Anda di halaman 1dari 19

SEMBER DAYA ALAM BATUBARA

(‘’Emas Hitam Dengan Segala Manfaat Dan Syarat Akan Permasalahan’’)

DI Susun Oleh :
SAFRUDIN HASAN
MUZDALIFAH

Di Buat Sebagai Tugas Mata Kuliah Sumber Daya Alam Lanjut


Pada Megister Teknik Kimia

PASCASARJANA TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada alam ini terdapat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, salah
satunya adalah batu bara yang semakin lama persediaannya semakin menipis di tambah
lagi dengan adanya para penambang liar mulai marak di daerah-daerah yang mempunyai
potensi untuk dijadikan lahan penambangan secara berlebihan tanpa disadari dapat
merusak lingkungan guna memenuhi kebutuhan manusia dalam segala bidang.

Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat
terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya
berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Abad 13, tepatnya thn 1271 Marco Polo menapakkan kakinya di Cina selama 25 tahun
dalam pengalaman mengenai Black Stone.

Black Stone telah dimanfaatkan oleh orang-orang cina sebagai bahan bakar sejak
ratusan tahun yang lampau. Awalnya pemanfaatan batubara hanya terbatas sebagai bahan
bakar untuk rumah tangga dan pemanas ruangan pada musim dingin

Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer
sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif
lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan
batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar
di seluruh dunia

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar sebagai mahasiswa Megister Teknik
Kimia dapat mengetahui manfaat batu bara sebagai sumber bahan bakar dan energi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Batubara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-
sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.

2. Genesa Batubara

Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi bahwa material


tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang lama, mengalami peluruhan sebagian
kemudian hasilnya teralterasi oleh berbagai macam proses kimia dan fisika. Selain itu
juga, dinyatakan bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan terbentuknya
peat

Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).

a. Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang


terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa
CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan
fungi diubah menjadi gambut
b. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya,
temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach, 1982,
op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan
prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati
1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan
material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit,
hingga meta antrasit.
Akumulasi batubara hanya dapat terjadi bila terdapat keseimbangan yang tepat
dari parameter-parameter yang banyak itu. Adapun macam faktor yang berpengaruh
tersebut adalah:

3. Tingkatan Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu antrasit, bituminus, sub-
bituminus, lignit dan gambut.
 Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8%.
 Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
 Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
 Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air
35-75% dari beratnya.
 Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.
4. Sumberdaya batubara
Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara
walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Badan Geologi Nasional memperkirakan
Indonesia masih memiliki 160 miliar ton cadangan batu bara yang belum dieksplorasi.
Cadangan tersebut sebagian besar berada di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.
Namun upaya eksplorasi batu bara kerap terkendala status lahan tambang. Daerah-daerah
tempat cadangan batu bara sebagian besar berada di kawasan hutan konservasi. Rata-rata
produksi pertambangan batu bara di Indonesia mencapai 300 juta ton per tahun. Dari
jumlah itu, sekitar 10 persen digunakan untuk kebutuhan energi dalam negeri, dan
sebagian besar sisanya (90 persen lebih) diekspor ke luar.
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh
lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp
0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar
industri Rp. 6.200/liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini
sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke
depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan
mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan
melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang
memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi
tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan
gasifikasi (penyubliman) batu bara.
Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan
teknologinya secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang
maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized
bed, pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pemanfaatan Batu Bara Sebagai Bahan Bakar PLTU


Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi
kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik
jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga
kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai
macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO untuk start up awal.
PLTU batubara, bahan bakar yang digunakan adalah batubara uap yang terdiri dari
kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat tempat sebagai bahan
bakar pada PLTU belakangan ini, seiring dengan perkembangan teknologi pembangkitan
yang mampu mengakomodasi batubara berkualitas rendah.

Gambar 3.1 Skema PLTU Bahan Bakar Batubara

2. Tahapan Pembakaran dalam Pengolahan Batubara Sebagai Bahan Bakar PLTU


 Pembakaran Lapisan Tetap
Metode lapisan tetap menggunakan stoker boiler untuk proses pembakarannya.
Sebagai bahan bakarnya adalah batubara dengan kadar abu yang tidak terlalu rendah
danberukuran maksimum sekitar 30mm. Selain itu, karena adanya pembatasan sebaran
ukuran butiran batubara yang digunakan, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah
fine coal yang ikut tercampur ke dalam batubara tersebut. Alasan tidak digunakannya
batubara dengan kadar abu yang terlalu rendah adalah karena pada metode pembakaran
ini, batubara dibakar di atas lapisan abu tebal yang terbentuk di atas kisi api (traveling
fire grate) pada stoker boiler.

