DI Susun Oleh :
SAFRUDIN HASAN
MUZDALIFAH
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Pada alam ini terdapat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, salah
satunya adalah batu bara yang semakin lama persediaannya semakin menipis di tambah
lagi dengan adanya para penambang liar mulai marak di daerah-daerah yang mempunyai
potensi untuk dijadikan lahan penambangan secara berlebihan tanpa disadari dapat
merusak lingkungan guna memenuhi kebutuhan manusia dalam segala bidang.
Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat
terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya
berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Abad 13, tepatnya thn 1271 Marco Polo menapakkan kakinya di Cina selama 25 tahun
dalam pengalaman mengenai Black Stone.
Black Stone telah dimanfaatkan oleh orang-orang cina sebagai bahan bakar sejak
ratusan tahun yang lampau. Awalnya pemanfaatan batubara hanya terbatas sebagai bahan
bakar untuk rumah tangga dan pemanas ruangan pada musim dingin
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer
sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif
lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan
batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar
di seluruh dunia
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar sebagai mahasiswa Megister Teknik
Kimia dapat mengetahui manfaat batu bara sebagai sumber bahan bakar dan energi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Batubara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-
sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.
2. Genesa Batubara
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
3. Tingkatan Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu antrasit, bituminus, sub-
bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air
35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.
4. Sumberdaya batubara
Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara
walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Badan Geologi Nasional memperkirakan
Indonesia masih memiliki 160 miliar ton cadangan batu bara yang belum dieksplorasi.
Cadangan tersebut sebagian besar berada di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.
Namun upaya eksplorasi batu bara kerap terkendala status lahan tambang. Daerah-daerah
tempat cadangan batu bara sebagian besar berada di kawasan hutan konservasi. Rata-rata
produksi pertambangan batu bara di Indonesia mencapai 300 juta ton per tahun. Dari
jumlah itu, sekitar 10 persen digunakan untuk kebutuhan energi dalam negeri, dan
sebagian besar sisanya (90 persen lebih) diekspor ke luar.
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel)
yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh
lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp
0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar
industri Rp. 6.200/liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini
sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke
depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan
mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan
melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang
memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi
tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan
gasifikasi (penyubliman) batu bara.
Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan
teknologinya secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang
maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized
bed, pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
BAB III
PEMBAHASAN
PFBC
Pada PFBC, selain dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air
menjadi uap untuk memutar turbin uap, dihasilkan pula gas hasil pembakaran yang
memiliki tekanan tinggi yang dapat memutar turbin gas, sehingga PLTU yang
menggunakan PFBC memiliki efisiensi pembangkitan yang lebih baik dibandingkan
dengan AFBC karena mekanisme kombinasi (combined cycle) ini. Nilai efisiensi bruto
pembangkitan (gross efficiency) dapat mencapai 43%.
Pada proses gasifikasi di partial gasifier tersebut, konversi karbon yang dicapai
adalah sekitar 85%. Nilai ini dapat ditingkatkan menjadi 100% melalui kombinasi
dengan pengoksidasi (oxidizer).
Pengembangan lebih lanjut dari PFBC ini dinamakan dengan Advanced PFBC
(A-PFBC), yang prinsip kerjanya ditampilkan pada gambar 10 di bawah ini. Efisiensi
netto pembangkitan (net efficiency) yang dihasilkan pada A-PFBC ini sangat tinggi,
dapat mencapai 46%.
Gambar 3.6 Prinsip kerja A-PFBC
3. Gambaran umum PLTU batubara
Seperti kita ketahui bahwa PLTU batu bara merupakan jenis pembangkit terbesar
yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia (PLN) untuk mengatasi kekurangan
pasokan listrik dan untuk mengurangi ketergantungan BBM pada PLTD (Diesel). Ini
tercermin pada program percepatan listrik nasional tahap pertama dan kedua, walaupun
porsinya dikurangi di tahap kedua. Untuk itu, berikut ini singkat sistem kerja PLTU
batubara yang ada dan berdasar pada referensi. Prinsip kerja PLTU batubara secara umum
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
3. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara disemprotkan
kedalam Boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.
4. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding Boiler, air tersebut
akan dimasak dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler (17)
untuk memisahkan uap dari air yang terbawa.
6. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi inilah yang menjadi sumber tenaga
turbin tekanan tinggi (11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3
tingkatan.
7. Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat menyeting steam
governor valve (10) secara manual maupun otomatis.
8. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari Turbin tekanan tinggi (11) akan sangat
berkurang drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler re-heater (21)
untuk meningkatkan suhu dan tekanannya kembali.
9. Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak turbin
tingkat kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan keluarannya langsung
digunakan untuk menggerakkan turbin tingkat 3 atau turbin tekanan rendah (6).
10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih,
sehingga perlu di alirkan ke condensor (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang.
11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7) untuk
dimasak ulang. awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang panasnya bersumber
dari high pressure set, kemudian ke economiser (23) sebelum di kembalikan ke
tabung boiler(17).
12. Sedangkan Air pendingin dari condensor akan di semprotkan kedalam cooling
tower (1) , dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower.
kemudian air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air
pendingin ulang.
13. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3 phase (5),
Generator ini kemudian membangkitkan listrik tegangan menengah ( 20-25 kV).
15. Sedangkan gas buang dari boiler di isap oleh kipas pengisap(26) agar melewati
electrostatic precipitator (25) untuk mengurangi polusi dan kemudian gas yg sudah
disaring akan dibuang melalui cerobong (27).
Aspek utama yang paling berpengaruh terhadap ketahanan lapisan batu tahan api dan
efesiensi operasi pembakaran dalam tanur putar, adalah dalam jenis bahan bakar yang
dipakai. Untuk kedua tujuan tersebut diperlukan operasi pembakaran yang dapat
menghasilkan nyala yang stabil dan suhu yang setinggi mungkin. Pemakaian bahan bakar
dengan jenis batubara tertentu dalam operasi pembakaran dalam tanur putar dapat
menghasilkan produktifitas yang berbeda apabila dibandingkan dengan pemakaian bahan
bakar jenis lain. Misalnya operasi pembakaran dengan bahan bakar batubara akan
memerlukan konsumsi panas persatuan produk yang lebih besar, dibandingkan pemakaian
bahan bakar minyak atau bahan bakar gas. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pola
operasi pembakaran dari ketiga jenis bahan bakar tersebut yaitu bahan bakar gas, cair dan
padat. Operasi pembakaran batubara akan memerlukan pemakaian udara dingin yang jauh
lebih besar sedangkan sebaliknya operasi pembakaran memakai bahan bakar minyak
(BBM) atau gas alam akan memakai udara pada suhu tinggi yang lebih besar.
5. Penyiapan Batubara Dan Sistem Pengumpan Kedalam Kiln
Di antara semua bahan bakar yang umumnya dipakai, batubara merupakan bahan
bakar yang memerlukan investasi awal yang sangat tinggi baik untuk grinding maupun
pengumpanan. Flow sheet dasar dari instalasi batubara hamper sama di semua tingkat.
- Vertical mill, yang dioperasikan secara open circuit dan close circuit
Proses pengeringan di sini adalah mengeringkan raw coal maksimal sampai pada
inherent moisturenya. Di dalam pengoperasian system coal mill ini yang harus
menjadi perhatian utama adalah mengurangi resiko peledakan yang disebabkan :
PENUTUP
1. PEMBAHASAN
Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar PLTU merukan solusi yang dapat
dipilih untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak sebagai sumber tenaga
pembangkit listrik.
Sebagai bahan bakar yang ekonomis, batubara secara khusus dimanfaatakan pada
industri semen.Pada industri semen batubara digunakan sebagai bahan bakar untuk
pembakaran pada rotary ciln. Digunakannya batubara untuk pembakaran pada suhu yang
tinggi ini dikarenakan sumber energi ini dapat mencapai suhu yang diinginkan dalam
pembuatan semen. Selain itu karena harganya yang relatif murah maka batubara
digunakan sebagai bahan bakar dalam industri semen.
Sebelum digunakannya batubara sebagai bahan bakar industri semen, minyak
bumi lah yang menjadi bahan bakar industri tersebut. Dikarenakan harga yang cukup
tinggi, maka beralihlah penggunaan minyak ke batubara
Sebelum dapat digunakan untuk bahan bakar, batubara tentunya harus mengalami
proses pengolahan dulu. Salah satu contoh pengolahannya yaitu kominusi atau
pengecilan ukuran. Batubara yang akan digunakan untuk bahan bakar haruslah
memenuhi syarat kualitas dan kuantitas sehingga didapatkan energi panas yang
dibutuhkan untuk pembakaran.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya batubara mengalami proses kominusi
sebelum dapat digunakan sebagai bahan bakar. Proses kominusi tersebut adalah proses
crushing. Setelah didapatkan hasil crushing dengan ukuran yang sesuai, batubara lalu
dikeringkan sebelum siap dimasukan kedalam tanur putar. Proses ini disebut proses
drying.
2. KESIMPULAN
Penulis menyimpulkan bahwa batubara merupakan salah satu sumber energi yang
murah dan efisien. Pemanfaatannya yang luas membuat sumber energi ini menjadi
sorotan industri-industri yang membutuhkan energi pembakaran yang tinggi.
Penulis beranggapan bahwa penting untuk terus mengembangkan berbagai rekayasa-
rekayasa yang dapat diterapkan pada batubara sebagai sumber energi sehingga
pemanfaatannya dapat lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Oktaza dkk, 2014 jurnal Pemanfaatan Batu Bara sebagai bahan bakar PLTU,
Universitas Sriwijaya
Andi Aladin, 2010 Sumber Daya Alam Batu Bara, Lubuk Agung Bandung
http://www.scribd.com/doc/55111505/pemanfaatan batu bara pada industri semen.
(diakases tanggal 03 oktober 2018)