Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331983235

Pengaruh Tingkat kematangan Sangrai terhadap Mutu Kopi Libtukom yang


Dihasilkan Effect Of Roasting Degree On The Produced Libtukom Coffee
Quality

Conference Paper · October 2016

CITATIONS READS

0 2,377

4 authors, including:

Mursalin Murod Dewi Fortuna


Universitas Jambi Universitas Jambi
28 PUBLICATIONS   15 CITATIONS    8 PUBLICATIONS   10 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

MUCILAGE EXTRACTION PROCESS FROM PURPLE YAM’S View project

Pemurnian MDAG dengan metode CDT View project

All content following this page was uploaded by Mursalin Murod on 25 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengaruh Tingkat kematangan Sangrai terhadap Mutu Kopi Libtukom yang
Dihasilkan
Effect Of Roasting Degree On The Produced Libtukom Coffee Quality
Ruwanto1, Mursalin2, D. Fortuna2
1
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi
2
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi
Kampus Pondok Meja,Jambi 36364
Email: Ruwantostp@gmail.com

Abstract -- The aimed of this research to know relation between temperature and roasting time, also to know
about the quality characteristic Libtukom coffee on the roasted bean color, moisture content, caffeine
content, and the effect on the organoleptic on roast degree light, medium and dark . The process of Libtukom
coffee roasting was did by using horizontal cylinder rotating roaster with roast temperature 165 oC, 180oC,
195oC and 210oC. The parameters were observed in this research of roasting time, color of roasted coffee
beans (CIE-L*a*b*), moisture content, caffeine content, coffee powder color, aroma, taste, overall acceptance
and comparative tests. The results showed that there is negative relations between temperature (x) and
••••
roasting time (y) by following regression equation power. Light roast equation is • = • ••, ; medium roast
!.•••• #.••••
• = • ••," -11,5and dark roast • = • ••, . Light roast produce dark moderate orange, water content between
2,51-2,59% and caffein content between 1,23-1,32%. Medium roast produce very dark desaturated orange,
water content between 2,02-2,21%and caffein content between 1,19-1,25%. Dark roast produce very dark
grayish red, water content between 1,73-1,87%and caffein content between 1,15-1,19%. Three roasting
degree significantly effected thepowder color but did not effect the aroma, taste and overall acceptance.
Based on comparative tests of dark roast coffee has better flavor than AAA coffee and Kerinci coffee.

Keywords: equation, Libtukom-coffee, roasting.