Gambar 3.2 Stoker Boiler


 Pembakaran Batubara Serbuk Coal Combustion/PCC
Pada PCC, batubara diremuk dulu dengan menggunakan coal pulverizer (coal
mill) sampai berukuran 200 mesh (diameter 74μm), kemudian bersama – sama dengan
udara pembakaran disemprotkan ke boiler untuk dibakar. Pembakaran metode ini
sensitif terhadap kualitas batubara yang digunakan, terutama sifat ketergerusan
(grindability), sifat slagging, sifat fauling, dan kadar air (moisture content). Batubara
yang disukai untuk boiler PCC adalah yang memiliki sifat ketergerusan dengan HGI
(Hardgrove Grindability Index) di atas 40 dan kadar air kurang dari 30%, serta rasio
bahan bakar (fuel ratio) kurang dari 2. Pembakaran dengan metode PCC ini akan
menghasilkan abu yang terdiri diri dari clinker ash sebanyak 15% dan sisanya berupa
fly ash.
Gambar 3.3 PCC Boiler
 Pembakaran Lapisan Mengambang (Fluidized Bed Combustion/FBC)
Pada pembakaran dengan metode FBC, batubara diremuk terlebih dulu dengan
menggunakan crusher sampai berukuran maksimum 25mm. Tidak seperti pembakaran
menggunakan stoker yang menempatkan batubara di atas kisi api selama pembakaran
atau metode PCC yang menyemprotkan campuran batubara dan udara pada saat
pembakaran, butiran batubara dijaga agar dalam posisi mengambang, dengan cara
melewatkan angin berkecepatan tertentu dari bagian bawah boiler.

Gambar 3.4 Tipikal boiler FBC

 PFBC
Pada PFBC, selain dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air
menjadi uap untuk memutar turbin uap, dihasilkan pula gas hasil pembakaran yang
memiliki tekanan tinggi yang dapat memutar turbin gas, sehingga PLTU yang
menggunakan PFBC memiliki efisiensi pembangkitan yang lebih baik dibandingkan
dengan AFBC karena mekanisme kombinasi (combined cycle) ini. Nilai efisiensi bruto
pembangkitan (gross efficiency) dapat mencapai 43%.

Gambar 3.5 Prinsip kerja PFBC


 Peningkatan efisiensi panas
Untuk lebih meningkatkan efisiensi panas, unit gasifikasi sebagian (partial
gasifier) yang menggunakan teknologi gasifikasi lapisan mengambang (fluidized bed
gasification) kemudian ditambahkan pada unit PFBC. Dengan kombinasi teknologi
gasifikasi ini maka upaya peningkatan suhu gas pada pintu masuk (inlet) turbin gas
memungkinkan untuk dilakukan.

Pada proses gasifikasi di partial gasifier tersebut, konversi karbon yang dicapai
adalah sekitar 85%. Nilai ini dapat ditingkatkan menjadi 100% melalui kombinasi
dengan pengoksidasi (oxidizer).

Pengembangan lebih lanjut dari PFBC ini dinamakan dengan Advanced PFBC
(A-PFBC), yang prinsip kerjanya ditampilkan pada gambar 10 di bawah ini. Efisiensi
netto pembangkitan (net efficiency) yang dihasilkan pada A-PFBC ini sangat tinggi,
dapat mencapai 46%.
Gambar 3.6 Prinsip kerja A-PFBC
3. Gambaran umum PLTU batubara
Seperti kita ketahui bahwa PLTU batu bara merupakan jenis pembangkit terbesar
yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia (PLN) untuk mengatasi kekurangan
pasokan listrik dan untuk mengurangi ketergantungan BBM pada PLTD (Diesel). Ini
tercermin pada program percepatan listrik nasional tahap pertama dan kedua, walaupun
porsinya dikurangi di tahap kedua. Untuk itu, berikut ini singkat sistem kerja PLTU
batubara yang ada dan berdasar pada referensi. Prinsip kerja PLTU batubara secara umum
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.9 Prinsip kerja PLTU


Keterangan gambar :
1. Cooling tower
2. Cooling water pump

3. Transimission line 3 phase


4. Transformer 3-phase

5. Generator Listrik 3-phase


6. Low pressure turbine
7. Boiler feed pump
8. Condenser
9. Intermediate pressure turbine
10. Steam governor valve
11. High pressure turbine
12. Deaerator
13. Feed heater
14. Conveyor batubara
15. Penampung batubara
16. Pemecah batubara
17. Tabung Boiler

