Anda di halaman 1dari 15

PENINGKATAN MUTU BIJI KOPI RAKYAT DENGAN

PENGOLAHAN SEMI BASAH BERBASIS PRODUKSI BERSIH


(Smallholder Coffee Bean Quality Improvement with Semi Wet Processing
Based On Clean Production)

Elida Novita 1), Rizal Syarief 2), Erliza Noor 2) dan Sri Mulato 3)
1)
Staf pengajar Jurusan Teknik Pertanian, FTP-UNEJ, Jember, email:
elida_novita@yahoo.com
2)
Staf pengajar Fakultas Teknologi Pertanian- IPB, Bogor, email : rsyarief@careipb.or.id
3)
Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember email:
mulatosri@yahoo.com

ABSTRACT

Application of semi-wet processing in coffee post harvest is one effort to improve


smallholder coffee bean quality, eventhough produce wastewater that harmfull for
environmental. By implementing cleaner production concept with water minimization could
solve environmental problems while maintaining the coffee bean. The purpose of this study was
to determine the effect of semi-wet processing based on water minimization on coffee quality.
Coffee berries are treated by minimize water design to produce coffee bean. Quality testing
includes water content analysis, physical quality test based on SNI standards and cup test
(sensory test). Coffee bean samples from semi-wet processing are compare with coffee bean
from dry process and Sidomulyo smallholder. The results showed selective picking during
harvest and semi-wet processing affects physical quality. Water process minimization showed
no difference on physic and sensory quality of coffee beans. Though physical assessment cannot
fully guarantee the beverage quality, but could anticipate most of defects flavored coffee drink.
Conversely, the error in estimating of coffee taste based on physical properties can be
minimized by cup test. Although, the sensoric assessment is subjective likely, but the cup test
showed there is effect of semi-wet processing to the quality of coffee drinks as a final product.

Keywords: coffee quality, coffee bean, semi-wet processing, water minimization, cleaner
production

PENDAHULUAN dan fasilitas sangat sederhana, kadar air


relatif tinggi dan masih tercampur
Kopi telah memberikan manfaat dengan bahan-bahan lain dalam jumlah
tersendiri bagi kelangsungan hidup relatif banyak (Yusianto dan Mulato,
masyarakat Indonesia. Selain memiliki 2002).
fungsi ekonomi, kopi juga memiliki Berdasarkan standar ISO dalam
fungsi sosial. Adapun jenis kopi yang Leroy et al. (2006), mutu adalah
terutama dikembangkan oleh rakyat kemampuan untuk menggambarkan
adalah kopi robusta. Menurut data karakteristik yang melekat dari suatu
statistik perkebunan tahun 2008 produk, sistem atau proses untuk
diketahui sekitar 86,38% tanaman kopi memenuhi keinginan dari konsumen
yang ditanam di Indonesia adalah jenis ataupun sekumpulan orang yang terkait
robusta dimana 96,33% nya berasal dari dengan produk, sistem atau proses
perkebunan rakyat. Mutu kopi robusta tersebut. Mutu kopi menurut Heuman
yang dihasilkan petani umumnya masih (1994), umumnya ditentukan oleh
rendah karena pengolahan pasca panen konsumen sebagaimana produk pangan
masih menghasilkan kopi asalan, yaitu atau minuman lainnya. Adapun
biji kopi yang dihasilkan dengan metode

76
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90

karakteristik yang melekat pada kopi karakteristik, asal daerah, harga,


disebut sebagai atribut. komponen biokimia dan kualitas cita
Karakteristik kopi adalah sifat-sifat rasa. Pada tingkat konsumen, pilihan
yang dapat langsung diamati, diukur dan kopi tergantung pada harga, aroma dan
merupakan unsur mutu yang penting selera, pengaruh terhadap kesehatan
(Wibowo, 1985). Salah satu faktor yang serta aspek lingkungan maupun sosial
mempengaruhi mutu kopi adalah (Salla, 2009).
penanganan pasca panen. Clifford and Kualitas cita rasa kopi dapat
Willson (1985) menyatakan bahwa berbeda untuk setiap konsumen ataupun
metode pengolahan yang dipilih akan negara. Menurut Leroy et al. (2006),
mempengaruhi mutu. Pada metode olah cita rasa termasuk dalam sifat-sifat
kering, buah kopi yang telah dipanen organoleptik yang dapat diukur dengan
dikeringkan di bawah sinar matahari. indera dan dapat dipengaruhi oleh sifat
Setelah kering, buah kopi dibuang fisik, kimiawi, faktor-faktor agronomi
kulitnya secara mekanis menggunakan dan teknologis. Penilaian kualitas
mesin pengupas kopi gelondong. organoleptik tergantung pada evaluasi
Metode olah basah umumnya dapat sensorik. Penilaian kualitas organoleptik
menghasilkan biji kopi dengan mutu kopi membutuhkan latihan, terutama
lebih baik. 3 Tahapan pengolahan yang flavor dari secangkir kopi yang
membedakan dengan olah kering adalah merupakan kombinasi komponen
tahap pengupasan kulit kopi (pulping), multiaromatik pada kopi.
fermentasi dan pencucian untuk Penerapan teknologi pengolahan
menghilangkan lendir (washing). semi basah pada pasca panen kopi
Menurut Cortez and Menezez adalah salah satu upaya untuk
(2000), fermentasi pada metode olah meningkatkan mutu kopi rakyat. Buah
basah untuk mereduksi lapisan lendir kopi akan melalui proses fermentasi
(mucilage layer) buah kopi yang yang dipercaya dapat meningkatkan cita
dilakukan lebih singkat (< 36 jam) rasa (Cortez and Menezez, 2000; Mulato
ternyata mampu meningkatkan mutu dkk., 2006; Najiyati dan Danarti, 2006).
tanpa merusak lapisan biji kopi. Akan tetapi pengolahan semi basah
Kombinasi metode pengupasan secara menghasilkan limbah cair yang akan
mekanis, waktu fermentasi yang lebih menimbulkan permasalahan lingkungan.
singkat serta upaya pemisahan biji Salah satu tahapan penerapan konsep
matang, belum matang dan terlalu produksi bersih adalah minimisasi input
matang melahirkan konsep pengolahan air proses yang diharapkan dapat
semi basah yang mampu mempersingkat membantu mengurangi jumlah limbah
waktu pengolahan sekaligus cair dengan tetap mempertahankan mutu
mempertahankan mutu kopi. kopi. Penelitian ini bertujuan untuk
Pemahaman terhadap mutu kopi mengetahui pengaruh pengolahan semi
dapat berbeda mulai tingkat produsen basah berbasis upaya minimisasi air
hingga konsumen. Menurut Salla proses pada tahapan pasca panen buah
(2009), bagi produsen terutama petani, kopi terhadap mutu fisik dan seduhan
mutu kopi dipengaruhi oleh kombinasi (cita rasa) kopi robusta.
tingkat produksi, harga dan budaya.
Pada tingkat eksportir maupun importir,
mutu kopi dipengaruhi oleh ukuran biji, METODE PENELITIAN
jumlah cacat, peraturan, ketersediaan
produk, karakteristik dan harga. Pada Rancangan Penelitian
tingkat pengolahan kopi bubuk, kualitas Penelitian ini merupakan bagian
kopi tergantung pada kadar air, stabilitas dari penelitian desain proses pengolahan

77
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)

kopi rakyat berbasis produksi bersih Setelah dilakukan pemisahan biji cacat
pada pengolahan semi basah kopi pada uji mutu fisik, biji kopi disangrai
robusta yang dilakukan sejak bulan untuk seterusnya dilakukan uji seduhan
Agustus hingga Desember 2010 di Pusat (cup test).
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(ICCRI), Jember. Sumber buah kopi Rancangan Percobaan
untuk perlakuan penelitian berasal dari Sampel yang digunakan pada
Kebun Kaliwining. Sebagai pembanding, penelitian ini terutama pada perlakuan
dilakukan analisis mutu terhadap biji minimisasi air menggunakan ulangan
kopi robustas hasil olah kering. Biji sebanyak 2 kali. Pada pengujian mutu
kopi olah kering dan biji kopi olah semi fisik ulangan dilakukan sebanyak 2 kali,
basah dari Kebun Sidomulyo dianalisis sedangkan pada uji seduhan, masing-
sebagai sampel kontrol perlakuan masing sampel dilakukan triplicate.
pengolahan yang dilakukan rakyat.
Masing-masing sampel biji kopi HS dan Bahan dan Alat
gelondong kering diambil sebanyak ± Bahan yang digunakan dalam uji
1,5 - 2 kg untuk pengujian mutu fisik mutu ini adalah air dan biji kopi robusta
dan uji seduhan (cup test). hasil pengolahan kering dan biji kopi
Biji kopi HS dan gelondong kering robusta hasil pengolahan semi basah dari
yang telah melalui proses penjemuran Kebun Kaliwining, Puslitkoka dan
dikupas menggunakan huller. Kemudian Kebun Sidomulyo dengan karakteristik
masing-masing diambil sampel sebanyak dan kode perlakuan sampel seperti
300 kg untuk pengujian mutu fisik. tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik bahan baku biji kopi


Kadar Air
No Kode Uraian Sumber Ukuran
(%)
1 K1C1 Air proses pengupasan dan pencucian : ± Kaliwining Kecil 12.3 ± 1.23
0.65 - 0.75 m3/ton dan ± 4.75 – 5.20 m3/ton
2 K1C2 Air proses pengupasan dan pencucian : ± Kaliwining Kecil 12.5 ± 1.22
0.65 - 0.75 m3/ton dan ± 3.78 – 3.85 m3/ton
3 K1C3 Air proses pengupasan dan pencucian : ± Kaliwining Kecil 12.5 ± 1.35
0.65 - 0.75 m3/ton dan ± 2.57 - 2.78 m3/ton
4 K2C1 Air proses pengupasan dan pencucian : ± Kaliwining Kecil 12.2 ± 1.02
0.65 - 0.75 m3/ton dan ± 4.75 – 5.20 m3/ton
pada panen rampasan
5 K2C2 Air proses pengupasan dan pencucian : ± Kaliwining Kecil 12.3 ± 1.16
0.65 - 0.75 m3/ton dan ± 3.78 – 3.85 m3/ton
pada panen rampasan
6 K2C3 Air proses pengupasan dan pencucian : ± Kaliwining Kecil 12.5 ± 1.23
0.65 - 0.75 m3/ton dan ± 2.57 - 2.78 m3/ton
pada panen rampasan
7 WP Perkiraan penggunaan total air proses ± 8 - Sidomulyo Kecil 12.5 ± 0.52
Sdmo 10 m3/ton
8 DP Proses olah kering Kaliwining Kecil 12.4 ± 1.58
Kwng
9 DP Proses olah kering Sidomulyo Kecil 14.7 ± 1.32
Sdmo

Alat-alat yang digunakan kg biji kopi HS per jam atau 6 – 7


meliputi huller kapasitas kecil 10 kg kopi gelondong kering per jam,
78
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90

ayakan lubang bulat berukuran 7,5 mm, signifikan. Sampel biji kopi olah basah
6,5 mm dan 5,5 mm dan 3 mm, neraca yang diambil dari Kebun Sidomulyo (WP
analitik, alat ukur kadar air yang telah Sdmo) awalnya masih berkadar air tinggi
dikalibrasi (digimost), nampan, roaster, (kering angin) dengan kadar air ± 60-
penggiling biji kopi, dan peralatan uji 70%. Pengeringan biji kopi hingga kadar
seduhan (cup test). air 12% dilakukan oleh eksportir (PT.
Indocom Citra Persada). Pada penelitian
Metoda Analisis ini, proses penjemuran kopi olah basah
Pengujian mutu fisik biji kopi dilakukan terlebih dahulu bersama
dilakukan dengan mengacu pada SNI No. sampel biji olah kering (DP Sdmo).
01-2907-2008, sedangkan uji cita rasa Biji kopi DP Sdmo umumnya
kopi (cup test) dilakukan oleh panelis ahli berasal dari buah pecah kulit (pemecahan
dan terlatih dari Pusat Penelitian Kopi buah dengan kneuzer sebelum dijemur).
dan Kakao Indonesia. Pengujian mutu Setelah dipecah, buah kopi dijemur di
fisik biji kopi robusta terdiri dari 3(tiga) atas alas plastik/terpal atau lantai jemur
tahap. Tahap pertama adalah penentuan semen. Lama penjemuran antara 5-10
mutu berdasarkan syarat umum biji kopi hari tergantung cuaca. Umumnya petani
yaitu ada tidaknya serangga hidup, biji mengakhiri penjemuran dengan perkiraan
berbau busuk dan berbau kapang, kadar tingkat kekeringan 13–15%, sehingga
air dan kadar kotoran. Tahap kedua sampel biji DP Sdmo memiliki kadar air
adalah penentuan ukuran biji (besar, tinggi (14,7%). Penjemuran kopi olah
sedang dan kecil). Tahap ketiga adalah kering Kebun Kaliwining (DP Kwng)
penentuan jenis dan jumlah cacat biji dilakukan lebih terkontrol. Pada saat
kopi. cuaca tidak memungkinkan, proses
pengeringan menggunakan pengering
mekanis, sehingga kadar air biji kopi
HASIL DAN PEMBAHASAN diusahakan pada tingkat aman dari
serangan jamur (12,5%).
Penentuan mutu kopi tahap pertama Menurut Ismayadi dan Zaenudin
berdasarkan syarat umum biji kopi (2003), olah kering dengan buah pecah
disajikan pada Tabel 1. Rata-rata biji kulit lebih higienis dan cepat
kopi yang digunakan pada penelitian ini dibandingkan olah kering biasa (tanpa
bebas dari keberadaan serangga hidup pemecahan buah). Akan tetapi pada
serta biji yang berbau busuk dan berbau daerah basah (sering terjadi hujan), proses
kapang. Kadar kotoran sampel tidak pengeringan buah pecah kulit rawan
melebihi 0,5%. Persyaratan kadar air biji kerusakan biji karena serangan jamur.
kopi dibahas lebih lanjut di bawah ini. Buah kopi yang dipecah tidak dapat
dijemur di atas permukaan tanah karena
Kadar Air akan menjadi kotor dan kusam. Setelah
Kadar air merupakan salah satu dijemur, kopi biasanya langsung dikupas
sifat fisik yang akan mempengaruhi mutu dengan mesin huller portabel atau yang
kopi, berkaitan dengan daya simpan dipasang pada rangka mobil.
untuk mencegah perubahan warna, Menurut Wibowo (1985), kadar air
tumbuhnya jamur dan mikroorganisme 12% dengan toleransi 1% merupakan
lainnya. Berdasarkan hasil analisis (Tabel batasan yang dapat menjamin keamanan
1.), kopi olah semi basah (K1C1 hingga selama penyimpanan. Enzim pada biji
K2C3) memiliki kadar air sampel antara kopi mengalami masa istirahat pada kadar
12% - 13%. Perlakuan minimisasi air air di bawah 13%. Kadar air aman untuk
pada proses pencucian tidak penyimpanan adalah 11,62% pada suhu
menunjukkan perbedaan kadar air secara 30oC atau 11,24% pada suhu 35oC

79
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)

(Atmawinata,1995). Sebaliknya biji klasifikasi cacat kopi meliputi; (a) adanya


dengan kadar air lebih rendah daripada benda asing yang bukan berasal dari kopi,
9% (terlalu kering) akan menyebabkan (b) adanya benda asing bukan biji kopi,
kerusakan cita rasa dan warna (Sivetz and seperti potongan kulit kopi, (c) bentuk
Desrosier, 1979). Dengan demikian, biji tidak normal dari segi kesatuannya
untuk menjamin kemantapan (integritasnya), (d) biji tidak normal dari
penyimpanan biji kopi, akan lebih baik visualisasinya seperti biji hitam dan (e)
apabila dilakukan pengeringan hingga biji tidak normal yang menyebabkan
kadar air maksimum sebesar 11%. cacat rasa setelah disangrai dan diseduh
(Anonim, 2006). Adapun nilai cacat kopi
Pengujian Mutu Fisik robusta terutama untuk ekspor sejak 1
Hasil analisis uji mutu fisik biji Oktober 2002 sesuai Program
kopi robusta berdasarkan SNI No. 01- Peningkatan Mutu Kopi (CQP), tidak
2907-2008 disajikan pada Tabel 2. boleh melebihi 150 dari 300 gram sampel
Berdasarkan standar ISO 10470:2004, (ICO, 2002).

Tabel 2. Hasil analisis uji mutu fisik kopi robusta


Jumlah Nilai Cacat
No Jenis Cacat
K1C1 K1C2 K1C3 K2C1 K2C2 K2C3 WSmo DKwg DSmo
1 1 biji hitam 4 11 7 9 16 23 8 21 32
2 1 biji hitam sebagian 15 9 16 17 19,5 25,5 9 3 33
3 1 biji hitam pecah 0 2,5 0,5 4 4,5 3,5 8,5 3 9
4 1 kopi gelondong 12 12 11 30 26 21 0 44 0
5 1 biji coklat 5,75 6 5 3 5,25 4 3,5 0,5 7,5
6 1 kulit kopi ukuran besar 0 4 0 0 0 0 1 0 0
7 1 kulit kopi ukuran 6,5 7 7 4 7,5 2,5 0 2 0,5
sedang
8 1 kulit kopi ukuran kecil 6,2 7,6 7,6 22,4 16,8 11 0,6 15,2 0,4
9 1 biji berkulit tanduk 7,5 6 4,5 6 1,5 8,5 9 0,5 0
10 1 kulit tanduk ukuran 0 0,5 0 0 0,5 0 5 0 0
besar
11 1 kulit tanduk ukuran 0 0,2 0 0 0,2 0 2,4 0 0
sedang
12 1 kulit tanduk ukuran 0 0,1 0,2 0 0,2 0 0,9 3,6 0
kecil
13 1 biji pecah 6,4 5 10,6 7,4 9 8 6,6 74,6 21,8
14 1 biji muda 7,2 5,8 7 6 7,2 12,2 1 8,2 4,6
15 1 biji berlubang satu 0,2 0 0 0,1 0,2 0,1 0 1,5 6,4
16 1 biji berlubang lebih dari 0,2 0 0,4 0 0,4 0,4 0,2 5 12,6
satu
17 1 biji bertutul-tutul 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 1 ranting, tanah atau batu 0 0 0 0 0 0 0 5 20
berukuran besar
19 1 ranting, tanah atau batu 0 2 0 2 0 0 0 10 0
berukuran sedang
20 1 ranting, tanah atau batu 0 1 2 0 1 0 0 2 4
berukuran kecil
Total Nilai 70,95 79,7 78,8 110,9 115,75 119,7 55,7 199,1 151,8
Kategori Mutu 4B 4B 4B 5 5 5 4A 6 6
Sumber: Data diolah (2010).

80
Berdasarkan penelitian Wibowo kopi. Jenis kerusakan yang dimulai sejak
(1985), jenis cacat atau kerusakan dalam dari kebun adalah jenis cacat biji
penelitian ini dibagi menjadi (1) berlubang, biji hitam dan biji muda.
kerusakan sejak dari kebun, (2) Persentase nilai cacat biji hitam pada
kerusakan selama pengolahan dan (3) masing-masing sampel disajikan pada
kontaminasi benda asing yang bukan biji Gambar 1.

Gambar 1. Persentase nilai cacat biji hitam

Biji hitam yang terjadi karena (Hardjosuwito, 1985). Persentase cacat


penyakit buah kopi dinilai sebagai cacat biji muda terutama berasal dari sampel
paling berat, karena aroma biji hitam ini Kebun Kaliwining, yang diperkirakan
sangat tidak menyenangkan dan rasanya terjadi karena terikutnya buah kopi muda
seperti kayu membusuk (Darmawan, pada proses pemetikan ataupun sortasi
1982 dalam Wibowo, 1985). Cacat biji buah merah yang kurang sempurna.
hitam meliputi cacat biji hitam, biji Cacat biji berlubang terutama
hitam sebagian dan biji hitam pecah. disebabkan oleh adanya serangan
Biji hitam yang pecah terjadi karena serangga, yaitu hama penggerek buah
proses pengolahan. Persentase cacat biji kopi (hama bubuk buah kopi)
hitam terbesar berasal dari sampel hasil (Hypothenemus hampei Ferr). Buah kopi
olah kering (DP Sidomulyo). Hal ini yang terserang hama bubuk akan
diperkirakan karena buah kopi pada mengering di tangkai atau jatuh ke tanah
proses pengolahan kering merupakan serta berlubang. Buah kopi yang
buah kopi sisa setelah pemetikan selektif terserang hama bubuk akan terlihat
untuk proses pengolahan semi basah. berwarna kuning kemerahan pucat
Cacat biji hitam dan biji muda seperti buah kopi masak, sehingga
berasal dari buah kopi muda. Buah yang setelah pengolahan menjadi cacat biji
masih muda dengan tingkat kematangan hitam. Biji berlubang dapat
tertentu jika diolah akan menghasilkan menyebabkan kerusakan mutu kimia.
biji kopi berwarna hitam keriput. Buah Persentase cacat biji berlubang terbesar
yang lebih tua menghasilkan biji hijau pada sampel DP Sdmo (Gambar 2).
keriput, sedangkan yang lebih tua lagi Cacat biji berlubang juga dapat timbul
menghasilkan biji hijau tidak keriput saat penyimpanan karena serangan

81
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)

serangga, terutama jika kadar air biji tinggi.

Gambar 2. Persentase nilai cacat biji muda dan biji berlubang

Jenis kerusakan kedua adalah dikategorikan sebagai biji cacat, karena


kerusakan selama pengolahan (Gambar jika disangrai bersama dengan biji utuh
3). Jenis cacat yang dapat terjadi karena kemungkinan akan memberikan rasa
pengolahan adalah biji pecah, biji terbakar pada kopi seduhan. Nilai cacat
bertutul-tutul, biji berkulit tanduk, biji biji pecah menempati persentase terbesar
coklat dan kopi gelondong. Biji pecah yang hampir terjadi di setiap sampel.

Gambar 3. Persentase nilai cacat pada biji karena pengolahan

Cacat biji pecah dan biji berkulit Sementara biji pecah adalah biji kopi
tanduk terjadi selama pengupasan kulit yang tidak utuh dengan besarnya sama
majemuk, yaitu jika kerja huller tidak atau kurang dari ¾ bagian biji yang utuh.
sempurna. Biji berkulit tanduk adalah Kerja mesin huller yang kurang
biji kopi yang masih terbungkus oleh sempurna dapat diakibatkan karena
kulit tanduk yang membungkus biji pengaruh kadar air biji kopi HS yang
tersebut dalam keadaan utuh maupun lebih dari 12%. Menurut Mulato dkk
besarnya sama dengan atau lebih besar (2006), mesin pengupas biji kopi HS
dari ¾ bagian kulit tanduk utuh. terutama dirancang untuk mengupas biji

82
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90

kopi HS dengan kadar air mendekati utuh maupun besarnya sama atau lebih
12%. Jika kadar air makin tinggi, dari ¾ bagian kulit majemuk yang utuh.
kapasitas pengupasan akan turun dan Kopi gelondong dapat terjadi pada saat
jumlah biji pecah akan sedikit pengupasan buah (pulping) yang tidak
meningkat. sempurna. Cacat kopi gelondong sangat
Cacat biji pecah juga dapat terjadi tidak disukai konsumen, karena rasa
pada saat proses pengupasan kulit buah pulp yang dominan. Menurut Sivetz dan
kopi (pulping). Menurut Wahyudi dkk Foote (1973), komponen terbesar pada
(1999), karakteristik fisik buah kopi pulp kopi adalah air dan serat kasar,
yang beragam dalam bentuk dan ukuran masing-masing 42,5 % dan 27,5%.
dapat menyebabkan terkupasnya kulit Selama pengeringan dan penyangraian
tanduk bersamaan kulit buah. Akibat air akan menguap dan serat kasar akan
kulit tanduk yang telah terkupas, biji terbakar, sehingga rasa yang dominan
kopi akan lebih cepat mengalami pada kopi seduhannya adalah rasa serat
kerusakan fisik maupun cita rasa terbakar.
daripada biji yang masih terbungkus Kelompok cacat pada biji kopi
kulit tanduk. Oleh karena itu proses berikutnya adalah adanya kontaminasi
sortasi buah berdasarkan ukuran dapat benda asing yang bukan termasuk kopi.
membantu mengurangi cacat biji karena Jenis cacat ini meliputi (1) cacat karena
pengolahan. adanya kulit tanduk baik berukuran
Biji coklat adalah biji kopi yang besar, sedang maupun kecil, (2) cacat
setengah atau lebih bagian luarnya karena adanya kulit kopi ukuran besar,
berwarna coklat. Biji coklat umumnya sedang maupun kecil dan (3) cacat
terjadi karena pengeringan yang tidak karena adanya ranting, tanah, batu
benar, buah terlalu masak atau berukuran besar, sedang maupun kecil.
fermentasi yang berlebihan (over Menurut Yusianto dan Mulato (2002),
fermented). Menurut Yusianto dan jika total cacat karena kontaminasi benda
Mulato (2002), kadar air awal biji yang asing mencapai 20-25%, maka biji kopi
beragam akan menyebabkan proses termasuk kategori kopi asalan. Adapun
pengeringan tidak sempurna, sehingga total cacat karena kontaminasi benda
terjadi cacat biji coklat. Oleh karena itu asing pada penelitian ini berkisar 11-
untuk menghindari terjadinya biji coklat, 28%. (Gambar 4). Hal ini
sebaiknya kadar air biji kopi dimungkinkan terjadi karena
diseragamkan terlebih dahulu misalnya pengambilan sampel dilakukan pada
dengan melakukan pengeringan awal biji kopi setelah proses pengeringan
(pre-drying) sebelum dimasukkan ke dan belum dilakukan sortasi. Untuk
pengering mekanis. menurunkan persentase cacat
Kopi gelondong adalah buah kopi kontaminasi benda asing dibutuhkan
kering yang masih terbungkus dalam sortasi akhir setelah proses
kulit majemuknya, baik dalam keadaan pengupasan kulit majemuk (hulling).

83
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)

Gambar 4. Total persentase cacat kontaminasi benda asing

Berdasarkan SNI 01-2907-2008, berukuran kecil berukuran kurang dari ½


kulit tanduk berukuran besar adalah kulit bagian kulit majemuk yang utuh.
tanduk yang terlepas atau tidak terlepas Persentase terbesar cacat kulit kopi
dari biji kopi yang berukuran lebih besar berasal dari sampel Kebun Kaliwining
dari ¾ bagian kulit tanduk utuh. Kulit (Gambar 4.), terutama yang mendapat
tanduk berukuran sedang yaitu kulit perlakuan minimisasi air saat proses
tanduk berukuran ½ sampai ¾ bagian pencucian. Kulit kopi dapat terikut pada
kulit tanduk utuh. Sedangkan kulit sampel sejak proses pengupasan buah
tanduk berukuran kecil yaitu kulit tanduk kopi (pulping) hingga proses pengupasan
berukuran kurang dari ½ bagian kulit kulit tanduk (hulling) karena minimnya
tanduk. Kulit tanduk ini diperkirakan air untuk pencucian. Melalui proses
berasal dari proses pelepasan kulit sortasi yang baik setelah proses
tanduk yang kurang sempurna (hulling). pengupasan kulit tanduk, kulit kopi
Persentase cacat adanya kulit tanduk umumnya dapat dipisahkan dari biji
terbesar terdapat pada sampel yang kopi, sehingga tidak akan mempengaruhi
berasal dari Kebun Sidomulyo (WP rasa kopi seduhan.
Sdmo) (Gambar 4.). Hal ini seiring Kandungan benda asing ranting,
dengan persentase terbesar biji berkulit tanah, batu yang berukuran besar,
tanduk juga terdapat pada sampel WP sedang dan kecil termasuk cacat
Sdmo (Gambar 3.) kontaminasi benda asing. Ranting,
Kontaminasi benda asing lainnya tanah, batu dikategorikan berukuran
adalah karena adanya kulit kopi ukuran besar jika memiliki panjang atau
besar, sedang dan kecil. Berdasarkan diameter lebih dari 10 mm. Ranting,
SNI, kulit kopi berukuran besar adalah tanah, batu termasuk berukuran sedang
kulit majemuk (pericarp) dari kopi dan kecil jika memiliki panjang atau
gelondong dengan atau tanpa kulit ari diameter 5 mm – 10 mm dan kurang dari
(silver skin) dan kulit tanduk 5 mm. Sampel hasil pengolahan kering
(parchment) di dalamnya yang (DP Sdmo dan DP Klwng) memiliki
berukuran lebih besar dari ¾ bagian kulit persentase cacat kandungan benda asing
majemuk utuh. Sedangkan kulit kopi ranting, tanah dan batu terbesar
berukuran sedang, apabila ukurannya di dibandingkan sampel pengolahan semi
antara ½ sampai dengan ¾ bagian kulit basah. Kandungan ranting pada biji kopi
majemuk yang utuh. Kulit kopi dimungkinkan terjadi karena pada

84
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90

pengolahan kering tidak ada perlakuan telah ada meskipun masih belum dapat
sortasi sebelum penjemuran. distandarisasi.
Kontaminasi tanah dan batu dapat Pengujian Citarasa Biji Kopi Robusta
terjadi selama proses penjemuran yang Pelaksanaan uji cita rasa pada
umumnya menggunakan terpal sebagai penelitian ini dilakukan oleh panelis ahli
alas di atas permukaan tanah. dan terlatih dari Pusat Penelitian Kopi
Menurut Yusianto dan Mulato dan Kakao, Jember. Uji cita rasa kopi
(2002), penilaian biji kopi berdasarkan robusta terstandar meliputi pengujian
sifat fisik tidak sepenuhnya dapat fragrance, aroma, flavor, body,
menjamin mutu seduhan, tetapi dapat bitterness, astringency, aftertaste, clean
mengantisipasi sebagian besar cacat cup, balance dan preference. Fragrance
citarasa seduhan kopi. Kesalahan- adalah aroma kopi sangrai sebelum
kesalahan prakiraan citarasa seduhan ditambahkan air. Adapun aroma dinilai
kopi berdasarkan sifat fisik dapat setelah kopi sangrai ditambahkan air
diperkecil dengan uji seduhan (cup test). panas ke dalam cangkir seduhan. Biji
Bagaimanapun, hasil olahan akhir kopi kopi merupakan bahan dasar utama
adalah berupa seduhan, sehingga uji seduhan kopi. Hasil uji cita rasa biji
seduhan merupakan pelengkap yang kopi robusta selengkapnya disajikan
sangat penting dari semua cara uji yang dalam Gambar 5., Gambar 6.,
Gambar 7. dan Gambar 8.

Gambar 5. Uji organoleptik untuk fragrance dan aroma kopi robusta

Fragrance dan aroma kopi robusta tertinggal di pohon hingga habis untuk
cenderung meningkat karena perlakuan memutus siklus hidup hama bubuk buah.
olah semi basah. Perlakuan minimisasi Menurut Ciptadi dan Nasution
air menunjukkan terjadinya peningkatan (1985), (Mulato dkk, 2006), perlakuan
kualitas dan intensitas fragrance maupun saat panen dapat mempengaruhi mutu
aroma kopi sangrai kecuali pada ulangan kopi. Buah kopi yang dipanen saat
kedua (K2). Perbedaan ini diperkirakan panen rampasan diperkirakan memiliki
karena biji kopi (K2) berasal dari biji karakteristik mutu berbeda dengan buah
kopi yang dipanen pada saat panen kopi yang dipanen saat panen raya.
rampasan atau racutan. Panen rampasan Meskipun pada analisis mutu fisik, tidak
yaitu pemetikan seluruh buah kopi yang ditemukan perbedaan cacat yang

85
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)

signifikan antara ulangan 1 dan ulangan cenderung lebih tinggi daripada Kopi
2, akan tetapi pada uji seduhan Kaliwining. Menurut Sivetz and
menunjukkan adanya perbedaan. Foote (1973); Ciptadi dan Nasution
Hasil uji seduhan untuk flavour (1985), bitter adalah rasa pahit yang
dan body (Gambar 6.) menunjukkan tidak enak seperti kina. Bitter
pola yang tidak jauh berbeda dengan uji merupakan ciri khas kopi robusta
fragrance dan aroma. Kualitas dan karena kandungan kaffein yang tinggi
intensitas flavour serta nilai body dan aromanya yang tidak sekuat
cenderung meningkat pada perlakuan arabika. Kaffein mempunyai rasa
K1C3, meskipun perbedaannya tidak pahit, warna putih serta merupakan
signifikan. Menurut Sulistyowati (2001), alkaloid penting dalam obat-obatan
kopi robusta memiliki body yang lebih sebagai bahan perangsang.
tinggi meskipun aroma dan perisanya Umumnya makin kecil kadar kafein
lebih rendah dibandingkan kopi arabika. makin enak rasa kopi.
Nilai bitterness pada Kopi Sidomulyo

Gambar 6. Uji seduhan untuk flavour, body dan bitterness kopi robusta

Pengolahan semi basah dapat Timur. Pengolahan kering yang kurang


meningkatkan cita rasa clean dan bright. baik dapat menimbulkan cacat cita rasa,
Keasamannya lebih terasa dibanding seperti earthy, mouldy dan musty. Akan
kopi olah kering (Sulistyowati, 2001). tetapi bila pengolahan cara kering
Akan tetapi jika pengolahan kurang baik, dilakukan dengan baik, dapat
akan menimbulkan cacat cita rasa seperti menghasilkan body lebih tinggi (Sivetz
sour dan fermented. Kopi hasil olah & Desrosier, 1979).
kering umumnya menghasilkan biji kopi Terdapat perbedaan pola karena
dengan mutu tidak konsisten. Cita pengolahan semi basah antara biji kopi
rasanya akan lebih baik bila sebelum Kaliwining dan Sidomulyo. Pengolahan
pengeringan buah dipecah terlebih semi basah pada biji kopi Kaliwining
dahulu (Illy dan Viani, 1995 dalam menyebabkan terjadinya penurunan
Sulistyowati, 2001), seperti yang bitternes dan peningkatan body kecuali
dilakukan kebanyakan petani di Jawa pada kopi yang berasal dari panen

86
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90

rampasan, meskipun perubahannya tidak Sweet Maria’s Coffee Glossary mengacu


signifikan. Sebaliknya, pada biji kopi pada flavor kopi yang bebas dari cacat
Sidomulyo hasil pengolahan semi basah dan tercemar. Misalnya bebas dari flavor
menunjukkan peningkatan bitterness dan buah terfermentasi, bebas dari aroma
body dengan perubahan cukup tanah dan aroma kuat yang timbul dari
signifikan. Akan tetapi, body yang cacat biji kopi.
merupakan ciri khas kopi robusta, rata- Pengolahan semi basah dapat
rata menunjukkan peningkatan karena menurunkan nilai astringency kopi
pengolahan semi basah. seduhan. Hal ini diperkirakan terjadi
Uji seduhan juga dilakukan pada seiring penurunan bitternes melalui
parameter astringency, aftertaste dan proses pengolahan semi basah.
clean cup (Gambar 7.). Menurut Pengolahan semi basah tidak merubah
Ciptadi dan Nasution (1985), astringent kualitas dan intensitas aftertaste pada
adalah flavor yang menyebabkan wajah kopi Kaliwining. Intensitas aftertaste
mengkerut karena pahit. Aftertaste kopi Sidomulyo juga tidak menunjukkan
adalah suatu rasa yang tertinggal dimulai perubahan, akan tetapi kualitas aftertaste
lebih lama dari biasanya setelah cenderung meningkat karena pengolahan
meminum kopi. Clean cup menurut semi basah.

Gambar 7. Uji seduhan untuk astringency, aftertaste dan clean cup

Terdapat perbedaan pola atribut fermentasi yang masih menempel di


clean cup antara Kopi Sidomulyo dan kulit tanduk. Apabila air pencucian yang
Kaliwining (Gambar 7.). Pengolahan digunakan banyak maka lapisan lendir
semi basah menurunkan nilai clean cup serta kotoran yang masih menempel
pada Kopi Kaliwining, sebaliknya pada biji kopi akan terbuang hingga
meningkatkan atribut clean cup Kopi menimbulkan kesan bersih pada biji
Sidomulyo. Hal ini diperkirakan karena kopi. Sebaliknya jika air yang digunakan
proses pencucian Kopi Sidomulyo yang kurang, maka lendir dan kotoran
menggunakan air lebih banyak cenderung masih menempel pada biji
dibandingkan perlakuan minimisasi air kopi.
pada Kopi Kaliwining. Proses Parameter cita rasa kopi robusta
pencucian bertujuan untuk berikutnya adalah balance dan
menghilangkan sisa lendir hasil preference (Gambar 8). Balance pada

87
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)

cup test menunjukkan adanya pada kopi seduhan. Preference


keharmonisan ataupun keseimbangan menunjukkan kesukaan ataupun
terminologi rasa yang jelas dan sulit kecenderungan terhadap kopi
untuk diungkapkan. Keharmonisan juga seduhan. Atribut preference dapat
menunjukkan adanya proporsionalitas digunakan untuk menggambarkan
dalam kualitas dan karakter yang keinginan atau pemilihan konsumen
mild/ringan tanpa adanya dominasi secara umum terhadap mutu kopi
(Sweet Maria’s Coffee Glossary, Tanpa seduhan. Hasil penilaian atribut
Tahun). Keseimbangan merupakan balance dan preference seduhan
kombinasi antara flavor dan sensasi robusta selengkapnya disajikan pada
tekstural atau antara aftertaste dan flavor Gambar 8.

Gambar 8. Uji seduhan untuk balance dan preference kopi robusta

Penilaian atribut balance dan hanya pada karakteristik fisik ataupun


preference menunjukkan pola seragam sensorik, ketiadaan dari rasa yang tidak
(Gambar 8). Terdapat kecenderungan menyenangkan (mouldy, earthy,
dari panelis ahli untuk memilih kopi fermented ataupun chemical), namun
hasil pengolahan semi basah. Perlakuan terdapat pertimbangan keamanan (tidak
minimisasi air pada proses pencucian biji adanya kontaminan) serta aspek
kopi yang menurunkan kesan clean cup lingkungan (organik). Meskipun
pada kopi Kaliwining tidak penilaian secara sensorik cenderung
mempengaruhi preference panelis. bersifat subyektif dan lebih sering
Bahkan terdapat kecenderungan panelis diterapkan pada kopi arabika, tetapi uji
memilih kopi seduhan dari biji kopi cita rasa kopi robusta diharapkan dapat
dengan perlakuan air pencucian minimal membantu petani kopi. Terutama untuk
(C3). mengetahui pengaruh perlakuan
Kualitas secara umum lebih pengolahan semi basah terhadap mutu
bermakna praktis yaitu kemampuan dari kopi seduhan sebagai produk akhir dari
suatu produk untuk memuaskan kopi.
konsumen. Pemahaman kualitas biji
kopi saat ini telah berkembang tidak

88
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:76-90

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Penentuan mutu biji kopi dapat Anonim. 2008. Indonesia bertekad


ditentukan berdasarkan kadar air, mutu jadi produsen kopi unggulan.
fisik dan cita rasa. Kadar air merupakan Kapanlagi.com tanggal 19
atribut yang penting dan menjadi Maret 2008.
indikator bagi kualitas terutama bagi Anonim. 2007. Profil Koperasi
penjual dan penyangrai kopi. Kadar air Serba Usaha (KSU) Buah
biji kopi robusta sebaiknya diusahakan Ketakasi. KSU Buah Ketakasi
maksimum 11% untuk kemantapan Desa Sidomulyo, Kecamatan
proses penyimpanan. Meskipun Silo, Jember.
penilaian mutu fisik biji kopi tidak
sepenuhnya dapat menjamin mutu Anonim. 2006. Central American
citarasa, tetapi dapat mengurangi cacat and Dominican Republic Coffee
citarasa seduhan kopi. Sebaliknya, Quality Program (CADR QCP).
kesalahan-kesalahan prakiraan citarasa Final Report. Chemonics
seduhan kopi berdasarkan sifat fisik International Inc., USA of
dapat diperkecil dengan uji seduhan (cup International Development.
test). Meskipun penilaian sensorik Anonim. Tanpa Tahun. ICO
cenderung bersifat subyektif, tetapi uji improving quality. ICO,
citarasa menunjukkan adanya pengaruh England.
perlakuan olah semi basah terhadap http://www.ico.org/improving_q
mutu kopi seduhan sebagai produk akhir uality.asp. 20 Desember 2010.
dari kopi. Secara umum perlakuan olah
semi basah yang diiringi pemetikan Atmawinata, O. 1995. Kadar air
selektif pada buah kopi dapat yang aman bagi penyimpanan
meningkatkan mutu fisik maupun biji kopi. Pelita Perkebunan
citarasa dari biji kopi. 1995, 11(1), 38-44.
Ciptadi, W. dan M. Z. Nasution.
1985. Pengolahan Kopi.
UCAPAN TERIMA KASIH Agroindustri Press, Jurusan
Teknologi Industri Pertanian
Penulis mengucapkan terima IPB.
kasih kepada seluruh karyawan Lab.
Pengujian Mutu dan Unit Pasca Panen Clifford, M.N and K.C. Willson.
Pusat Penelitian Kopi Kakao, Jember 1985. Coffee Botany,
(Mbak Indah, Mas Yaya, Mas Mono, Biochemistry, and Production of
Pak Kholik dll) serta para staf Beans and Beverage. Croom
peneliti dan karyawan Pusat Helm, London.
Penelitian Kopi Kakao (Ir. Yusianto, Cortez, J.G. and H.C. Menezez. 2000.
Ir. Sulistyowati, Dr. Surip Mawardi, Recent Developments in Brazilian
Ir. Cahya Ismayadi, M.Sc, Sukrisno Coffee Quality: New Processing
Widyotomo, S.TP, M.Si, Edi Systems, Beverage Characteristics and
Suharyanto, S.TP, M.P, Dwi Consumen Preferences. Dalam T.Sera,
Nugroho, S.P, Novie Pranata C.R. Soccol, A.Pandey and S.
Erdiansyah, S.P) yang telah bersedia Roussos. (ED). Coffee Biotechnology
membantu, memberikan saran serta and Quality. Proceedings of The 3rd
menjadi panelis dalam penelitian ini International Seminar on
sehingga penelitian ini dapat Biotechnology in The Coffe Agro-
diselesaikan. Industry, Londrina, Brazil, 339-346.

89
Mutu Biji Kopi Rakyat (Elida Novita, Rizal Syarief, Erliza Noor, Sri Mulato)

Hardjosuwito, B. 1985. Biji kopi asal Sivetz, M. and H.E. Foote. 1973.
buah hijau dinilai dengan sistem Coffee Processing Technology.
nilai cacat. Menara Perkebunan Vol I. AVI Publ. Inc.,
1985, 53(3), 96-100. Connecticut.
Heuman, J. 1994. Coffee quality, a Sivetz, M. and N.W. Desrosier. 1979.
search for definition. Tea and Coffee Technology. AVI
Coffee Trade Journal. Publ.Co.Westpert, Connecticut.,
(http://www.allbusiness.com/manu 637 p.
facturing/food-manufacturing- Sulistyowati. 2001. Faktor yang
food-coffee-tea/431070-1.html). berperan terhadap cita rasa
19 Februari 2011. seduhan kopi. Warta Pusat
Ismayadi, C. dan Zaenudin. 2003. Pola Penelitian Kopi dan Kakao
produksi, infestasi jamur dan Indonesia 2001, 17(2), 138-148.
upaya pencegahan kontaminasi Sweet Maria’s. Tanpa Tahun. Sweet
ochratoxin-A pada kopi Indonesia. Maria’s Coffee Glossary.
Warta Pusat Penelitian Kopi dan www.sweetmarias.com/dictionary.
Kakao Indonesia 2003, 19(1), 45-
php?. 15 Februari 2011.
60.
Wahyudi, T., O. Atmawinata, C.
Leroy, T., F. Ribeyre, B. Bertrand, P. Ismayadi dan Sulistyowati. 1999.
Charmetant, M. Dufour, C. Kajian pengolahan beberapa
Montagnon, P.Marraccini and D. varietas Kopi Jawa pengaruhnya
Pot. 2006. Genetics of coffee terhadap mutu. Pelita Perkebunan
quality. Mini Review. Brazilian J. 1999, 15(1), 56-67.
Plant Physiol. 18(1): 299-242.
Wibowo, W. 1985. Evaluasi
Salla, M.H. 2009. Influence of karakteristik berbagai jeni biji
genotype, location and processing
kopi cacat dan sifat organoleptik
methods on the quality of coffee seduhannya. Skripsi. Fakultas
(coffea arabica L.). Thesis. School Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
of Graduate Studies Hawassa
University, Hawassa. Ethiopia. Yusianto dan S. Mulato. 2002.
Pengolahan dan Komposisi
Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi Kimia Biji Kopi: Pengaruhnya
Internasional dan Indonesia. terhadap Cita Rasa Seduhan.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Materi Pelatihan Uji Cita Rasa
Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia, Jember.

90

Anda mungkin juga menyukai