I. PENDAHULUAN tersebut dijual kepada pedagang besar untuk


diekspor ke Negara Malaysia (Diana, 2014).
Kopi varietas Liberika Tungkal Komposit Upaya untuk pengembangan produk kopi
(Libtukom) merupakan kopi khas Provinsi Jambi Libtukom yaitu melalui konversi biji kopi kering
yang berasal dari Kabupaten Tanjung Jabung menjadi kopi bubuk. Tahapan utama dalam
Barat dan telah ditetapkan sebagai varietas bina pembuatan kopi bubuk adalah proses
melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik penyangraian. Proses penyangraian tersebut
Indonesia No. 4968/Kpts/SR.120/12/2013 sangat menentukan citarasa minuman kopi yang
tanggal 6 Desember 2013 (Gusfarina, 2014). dihasilkan. Ruku et al. (2006) menyebutkan
Kopi Libtukom merupakan salah satu jenis kopi bahwa biji kopi sebelum disangrai belum
kelompok kopi Liberoid (Coffea liberica) dengan mempunyai karakter citarasa khas, tetapi hanya
spesies Coffea liberica Bull ex. Hiern (Baon et mengandung senyawa-senyawa calon pembentuk
al., 2012). citarasa, dimana karakter cita rasa kopi akan
Pemasaran kopi Libtukom umumnya masih terbentuk setelah biji kopi disangrai.
dalam bentuk biji kopi kering. Biji kopi kering
Penyangraian merupakan tahapan yang sangat panci, sendok, saringan 60 mesh, baskom,
bergantung pada waktu dan suhu (Clarke, 1987; stopwatch, nampan, kipas angin, desikator labu
Hernandez et al., 2008). Selama proses ukur, corong pemisah dan spektrofotometer
penyangraian terjadi perubahan fisik seperti Uv/Vis.
pengembangan volume biji dan perubahan kimia
biji karena reaksi maillard. Reaksi maillard B. Proses Penyangraian
merupakan kunci dari pembentukan aroma dan Proses penyangraian dilakukan dengan
citarasa, reaksi tersebut menghasilkan senyawa menggunakan penyangrai tipe silinder horizontal
volatile yang berkontribusi terhadap aroma dan dengan putaran silinder dilakukan secara manual
senyawa non volatile yang berkontribusi terhadap dengan putaran 67-70 putaran per menit. Sumber
penampakan dan rasa (taste) (Buffo dan Cardelli- panas berasal dari api kompor gas LPG. Suhu
Feire, 2004). ruang silinder sangrai dipantau dengan
Industri kopi bubuk mengenal tiga tingkat thermometer probe (digiticez DT03) yang bagian
kematangan sangrai, yaitu kematangan ringan sensornya dimasukan kedalam ruang silinder
(light roast), menengah (medium roast) dan gelap sangrai. Thermometer tersebut mampu mengukur
(dark roast) (Buffo dan Cardelli-Feire, 2004; suhu -50oC - 300oC. Alat sangrai terbuat dari
Somporn et al., 2011). Penyangraian dapat stainless stell yang memiliki dimensi PxLxT
dilakukan pada suhu 160-200oC selama 10-12 (50cm x 49cm x 35cm), dengan panjang silinder
menit (Nugroho et al., 2009). Somporn et al. sangrai 25cm dan diameter 20cm. Alat sangrai
(2011) pada penyangraian kopi Arabika, tingkat dapat dipisahkan antara bagian silinder dan
sangrai light roast didapatkan pada suhu 230oC bagian alas untuk mempermudahkan penuangan
selama 12 menit, medium roast pada suhu 240oC biji yang telah matang. Adapun sketsa alat
selama 14 menit, dan dark roast pada suhu 250oC sangrai disajikan pada Gambar 1 .
selama 17 menit. a
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan
karakteristik warna biji sangrai, kadar air, kadar
kafein kopi sangrai Libtukom, mengetahui
hubungan antara suhu dan waktu penyangraian
pada tiga tingkat kematangan sangrai yang
berbeda serta mengetahui pengaruh tiga tingkat
kematangan sangrai terhadap penilaian
organoleptik dan penilaian kopi Libtukom
dengan beberapa produk kopi komersial di kota
Jambi.
b
II. METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah biji kopi kering Libtukom diperoleh
dari Desa Parit Tomo Kelurahan Mekar Jaya,
Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Provinsi Jambi. Serta bahan analisa yaitu c
kafein standar, tetrachloride (CCl4), aquades,
Na2CO3.
Alat yang digunakan adalah penyangrai
silinder horizontal statis, perangkat kompor gas,
Gambar 1. Sketsa alat sangrai (skala 1:10). (a)
mesin pembubuk (disk mill), kamera digital (12
Tampak samping, (b) Tampak depan, (c)
mega pixel), Cie LAB box, timbangan analitik, Tampak bagian dalam
cawan alumunium, oven, gelas ukur,
thermometer probe (Digiticez DT03), gelas piala,