18. Penampung abu batubara


19. Pemanas
20. Forced draught fan
21. Preheater
22. combustion air intake
23. Economizer
24. Air preheater
25. Precipitator
26. Induced air fan
27. Cerobong

Prinsip kerja PLTU batubara adalah sebagai berikut :

1. Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan conveyor (14)


kemudian dihancurkan dengan the pulverized fuel mill (16) sehingga menjadi
tepung batubara.
2. Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas (24) oleh forced
draught fan (20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan bakar (batu
bara).

3. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara disemprotkan
kedalam Boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.

4. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding Boiler, air tersebut
akan dimasak dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler (17)
untuk memisahkan uap dari air yang terbawa.

5. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater(19) untuk melipatgandakan suhu dan


tekanan uap hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar yang
meyebabkan pipa ikut berpijar merah.

6. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi inilah yang menjadi sumber tenaga
turbin tekanan tinggi (11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3
tingkatan.

7. Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat menyeting steam
governor valve (10) secara manual maupun otomatis.

8. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari Turbin tekanan tinggi (11) akan sangat
berkurang drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler re-heater (21)
untuk meningkatkan suhu dan tekanannya kembali.

9. Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak turbin
tingkat kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan keluarannya langsung
digunakan untuk menggerakkan turbin tingkat 3 atau turbin tekanan rendah (6).

10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih,
sehingga perlu di alirkan ke condensor (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang.

11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7) untuk
dimasak ulang. awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang panasnya bersumber
dari high pressure set, kemudian ke economiser (23) sebelum di kembalikan ke
tabung boiler(17).

12. Sedangkan Air pendingin dari condensor akan di semprotkan kedalam cooling
tower (1) , dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower.
kemudian air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air
pendingin ulang.

13. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3 phase (5),
Generator ini kemudian membangkitkan listrik tegangan menengah ( 20-25 kV).

14. Dengan menggunakan transformer 3 phase (4) , tegangan dinaikkan menjadi


tegangan tinggi berkisar 250-500 kV yang kemudian dialirkan ke sistem transmisi
3 phase.

15. Sedangkan gas buang dari boiler di isap oleh kipas pengisap(26) agar melewati
electrostatic precipitator (25) untuk mengurangi polusi dan kemudian gas yg sudah
disaring akan dibuang melalui cerobong (27).

4. Pemanfaatan Batu Bara Sebagai Bahan Bakar Di Industri Semen


Operasi pembakaran pada tanur putar merupakan langkah yang paling kritis dalam
setiap industry semen, baik ditinjau secara teknis maupun secara ekonomis. Operasi
pembakaran di tanur putar menentukan operasi pada unit-unit yang lain, serta memerlukan
pemakaian energy panas yang nilainya dapat mencapai 30% dari biaya operasi
keseluruhan. Produktifitas dari industry semen umumnya ditentukan oleh produkstifitas
unit tanur putarnya. Sedangkan produktifitas tanur putar umumnya ditentukan oleh run
factornya, yang umumnya ditentukan oleh ketahanan lapisan batu tahan apinya.

Aspek utama yang paling berpengaruh terhadap ketahanan lapisan batu tahan api dan
efesiensi operasi pembakaran dalam tanur putar, adalah dalam jenis bahan bakar yang
dipakai. Untuk kedua tujuan tersebut diperlukan operasi pembakaran yang dapat
menghasilkan nyala yang stabil dan suhu yang setinggi mungkin. Pemakaian bahan bakar
dengan jenis batubara tertentu dalam operasi pembakaran dalam tanur putar dapat
menghasilkan produktifitas yang berbeda apabila dibandingkan dengan pemakaian bahan
bakar jenis lain. Misalnya operasi pembakaran dengan bahan bakar batubara akan
memerlukan konsumsi panas persatuan produk yang lebih besar, dibandingkan pemakaian
bahan bakar minyak atau bahan bakar gas. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pola
operasi pembakaran dari ketiga jenis bahan bakar tersebut yaitu bahan bakar gas, cair dan
padat. Operasi pembakaran batubara akan memerlukan pemakaian udara dingin yang jauh
lebih besar sedangkan sebaliknya operasi pembakaran memakai bahan bakar minyak
(BBM) atau gas alam akan memakai udara pada suhu tinggi yang lebih besar.
5. Penyiapan Batubara Dan Sistem Pengumpan Kedalam Kiln

Di antara semua bahan bakar yang umumnya dipakai, batubara merupakan bahan
bakar yang memerlukan investasi awal yang sangat tinggi baik untuk grinding maupun
pengumpanan. Flow sheet dasar dari instalasi batubara hamper sama di semua tingkat.

a. Penyimpanan (Stock Pilling)


Sesudah di bongkar di suatu pabrik, batubara disimpan di suatu gudang
penyimpanan. Perhatian utama yang harus diberikan pada tahap ini adalah
mengurangi resiko self ignition dan kehilangan (looses) material selama
penyimpanan. Karena salah satu karakter bahan bakar padat adalah tidak
homogeny, maka sebelum digiling perlu dilakukan pre-homogenization, yang
antara lain dengan carapengaturan tumpukan dan penampian dari gudang
penyimpanan. Aturan FIFO perlu dilaksanakan disini untuk mencegah batubara
yang berlebihan.
b. Primary Crushing
Primary crushing dapat dilakukan secara open circuit atau close circuit.
Kehalusan produk dari primary crushing ini tergantung kepada macam grinding
mill yang dipakai.
c. Grinding and Drying (Penggilingan dan Pengeringan)
Untuk batubara yang mempunyai kadar air di bawah 20%, pengeringannya
dilakukan pada coal mill. Untuk batubara yang kadar airnya lebih dari 20%,
biasanya ada alat pengering tambahan sebelum coal mill. Coal mill dibedakan
dalam dua tipe, yaitu :

- Ball mill/Tube mill

- Vertical mill, yang dioperasikan secara open circuit dan close circuit

Proses pengeringan di sini adalah mengeringkan raw coal maksimal sampai pada
inherent moisturenya. Di dalam pengoperasian system coal mill ini yang harus
menjadi perhatian utama adalah mengurangi resiko peledakan yang disebabkan :

- Umpan batubara yang tidak lancer

- Ketidaklancaran pengumpanan menyebabkan material kasar (kering) yang


kembali dari separator, akan langsung kontak dengan udara panas
- Perubahan kadar air batubara yang terlalu besar

- Kadar air produk terlalu rendah, jauh dibawah inherent moisturenya

d. System Pengumpanan Batubara Halus Ke dalam Tanur Putar


System pengumpanan batubara halus ke dalam tanur putar dapat dibedakan
sebagai berikut :
- Direct system
- Semi indirect system
- Indirect system
Pada direct system, semua batubara yang dihasilkan di grinding mill langsung
diumpankan kedalam tanur putar bersama udara pengeringnya. Pada semi indirect
system, batubara dari mill untuk sementara disimpan dalam intermediate silo
sebelum diumpankan ke dalam tanur putar. Untuk system ini ada dua macam versi
yang tergantung pada kadar air batubara. Yang mempunyai kadar air rendah, udara
pengering dari mill sebagian diinjeksikan ke tanur putar sebagai udara primer, dan
sebagian disirkulasikan ke mill. Bila kadar air tinggi, sebagian gas dari mill
dikeluarkan melalui alat penangkap debu.
Pada indirect system, semua batubara dari mill di simpan di intermediate silo
sebelum diumpankan, dan gas dari mill tidak diumpankan ke tanur putar sebagai
udara primer, kecuali bila diinginkan.
6. Operasi Pemakaian Batubara Pada Tanur Putar
Dalam pemakaian batubara sebagai bahan bakar dalam operasi tanur putar,
terdapat beberapa hal yang spesifik yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Pemakaian Udara Primer
Udara primer berperan antara lain sebagai :
- Sarana transportasi untuk injeksi batubara ke dalam tanur putar
- Suatu alat pengendali nyala
Dengan demikian udara primer yang temperaturnya rendah ini, maka udara
pembakaran yang terdiri dari primary air dan secondary air, akan mempunyai
temperature campuran relative rendah. Oleh karena itu sebenarnya secara
ekonomis pemakaian udara primer ini kurang menguntungkan. Di dalam operasi
pemakaian batubara, pemakaian udara primer ini dapat berkisar antara 15-20% dari
kebutuhan udara pembakaran.
b. Pemakaian Excess Air Yang Besar
Berdasarkan teori kinetika reaksi, bahan bakar gas dan cair lebih reaktif dengan
oksigen, dibandingkan oksigen dengan batubara. Hal ini mudah dimengerti karena
pembakaran batubara akan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
 Perpindahan panas dari burning zone ke partikel batubara secara konveksi dan
radiasi
 Perpindahan panas melalui lapisan abu yang bersifat isolator menuju front
oksidasisecarakonduksi
 Reaksi kimia antara C, S, H2 dengan H2, CO, H2O dan SO2
CO2, SO2, CO dan H2 berdifusi dari front oksidasi ke bagian luar partikel
batubara
 Abu pembungkus sekeliling partikel batubara terdekomposisi secara termis dan
mekanis. Oleh karena itu untuk mencapai kesempurnaan pembakaran yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar diperlukan excess air yang relative
besar. Dengan pemakaian udara yang lebih besar ini, maka akan dihadapkan
pada permasalahan :
- Kerugian panas karena terserap oleh kelebihan udara tersebut
- Transfer panas antara udara dan material di dalam kiln kurang sempurna,
karena waktu tinggal udara panas yang relative rendah
c. Kandungan Air Dalam Batubara
Air yang terdapat dalam batubara, baik sebagai inherent moisture maupun
sebagian kecil moisture yang lain, tentunya akan merugikan karena mengurangi
panas yang dihasilkan.
d. Stabilitas Umpan
Karena batubara merupakan bahan bakar dalam bentuk powder (bubukan)
maka sangat sulit diperoleh kondisi pengumpanan yang benar-benar stabil ke dalam
kiln. Ketidakstabilan umpan ini berarti ketidakstabilan panas didalam kiln, akan
mengakibatkan ketidakstabilan coating sebagai pelindung batu tahan api. Dengan
demikian akan mengakibatkan umur batu yang relative pendek.
e. Impurities dalam Batubara
Bila proses pencucian batubara tidak baik, maka akan ditemui impurities
(misal clay). Dengan adanya impurities ini, tentunya akan mengacaukan jumlah
umpan panas ke dalam tanur putar.
Gambar 3.10 Prinsip kerja Kiln Burner

Gambar 3.11 Gambaran Umum Kiln Burner


BAB IV

PENUTUP

1. PEMBAHASAN
Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar PLTU merukan solusi yang dapat
dipilih untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak sebagai sumber tenaga
pembangkit listrik.
Sebagai bahan bakar yang ekonomis, batubara secara khusus dimanfaatakan pada
industri semen.Pada industri semen batubara digunakan sebagai bahan bakar untuk
pembakaran pada rotary ciln. Digunakannya batubara untuk pembakaran pada suhu yang
tinggi ini dikarenakan sumber energi ini dapat mencapai suhu yang diinginkan dalam
pembuatan semen. Selain itu karena harganya yang relatif murah maka batubara
digunakan sebagai bahan bakar dalam industri semen.
Sebelum digunakannya batubara sebagai bahan bakar industri semen, minyak
bumi lah yang menjadi bahan bakar industri tersebut. Dikarenakan harga yang cukup
tinggi, maka beralihlah penggunaan minyak ke batubara
Sebelum dapat digunakan untuk bahan bakar, batubara tentunya harus mengalami
proses pengolahan dulu. Salah satu contoh pengolahannya yaitu kominusi atau
pengecilan ukuran. Batubara yang akan digunakan untuk bahan bakar haruslah
memenuhi syarat kualitas dan kuantitas sehingga didapatkan energi panas yang
dibutuhkan untuk pembakaran.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya batubara mengalami proses kominusi
sebelum dapat digunakan sebagai bahan bakar. Proses kominusi tersebut adalah proses
crushing. Setelah didapatkan hasil crushing dengan ukuran yang sesuai, batubara lalu
dikeringkan sebelum siap dimasukan kedalam tanur putar. Proses ini disebut proses
drying.

2. KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan bahwa batubara merupakan salah satu sumber energi yang
murah dan efisien. Pemanfaatannya yang luas membuat sumber energi ini menjadi
sorotan industri-industri yang membutuhkan energi pembakaran yang tinggi.
Penulis beranggapan bahwa penting untuk terus mengembangkan berbagai rekayasa-
rekayasa yang dapat diterapkan pada batubara sebagai sumber energi sehingga
pemanfaatannya dapat lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Oktaza dkk, 2014 jurnal Pemanfaatan Batu Bara sebagai bahan bakar PLTU,
Universitas Sriwijaya
Andi Aladin, 2010 Sumber Daya Alam Batu Bara, Lubuk Agung Bandung
http://www.scribd.com/doc/55111505/pemanfaatan batu bara pada industri semen.
(diakases tanggal 03 oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai