan Meskipun pada analisis mutu fisik, tidak
yaitu pemetikan seluruh buah kopi yang ditemukan perbedaan cacat yang
85
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)
signifikan antara ulangan 1 dan ulangan cenderung lebih tinggi daripada Kopi
2, akan tetapi pada uji seduhan Kaliwining. Menurut Sivetz and
menunjukkan adanya perbedaan. Foote (1973); Ciptadi dan Nasution
Hasil uji seduhan untuk flavour (1985), bitter adalah rasa pahit yang
dan body (Gambar 6.) menunjukkan tidak enak seperti kina. Bitter
pola yang tidak jauh berbeda dengan uji merupakan ciri khas kopi robusta
fragrance dan aroma. Kualitas dan karena kandungan kaffein yang tinggi
intensitas flavour serta nilai body dan aromanya yang tidak sekuat
cenderung meningkat pada perlakuan arabika. Kaffein mempunyai rasa
K1C3, meskipun perbedaannya tidak pahit, warna putih serta merupakan
signifikan. Menurut Sulistyowati (2001), alkaloid penting dalam obat-obatan
kopi robusta memiliki body yang lebih sebagai bahan perangsang.
tinggi meskipun aroma dan perisanya Umumnya makin kecil kadar kafein
lebih rendah dibandingkan kopi arabika. makin enak rasa kopi.
Nilai bitterness pada Kopi Sidomulyo
Gambar 6. Uji seduhan untuk flavour, body dan bitterness kopi robusta
86
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90
87
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)
88
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90
89
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)
Hardjosuwito, B. 1985. Biji kopi asal Sivetz, M. and H.E. Foote. 1973.
buah hijau dinilai dengan sistem Coffee Processing Technology.
nilai cacat. Menara Perkebunan Vol I. AVI Publ. Inc.,
1985, 53(3), 96-100. Connecticut.
Heuman, J. 1994. Coffee quality, a Sivetz, M. and N.W. Desrosier. 1979.
search for definition. Tea and Coffee Technology. AVI
Coffee Trade Journal. Publ.Co.Westpert, Connecticut.,
(http://www.allbusiness.com/manu 637 p.
facturing/food-manufacturing- Sulistyowati. 2001. Faktor yang
food-coffee-tea/431070-1.html). berperan terhadap cita rasa
19 Februari 2011. seduhan kopi. Warta Pusat
Ismayadi, C. dan Zaenudin. 2003. Pola Penelitian Kopi dan Kakao
produksi, infestasi jamur dan Indonesia 2001, 17(2), 138-148.
upaya pencegahan kontaminasi Sweet Maria’s. Tanpa Tahun. Sweet
ochratoxin-A pada kopi Indonesia. Maria’s Coffee Glossary.
Warta Pusat Penelitian Kopi dan www.sweetmarias.com/dictionary.
Kakao Indonesia 2003, 19(1), 45-
php?. 15 Februari 2011.
60.
Wahyudi, T., O. Atmawinata, C.
Leroy, T., F. Ribeyre, B. Bertrand, P. Ismayadi dan Sulistyowati. 1999.
Charmetant, M. Dufour, C. Kajian pengolahan beberapa
Montagnon, P.Marraccini and D. varietas Kopi Jawa pengaruhnya
Pot. 2006. Genetics of coffee terhadap mutu. Pelita Perkebunan
quality. Mini Review. Brazilian J. 1999, 15(1), 56-67.
Plant Physiol. 18(1): 299-242.
Wibowo, W. 1985. Evaluasi
Salla, M.H. 2009. Influence of karakteristik berbagai jeni biji
genotype, location and processing
kopi cacat dan sifat organoleptik
methods on the quality of coffee seduhannya. Skripsi. Fakultas
(coffea arabica L.). Thesis. School Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
of Graduate Studies Hawassa
University, Hawassa. Ethiopia. Yusianto dan S. Mulato. 2002.
Pengolahan dan Komposisi
Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi Kimia Biji Kopi: Pengaruhnya
Internasional dan Indonesia. terhadap Cita Rasa Seduhan.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Materi Pelatihan Uji Cita Rasa
Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia, Jember.
90