72 Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI Tahun 2016


Penyangraian dilakukan pada empat tingkat penerimaan keseluruhan. Minuman kopi
suhu yaitu 165, 180, 195 dan 210oC. Tiap suhu menggunakan uji hedonik terhadap minuman
tersebut dilakukan 3 kali penyangraian untuk kopi yang paling disukai akan diuji bandingkan
menghasilkan tiga kematangan sangrai yaitu dengan minuman kopi dari beberapa merk
light roast, medium roast dan dark roast. komersial di kota Jambi.
Masing-masing tingkat kematangan sangrai,
untuk setiap suhu penyangraian dilakukan C. Analisis Data
pengulangan sebanyak 3 kali sehingga Data pada parameter lama penyangraian,
didapatkan 36 satuan percobaan. warna, kadar air dan kadar kafein dianalisis
Bahan baku sebanyak 500 gr hasil sortasi biji secara deskriptif. Beberapa parameter yang
kopi Libtukom kering, sebelum disangrai diukur dipilih akan dicari model persamaan hubungan
kadar airnya terlebih dahulu. Pada awal proses antar variabel yang terkait. Hasil uji organoleptik
penyangraian api kompor diatur pada tingkat metode skalar maupun hedonik dianalisis statistik
panas maksimum, setelah suhu ruang sangrai menggunakan sidik ragam pada taraf 5% dan di
tercapai nyala api kompor baru diatur sesuai analisis lanjut dengan Duncan’s New Multiple
dengan perlakuan. Suhu penyangraian di ruang Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil
silinder dijaga konstan pada setiap perlakuan analisis uji banding secara organoleptik dianalisis
dengan cara mengatur besar kecilnya api kompor. menggunakan tabel jumlah terkecil untuk
Proses penyangraian akan dihentikan jika warna menyatakan beda terhadap uji pasangan respon
biji sangrai telah sama dengan warna referensi berarah pada taraf 5%.
sesuai dengan tingkat kematangan yang
diinginkan sesuai (Tabel. 1). D. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati yaitu lama
TABEL I penyangraian, warna biji sangrai dengan metode
WARNA REFERENSI STANDAR SANGRAI yang dilakukan (Leon et al., 2006), kadar air
dengan metode yang dilakukan (Sudarmadji et
Kode Tilea Warnab al., 1984), kadar kafein menggunakan metode
#85 yang dilakukan (Tautua et al., 2013) dan Uji
organoleptik metode (Setyaningsih et al,. 2010).
#65
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
#45
A. WaktuSangrai
Sumber: aRoast magazine (2010); b
HunterLab Suhu sangrai yang ditetapkan dicapai setelah
(2014) proses pemanasan berlangsung selama 11 menit
Jika kematangan biji kopi telah tercapai, api untuk suhu 165oC, 14 menit untuk suhu 180oC,
kompor dimatikan dan biji kopi dituang dalam 17 menit untuk suhu 195oC dan 21 menit untuk
nampan untuk dilakukan pendinginan cepat suhu 210oC. Suhu ruang silinder sangrai
dengan cara pengadukan dan penghembusan dipertahankan agar selalu konstan. Setelah suhu
menggunakan kipas angin. Selanjutnya sebagian ruang silinder sangrai tercapai sesuai dengan
dari kopi dikemas untuk dilakukan pengujian perlakuan suhu tersebut dipertahankan selalu
warna dan sebagian lagi biji kopi dibubukkan konstan selama proses penyangraian sampai
menggunakan disk mill sehingga dihasilkan kopi diperoleh biji sangrai sesuai tingkat kematangan
bubuk yang lolos saringan ukuran 60 mesh. yang diinginkan. Suhu ruang silinder sangrai
Terhadap kopi bubuk tersebut akan diukur kadar diukur menggunakan thermometer probe
air, kadar kafein, uji skalar warna bubuk dan (digiticez DT03) yang telah dikalibrasi dengan
sebagian akan diseduh menjadi minuman untuk thermometer air raksa standar. Rata-rata waktu
uji hedonik dengan perbandingan 10gr bubuk untuk menghasilkan tingkat kematangan light
dalam 100ml air. roast, medium roast dan dark roast pada berbagai
Pengujian organoleptik dilakukan terhadap suhu yang ditetapkan disajikan pada Tabel 2.
hedonik rasa, hedonik aroma dan hedonik Mulato (2003) menerangkan bahwa waktu
penyangraian sangat bergantung pada intensitas

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi, 31 Oktober 2016 73


panas yang masuk kedalam biji dan tingkat senilai 11,4 siklus log (menit). Tingkat
kematangan sangrai yang ingin didapatkan. kematangan medium roast, memenuhi persamaan
Proses pirolisis juga dapat mempengaruhi waktu /.&'()
regresi y=6E+27x-11,5 atau % = ++,0 yang berarti
sangrai. Apabila penyangraian telah melewati *
proses pirolisis, biji kopi yang disangrai akan bahwa dalam rentang suhu 165-210oC setiap
lebih cepat mengalami perubahan fisik maupun kenaikan suhu penyangraian 1oC akan
perubahan kimia yang meliputi perubahan menurunkan logaritmik waktu penyangraian
bentuk, ukuran dan warna biji serta terjadinya senilai 11,5 siklus log (menit). Sedangkan untuk
dekomposisi biji. Menurut Vincent (1987) dan tingkat kematangan dark roast, memenuhi
Mulato (2002) Proses pirolisis saat penyangraian persamaan regresi y=9E+27x-11,4 atau % =
1.&'()
ditandai dengan munculnya gas CO2 atau yang berarti bahwa dalam rentang suhu 165-
* ++,-
munculnya asap dalam jumlah banyak di dalam 210 C setiap kenaikan suhu penyangraian 1oC
o
silinder sangrai. Hubungan antara suhu dan akan menurunkan logaritmik waktu penyangraian
waktu sangrai dalam mencapai tiga tingkat senilai 11,4 siklus log (menit). Hal tersebut
kematangan sangrai disajikan pada Gambar 2. menunjukan bahwa tingkat kematangan medium
400
light roast sangat peka terhadap perubahan suhu.
y = 9E+27x-11.47
medium
Waktu Sangnrai

300 R² = 0.9977
dark B. Warna Biji Sangrai
y = 6E+27x-11.53
(Menit)

200 R² = 0.9926 Hasil penelitian menunjukan bahwa


kombinasi nilai L*a*b* light roast menghasilkan
y = 1E+27x-11.44
100 R² = 0.9803 warna biji sangrai dark moderate orange,
medium roast menghasilkan warna Very dark
0
150 165 180 195 210
desaturated orange, dan dark roast menghasilkan
Suhu Penyangraian (oC) warna Very Dark Grayish Red. Kurva perubahan
nilai L*a*b* setiap tingkat kematangan sangrai
Gambar 2. Hubungan antara suhu dan waktu sangrai
pada berbagai suhu penyangraian yang diamati
pada tiga tingkat kematangan sangrai.
disajikan pada Gambar 3.
Gambar 2 menunjukan bahwa antara suhu dan Gambar 3 menerangkan bahwa nilai L* dan b*
waktu penyangraian berkorelasi negatif, bahwa pada setiap suhu penyangraian cenderung terus
naiknya suhu penyangraian akan diikuti menurun seiring dengan penyangraian semakin
penurunan waktu sangrai. Penurunan waktu gelap. Sedangkan nilai a* mengalami
sangrai sebagai akibat dari pengaruh suhu peningkatan ketika sampai pada kematangan
penyangraian pada tiga tingkat kematangan light roast akan tetapi selanjutnya cenderung
sangrai kopi Libtukom cenderung mengikuti turun jika dilanjutkan pada tingkat kematangan
persamaan power, dimana x adalah suhu sangrai medium dan dark. Selain itu perlakuan
penyangraian dalam (oC), dan y adalah lama suhu penyangraian tidak berpengaruh nyata
penyangraian dalam (menit). Tingkat terhadap nilai L*, a* dan b* yang ditunjukan oleh
kematangan light roast, memenuhi persamaan berhimpitnya kurva hubungan antara suhu
&'() penyangraian dengan masing-masing parameter
regresi y=1E+27x-11,4 atau % = * ++,- yang berarti nilai warna untuk semua tingkat kematangan
bahwa dalam rentang suhu 165-210oC setiap sangrai.
kenaikan suhu penyangraian 1oC akan
menurunkan logaritmik waktu penyangraian
TABEL II
RATA-RATA WAKTU PENYANGRAIAN KOPI LIBTUKOM BERDASARKAN SUHU PENGAMATAN
DAN TIGA TINGKAT KEMATANGAN SANGRAI
o Waktu Sangrai (menit)
Suhu ( C)
Light Medium Dark
165 47,15 ± 3,63 192,55 ± 1,78 346,76 ± 1,59
180 23,42 ± 2,55 56,16 ± 1,80 126,26 ± 2,13
195 9,21 ± 3,40 27,40 ± 1,95 55,98 ± 1,91
210 2,96 ± 0,80 11,22 ± 2,30 21,02 ± 0,47

74 Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI Tahun 2016


enzimatis terjadi karena polimerisasi antara salah
60 L* Suhu 165 satu substansi yang mengandung nitrogen
55 Suhu 180
Suhu 195 (protein, peptida, asam amino, serotonin dan
50
Suhu 210 trigonellin) dengan gula pereduksi. Somporn et
45
L*

40
al. (2011) menambahkan perubahan warna juga
35 disebabkan karena adanya kerusakan pigmen
30 akibat proses pemanasan.
25
20 C. Kadar Air
green light medium dark Histogram rata-rata kadar air tiga tingkat
Tingkat Kematangan kematangan sangrai kopi Libtukom disajikan
pada Gambar 4.

13 a* Suhu 165 3.0 Suhu 165 Suhu 180 Suhu 195 Suhu 210
Suhu 180
2.5
11 Suhu 195

Kadar Air (%)


Suhu 210 2.0
9
1.5
a*

7 1.0
5 0.5
2.59 2.51 2.54 2.46 2.21 2.15 2.02 2.09 1.85 1.87 1.80 1.73
0.0
3 Light Medium Dark
green light medium dark Tingkat Kematangan Sangrai
Tingkat Kematangan
Gambar 6. Histogram rata-rata kadar air (%) setiap
suhu penyangraian pada tiga tingkat
33 b* Suhu 165 kematangan sangrai
Suhu 180
27 Suhu 195
Suhu 210
Gambar 4 menunjukan bahwa semakin tinggi
21 tingkat kematangan sangrai pada setiap suhu
b*

penyangraian yang sama, kadar air yang


15
dihasilkan semakin menurun. Sedangkan untuk
9 setiap tingkat kematangan sangrai pada perlakuan
3 suhu yang berbeda, ternyata menghasilkan kadar
green light medium dark air yang cenderung fluktuatif, akan tetapi
Tingkat Kematangan nilainya tidak berbeda secara signifikan.
Mulato (2002) dan Somporn et al. (2011)
Gambar 3. Perubahan nilai L*a*b* biji kopikering menerangkan bahwa semakin lama waktu
(green) hingga tingkat kematangan dark penyangraian atau tingkat penyangraian maka air
roast pada setiap suhu penyangraian yang diuapkan akan semakin tinggi sehingga
kadar air akan berkisar antara 2-3%. Menurut
Menurut Nicoli et al. (1997) dan Pitia et al. Somporn et al. (2011) tingkat kematangan
(2007) perubahan nilai L*a*b* disebabkan sangrai tidak akan memberikan pengaruh yang
karena adanya reaksi maillard non enzimatis. signifikan terhadap kadar air yang dihasilkan.
Somporn et al. (2011) dan Nugroho et al. (2009) Panas mengakibatkan terjadinya penurunan
menambahkan bahwa pada awal reaksi maillard massa air dari biji kopi dikarenakan adanya panas
terbentuk pigmen warna coklat sehingga nilai a* laten. Perubahan massa air terjadi ketika
cenderung meningkat pada awal proses kandungan air pada bahan telah sampai pada
penyangraian. Akan tetapi setelah reaksi kondisi jenuh, sehingga menyebabkan air yang
pencoklatan maksimal, akan terjadi sedikit terkandung di dalam bahan berubah dari fase cair
penurunan nilai a* karena warna kecoklatan menjadi uap (Nugroho et al. 2009).
berubah menjadi lebih gelap. Menurut Buffo dan
Cardelli-Feire (2004), Reaksi maillard non
D. Kadar Kafein menambahkan, penurunan kadar kafein yang
Histogram rata-rata kadar kafein tiga tingkat terjadi pada tiga tingkat kematangan disebabkan
kematangan sangrai biji kopi Libtukom disajikan karena adanya proses sublimasi. Membentuk
pada Gambar 5. komponen lain, sehingga semakin lama
penyangraian kafein yang disublimkan akan
Sebelum Disangrai Suhu 165 Suhu 180 Suhu 195 Suhu 210
1.4 semakin tinggi. Menurut Ciptadi dan Nasution
1.2 (1985) sebagian kecil kafein akan menguap dan
Kadar Kafein (%)

1.0 terbentuk komponen lain seperti aseton, fulfural,


0.8 amonium, trimethlamine, asam formiat dan asam
0.6 asetat.
0.4
0.2 1.07 1.24 1.27 1.32 1.23 1.19 1.25 1.23 1.18 1.15 1.15 1.18 1.19 E. Mutu Organoleptik
0.0
1. Uji Skalar Warna Bubuk Kopi
Green 1 2
Light
3
Medium
4
Dark
Tingkat Kematangan Sangrai Berdasarkan Tabel 3, tiga tingkat kematangan
sangrai kopi Libtukom berpengaruh nyata
Gambar 5. Histogram kadar kafein (%) biji kopi terhadap warna bubuk kopi yang dihasilkan.
kering (green) dan setiap suhu Nilai organoleptik terhadap warna tertinggi
penyangraian pada tiga tingkat adalah tingkat kematangan sangrai dark dengan
kematangan sangrai. skor 3,9 (coklat tua kehitaman), selanjutnya
Gambar 5 menunjukan bahwa kadar kafein tingkat kematangan sangrai medium dengan skor
yang dihasilkan pada tiga tingkat kematangan 3,0 (coklat tua) dan terendah pada tingkat
sangrai cenderung mengalami peningkatan kematangan sangrai light dengan skor 2,2 (coklat
dibanding kadar kafein biji kopi kering (green). muda).
Peningkatan tersebut diduga karena hilangnya Semakin tinggi tingkat penyangraian maka
sebagian komponen kimia seperti kandungan air warna biji kopi akan mendekati warna
sehingga persentase kadar kafein akan kehitaman, hal tersebut disebabkan karena
mengalami peningkatan. Selain itu kadar kafein terjadinya reaksi pencoklatan non enzimatis
yang dihasilkan pada suhu penyangraian yang (Nugroho et al., 2009 dan Mulato 2003). Akan
berbeda untuk tingkat kematangan sangrai yang tetapi bubuk kopi akan mengalami sedikit
sama cenderung menghasilkan nilai yang perubahan warna lebih cerah dari warna biji kopi
fluktuatif. Sedangakan jika dibandingkan sangrai. Hal itu disebabkan karena biji kopi
berdasarkan suhu penyangraian yang sama untuk sangrai terjadi pebedaan warna antara lapisan biji
tiga tingkat kematangan sangrai yang berbeda, luar dengan lapisan biji bagian dalam sehingga
maka semakin tinggi tingkat kematangan sangrai akan memunculkan efek pencerahan (polishing)
kadar kafein yang dihasilkan cenderung pada bubuk kopi (Mulato et al., 2007). Hubungan
menurun, kecuali pada suhu penyangraian 210oC antara tingkatan kematangan sangrai dan nilai
terjadi sedikit peningkatan kadar kadar kafein skalar warna bubuk kopi Libtukom disajikan
pada kematangan dark roast yang diduga karena pada Gambar 6.
penggunaan suhu tinggi dengan waktu yang
5
singkat tidak menyebabkan kerusakan kafein. 3.9
Skalar Warna

4
Menurut Eggers dan Pietsch (2001) perubahan 3.0 Keterangan:
3 1= Kuning kecoklatan
Bubuk

kadar kafein pada tiga tingkat kematangan 2.2 2= Coklat muda


2
sangrai tidak akan memberikan pengaruh yang 3= Coklat tua
1 4= Coklat tua kehitaman
signifikan terhadap nilai kadar kafein yang 5= Hitam
0
dihasilkan. Light Medium Dark
Menurut Chan dan Emmanuel (2011) Tingkat Kematangan
peningkatan kadar kafein disebabkan karena Gambar 6. Hubungan tingkat kematangan sangrai dan
adanya pelepasan senyawa kafein didalam nilai skalar warna bubuk kopi Libtukom.
membran sel dan vakuola yang rusak karena
proses pemanasan. Sedangkan Tfouni etal.(2011)

76 Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI Tahun 2016


3. Uji Hedonik Terhadap Aroma penilaian panelis kopi tingkat kematangan dark
Berdasarkan Tabel 3, tiga tingkat kematangan roast memiliki nilai penerimaan tertinggi
sangrai kopi Libtukom tidak berpengaruh nyata selanjutnya tingkat kematangan medium roast
terhadap aroma kopi seduh. Panelis menyukai dan terakhir tingkat kematangan lightroast yang
aroma kopi seduh Libtukom secara berturut-turut berturut-turut memiliki skor 3,80 (suka); 3,67
dari tingkat penyangraian dark selanjutnya light (suka) dan 3,47 (agak suka).
dan terendah medium yang memiliki skor 4,00;
3,87 dan 3,80 dengan penilaian suka. 5. Uji Banding dengan Produk Kopi Komersial
Aroma khas kopi akan terbentuk ketika proses Jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata
penyangraian dan muncul ketika proses terhadap uji pasangan respon berarah adalah 9
penyeduhan (Mulato, 2002 dan Baggenstoss et pada taraf 5%. Berdasarkan Tabel 4, terlihat
al., 2008). Senyawa pembentuk aroma pada kopi bahwa dari ke empat merk kopi komersial yang
berasal dari komponen volatil antara lain, diuji bandingkan hanya kopi Kapal Api yang
komponen sulphur, pyrazines, pyridines, memiliki rasa lebih baik dibandingakan dengan
pyrroles, golongan furran, golongan aldehyd dan kopi Libtukom (dark roast) pada taraf beda nyata
ketones, dan golongan Phenol (Buffo dan 5%. Hal tersebut ditunjukan oleh panelis yang
Cardelli-Freire, 2004). menyatakan kopi Kapal Api lebih baik dari
sampel kopi Libtukom dark roast sebanyak 11
4. Uji Hedonik Terhadap Penerimaan Keseluruhan orang. Kopi Libtukom (dark roast) ternyata
Berdasarkan Tabel 3, tiga tingkat kematangan memiliki citarasa yang lebih baik dibandingkan
sangrai kopi Libtukom light, medium dan dark, dengan kopi AAA dan kopi Kerinci pada taraf
tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan beda nyata 5%.
keseluruhan kopi seduh. Berdasarkan skor
Sama baik dengan sampel 0 1 4 1 Dark 3,9 3,73 4,00 3,80
Lebih baik dari sampel 11* 4 7 4 c
Keterangan: (*) Berbeda nyata pada taraf 5% untuk menyatakan Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama
beda nyata terhadap uji perbedaan respon berarah. berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DNMRT.
a)
(1) kuning kecoklatan, (2) coklat muda, (3) coklat tua,
(4) coklat tua kehitaman, (5) hitam.
TABEL III b)
(5) sangat suka, (4) suka, (3) agak suka, (2) tidak suka,
RATA-RATA NILAI UJI SKALAR DAN UJI HEDONIK (1)sangat tidak suka
PADA TIGA TINGKAT KEMATANGAN SANGRAI

Skor penilaian
Tingkat Skala
Kematang r Ras Arom Penerimaankeseluru
an warn ab ab hanb
aa
Light 2,2 a 3,13 3,87 3,47 Hasil penelitian menunjukan karakteristik warna
Medium 3,0 3,47 3,80 3,67 kopi Libtukom Light roast menghasilkan
b warnadark moderate orange,
aroma, rasa, dan penerimaan keseluruhan pada
kopi seduh. Kopi Libtukom pada tingkat
1. kadar air berkisar 2,51-2,59%, kadar kafein
kematangan darkroast memiliki rasa lebih
berkisar 1,23-1,32%.Medium roast
baik dari kopi AAA dan kopi Kerinci, akan
menghasilkan warna very dark desaturated
tetapi tidak lebih baik dari kopi Kapal Api.
orang,kadar air berkisar 2,02-2,21%, kadar
kafein berkisar 1,19-1,25%.Dark roast yaitu
DAFTAR PUSTAKA
warna very dark grayish red, kadar air
berkisar 1,73-1,87%, kadar kafein berkisar Baggenstoss, J., L. Poisson, R. Kaegi, R. Perren
1,15-1,19%. dan F. Escher.2008. Coffee Roasting and
2. Tiga tingkat kematangan sangraiberpengaruh Aroma Formation: Application of
nyata terhadap warna bubuk, tidak Different Time-Temperature Conditions.
berpengaruh nyata terhadap organoleptik J. Agric. Food Chem, 56: 5836–5846.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi, 31 Oktober 2016 77


Baon, J. B., R. Hulupi, S. Abdoellah, Yusianto From RGB digital Image. Food Research
S., A. Wibawa, dan Suhartono. 2012. International, 39: 1084-1091.
Prospek Budidaya Kopi Liberoid Mondello, L., F. Costa, P.Q. Tranchida, P. Dugo,
Berkelanjutan di Lahan Gambut. Hal. M.L. Presti, S. Festa, A. Fazio dan G.
345-356. Dalam: Prosiding Seminar Dugo. 2005. Reliable Characterization of
Nasional: Pengelolaan Lahan Gambut Coffee Bean Aroma Profiles By
Berkelanjutan. Balai Besar Penelitian dan Automated Headspace Solid Phase
Pengembangan Sumberdaya Lahan Microextraction - Gas Chromatography -
Pertanian, Bogor. Mass Spectrometry With The Support of
Buffo dan C. Cardelli-Feire, 2004. Coffee A Dual - Filter Mass Spectra Library. J.
flavour: An Overview. Flavour and Sep. Sci,28: 1101-1109.
Fragrance Journal,19: 99-104. Mulato, S. 2002. Perancangan dan Pengujian
Chan, S dan E. Garcia. 2011. Comparative Mesin Sangrai Biji Kopi Tipe Silinder.
Physicochemical Analyses of Regular and Pelita Perkebunan, 18(1): 31-45.
Civet Coffee. The Manila Journal of Mulato, S. 2003. Pengembangan Industri Bubuk
Science, 1: 19-23. Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai
Ciptadi, w da Nasution M. Z. 1985. Pengolahan Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Warta
kopi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Clarke, R.J. 1987. Roasting and Grinding. Indonesia, 19(2): 72-82.
Dalam: R.J. Clarke dan R. Macrae (Eds.) Mulato, S., S. Widyotomo, H.K. Purwadaria.
Coffee.Vol. 2: Technology. Elsevier 2007. Kinerja Pembubuk Mekanis Tipe
Applied Science, London. Piringan (Disk Mill)untuk Proses
Diana, E. 2014. Liberika Tungkal Komposit, Pengecilan Ukuran Biji Kopi Robusta
Kopi Khas Gambut. Buletin Alam Pascasangrai. Pelita Perkebunan,23(3):
Sumatra (Edisi juni): 48-39. 231-257.
Eggers, R. Dan Pietsch A. 2001. Technology I: Nicoli, M.C., M. Anese, L. Manzocco dan C.R.
Roasting. Dalam: R.J. Clarke dan O.G. Lerici. 1997. Antioxidant Properties of
Vitzthum (editors). Coffee: Recent Coffee Brews in Relation tothe Roasting
Developments. Blackwell Science Ltd, Degree. Lebensm.-Wiss. u.-Technol, 30:
New Jersey. 292–297.
Farah, A. 2012. Coffee: Emerging Health Effects Nugroho, J.W.K., J. Lumbanbatu dan S.
and Disease Prevention, Vol. 1. Blackwell Rahayoe. 2009. Pengaruh Suhu Dan
Publishing Ltd, New Jersey. Lama Penyangraian Terhadap Sifat Fisik
Gusfarina, D.S. 2014. Mengenal Kopi Liberika Mekanis Biji Kopi Robusta. Seminar
Tungkal Komposit (Libtukom). BPTP Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA
Jambi, Jambi. (8-9 Agustus): 17-25.
Hernandez, J.A., B. Heyd dan G. Trystram. 2008. Pittia, P., M. C. Nicoli dan G. Sacchetti. 2007.
Prediction of Brightness and Surface Area Effect of Moisture and Water Activity on
Kinetics During Coffee Roasting. J. Food Textural Properties of Raw and Roasted
Eng, 89: 156–163. Coffee Beans. Journal of Texture Studies,
HunterLab. 2014. Color Measurement of Roasted 38: 116–134.
Coffee Using HunterLab Roastmagazine. 2010. Saying Coffee: the
Spectrophotometers. Hunter Associates Naming Revolution. Roastmagazine
Laboratory, Inc. Melalui (Edisi November-desember): 37-45.
https://support.hunterlab.com/hc/en- Memlalui
us/article_attachments/201415895/Coffee http://www.roastmagazine.com/resources/
_White_Paper-final_1_14.pdf. Diakses Articles/Roast_NovDec10_SayingCoffee.
Tanggal 29 November 2014. pdf. Diakses Tanggal 25 April 2015.
Leon, K., D. Mery, F. Pedreschi, dan J. Leon.
2006. Color Measurment In L* a* b* Unit

78 Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI Tahun 2016

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai