Isi :
Islam menetapkan bahwa asal sesuatu yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun
yang haram, kecuali karena ada nash yang sah dan tegas dari syari’ (yang berwenang membuat hukum),
Kalau tidak ada nash yang sah atau tegas (sharih) yang menunjukkan haram, maka hal tersebut tetap
Ulama-ulama Islam mendasari ketetapan tersebut dengan dalil ayat-ayat Al-Qur’an, yang antara lain :
ْ ُه َو الَّذ
ِ ِي َخلَقَ لَ ُك ْم َّما فِى اْالَ ْر
29 : البقرة.ض َج ِم ْيعًا
Dia lah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. [QS. Al-Baqarah : 29]
13
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di
langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan bathin. [QS. Luqman :
20]
Dari ayat-ayat tersebut bisa kita ketahui bahwa Allah menjadikan apasaja yang ada di langit dan di bumi
Sebenarnya yang diharamkan dalam syari’at Islam itu sangat sedikit, dan yang halal justru sangat
banyak. Karena nash-nash yang shahih dan tegas dalam hal haram jumlahnya sangat sedikit. Sedang
sesuatu yang tidak ada keterangan halal-haramnya, adalah kembali kepada hukum asal, yaitu halal, dan
. َو َما َكانَ َرب َُّك نَ ِسيًّا:َ ث ُ َّم تَالَ ه ِذ ِه اْاليَة،اْلعَافِيَةَ فَا َِّن هللاَ لَ ْم يَ ُك ْن نَ ِسيًّا
Dari Abud Dardaa’ RA, ia mengatakannya dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Apasaja yang Allah halalkan
dalam kitab-Nya, maka hal itu adalah halal. Dan apasaja yang Ia haramkan, maka hal itu adalah haram.
Sedang apasaja yang Ia diamkan, maka hal itu dibolehkan (ma’fu), oleh karena itu terimalah kema’afan
dari Allah itu. Sebab sesungguhnya Allah tidak lupa sedikitpun. Kemudian Rasulullah SAW membaca
ayat ini : Wa maa kaana robbuka nasiyyaa (Dan Tuhan mu tidak lupa) – QS. Maryam : 64. [HR. Hakim
3367
Dari Salman Al-Farisiy, ia barkata : Rasulullah SAW ditanya tentang (hukumnya) minyak samin, keju dan
keledai liar, maka beliau bersabda, “Yang halal adalah apa-apa yang Allah halalkan dalam kitab-Nya.
Dan yang haram adalah apa-apa yang Allah haramkan dalam kitab-Nya. Sedang apa yang Ia diamkan,
maka hal itu adalah sesuatu yang Allah ma’afkan”. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1117, no. 3367, dla’if
َ ُ ض فَالَ ت
َّضيّعُ ْوهَا َو َحد َ اِ َّن هللاَ فَ َر:َع ْن ا َ ِبى ث َ ْعلَبَةَ رض قا َل
َ ض فَ َرا ِئ
َ ُحد ُْودًا فَالَ ت َ ْعتَد ُْوهَا َو نَ َهى َع ْن ا َ ْشيَا َء فَالَ ت َ ْنت َ ِه ُك ْوهَا َو َس َك
ت َع ْن ا َ ْشيَا َء
kewajiban, maka jangan kalian sia-siakan hal itu, dan Allah telah memberikan beberapa batasan, maka
jangan kalian melampauinya. Dan Allah telah menlarang sesuatu, maka janganlah kalian
melanggarnya. Dan Allah telah mendiamkan beberapa hal, sebagai kemurahan bagi kalian, bukan
karena lupa, maka jangan kalian bahas (perbincangkan) tentang hal itu. [HR. Baihaqiy 10, hal. 13, hadits
ini mauquf]
Dari hadits-hadits tersebut bisa kita ketahui bahwa asal segala sesuatu adalah halal, ini tidak hanya
terbatas dalam masalah benda saja, tetapi termasuk masalah perbuatan, yaitu yang biasa kita
isthilahkan dengan adat atau mu’amalah. Pokok dalam masalah ini tidak haram dan tidak terikat, kecuali
sesuatu yang memang oleh syari’ sendiri telah diharamkan dan diterangkannya. Firman Allah SWT :
Dan sungguh Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu. [QS. Al-An’aam :
119]
Ayat ini umum, meliputi soal-soal makanan, perbuatan dan lain-lain.
Berbeda sekali dengan urusan ibadah, karena ibadah semata-mata urusan agama yang tidak ditetapkan
melainkan dari jalan wahyu. Untuk itulah maka terdapat dalam hadits Nabi SAW :
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membuat cara baru dalam urusan
kami, dengan sesuatu yang tidak ada contohnya, maka dia itu tertolak”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1343]
1344 :3 مسلم.َرد
Dari ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengerjakan amalan (ibadah) yang
tidak ada padanya perintah kami, maka ia itu tertolak”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1344]
Hal ini karena hakikat agama atau ibadah itu tercermin dalam dua hal, yaitu :
2. Untuk menyembah Allah, hanya dapat dilakukan menurut apa yang disyari’atkan-Nya.
Oleh karena itu barangsiapa mengada-adakan suatu cara ibadah yang timbul dari dirinya sendiri, apapun
macamnya, adalah suatu kesesatan yang harus ditolak. Sebab hanya Allah dan Rasul-Nya yang berhaq
Adapun masalah adat dan mu’amalat, sumbernya bukan dari syari’, tetapi justru manusia itu sendiri
yang menimbulkan dan mengadakan. Dalam hal ini syari’ hanya membetulkan, meluruskan, mendidik
dan mengakui, kecuali dalam beberapa hal yang memang membawa kerusakan dan madlarat, maka
Jadi, pokok dalam urusan ibadah hanya bersumber pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak
demikian, berarti kita akan termasuk dalam apa yang disebutkan Allah :
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka
agama yang tidak diizinkan Allah ?. [QS. Asy-Syuuraa : 21]
Sedang dalam persoalan adat, prinsipnya boleh. Tidak satupun yang terlarang kecuali yang memang
telah diharamkan. Jika tidak demikian, maka kita akan termasuk dalam apa yang difirmankan Allah :
Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku tentang rezqi yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan
sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakanlah, “Apakah Allah telah memberikan izin
kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah ?”. [QS. Yuunus : 59]
Dengan dasar itulah maka manusia dapat melakukan jual-beli dan sewa-menyewa sesuka hatinya,
selama hal itu tidak diharamkan oleh syara’. Begitu juga boleh makan dan minum sesukanya, selama
tidak diharamkan oleh syara’, sekalipun sebagiannya kadang-kadang disunnatkan dan adakalanya
dimakruhkan. Sesuatu yang oleh syara’ tidak diberinya batasan, maka kita dapat menetapkan
Prinsip di atas sesuai dengan apa yang disebut dalam satu riwayat yang diriwayatkan oleh Muslim, dari
ُش ْيئًا يُ ْن َهى َع ْنهُ لَنَ َهانَا َع ْنه ُ ُكنَّا نَ ْع ِز ُل َو اْلقُ ْر
َ َ لَ ْو َكان: قال سفيان.ُان يَ ْن ِزل
ُ اْلقُ ْر
1065 :2 مسلم.ان
Kami pernah melakukan ‘azl, sedang waktu itu Al-Qur’an masih turun. Sufyan berkata,” Jika hal tersebut
Ini menunjukkan bahwa apasaja yang didiamkan oleh wahyu, tidaklah terlarang, manusia bebas untuk
Dan dengan ini pula, ditetapkan suatu qaidah, “Soal ibadah tidak boleh dikerjakan kecuali dengan
syari’at yang ditetapkan Allah. Dan suatu adat tidak boleh diharamkan, kecuali dengan ketentuan dari
Allah”.
Islam telah memberikan batas wewenang untuk menentukan halal dan haram, yaitu dengan melepaskan
haq tersebut dari tangan manusia, betapapun tingginya kedudukan manusia tersebut dalam bidang
Hak tersebut semata-mata di tangan Allah, bukan di tangan para ulama, bukan para pendeta, bukan raja
dan bukan sultan yang berhak menentukan halal-haram. Barangsiapa bersikap demikian, berarti telah
melanggar batas dan menentang hak Allah dalam menetapkan perundang-undangan untuk ummat
manusia. Dan barangsiapa yang menerima serta mengikuti sikap tersebut, berarti dia telah menjadikan
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka
31 :التوبة
Mereka menjadikan orang-orang ‘alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan juga
mereka mempertuhankan Al-Masih putra Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [QS.
At-Taubah : 31]
ٍ ْب ِم ْن ذَ َه
،ب َ عنُ ِقى
ٌ ص ِلي َّ ِ اَت َ ْيتُ النَّب:ي ب ِْن َحاتِ ٍم قَا َل
ُ ي ص َو فِى ّ َع ْن َع ِد
memakai kalung salib terbuat dari emas,maka Nabi SAW bersabda, “Hai ‘Adiy, buanglah berhala itu
darimu!”. Dan saya pernah mendengar beliau membaca surat Bara’ah (yang artinya) “Mereka
menjadikan orang-orang ‘alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah”. [Bara’ah :
31] Beliau bersabda, Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu tidak menyembahnya, tetapi mereka itu
menganggapnya halal, dan apabila orang-orang ‘alim dan rahib-rahib mereka mengharamkan sesuatu,
merekapun menganggapnya haram. [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 341, no. 3093]
Dari beberapa ayat dan hadits tersebut di atas, kita mengetahui bahwa hanya Allah lah yang berhaq
menentukan halal dan haram, baik dalam kitab-Nya (Al-Qur’an) ataupun melalui lidah Rasul-Nya
(Sunnah). Tugas kita tidak lebih hanya sekedar menerangkan hukum yang telah ditetapkan Allah tentang
Jadi, tentang urusan keduniaan asalnya adalah boleh, kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya.
Adapun tentang ibadah, asalnya adalah dilarang, kecuali jika ada perintah atau tuntunannya.
Bersambung………..
3. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram adalah berdosa besar
Islam mencela orang-orang yang suka mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan
sesuatu yang haram. Dan hal ini merupakan suatu pengungkungan dan penyempitan bagi
manusia yang sebenarnya oleh Allah diberikan keleluasaan. Allah SWT berfirman :
Dan Rasulullah SAW mencela dan melaknat orang-orang yang suka berlebih-lebihan,
sebagaimana riwayat berikut :
Islam adalah agama yang beraqidah tauhid dan longgar. Rasulullah SAW pernah bersabda di
dalam khutbahnya, sebagaimana riwayat berikut :
ات يَ ْوو ٍم َ َس ْو َل هللاِ ص قَا َل ذ ُ ي اَ َّن َر ّ ار اْل ُم َجا ِش ِع ٍ اص ب ِْن ِح َم ِ َع ْن ِعي َ
علَّ َمنِوى َ علّ َم ُكو ْم َموا َج ِه ْلوت ُ ْم ِم َّموا
َ ُ اَالَ اِ َّن َربّى اَ َم َرنِوى ا َ ْن ا:عبَتِ ِه ْ فِى ُخ
ع ْبدًا َحالَ ٌل َو اِنّى َخلَ ْقوتُ ِعبَوادِى ُحنَفَوا َء َ ُ ُك ُّل َما ٍل نَ َح ْلتُه.يَ ْو ِمى هذَا
علَو ْي ِه ْم
َ وت ْ ع ْن ِد ْينِ ِه ْم َو َح َّر َم َ احتَالَتْ ُه ْم ْ َاطي ُْن ف ِ َ شي َّ ُكلَّ ُه ْم َو اِنَّ ُه ْم اَتَتْ ُه ُم ال
.عانًا َ سو ْول
ُ َموا اَ ْحلَ ْلووتُ لَو ُه ْم َو ا َ َمو َورتْ ُه ْم ا َ ْن يُ ْشو ِور ُك ْوا ِبى َمووا لَو ْم ا ُ ْنو ِوز ْل ِبو ِه
2197 :4 مسلم
Dari ‘Iyaash bin Himaar Al-Mujaasyi’iy, bahwasanya pada suatu hari Rasulullah SAW
berkhutbah, beliau bersabda dalam khutbahnya, “Ketahuilah, sesungguhnya Tuhanku
memerintahkan kepadaku untuk mengajarkan kepadamu apa-apa yang kamu belum mengerti
dari apa-apa yang Tuhanku telah mengajarkan kepadaku pada hariku ini. (Allah berfirman) :
"Setiap harta yang Aku berikan kepada hamba adalah halal, dan sesungguhnya Aku ciptakan
hamba-hamba-Ku bersifat lurus semuanya, tetapi kemudian datanglah syetan kepada mereka.
Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan atas mereka
sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta menyuruh (mempengaruhi) supaya mereka
menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak menurunkan hujjah (keterangan) kepadanya".
[HR. Muslim, juz 4, hal. 2197]
Hadits tersebut menunjukkan bahwa mengharamkan sesuatu yang halal dapat membawa kepada
syirik. Dan karena itu pula Al-Qur'an menentang keras terhadap sikap orang-orang musyrik Arab
yang berani mengharamkan atas diri mereka terhadap makanan dan binatang yang baik-baik,
padahal Allah tidak mengizinkannya. Diantara mereka telah mengharamkan bahiirah, saaibah,
washiilah dan haam. Allah berfirman :
Bahiirah, ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang ke lima itu jantan, lalu
unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh
diambil air susunya.
Saaibah, ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nadzar. Misalnya :
Jika seorang Arab jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasa
bernadzar akan menjadikan untanya saibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.
Washiilah, ialah seekor domba betina melahrikan anak kembar yang terdiri dari jantan dan
betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
Haam, ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat
membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap Bahiirah, Saaibah, Washiilah dan
Haam ini adalah kepercayaan Arab jahiliyah.
Keterangan :
Di dalam menerangkan arti bahiirah, saaibah, washiilah dan haam, para ulama tafsir berbeda-
beda. Adapun yang kami kutip diatas adalah keterangan yang tercantum dalam Tafsir Al-Qur'an
Tarjamah dari DEPAG RI.
Dalam surat Al-An'aam ada bantahan terhadap prasangka mereka yang telah mengharamkan
beberapa binatang, seperti : unta, sapi, biri-biri dan kambing.
ول ء الوذَّ َك َري ِْن ْ ُ ق،ضأ ْ ِن اثْنَي ِْن َو ِمنَ اْل َم ْع ِوزاثْنَي ِْن َّ ِمنَ ال،اج ٍ ثَم ِنيَةَ اَ ْز َو
نَ بّو ئ ُ ْو ِن ْي ِب ِع ْل ٍوم،علَيْو ِه ا َ ْر َحوا ُم اْالُ ْنثَيَوي ِْن
َ ت ْ ََح َّر َم ا َ ِم اْالُ ْنثَيَي ِْن ا َ َّما ا ْشت َ َمل
ول ء ْ قُو، َو ِموونَ اْ ِال ِب و ِل اثْنَ وي ِْن َو ِموونَ اْلبَقَو ِور اثْنَ وي ِْن، َاِ ْن ُك ْن وت ُ ْم ص و ِدقِيْن
اَ ْم،علَ ْي و ِه اَ ْر َحووا ُم اْالُ ْنثَيَ وي ِْن
َ ت ْ َال وذَّ َك َري ِْن َحو َّور َم ا َ ِم اْالُ ْنثَيَوي ِْن ا َ َّمووا ا ْش وتَ َمل
144-143: االنعام.صي ُك ُم هللاُ ِبهذَا ّ ش َهدَآ َء اِ ْذ َو ُ ُك ْنت ُ ْم
(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba, dan sepasang dari kambing.
Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina,
ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya ?". Terangkanlah kepadaku dengan berdasar
pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar. Dan sepasang dari unta dan sepasang
dari lembu. Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina,
ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah
menetapkan ini bagimu ?". [QS. Al-An'aam : 143-144]
Firman Allah tersebut adalah ayat-ayat Makkiyah yang diturunkan untuk mengukuhkan ‘aqidah
dan tauhid. Ini membuktikan, bahwa persoalan tersebut dalam pandangan Al-Qur'an bukan
termasuk dalam kategori cabang atau bahagian, tetapi termasuk masalah-masalah pokok.
Di Madinah, ketika di kalangan kaum muslimin ada orang-orang yang cenderung untuk berbuat
keterlaluan, melebih-lebihkan dan mengharamkan dirinya dalam hal-hal yang baik, Allah
menurunkan ayat-ayat untuk mengembalikan mereka ke jalan yang lurus.
Diantara hak Allah sebagai Tuhan yang menciptakan manusia dan memberi ni’mat yang tiada
terhitung banyaknya itu, ialah menentukan halal dan haram, dan Dia juga berhak menentukan
perintah-perintah dan larangan-larangan menurut kehendak-Nya.
Ini semua adalah hak Ketuhanan. Namun Allah juga berbelas-kasih kepada hamba-Nya. Oleh
karena itu Allah menentukan halal dan haram demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Allah tidak
akan menghalalkan sesuatu kecuali yang baik, dan tidak akan mengharamkan sesuatu kecuali
yang jelek.
Allah pernah mengharamkan beberapa hal kepada orang-orang Yahudi sebagai hukuman kepada
mereka atas kedurhakaan yang mereka perbuat dan pelanggaran terhadap larangan Allah. Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
َو ِموونَ اْلبَقَو ِور َو اْلغَ ون َِم،ظفُو ٍور ْ علَووى الَّ و ِذيْنَ َهوواد ُْوا َح َّر ْمنَووا ُك و َّل ذ
ُ ِي َ َو
ظ ُه ْو ُر ُه َمآ اَ ِو اْل َح َوايَوآ اَ ْو َمواُ تْ َش ُح ْو َم ُه َما اِالَّ َما َح َملُ علَ ْي ِه ْم
َ َح َّر ْمنَا
146 : االنعام. َجزَ يْن ُه ْم ِببَ ْغ ِي ِه ْم َو اِن َّا لَص ِدقُ ْون َ ذ ِل َك،ظ ٍم ْ َط ِبعَ َاختَل ْ
Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku; dan dari sapi
dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang
melekat di punggung keduanya atau yang diperut besar dan usus atau yang bercampur dengan
tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka, dan sesungguhnya
Kami adalah Maha Benar. [QS. Al-An'aam : 146]
Di antara bentuk kedurhakaan orang Yahudi itu dijelaskan Allah di dalam firman-Nya :
صدّ ِه ْم َ ت لَ ُه ْم َو ِب ْ َّت ا ُ ِحل َ ظ ْل ٍم ّمنَ الَّ ِذيْنَ َهاد ُْوا َح َّر ْمنَا
َ علَ ْي ِه ْم
ٍ ط يّ ب ُ فَ ِب
ع ْنوهُ َو اَ ْك ِل ِهو ْم ّ َو ا َ ْخو ِذ ِه ُم،سو ِب ْي ِل هللاِ َكو ثِي ًْرا
َ الربو وا َو قَو ْد نُ ُهو ْووا َ ون ْ عو
َ
161-160: النساء.اط ِل ِ َاس ِباْلب ِ َّا َ ْم َوا َل الن
Maka disebabkan kedhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungnguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang
dengan jalan yang bathil. [QS. An-Nisaa' : 160-161]
Setelah Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir dengan membawa agama
yang universal dan abadi, maka salah satu diantara rahmat kasih sayang Allah kepada manusia
adalah dihapusnya beban haram yang pernah diberikan Allah sebagai hukuman sementara yang
bertujuan mendidik itu, dimana beban tersebut cukup berat bagi manusia. Allah SWT berfirman :
ْ ي الَّوذ
ِي يَ ِجد ُْونَوه َم ْكت ُ ْوبًوا ِع ْنودَ ُه ْم َّ ي اْالُ ّمو َّ س ْوو َل النَّ ِبو َّ َاَلذَّ ِي ْن يَت َّ ِبعُ ْون
ُ الر
ع ِن اْل ُم ْن َك ِر َو َ ف َو يَ ْنهت ُه ْم ِ فِى الت َّ ْور ِة َو اْ ِال ْن ِج ْي ِل يَأ ْ ُم ُر ُه ْم ِباْل َم ْع ُر ْو
ص َر ُه ْم ْ ِع ْن ُه ْم اَ ض ُعَ َث َو ي َ ِعلَ ْي ِه ُم اْل َخبَآئ
َ ت َو يُ َح ّر ُم ِ الع يّ بَّ يُ ِح ُّل لَ ُه ُم
157: االعراف.علَ ْي ِه ْم َ َت ْ َو اْالَ ْغالَ َل الَّتِ ْي َكان
Orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. [QS. Al-A'raaf : 157]
Bersambung………
Salah satu prinsip yang telah diakui oleh Islam, ialah : Apabila Islam telah mengharamkan
sesuatu, maka wasilah dan cara apapun yang dapat membawa kepada perbuatan haram,
hukumnya adalah haram.
Oleh karena itu, jika Islam mengharamkan zina misalnya, maka semua pendahuluannya dan
apasaja yang dapat membawa kepada perbuatan itu, adalah diharamkan juga. Misalnya, dengan
berdua-duaan, pergaulan bebas, foto-foto telanjang dan lain sebagainya.
Dari sinilah, maka para ulama ahli fiqih membuat suatu kaidah : Apasaja yang membawa kepada
perbuatan haram, maka itu adalah haram.
Kaidah ini menunjukkan bahwa dosa perbuatan haram tidak hanya terbatas pada pribadi si
pelakunya itu saja, tetapi termasuk semua orang yang bersekutu/membantu dengan dia, baik
melalui harta ataupun lainnya. Masing-masing mendapat dosa sesuai dengan keterlibatannya.
Misalnya tentang khamr, Rasulullah SAW melaknat kepada yang meminumnya, yang
membuatnya, yang membawanya, yang diberinya, yang menjualnya dan seterusnya.
:ًعش ََورة َ س ْوو ُل هللاِ ص ِفوى اْلخ َْم ِور ُ لَعَونَ َر:ْون َما ِلوكٍ قَوا َل ِ َوس بٍ ع ْن اَن َ
املَ َهووا َو اْل َم ْح ُم ْولَ وةَ اِلَ ْي و ِه َو
ِ واربَ َها َو َح ِ شو َ صو َور َها َو ِ َ اصو َور َها َو ُم ْعت
ِ ع َ
.ُي لَ َهووا َو اْل ُم ْشووتَ َراةَ لَووه َ سوواقِيَ َها َو بَائِعَ َهووا َو آ ِكوو َل ث َ َمنِ َهووا َو اْل ُم ْشووتَ ِر
َ
1313 : رقم،380 :2 الترمذى
Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Rasulullah SAW mela’nat tentang khamr sepuluh golongan :
1. yang memerasnya, 2. Yang minta diperaskannya, 3. yang meminumnya, 4. yang
mengantarkannya, 5. yang minta diantarinya, 6. yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8.
yang makan harganya, 9. yang membelinya, dan 10. yang minta dibelikannya". [HR. Tirmidzi
juz 2, hal. 380, no. 1313]
Begitu pula dalam soal riba, dilaknat orang yang memakannya, yang memberikannya, penulisnya
dan saksi-saksinya.
الربَوا َو ُم ْو ِكلَوهُ َو َكا ِتبَوهُ َو ُ لَعَنَ َر:ع ْن َجا ِب ٍر قَا َل
ّ س ْو ُل هللاِ ص آ ِك َل َ
1219 :3 مسلم.س َوآ ٌء َ ُه ْم: َو قَا َل،شَا ِهدَ ْي ِه
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW melaknat orang yang makan riba, yang memberi
makannya, penulisnya dan dua saksinya, dan beliau bersabda : "Mereka itu sama". [HR.
Muslim juz 3, hal. 1219]
Begitulah, maka semua yang dapat membantu kepada perbuatan haram, hukumnya adalah haram
juga. Dan semua orang yang membantu kepada orang yang berbuat haram, maka dia akan
terlibat dalam dosanya juga.
Sebagaimana Islam telah mengharamkan seluruh perbuatan yang dapat membawa kepada haram,
begitu pula Islam mengharamkan semua siasat untuk berbuat haram.
Salah satu contoh, misalnya, orang-orang Yahudi dilarang mencari ikan di hari Sabtu, kemudian
mereka bersiasat untuk melanggar larangan ini dengan memasang perangkap pada hari Jum'at
supaya hari Sabtunya ikan-ikan bisa masuk dalam perangkap tersebut, dan akan diambilnya nanti
pada hari Ahad.
Cara seperti ini dipandang halal oleh orang-orang yang memang bersiasat untuk melanggar
larangan itu, tetapi sebetulnya adalah suatu perbuatan haram, karena motifnya sama-sama
mencari ikan di hari Sabtu, baik dengan jalan bersiasat maupun secara langsung.
Termasuk siasat (hilah), yaitu menamakan sesuatu yang haram dengan nama lain, dan merubah
bentuk, padahal intinya (bahannya) itu juga.
Oleh karena itu siapapun yang membuat nama baru dengan niat bersiasat supaya dapat makan
riba, atau dengan niat supaya dapat minum khamr, maka dosa riba dan khamr tetap
mengenainya.
لَيَ ْش َوربَ َّن:س ْوو َل هللاِ ص يَقُ ْوو ُل َ ُي اَنَّوه
ُ س ِوم َع َر ّ ع ْن ا َ ِبى َما ِلكٍ اْالَ ْشعَ ِر
َ
: رقوم،329 :3 ابوو داود.س ِم َها َ َُاس ِم ْن ا ُ َّمتِى اْلخ َْم َر ي
ْ س ُّم ْونَ َها ِبغَي ِْر ا ٌ اُن
3688
Dari Abu Malik Al-Asy'ariy, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh akan
ada sekelompok manusia dari ummatku yang minum khamr, dan mereka menamakannya dengan
nama lain". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 329, no. 3688]
ون
ِ عَ يص ّ ل النَّ ِبوِ صو َحاْ َون ا
ْ ون َر ُجو ٍل ِم ْ ع
َ ث ُ ّع ِن اب ِْن ُم َحي ِْري ٍْوز يُ َحود َ
ِ سوو ُّم ْونَ َها ِبغَي
ْوور َ وون ا ُ َّمتِووى اْلخ َْم
َ ُوور ي ْ َوواس ِم
ٌ لن َ يَ ْش:ي ص قَووا َل
ُ وور ّ النَّ ِبوو
312 :8 النسائى.س ِم َها ْ ا
Dari Ibnu Muhairiz, ia menceritakan dari salah seorang shahabat Nabi SAW, dari Nabi SAW,
beliau bersabda, "Akan ada segolongan manusia dari ummatku yang minum khamr, dan mereka
menamakannya dengan nama lain". [HR. Nasai juz 8, hal. 312]
Islam memandang baik terhadap setiap hal yang dapat mendorong untuk berbuat baik, tujuan
yang mulia dengan niat yang bagus. Untuk itulah maka Rasulullah SAW bersabda :
Niat yang baik dapat menggunakan seluruh yang mubah untuk berbhakti dan taqarrub kepada
Allah. Oleh karena itu siapa yang makan dengan niat untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan
menguatkan tubuhnya supaya dapat melaksanakan kewajibannya untuk berkhidmat kepada Allah
dan ummatnya, maka makan dan minumnya itu dapat dinilai sebagai amal qurbah.
Begitu juga, barangsiapa yang melepaskan syahwatnya kepada istrinya dengan niat untuk
mendapatkan anak, atau karena menjaga diri dari perbuatan makshiyat, maka pelepasan syahwat
tersebut dapat dinilai sebagai sesuatu yang berhak mendapat pahala. Untuk itu pula Rasulullah
SAW bersabda :
َ س ْو َل هللاِ اَيَأْتِى اَ َحدُنَا
ش ْه َوتَهُ َو ُ قَالُ ْوا يَا َر.ٌصدَقَة َ ْع ا َ َح ِد ُك ْم
ِ َوفِى بُض
علَيْو ِه
َ ََوعَ َها فِوى َح َور ٍام اَ َكوان َ ا َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْوو َو:يَ ُك ْو ُن لَهُ فِ ْي َها ا َ ْج ٌر؟ قَا َل
:2 مسوولم.ور ٌ َوعَ َها فِووى ْال َحوالَ ِل َكووانَ لَوهُ اَ ْجو َ فِ ْي َهوا ِو ْز ٌر؟ فَ َكووذ ِل َك اِذَا َو
697
"Dan pada kemaluan seseorang diantara kalian ada shadaqah". Para shahabat bertanya :
"Apakah seseorang dari kami melepaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala, ya Rasulullah
?". Nabi SAW menjawab, "Bagaimana pendapat kalian, bukankah apabila dia melepaskan pada
yang haram, dia juga berdosa ?". Maka begitu pula apabila dia meletakkannya pada yang halal,
maka diapun mendapatkan pahala". [HR. Muslim juz 2, hal. 697]
Adapun masalah haram tetap dinilai haram, betapapun baik dan mulianya niat dan tujuan itu.
Bagaimanapun baiknya rencana, selama tidak dibenarkan oleh Islam, maka selamanya yang
haram itu tidak boleh dipakai alat untuk mencapai tujuan yang baik. Sebab Islam menginginkan
tujuan yang suci dan caranya pun harus suci juga. Jadi setiap tujuan baik, harus dicapai dengan
cara yang baik pula.
Maka barangsiapa mengumpulkan uang yang diperoleh dengan jalan riba, mencuri
(menjarah/merampok), makshiyat, judi dan sebagainya yang dapat dikategorikan haram,
walaupun dengan maksud untuk mendirikan masjid atau untuk terlaksananya rencana-rencana
yang baik lainnya, maka tujuan baiknya itu tidak bisa merubah haramnya.
Demikianlah apa yang diajarkan kepada kita oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau
dalam hadits sebagai berikut :
َ اِ َّن هللا،واس ُ اَيُّ َهووا النَّو:سو ْوو ُل هللاِ ص ُ قَووا َل َر:ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ قَووا َل ْ عو َ
َ وور اْل ُموووؤْ ِمنِيْنَ ِب َموووا ا َ َمو
وور ِبووو ِه َ َو اِ َّن هللاَ ا َ َمو،طيّبًووواَ َّووب الَ يَ ْقبَووو ُل اِال
ٌ طيّو َ
ت َو ا ْع َملُ ْوووا َّ َسوو ُل ُكلُوو ْوا ِموون
ِ العيّبَووا َ اْل ُم ْر
ُّ يَووا اَيُّ َهووا: فَقَووا َل، َسوو ِليْن
ُ الر
يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ُكلُ ْوا ِم ْن: َو قَا َل.ع ِل ْي ٌم َ َ اِنّ ْي ِب َما ت َ ْع َملُ ْون،صا ِل ًحا َ
ُّث ا َ ْغبَ َور يَ ُمود َ َسفَ َر اَ ْشع َّ الر ُج َل يُ ِع ْي ُل ال َّ ث ُ َّم ذَ َك َر.ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم ِ طيّبَا َ
ُ َو َم ْشو َوربُه،ععَ ُم وهُ َحو َورا ٌم ْ َو َم،ل ّ يَووا َر،ل ّ يَووا َر:اء َّ يَدَ ْي و ِه اِلَووى ال
ِ س و َم
ال ِلووذ ِل َك؟ ُ فَواَنَّى يُ ْس وت َ َج،ِي ِب واْل َح َر ِام َ غ وذ ُ َو،س وهُ َحو َورا ٌم ُ َ َو َم ْلب،َحو َورا ٌم
703 :2 مسلم
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai para manusia, sesungguhnya
Allah itu Baik (Suci). Tidak mau menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah
memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana apa yang Dia perintahkan kepada
para Rasul. Allah berfirman, “Hai para Rasul, makanlah dari yang baik-baik (yang halal) dan
beramal shalih lah kalian. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui terhadap apa-apa yang kalian
kerjakan”. [Al-Mukminuun : 51]. Dan Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,
makanlah dari yang baik-baik apa yang Kami rezqikan kepada kalian”. [Al-Baqarah : 172].
Kemudian (Rasulullah SAW) menyebutkan tentang seorang laki-laki yang sering bepergian jauh,
rambutnya acak-acakan lagi berdebu. Dia berdo'a dengan mengangkat kedua tangannya ke
langit, “Ya Tuhanku, Ya Tuhanku”. Sedangkan makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dia dikenyangkan dengan barang yang haram. Maka bagaimana mungkin
dia dikabulkan doanya ?”. [HR. Muslim 2 : 703]
Bersambung……
Diantara rahmat Allah kepada manusia ialah Allah tidak membiarkan manusia dalam kegelapan
terhadap masalah halal dan haram, maka yang halal dijelaskan dan yang haram juga dijelaskan.
Firman-Nya :
Yang sudah jelas halal, boleh dikerjakan. Dan yang sudah jelas haram, tidak boleh dikerjakan
(selama masih dalam keadaan normal, tidak dalam keadaan dlarurat).
Tetapi di balik itu ada suatu permasalahan, yaitu antara yang halal dan yang haram. Masalah
tersebut dikenal dengan nama syubhat, yaitu suatu persoalan yang tidak begitu jelas antara halal
dan haramnya bagi manusia. Hal ini terjadi, mungkin karena tasyabbuh (samar-samar) dan
mungkin karena tidak jelasnya jalan untuk mengetrapkan nash (dalil) yang ada terhadap suatu
masalah.
Terhadap masalah ini Islam memberikan suatu garis yang disebut wara' (suatu sikap berhati-hati
karena takut berbuat haram). Dimana dengan sifat itu seorang muslim menjauhkan diri dari
masalah yang masih syubhat, sehingga dengan demikian dia tidak akan terseret untuk berbuat
kepada yang haram.
Cara semacam ini termasuk menutup jalan berbuat makshiyat. Dasar dari cara ini ialah hadits
Nabi SAW sebagai berikut :
س ْوْ َل
ُ س ِوم ْعتُ َس َ :ش ْي ٍر يَقُ ْوْ ُلِ َان ْب َن ب َ س ِم ْعتُ النُّ ْع َمَ : َام ٍر قَا َل ِ ع َْن ع
َ ا ْل َحالَ ُل بَوينن ََ ا ْل َح َورا ُ بَوينن ََ بَ ْينَ َُ َموا ُمشَوتٌ ََا: هللاِ ص يَقُ ْْ ُل
ََ ِ سوأَ ْت َرَِ ِل ِه ْينِوْ ون اٌَقَوْ ا ْل ُمشَوتٌ ََا ِ ا ِ ف مَ َم،واِ ٌون الن َ يَ ْعلَ ُم ََا َكثِ ْيور ِم
ْعووْ َىو ْوْ َل ا ْل ِح َموو َ اَ يَ ْرٍ ش وتُ ََا ِ َكو َور ُّ ون ََقَ و َ ِمووه ال ْ ِع ْر ِض و ِ ف ََ َمو
ِشووواُ ا َ ْن يُ َْا ِقعَووو ُف ا َ َ ََ ا ٌِن ِل َُووو ن َم ِلووواٍ ِى َّموووْف ا َ َ ا ٌِن ِى َموووْ هللا ِ ْْ ُي
َ ت ولَ َد ا ْل َس
د و ُه َ ْت ولَ َحت َ ة وَََِّ اِلَا ْ د و ِه ُم َ َم َح ِاس ُمو ُف اَ َ ََ ا ٌِن ِمووه ا ْل َس
19 :1 البخارى.ب ُ د ُه ُكلُّ ُ ا َ َ ََ ِه َه ا ْلقَ ْل َ َد َه ْ م
َ د َه ا ْل َس َ َُكلُّ ُف ََ اِلَا م
Dari 'Amir, ia berkata : Saya mendengar Nu'man bin Basyir berkata : Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda, "Yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas, dan
diantara keduanya itu ada beberapa perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan orang
tidak tahu, (apakah dia itu masuk bagian yang halal ataukah yang haram). Maka barangsiapa
yang menjaga diri dari yang samar-samar, berarti ia membersihkan dirinya untuk agama dan
kehormatannya. Dan barangsiapa mengerjakan yang samar-samar (hampir-hampir ia akan
jatuh ke dalam yang haram), sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah
larangan, dia hampir-hampir akan jatuh padanya. Ingatlah, bahwa tiap-tiap raja mempunyai
daerah larangan. Ingatlah bahwa daerah larangan Allah itu ialah semua yang diharamkan. Dan
ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging, apabila segumpal
daging itu baik, maka baik pulalah jasad itu seluruhnya, dan apabila segumpal daging itu rusak,
maka rusak pulalah jasad itu seluruhnya. Ketahuilah, ia adalah hati". [HR. Bukhari juz 1, hal.
19]
Haram dalam syari'at Islam berlaku untuk semua orang. Oleh karena itu tidak ada sesuatu yang
diharamkan untuk selain orang 'Arab ('ajam) tetapi halal untuk orang Arab. Tidak ada sesuatu
yang dilarang untuk orang kulit hitam, tetapi halal buat orang kulit putih. Tidak ada sesuatu
perlakuan khusus yang diberikan kepada suatu tingkatan atau suatu golongan manusia, yang
dengannya mereka bisa berbuat jahat yang didorong oleh hawa nafsunya. Bahkan tidak seorang
muslim pun yang mempunyai keistimewaan khusus yang dapat menetapkan sesuatu hukum
haram itu untuk orang lain tetapi halal buat dirinya sendiri.
Allah adalah Tuhannya semua orang, syari'at-Nya pun untuk semua orang. Setiap yang
dihalalkan Allah dengan ketetapan undang-undang-Nya, berarti halal untuk segenap ummat
manusia. Dan apasaja yang diharamkan, haram juga untuk seluruh manusia. Hal ini berlaku
sampai hari qiyamat. Misalnya; mencuri, hukumnya adalah haram, baik pelakunya itu orang
Islaim ataupun bukan orang Islam, baik yang dicuri itu milik orang Islam ataupun milik orang
lain. Hukumnya pun berlaku untuk setiap pencuri, betapapun keturunan dan kedudukannya.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW dan yang dikumandangkannya.
Pernah terjadi suatu peristiwa, seorang wanita bangsawan suku Bani Makhzum mencuri,
sehingga dikenai hukuman potong tangan. Kemudian keluarganya menemui Usamah bin Zaid
kecintaan Rasulullah SAW supaya memohonkan kepada Rasulullah SAW agar beliau SAW
membebaskan wanita yang mencuri itu dari hukuman potong tangan. Setelah Usamah
menyampaikan hal itu kepada beliau, maka dengan marah beliau bersabda:
واسُ َّ اَيُّ َهوا الن:وب فَقَوا َل َ ع َ َاخت
ْ َوام ف َ َون ُحود ُْو ِد هللاِ؟ ثُو َّم ق ْ اَت َ ْشفَ ُع فِو ْي َحودّ ِم
،ُْْ تَ َر ُك ْووه
ُ ش ِوري َّ س َورقَ فِو ْي ِه ُم ال َ اِنَّ َما ا َ ْهلَ َك الَّ ِذيْنَ قَ ْبلَ ُك ْم اَنَّ ُه ْم َكانُ ْوا اِذَا
َو ا َ ْيو ُم هللاِ لَو ْوو اَ َّن.َّعلَ ْيو ِه اْل َحودَ ْْ اَقَووا ُم ْواُ ض و ِعي َّ سو َورقَ فِو ْي ِه ُم ال َ َو اِذَا
1315 :3 مسلم.ها َ َع ْعتُ يَد َ َت لَق ْ َس َرق َ ت ُم َح َّم ٍد َ اط َمةَ ِب ْنِ َف
"Apakah kamu akan memintakan pembebasan dari hukum Allah ?". Kemudian beliau berdiri
dan berkhutbah, lalu beliau bersabda : "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya yang
menghancurkan orang-orang sebelum kalian, bahwa mereka apabila ada orang yang mencuri
dari kalangan bangsawan, mereka tidak menghukumnya, tetapi apabila orang yang mencuri itu
kaum bawahan, maka hukum ditegakkan. Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad
mencuri, tentu aku potong tangannya". [HR. Muslim, juz 3, hal. 1315]
Dan juga pernah terjadi suatu peristiwa pencurian yang dilakukan oleh orang Islam. Tetapi pada
waktu itu belum jelas pencurinya, apakah orang Yahudi ataukah orang Islam. Kemudian orang
yang mencuri itu melemparkan tuduhan kepada seorang Yahudi. Kemudian keluarga si pencuri
itu mengadukan hal tersebut kepada Nabi SAW dengan suatu keyakinan, bahwa dia akan dapat
bebas dari segala tuduhan dan hukuman. Maka waktu itu turunlah ayat yang menyingkap
kejahatan ini dan membebaskan orang Yahudi tersebut dari segala tuduhan. Dan Rasulullah
SAW mencela orang Islam tersebut dan menjatuhkan hukuman kepada pelakunya. Wahyu Allah
tersebut sebagai berikut :
َ َو ال،ُواس ِب َموآ اَرو َك هللا ِ َّتب ِباْل َح ّق ِلت َ ْح ُك َم بَيْنَ الن َ اِنَّآ ا َ ْنزَ ْلنَآ اِلَي َْك اْل ِك
.غفُ ْوو ًرا َّر ِح ْي ًموا َ َ اِ َّن هللاَ َكوان،َ َو ا ْسوت َ ْغ ِف ِر هللا.َص ْي ًما ِ ت َ ُك ْن ِل ْلخَآ ِئ ِنيْنَ خ
َون َكوان ْ وب َم ُّ اِ َّن هللاَ الَ يُ ِح،سو ُه ْم َ ُع ِن الَّ ِذيْنَ يَ ْختَوانُ ْونَ ا َ ْنف
َ َو الَ ت ُ َجاد ِْل
واس َو الَ يَ ْس وتَ ْخفُ ْونَ ِموونَ هللاِ َو ُهو َوو ِ يَ ْس وت َ ْخفُ ْونَ ِموونَ النَّو.خ ََّوانًووا اَثِ ْي ًمووا
ََمعَ ُهو ْم اِ ْذ يُبَيّتُو ْوونَ َمووا الَ يَ ْرَووى ِموونَ اْلقَو ْوو ِل َو َكووانَ هللاُ ِب َمووا يَ ْع َملُو ْوون
ون يُ َجوا ِد ُل ْ فَ َم،ع ْن ُه ْم فِوى اْل َحيووةِ الودُّ ْنيَا َ ها َ ْنت ُ ْم ه ُؤآلَ ِء َجادَ ْلت ُ ْم.عا ً ُم ِح ْي
109-105: النسآء.ًعلَ ْي ِه ْم َو ِك ْيال َ ع ْن ُه ْم يَ ْو َم اْل ِقي َم ِة اَ ْم َم ْن يَّ ُك ْو ُن
َ َهللا
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Kitab dengan benar, supaya kamu mengadili
diantara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu
menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena membela orang-orang yang khianat.
(105). Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.(106) Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang
mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat
lagi bergelimang dosa. (107). Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka ketika pada suatu malam mereka
menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridlai. Dan Allah Maha Meliputi (ilmunya)
terhadap apa yang mereka perbuat.(108) Beginilah kamu ! Kamu sekalian adalah orang-orang
yang (berdebat untuk) membela mereka di dalam kehidupan dunia ini, maka siapakah yang akan
mendebat Alah untuk (membela) mereka pada hari qiyamat ? Atau siapakah yang jadi pelindung
mereka (terhadap siksa Allah) ?" (109). [QS. An-Nisaa' : 105-109]
Ayat-ayat diatas diturunkan berhubungan dengan pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia
menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui
perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu adalah orang Yahudi tersebut.
Hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi SAW dan mereka meminta agar
Nabi SAW membela Thu'mah dan menghukum orang Yahudi tersebut, kendatipun mereka tahu
bahwa yang mencuri barang itu adalah Thu'mah. Nabi SAW sendiri hampir-hampir
membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi tersebut.
Demikianlah bahwa agama Allah itu pada hakekatnya tidak membeda-bedakan antara suatu
kaum terhadap kaum lain.
Namun sebagian orang-orang Yahudi berdusta atas nama Allah dengan menganggap bahwa riba
itu hanya haram untuk orang Yahudi jika mereka berhutang kepada sesama Yahudi, tetapi jika
yang berhutang itu selain Yahudi tidaklah terlarang. Demikianlah anggapan mereka.
Islam tidak lupa terhadap kepentingan hidup manusia serta kelemahan manusia dalam
menghadapi kepentingannya itu. Oleh karena itu seorang muslim dalam keadaan yang sangat
terpaksa diperkenankan terhadap yang haram karena dorongan keadaan dan sekedar menjaga diri
dari kebinasaan.
Oleh karena itu Allah berfirman, sesudah menyebut satu persatu makanan yang diharamkan,
yaitu : bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah :
Yang semakna ini juga disebutkan dalam surat Al-Maaidah : 3, Al-An'aam : 145, dan An-Nahl :
115 ketika menyebutkan masalah makanan-makanan yang haram.
Dari ayat-ayat ini dan nash-nash lainnya, para ahli fiqih menetapkan suatu kaidah yang sangat
berharga sekali, yaitu :
Tetapi ayat-ayat itupun tetap memberikan suatu pembatas terhadap si pelakunya (orang yang
disebut dalam keadaan terpaksa) itu, yaitu dengan kata-kata Ghaira baaghin walaa 'aadin (tidak
ingin dan tidak melewati batas).
Ini dapat ditafsirkan, bahwa pengertian tidak ingin itu, maksudnya : tidak sengaja untuk mencari
kelezatan. Dan perkataan tidak melewati batas itu maksudnya : tidak melewati batas ketentuan
hukum.
Oleh karena itu, setiap manusia sekalipun dia dalam keadaan dlarurat, tetapi dia tidak boleh
menyerah begitu saja kepada keadaan tersebut dan tidak boleh menjatuhkan dirinya kepada
keadaan dlarurat itu tanpa berusaha mencari yang halal. Sehingga dengan demikian dia tidak
akan tersentuh dengan yang haram atau mempermudah dlarurat.
Islam, dengan memberikan perkenan untuk melakukan yang dilarang ketika dlarurat itu,
merupakan jiwa kemudahan Islam yang tidak dicampuri oleh kesukaran seperti cara yang
dilakukan oleh ummat-ummat dahulu.
Bersambung……
Firman Allah :
ُ َ
119: االنعام.ع ِر ْرت ُ ْم اِلَ ْي ِه ْ علَ ْي ُك ْم اِالَّ َما ا
َ ص َل لَ ُك ْم َّما َح َّر َم
َّ ََو قَ ْد ف
Dan Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa
kamu memakannya. [QS. Al-An'aam : 119]
Dan di ayat lain, setelah Allah menyebut tentang haramnya bangkai, darah dan sebagainya, kemudian
diikutinya dengan firman-Nya :
Dlarurat yang sudah disepakati oleh semua ulama ialah dlarurat dalam masalah makanan, karena
kelaparan. Jadi orang yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak mendapatkan makanan kecuali
makanan yang diharamkan itu, maka diwaktu itu dia boleh memakannya sekedar untuk menjaga diri
dari bahaya kebinasaan.
Perkataan Ghaira baaghin maksudnya : Tidak mencari-cari alasan untuk memenuhi keinginannya.
Sedang yang dimaksud dengan walaa 'aadin, yaitu seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya
dengan tegas :
Tidak termasuk dlarurat yang membolehkan seseorang makan makanan yang haram, apabila di
masyarakat itu ada kaum muslimin yang mempunyai makanan yang dapat untuk mengatasi
keterpaksaannya itu. Karena prinsip masyarakat Islam harus ada saling tolong-menolong dan perasaan
saling bertanggung-jawab dan bersatu padu bagaikan satu tubuh atau satu bangunan, yang satu dengan
yang lain saling kuat-menguatkan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
ْ َطووا ِع ٍم ي
ععَ ُمووه اِالَّ اَ ْن َ علووى َ ي ُم َح َّر ًمووا َّ وي اِلَو ْ ول آلَّ اَ ِجودُ فِو
َ وي َمووآ ا ُ ْو ِحو ْ قُو
وس اَ ْو ِف ْسوقًا ٌ يَّ ُكو ْوونَ َم ْيت َوةً ا َ ْو دَ ًمووا ُّم ْسوفُ ْو ًحا ا َ ْو لَ ْحو َوم ِخ ْن ِز ْيو ٍور فَ ِانَّووه ِر ْجو
غفُ ْوو ٌر
َ َّوك َ َغي َْر بَاغٍ َّو ال
َ عا ٍد فَا َِّن َرب ُ َ
َ ع َّر ْ فَ َم ِن ا،ا ُ ِه َّل ِلغَي ِْر هللاِ ِب ِه
145: االنعام.َّر ِح ْي ٌم
Katakanlah, “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan
bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir,
atau daging babi, karena semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.
Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-
An’aam : 145]
لخ ْن ِزي ِْر َو َمآ ا ُ ِه َّل ِلغَي ِْور هللاِ ِبوه ِ ْعلَ ْي ُك ُم اْل َم ْيتَةُ َو الدَّ ُم َو لَ ْح ُم اَ ت ْ ُح ّر َم
َّسوبُ ُع اِال َّ َو اْل ُم ْن َخ ِنقَةُ َو اْل َم ْوقُ ْوذَة ُ َو اْل ُمت َ َردّيَةُ َو النَّ ِع ْي َحةُ َو َمآ اَ َكو َل ال
ذ ِل ُكو ْم،ب َو ا َ ْن تَ ْستَ ْقسِو ُم ْوا ِبواْالَ ْزالَ ِم ِ صو ُ ُّعلَى الن َ َو َما ذُ ِب َح،َما ذَ َّك ْيت ُ ْم
،اخش َْوو ِن ْ س الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِم ْن ِد ْينِ ُك ْم فَوالَ تَ ْخش َْوو ُه ْم َو َ ِ اْليَ ْو َم يَئ،فِ ْس ٌق
َ ويْتُ لَ ُك و ُم ِ وي َو َر ْ علَ و ْي ُك ْم نِ ْع َمتِو َ ُا َ ْليَو ْوو َم ا َ ْك َم ْلووتُ لَ ُك و ْم ِد ْي ونَ ُك ْم َو اَتْ َم ْمووت
َغي َْر ُمتَ َجانٍِْ ِالثْ ٍم فَا َِّن هللا َ ص ٍة َ ع َّر فِ ْي َم ْخ َم ُ َ ْ فَ َم ِن ا،الم ِد ْينًا َ اْ ِال ْس
3 : المائدة.غفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم َ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak
panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Kuridlai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Maaidah : 3]
Keempat ayat di atas, 2 diturunkan sebelum hijrah Nabi SAW, jadi termasuk ayat-ayat Makkiyah, yaitu
ayat 145 surat Al-An’aam dan ayat 115 surat An-Nahl. Sedangkan 2 ayat yang lain, yaitu 173 surat Al-
Baqarah dan ayat 3 surat Al-Maaidah termasuk ayat-ayat Madaniyah, kesemuanya menjelaskan bahwa
makanan yang diharamkan Allah bagi ummat Islam hanyalah :
1. bangkai,
2. darah,
Inilah empat macam makanan yang diharamkan oleh Allah berdasar keempat firman-Nya di atas.
Adapun antara ayat 3 Al-Maaidah yang menetapkan 10 macam binatang yang haram, dengan ayat 145
Al-An’aam, ayat 115 An-Nahl dan ayat 173 Al-Baqarah yang menetapkan 4 macam itu, sama sekali tidak
bertentangan. Karena ayat 3 surat Al-Maaidah tersebut merupakan perincian dari tiga ayat yang lain
yang telah disebutkan di atas.
Binatang yang dicekik, dipukul, jatuh dari atas, ditanduk dan karena dimakan binatag buas, semuanya
adalah termasuk dalam pengertian bagkai. Jadi semua itu sekedar perincian dari kata bangkai. Begitu
juga binatang yag disembelih untuk berhala, adalah semakna dengan yang disembelih dengan disebut
(nama) selain Allah, Jadi kedua-duanya mempunyai pengertian yang sama.
Ringkasnya, secara global (ijmaliy) makanan yang diharamkan itu ada empat macam, dan kalau diperinci
bisa menjadi sepuluh, sebagaimana pada surat Al-Maaidah ayat 3 tersebut.
Ada dua binatang yang dikecualikan oleh syari’at Islam dari kategori bangkai, yaitu belalang dan ikan
(dan sebangsanya), berdasarkan riwayat sebagai berikut :
سو ْب َع ُ غَزَ ْونَوا َمو َع َر:ْون ا َ ِبوى ا َ ْوفَوى قَوا َل
َ س ْوو ِل هللاِ ص ِ ع ْب ِد هللاِ بَ ع ْن َ
1546 :3 مسلم.َج َراد َ ت نَأ ْ ُك ُل اْل
ٍ غَزَ َوا
Dari 'Abdullah bin Abi 'Aufaa, ia berkata, "Kami pernah tujuh kali ikut berperang bersama Rasulullah
SAW dan kami makan belalang". [HR. Muslim juz 3, hal. 1546]
Rasulullah SAW pernah mengirim satu pasukan, kemudian mereka itu menemukan seekor ikan besar
yang sudah mati. Ikan itu kemudian dimakan selama setengah bulan. Setelah mereka tiba di Madinah,
diceritakanlah hal tersebut kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda : “Makanlah sebagai rezqi yang
telah Allah keluarkan untuk kalian”, sebagaimana riwayat berikut :
Di depan telah kami jelaskan bahwa makanan yang diharamkan oleh Allah hanyalah empat
macam, yaitu : bangkai, darah, daging babi dan sembelihan yang ketika disembelih disebut
(nama) selain Allah (sembelihan bukan karena Allah). Adapun makanan yang diharamkan atau
larangan dalam hadits, hukumnya hanyalah makruh (apabila dilakukan tidak berdosa, apabila
ditinggalkan berpahala). Namun sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa selain empat
macam yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yang dilarang di dalam haditspun haram pula kita
memakannya. Hadits-hadits tersebut sebagai berikut :
َحو َّور َم:وس ا َ ْخبَو َورهُ اَ َّن اَبَووا ثَ ْعلَبَ وةَ قَووا َل
َ ل ا َ َّن اَبَووا اِ ْد ِر ْيو
ٍ ون ِش و َها
ِ ون ا ْبو
ِ عو
َ
230 :6 البخارى.ح ُم ِر اْالَ ْه ِليَّ ِة ُ س ْو ُل هللاِ ص لُ ُح ْو َم ْال ُ َر
Dari ibnu Syihab bahwasanya Abu Idris mengkhabarkan kepadanya bahwa Abu Tsa’labah
berkata, “Rasulullah SAW mengharamkan daging himar jinak”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 230]
س ْو ِل هللاِ ص اِلَى َخ ْيبَ َر ُ خ ََر ْجنَا َم َع َر:سلَ َمةَ ب ِْن االَ ْك َوعِ قَا َل َ ع ْن َ
علَ ْي ِه ْم
َ تْ اس ْاليَ ْو َم الَّذِى فُ ِت َح
ُ َّسى الن َ ث ُ َّم اِ َّن هللاَ فَت َ َح َها
َ فَلَ َّما ا َ ْم،علَ ْي ِه ْم
ان؟ َعلَى ُ َما ه ِذ ِه النّي َْر:س ْو ُل هللاِ ص ُ فَقَا َل َر،ًا َ ْوقَد ُْوا ِني َْرانًا َك ِثي َْرة
ى لَ ْح ٍم؟ قَالُ ْوا ّ َعلَى اَ : قَا َل.علَى لَ ْح ٍم َ :ش ْىءٍ ت ُ ْو ِقد ُْونَ ؟ قَالُ ْوا َ ى ّ َا
اَ ْه ِر ْيقُ ْو َها َو:س ْو ُل هللاِ ص ُ فَقَا َل َر.ٍعلَى لَ ْح ِم ُح ُم ٍر اِ ْن ِسيَّة َ
:س ْو َل هللاِ اَ ْو نُ َه ِر ْيقُ َها َو نَ ْغ ِسلُ َها؟ قَا َلُ يَا َر: فَقَا َل َر ُج ٌل.ا ْكس ُِر ْو َها
1540 :3 مسلم. َ ا َ ْو ذَا
Dari Salamah bin Akwa’, ia berkata : Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW ke Khaibar,
kemudian Allah menaklukkannya untuk kemenangan mereka (kaum muslimin). Ketika sore
harinya penaklukan Khaibar tersebut pasukan muslimin banyak menyalakan api. Maka
Rasulullah SAW bertanya, “Api apa ini ? Untuk apa kalian menyalakan api ?”. Jawab mereka,
“Untuk memasak daging”. Beliau bertanya, “Daging apa ?”. Mereka menjawab, “Daging
keledai jinak”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Tumpahkanlah daging-daging itu dan
pecahkanlah periuknya”. Lalu ada seorang laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana
kalau kami tumpahkan isinya saja, lalu kami cuci periuknya ?”. Beliau menjawab, “Begitu juga
boleh”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1540]
Semut, tawon, burung hud-hud dan burung suradi, haram pula kita memakannya, karena kita
dilarang untuk membunuhnya, sedang (biasanya) tidak dapat memakannya kecuali harus
dibunuh terlebih dahulu. Juga, binatang-binatang yang kita disuruh membunuhnya, seperti ular,
gagak (yang ada warna putih di punggung dan dadanya), tikus, anjing galak dan burung elang,
inipun haram juga bagi ummat Islam memakannya, dan katak, haram pula memakannya, karena
ketika seorang thabib/ahli kesehatan mengatakan bahwa diantara campuran obatnya adalah
katak, maka Rasulullah SAW melarang kaum muslimin untuk membunuhnya.
س فَ َوا ِس ُق يُ ْقوتَ ْلنَ فِوي ٌ خ َْم:ي ص اَنَّهُ قَا َل َ شةَ رض
ّ ع ِن النَّ ِب َ ِعائَ ع ْنَ
وب اْلعَقُ ْوو ُر َوُ ارة ُ َو اْل َك ْل ُ لح ّل َو اْل َح َر ِم اْل َحيَّةُ َو اْلغُ َر
َ َال اْالَ ْبقَ ُع َو اْلف ِ ْا
856 :2 مسلم.حدَيَّا ُ اْل
Dari ‘Aisyah RA, dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, “Ada lima macam binatang
jahat yang boleh dibunuh di tanah halal maupun di tanah haram : 1. Ular, 2. Burung gagak
belang (putih bagian punggung dan dadanya), 3. Tikus, 4. Anjing galak, dan 5. Burung elang”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 856]
Dan ada pula yang berpendapat bahwa binatang yang oleh manusia dianggap kotor/jijik, maka
haram pula hukumnya, berdasarkan firman Allah (dalam menerangkan sifat Nabi SAW) :
Demikianlah tentang haramnya makanan, ‘ulama berbeda pendapat tentang hal tersebut,
sehingga terjadi dua pendapat :
Pendapat pertama, menyatakan bahwa yang haram hanyalah 4 macam makanan yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an, yaitu : bangkai, darah, daging babi dan sembelihan yang ketika
disembelih disebut (nama) selain Allah (sembelihan bukan karena Allah). Adapun larangan atau
pengharaman yang ada di dalam hadits-hadits hukumnya hanyalah makruh, yang kalau dilakukan
tidak berdosa, dan apabila ditinggalkan berpahala.
Pendapat kedua, menyatakan bahwa yang haram adalah apa-apa yang disebutkan di dalam Al-
Qur’an dan ditambah apa-apa yang disebutkan di dalam hadits Nabi SAW.
Walloohu a’lam.
Bersambung……..
1. Dlabb (biawak)
،وب
ّ ضَّ ون اَ ْكو ِل ال
ْ ع ُ سوأ َ َل َر ُجو ٌل َر
َ س ْوو َل هللاِ ص َ :ع َم َر قَوا َل ُ ع ِن اب ِْنَ
1542 :3 مسلم.ُح ّر ُمه َ ُ َال آ ُكلُهُ َو َال ا:فَقَا َل
Dari Ibnu ‘Umar, dia berkata, "Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW
mengenai makan daging biawak, maka beliau menjawab: "Saya tidak memakannya, tetapi tidak
mengharamkannya”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1542]
ْ َون ا
ص و َحا ِب ِه ِف و ْي ِه ْم ْ واس ِمو
ٌ ي ص َكووانَ َمعَ وهُ نَو َّ ع َمو َور ا َ َّن النَّ ِب و
ُ ون
ِ ون ا ْبو
ِ عو َ
ي ص اِنَّوهُ لَ ْحو ُم ّ اء النَّ ِب
ِ سَ ت ْام َرأَة ٌ ِم ْن ِن ِ َب فَنَاد ّ َ َ َو اُت ُ ْوا ِبلَ ْح ِم،ٌس ْعد َ
ونْ ْس ِمو َ ُكلُو ْووا فَ ِانَّ وهُ َح والَ ٌل َو لَ ِكنَّ وهُ لَ وي:سو ْوو ُل هللاِ ص ُ فَقَووا َل َر.وب ّ َو َ
1542 :3 مسلم.امي ِ َ طعَ
Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi SAW dahulu ketika bersama dengan para sahabatnya, termasuk di
dalamnya adalah Sa'ad. Lalu dihidangkan daging biawak untuk mereka. Lalu seorang wanita
diantara istri-istri Nabi SAW menyeru, "Itu adalah daging biawak”. Maka Rasulullah SAW
bersabda: "Makanlah karena daging biawak itu halal, namun bukan makanan yang biasa saya
makan”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1541]
س ْو ِل ُ دَخ َْلتُ اَنَا َو خَا ِلدُ ب ُْن ْال َو ِل ْي ِد َم َع َر:َّاس قَا َل ٍ عبَ ع ْب ِد هللاِ ب ِْن َ ع ْن َ
ِس ْوو ُل هللا ُ فَا َ ْه َوى اِلَيْو ِه َر،ٍب َم ْحنُ ْوذ ّ ضَ ي ِب َ ِ فَاُت،َْت َم ْي ُم ْونَة
َ هللاِ ص بَي
ت َم ْي ُم ْونَ وةَ اَ ْخ ِبو ُور ْوا ِ وض النّ ْسو َووةِ الالَّتِووي فِووي بَ ْي و ُ فَقَووا َل بَ ْعو،ص ِبيَ و ِد ِه
ُ فَقُ ْلت،ُس ْو ُل هللاِ ص يَدَه ُ فَ َرفَ َع َر،س ْو َل هللاِ ص ِب َما يُ ِر ْيدُ ا َ ْن يَأ ْ ُك َل ُ َر
ض قَ ْوو ِمي ِ ون ِبوا َ ْر ْ َو ل ِكنَّوهُ لَو ْم يَ ُك، َال:س ْوو َل هللاِ؟ قَوا َل ُ ا َ َح َرا ٌم ُه َو يَوا َر
س ْووو ُل هللاِ ص ُ اجت َ َر ْرتُووهُ فَا َ َك ْلتُووهُ َو َر
ْ َ ف:ٌ قَووا َل خَا ِلوود.ُعافُووه َ َ فَا َ ِجوودُنِي ا
1543 :3 مسلم.ظ ُر ُ يَ ْن
Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, "Saya dan Khalid bin Walid bersama-sama dengan
Rasulullah SAW datang ke rumah Maimunah, lalu ia hidangkan kepada kami daging biawak
yang telah dibakar, Rasulullah SAW lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil daging
tersebut, tiba-tiba sebagian dari wanita yang berada di rumah Maimunah berkata,
"Beritahukanlah dulu kepada Rasulullah SAW hidangan yang akan beliau makan”. Karena itu
Rasulullah SAW lalu menarik tangannya. Lantas saya bertanya, "Apakah daging tersebut haram
wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Tidak, tetapi karena ia tidak ada di negeri kaumku,
maka saya merasa jijik untuk memakannya”. Khalid berkata, "Lalu saya ambil daging tersebut
dan saya makan, sedangkan Rasulullah SAW melihat”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1543]
َع ْب ودَ هللاِ ْبوون َ ي اَ َّن ّ وار ِ صو َ ون ُحنَ ْيووٍْ اْالَ ْن ِ س و ْه ِل ْبوَ ون ِ ون ا َ ِبووي ا ُ َما َم وةَ ْبوْ عو
َ
ُْْ هللاِ ا َ ْخبَ َورهُ اَنَّوه ُ سي َ َُّاس ا َ ْخبَ َرهُ ا َ َّن خَا ِلدَ بْنَ ْال َو ِل ْي ِد الَّذِي يُقَا ُل لَه ٍ عب َ
وويَ ي ص َو ِه ّ ج النَّ ِبوو ِ علَووى َم ْي ُم ْونَووةَ زَ ْو َ س ْووو ِل هللاِ ص ُ دَخَوو َل َموو َع َر
ت ِبو ِه ْ َوبًّا َم ْحنُو ْووذًا قَو ِد َم َ فَ َو َجودَ ِع ْنودَ َها،واس ٍ عبَّو َ ون ِ خَالَت ُوهُ َو خَالَوةُ ا ْبو
ِسو ْوو ِل هللا ُ وب ِل َر َّ ضو َّ ت ال ْ ث ِمو
ِ فَقَودَّ َم،ٍون ن َْجود ِ وار ِ ا ُ ْخت ُ َهوا ُحفَ ْيودَة ُ ِب ْنووتُ ْال َح
،ُس و َّمى لَ وه َ ُث ِب و ِه َو ي َ َّطعَووا ٌم َحتَّووى يُ َح ود َ َو َكووانَ قَلَّ َمووا يُقَ ودَّ ُم اِلَ ْي و ِه،ص
ِون النّ ْس َووة ْ ت ْام َورأَة ٌ ِم ِ فَقَالَو،وب ّ ض َّ س ْو ُل هللاِ ص يَودَهُ اِلَوى ال ُ فَا َ ْه َوى َر
ب يَا ُّ ض َّ ُه َو ال: َ قُ ْلن،ُس ْو َل هللاِ ص ِب َما قَدَّ ْمت ُ َّن لَه ُ ض ْو ِر ا َ ْخ ِب ْرنَ َر ُ ْال ُح
اَ َح َورا ٌم:ِ فَقَا َل خَا ِلدُ ب ُْن ْال َو ِليد،ُس ْو ُل هللاِ ص يَدَه ُ فَ َرفَ َع َر.ِس ْو َل هللا ُ َر
ض قَو ْوو ِمي ِ ون ِب وأ َ ْر ْ َو ل ِكنَّ وهُ لَ و ْم يَ ُكو، َال:سو ْوو َل هللاِ؟ قَووا َل ُ وب يَووا َرُّ ضو َّ ال
ظ ُر فَلَو ْم ُ س ْو ُل هللاِ يَ ْن ُ اجت َ َر ْرتُهُ فَا َ َك ْلتُهُ َو َرْ َ ف:ٌ قَا َل خَا ِلد.ُعافُه َ َ فَا َ ِجدُنِي ا
1543 :3 مسلم.يَ ْن َه ِني
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif Al-Anshariy bahwa Abdullah bin ‘Abbas pernah
mengkhabarkan kepadanya bahwa Khalid bin Walid yang di juluki dengan pedang Allah,
mengkhabarkan kepadanya; bahwa dia bersama dengan Rasulullah SAW datang kepada
Maimunah isteri Nabi SAW (dia adalah bibinya Khalid dan juga bibinya Ibnu ‘Abbas) lantas dia
mendapati di situ daging biawak yang telah di bakar, oleh-oleh dari saudara perempuannya
yaitu Hufaidah binti Al Harits dari Najd, lantas daging biawak tersebut disuguhkan kepada
Rasulullah SAW. Dan jarang sekali beliau disuguhi makanan sehingga beliau diberitahu terlebih
dahulu nama makanan yang disuguhkan. Kemudian ketika Rasulullah SAW akan mengambil
daging biawak tersebut, seorang wanita dari beberapa wanita yang ikut hadir berkata,
"Beritahukanlah dulu kepada Rasulullah SAW hidangan yang kalian suguhkan!" Kami (para
wanita) berkata, "Itu daging biawak, wahai Rasulullah !". Lalu Rasulullah SAW menarik
tangannya. Khalid bin Walid lalu bertanya, "Ya Rasulullah, apakah daging biawak itu haram ?".
Beliau menjawab, "Tidak, namun makanan itu tidak ada di negeri kaumku, maka aku tidak mau
memakannya”. Khalid berkata, "Lantas aku ambil daging tersebut dan aku makan, sedangkan
Rasulullah melihatku dan tidak melarang”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1543]
2. Kuda
ع ْن لُ ُح ْوو ِم
َ س ْو َل هللاِ ص نَ َهى يَ ْو َم َخ ْيبَ َرُ ع ْب ِد هللاِ ا َ َّن َر
َ ع ْن َجا ِب ِر ب ِْن َ
1541 :3 مسلم.خ ْي ِل َ ْال ُح ُم ِر اْالَ ْه ِليَّ ِة َو اَذِنَ ِف ْي لُ ُح ْو ِم ْال
Dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya ketika perang Khaibar, Rasulullah SAW melarang makan
daging keledai jinak, dan membolehkan memakan daging kuda”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1541]
3. Himar liar
ض ِ س ْوو ِل هللاِ ص َحتَّوى ِاذَا َكوانَ ِبوبَ ْع ُ ع ْن ا َ ِبوي قَتَوادَة َ اَنَّوهُ َكوانَ َمو َع َر َ
َ ل لَوهُ ُم ْحو ِور ِميْنَ َو ُهو َوو
غ ْيو ُور ُم ْحو ِور ٍم ٍ صو َحا ْ َ وْ َمو َع ا َ ق َم َّكوةَ تَخَلَّو َ
ِ ط ِر ْيو
ص و َحابَهُ اَ ْن ْ َ سووأ َ َل ا
َ علَووى فَ َر ِس و ِه ث ُو َّم
َ وارا َو ْح ِش ويًّا فَا ْس وت َ َوى ً فَو َورأَى ِح َمو
علَووى َ ث ُ و َّم.ُس وأَلَ ُه ْم ُر ْم َحووهُ فَ واَبَ ْوا فَاَخَووذَه
َ َّش ود َ َطا فَ واَبَ ْوا فً سو ْوو َ ُيُنَووا ِولُ ْوه
سو ْوو ِل هللاِ ص َو اَبَووى ُ ل َر ِ ص و َحا ْ َ وض ا ِ ْال ِح َمو
ُ وار فَقَتَلَ وهُ فَا َ َك و َل ِم ْن وهُ بَ ْعو
اِنَّ َموا:وك فَقَوا َل ْ ع
َ ون ذ ِل َ ُسوأَلُ ْوه ُ فَلَ َّموا ا َ ْد َر ُك ْووا َر.ض ُه ْم
َ س ْوو َل هللاِ ص ُ بَ ْع
222 :6 البخارى.ُها هللا َ طعَ َم ُك ُم ْو ْ َط ْع َمةٌ ا ُ ي َ ِه
Dari Abu Qatadah, bahwasanya ia pernah pergi bersama Rasulullah SAW, sehingga ketika
sampai di jalanan Makkah, ia dan teman-temannya yang sedang ihram tertinggal dari
rombongan, sedangkan saat itu dia sendiri tidak ihram. Lalu ia melihat seekor keledai liar,
maka ia segera menaiki kudanya (untuk menangkap keledai tersebut). Kemudian ia minta tolong
kepada teman-temannya untuk mengambilkan cambuknya yang jatuh, namun mereka tidak mau
mengambilkan, lalu ia minta tolong diambilkan tombaknya, namun mereka juga tidak mau
mengambilkan (karena yang ihram dilarang berburu). Lalu ia pun mengambil sendiri, kemudian
memburu keledai tersebut sehingga membunuhnya. Sebagian sahabat Rasulullah SAW ada yang
ikut memakan dagingnya, dan ada juga yang menolak. Ketika mereka dapat menyusul
Rasulullah SAW, mereka menanyakan hal itu kepada beliau. Maka jawab beliau, "Sesungguhnya
itu adalah makanan yang Allah berikan kepada kalian". [HR. Bukhari juz 6, hal. 222]
3. Kelinci
َ َان ف
س وعَى َّ ون ِب َمو ّور
ِ الظ ْهو َور ُ ا َ ْنفَ ْجنَووا ا َ ْرنَبًووا َو ن َْحو:رض قَووا َل ِ وس ٍ ون اَنَو
ْ عو َ
َ ط ْل َح وةَ فَ وذَبَ َح َها فَبَعَو
وث َ ْالقَو ْوو ُم فَلَغَبُو ْووا فَا َ َخ و ْذت ُ َها فَ ِجئْووتُ ِب َهووا اِلَووى اَ ِبووي
231 :6 البخارى.ي ص فَقَبِلَ َها ّ ِبِ َو ِر َك ْي َها اَ ْو قَا َل بِفَ ِخذَ ْي َها اِلَى النَّب
Dari Anas RA, ia berkata; "Ketika kami lewat di Marrudh-Dhahran, tiba-tiba kami di kagetkan
oleh seekor kelinci, lalu orang-orang mengejar kelinci tersebut hingga mereka kelelahan, lalu
saya berhasil menangkapnya, lalu saya membawanya kepada Abu Thalhah, kemudian dia
menyembelihnya, dan mengirimkan kedua tepongnya atau kedua pahanya kepada Nabi SAW,
lalu beliau menerimanya”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 231]
ان
ِ الظ ْهو َورَّ َم َر ْرنَووا فَا ْس وت َ ْنفَ ْجنَا اَ ْرنَبًووا ِب َمو ّور:ون َما ِلووكٍ قَووا َل ِ وس ْبو ِ ون اَنَو
ْ عو َ
فَاَتَ ْيووتُ ِب َهووا اَبَووا،سوعَيْتُ َحتَّووى اَ ْد َر ْكت ُ َهووا َ َ ف: قَووا َل،علَ ْيو ِه فَلَغَبُو ْووا
َ سوعَ ْوا َ َف
ُس ْو ِل هللاِ ص فَاَتَيْوت ُ ث ِب َو ِر ِك َها َو فَ ِخذَ ْي َها اِلَى َر َ َ فَبَع،ط ْل َحةَ فَذَبَ َح َها َ
1547 :3 مسلم.ُ فَقَ ِبلَه،س ْو َل هللاِ ص ُ ِب َها َر
Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Pada suatu ketika kami lewat di Marrudh Dhahran (nama
tempat di dekat Makkah), tiba-tiba kami dikagetkan oleh seekor kelinci, lalu orang-orang
mengejar kelinci tersebut sampai mereka kelelahan." Anas berkata, "Lalu saya kejar hingga
tertangkap, lantas saya membawanya kepada Abu Thalhah, kemudian dia menyembelihnya dan
mengirimkan tepongnya atau kedua pahanya kepada Rasulullah SAW, dan saya yang
mengantarkan kepada Rasulullah SAW, dan beliau pun menerimanya”. [HR. Muslim juz 3, hal.
1547]
Bersambung……
سو ْووو ُل هللاِ ص بُووودَ ْي َل ْبووونَ َو ْرقَوووا َء َ بَعَو:وورة َ قَوووا َل
ُ ووث َر َ وون ا َ ِبوووى ُه َر ْيو
ْ عو
َ
َ اَالَ اِ َّن الوذَّ َكاة:واج ِمنًوى ِ صو ْي ُح ِفوى فُ َج ِ َعلَى َج َمو ٍل ا َ ْو َرقَ ي َ يَّ اْل ُخزَ ا ِع
َو اَيَّوا ُم ِمنًوى، َس ا َ ْن تَ ْزهَق َ ُ اَالَ َو الَ ت ُ ْع ِجلُوا اْالَ ْنف،ق َو اللَّبَّ ِة ِ فِى اْل َح ْل
45 : رقم،283 :4 الدارقعنى.ل َو ِبعَا ٍل ٍ ش ْر ُ اَيَّا ُم ا َ ْك ٍل َو
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW pernah mengutus Budail bin Warqa' Al-
Khuza'iy dengan naik onta abu-abu supaya menyerukan di jalan-jalan Mina (dengan berkata),
"Ketahuilah bahwa sembelihan itu tempatnya di kerongkongan dan leher. Ketahuilah, dan
janganlah kalian tergesa-gesa menghilangkan nyawa (dengan menguliti sebelum betul-betul
mati). Hari-hari Mina adalah hari-hari makan, minum dan berhias". [HR. Daruquthni juz 4, hal.
283, no. 45, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Sa’id bin Salaam Al-‘Aththoor, ia
kadzdzaab]
ْ ع
وون َ س ْووو ُل هللاِ ص ُ نَ َهووى َر:َواس َو ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورةَ قَوواال ٍ عبَّو َ ون ِ ون ا ْبو
ِ عو َ
وورى َ لج ْلووودُ َو الَ ت ُ ْفو َ ووي الَّتِوووى تُووو ْذبَ ُح فَيُ ْق
ِ ْعووو ُع ا َ ان َو ِهو َ شووو ْي
ِ ع َّ ع ِة ال َ وور ْي
ِ شو
َ
2826 : رقم،103 :3 ابو داود.ت َ اْالَ ْودَا ُج ث ُ َّم تُتْ َر ُ َحتَّى تَ ُم ْو
Dari Ibnu 'Abbas dan Abu Hurairah, mereka berkata, "Rasulullah SAW telah melarang
Syarithatusy-Syaithan, yaitu (sembelihan) yang disembelih (cuma) putus kulitnya, dan tidak
putus urat lehernya, kemudian dibiarkan sampai mati". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 103, no.
2826]
Alat yang boleh untuk menyembelih ialah pisau atau apasaja yang dapat mengalirkan darah.
Misalnya : batu, bambu dan lain sebagainya, tetapi tidak boleh memakai kuku dan gigi.
ْس لَنَووا َ لَوي،ِسو ْوو َل هللا ُ يَووا َر:ون َج ودّ ِه اَنَّوهُ قَووا َل ْ عوَ وعٍ ون َرا ِفو ِ عبَايَوةَ ْبو
َ ون ْ عو
َ
الظفُو َور َوُّ ْس ْ َمووا ا َ ْن َهو َور ال ودَّ َم َو ذُ ِكو َور ا ْس و ُم هللاِ فَ ُكو: فَقَووا َل.ُم ودًى
َ لَ وي،ول
ْ َون فَع
َو نَ ودَّ بَ ِع ْيو ٌور.ظ و ٌم ّ ش و ِة َو اَ َّمووا ال
ُّ سو َ َالظفُو ُور فَ ُم ودَى ْال َحب ُّ ا َ َّمووا،ون َّ سو
ّ ال
غلَوبَ ُك ْمَ فَ َمووا،اال ِب و ِل اَ َوا ِب ودَ َكا َ َوا ِبو ِد ْالو َوو ْح ِش
ِ ْ اِ َّن ِل و ه ِذ ِه: فَقَووا َل،ُس وهَ َفَ َحب
226 :6 البخارى.صنَعُ ْوا ه َكذَا ْ ِم ْن َها فَا
Dari ‘Abayah (bin Rifaa’ah) bin Raafi' dari kakeknya, bahwasanya ia bertanya (kepada
Rasulullah SAW), "Ya Rasulullah, kami tidak mempunyai pisau, (lalu bagaimana kami berbuat)
?". Maka beliau pun bersabda: "Apasaja yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah
atasnya, maka makanlah, namun tidak boleh memakai kuku dan gigi, sebab kuku adalah
pisaunya orang-orang Habasyah, sedangkan gigi adalah tulang”. Dan ada seekor unta yang lari
terlepas, kemudian ia berhasil menangkapnya, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya diantara
unta-unta ini ada unta-unta yang beringas seperti unta liar, maka jika kalian kesulitan
menangkapnya, lakukanlah seperti itu”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 226]
،شوواة ً ِب َح َجو ٍور ْ ون اَ ِب ْيو ِه اَ َّن ْامو َورأَة ً ذَبَ َح
َ وت ْ عَ ٍون َما ِلووك ِ ون ِل َك ْعو
ِ ب ْبو ٍ ون ا ْبو
ِ ع َ
226 :6 البخارى.ك فَا َ َم َر ِبا َ ْك ِل َها َ ع ْن ذ ِلَ يص ُّ س ِئ َل النَّ ِب
ُ َف
Dari anaknya Ka'ab bin Malik, dari ayahnya, ia berkata : Bahwasanya ada seorang perempuan
menyembelih kambing dengan batu, lalu ditanyakan kepada Nabi SAW tentang hal itu, maka
Nabi SAW menyuruh memakannya". [HR. Bukhari juz 6, hal. 226]
ب ِ اريَوةً ِل َك ْعو ِ عبْودَ هللاِ ا َ َّن َج َ س ِل َمةَ ا َ ْخبَ َر
َ ع ْن َر ُج ٍل ِم ْن بَ ِني َ ع ْن نَا ِف ٍع َ
س ْوول ٍع َ ق َو ُه
َ ووو ِب ِ س ْوووُّ غنَ ًمووا لَووهُ ِب ْال ُجبَيْوو ِل الَّووذِي ِبال
َ عووى َ ْوون َما ِلووكٍ ت َ ْر
ِ ب
يص ّ فَووذَ َك ُر ْوا ِللنَّ ِبوو،وورا فَووذَبَ َحتْ َها ِبوو ِه
ً ت َح َج ْ وورَ سَ ت شَوواة ٌ فَ َك ْ َصوو ْيبِ ُ فَا
225 :6 البخارى.ه ْم ِبأ َ ْك ِل َها ُ فَا َ َم َر
Dari Nafi' dari seorang laki-laki dari bani Salimah, ia mengkhabarkan kepada ‘Abdullah (bin
‘Umar) bahwa budak perempuan Ka'ab bin Malik menggembalakan kambingnya di sebuah
gunung kecil, di dekat pasar, yaitu di Sala'. Kemudian salah satu kambingnya sakit, lalu budak
perempuan itu memecah batu dan menyembelih kambing yang sakit itu dengan pecahan batu
tersebut. Kemudian orang-orang menceritakan hal itu kepada Nabi SAW, maka beliau menyuruh
mereka untuk memakannya”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 225]
:س ْوو ِل هللاِ ص قَوا َل ُ ون َر ْ عَ ظت ُ ُه َما ْ ان َح ِف ِ َ ثِ ْنت:شدَّا ِد ب ِْن ا َ ْو ٍس قَا َلَ ع ْن َ
فَو ِاذَا قَتَ ْلوت ُ ْم فَا َ ْحسِونُوا اْل ِقتْلَوةَ َو، ٍَيءْ علَى ُك ّل ش َ َسان َ ب اْ ِال ْح َ َ اِ َّن هللاَ َكت
َ شو ْف َرتَهُ َو ْليُو ِور ْح ذَ ِب ْي
.ُحت َوه َ اِذَا ذَبَ ْحوت ُ ْم فَا َ ْح ِسونُوا الوذَّ ْب َح َو ْليُ ِحودَّ ا َ َحودُ ُك ْم
1548 :3 مسلم
Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Aku hafal dua hal dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan cara yang baik pada tiap-tiap sesuatu. Maka apabila
kalian membunuh, hendaklah kalian membunuh dengan cara yang baik, dan apabila kalian
menyembelih, maka hendaklah menyembelih dengan cara yang baik, dan hendaklah seseorang
diantara kalian menajamkan pisaunya dan mempermudah (kematian) binatang sembelihannya".
[HR. Muslim juz 3, hal. 1548]
ُاَ ٍع ِر ْجلَوه
ِ علَى َر ُج ٍل َو َ س ْو ُل هللاِ ص ُ َم َّر َر: قَا َل،َّاس ٍ عب َ ع ِن اب ِْن َ
،ص ِورها ُ وي تَ ْل َحو
َ َِ اِلَيْو ِه بِب َ َو ِه،ُص ْف َح ِة شَاةٍ َو ُه َو يُ ِحودُّ شَو ْف َرتَه َ علَى َ
العبرانوى فوى الكبيور.وان ِ َ ا َ َو ت ُ ِريْودُ اَ ْن ت ُ ِم ْيتَ َهوا َم ْوتَت، اَفَالَ قَ ْب َل هوذَا:قَا َل
11916 : رقم،263 :11
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW pernah melewati seorang laki-laki yang
menginjakkan kakinya pada tubuh seekor kambing (yang akan disembelih) sambil mengasah
pisaunya, sedangkan kambing itu meliriknya dengan matanya. Maka Rasulullah SAW bersabda,
“Kenapa tidak kamu asah sebelum ini ? Apakah kamu ingin membunuhnya dua kali ?”., [HR.
Thabrani, dalam Al-Kabiir juz 11, hal. 263, no. 11916]
َُّّاس ا َ َّن َر ُجالً اََْو َج َع شَواة ً يُ ِريْودُ اَ ْن يَو ْذبَ َح َها َو ُه َوو يُ ِحود ٍ عب َ ع ِن اب ِْن َ
َ ول َح ودَّ ْد
ت ٌ ا َ ت ُ ِر ْي ودُ اَ ْن ت ُ ِم ْيتَ َهووا َم ْوتَو:ي ص
ْ َهو،وات ُّ فَقَووا َل النَّ ِب و،ُش و ْف َرتَه
َ
7570 : رقم،260 :4 ْجعَ َها؟ الحاكم فى المستدر ِ ش ْف َرتَ َك قَ ْب َل اَ ْن تُض َ
Dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya ada seorang laki-laki yang membaringkan seekor kambing yang
akan disembelihnya sambil mengasah pisaunya, maka Nabi SAW bersabda, “Apakah kamu ingin
mematikannya beberapa kali ? Mengapa tidak kamu asah pisaumu sebelum membaringkannya
?”. [HR. Hakim, dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 260, no. 7570]
ُ ُكلُ ْووه: فَقَا َل،ع ِن اْل َجنِي ِْن َ س ْو َل هللاِ ص ُ سأ َ ْلتُ َرَ :س ِع ْي ٍد قَا َلَ ع ْن ا َ ِبى َ
نَ ْن َحو ُور النَّاقَ وةَ َو نَ و ْذبَ ُح،ِسو ْوو َل هللا ُ يَووا َر: قُ ْلنَووا، ٍِ َو فِووى لَ ْفوو.اِ ْن ِش وئْت ُ ْم
ُكلُ ْووهُ اِ ْن:عنِ َها َجنِي ٌْن اَنُ ْل ِق ْي ِه اَ ْم نَأ ْ ُكلُهُ؟ قَا َل
ْ َشاة َ فَن َِجدُ فِى ب َّ اْلبَقَ َرة َ َو ال
2827 : رقم،103 :3 ابو داود.ِن ذَ َكاتَهُ ذَ َكاة ُ ا ُ ّم ِه َّ فَا،ِشئْت ُ ْم
Dari Abu Sa’id, ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang janin (yang ada
dalam perut binatang yang disembelih), maka beliau bersabda, “Makanlah jika kalian mau”.
Dan dalam riwayat lain : Kami bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, kami menyembelih
unta, sapi dan kambing, lalu kami mendapati janin di dalam perutnya, (yang demikian itu)
apakah kami buang atau boleh dimakan ?”. Beliau bersabda, “Makanlah jika kalian mau,
karena penyembelihannya adalah (mengikut) penyembelihan induknya”. [HR. Abu Dawud juz 3,
hal. 103, no. 2827]
Bersambung…….
‘Ulama berbeda pendapat tentang wajibnya membaca Basmalah ketika menyembelih. Dalam hal
ini ulama ada tiga pendapat.
Pendapat I
Sembelihan yang tidak disebut nama Allah atau Bismillah padanya, baik dengan sengaja atau
karena lupa, sembelihan itu tetap halal, asalkan saja yang menyembelih itu orang Islam.
Dasarnya ialah firman Allah SWT :
Yang dimaksud "kecuali apa yang (sempat) kamu sembelih", ialah kecuali apa yang sempat
orang Islam menyembelihnya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa sembelihan orang Islam meskipun tidak menyebut nama Allah
(Bismillah) itu tetap halal. Seandainya tidak halal, tentu Allah berfirman "kecuali apa yang
(sempat) kamu sembelih dengan menyebut Bismillah".
Dengan demikian nyatalah bahwa sembelihan orang Islam itu tetap halal meskipun tidak
menyebut Bismillah ketika menyembelih.
يَووا:ي ص فَقَووا َل ّ َجووا َء َر ُجو ٌل اِلَووى النَّ ِبو:ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ رض قَووا َل ْ عو
َ
ُّ ي؟ فَقَوا َل النَّ ِبو
ي َ ُسى اَ ْن ي
َ س ّم َ الر ُج َل ِمنَّا يَ ْذبَ ُح َو يَ ْن َ س ْو َل هللاِ ا َ َراَي
َّ ْت ُ َر
240 :9 البيهقى.س ِل ٍم ْ علَى ُك ّل ُم
َ ِ اِ ْس ُم هللا:ص
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu
bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau terhadap seorang laki-laki diantara
kami yang menyembelih, tetapi lupa menyebut nama Allah (Bismillah) ?". Maka sabda Nabi
SAW, "Nama Allah itu ada pada tiap-tiap orang Islam". [HR. Baihaqi juz 9, hal. 240, dla’if
karena dalam sanadnya ada perawi bernama Marwan bin Saalim]
ذَبِ ْي َحوةُ اْل ُم ْسو ِل ِم َحوالَ ٌل ذَ َك َور:س ْوو ُل هللاِ ص ُ قَوا َل َر:ت قَوا َل ِ ص ْل َّ ع ِن ال َ
:9 البيهقوى.ِوم هللا َ اِنَّوهُ اِ ْن ذَ َكو َور لَو ْم يَو ْذ ُك ْر اِالَّ ا ْسو.ا ْسو َوم هللاِ ا َ ْو لَو ْم يَو ْذ ُك ْر
240
Dari Shalt, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sembelihan orang Islam itu halal, dengan
menyebut nama Allah atau tidak menyebut. Sesungguhnya jjika ia menyebut, maka tidak
menyebut melainkan nama Allah". [HR. Baihaqi juz 9, hal. 240, mursal karena Shalt seorang
Tabi’iy, ia tidak bertemu Nabi SAW]
Dengan dasar ayat dan hadits-hadits tersebut jelaslah bahwa sembelihan orang Islam yang tidak
menyebut nama Allah (Bismillah) adalah halal. Dan membaca Bismillah ketika menyembelih itu
hukumnya hanya sunnah, berdasar hadits berikut ini :
ي ص اِ َّن قَ ْو ًموا يَأْت ُ ْونَوا ِبواللَّ ْح ِم ّ ا َ َّن قَ ْو ًما قَالُ ْوا ِللنَّ ِبو:شةَ رض َ ع ْن
َ ِعائ َ
.ُعلَيْو ِه اَ ْنوت ُ ْم َو ُكلُ ْووه
َ س ُّم ْوا َ :علَ ْي ِه ا َ ْم الَ؟ فَقَا َلَ ِالَ نَ ْد ِرى اَذُ ِك َر ا ْس ُم هللا
226 :6 البخارى.ِِ ع ْه ٍد ِباْل ُك ْفر َ َو َكانُ ْوا َح ِد ْيثِى:ت ْ َقَال
Dari "Aisyah RA, ia berkata : Sesungguhnya ada satu qaum bertanya kepada Nabi SAW, "Ya
Rasulullah, sesungguhnya orang-orang biasa datang kepada kami sambil membawa daging,
padahal kami tidak mengetahui apakah itu disembelih dengan menyebut nama Allah atau tidak
?". Maka beliau SAW bersabda, "Sebutlah nama Allah padanya, dan makanlah !". 'Aisyah
berkata, "Mereka yang membawa daging itu orang-orang yang baru saja masuk Islam". [HR
Bukhari juz 6, hal. 226]
Berdasar hadits-hadits diatas, maka membaca Bismillah dalam menyembelih hukumnya sunnah.
Oleh karena hukumnya sunnah, maka meninggalkan menyebut nama Allah (Bismillah), sengaja
atau tidak, sembelihan itu hukumnya tetap halal dimakan, dengan catatan penyembelihnya
adalah orang Islam. Sebaliknya walaupun membaca Bismillah, jika yang menyembelih itu orang
musyrik, maka sembelihan itu haram dimakan.
Maksudnya ialah orang Islam diperintahkan supaya makan sembelihan yang disembelih oleh
orang Islam dan disembelih karena Allah.
Maksudnya ialah orang Islam dilarang memakan sembelihan orang musyrik, bangkai atau
sembelihan yang disembelih bukan karena Allah. Hal itu diperjelas pada kelanjutan ayat tersebut
Di dalam ayat tersebut disebutkan ( ا َ ْو ِف ْسوقًا ا ُ ِهو َّل ِلغَي ِْور هللاِ ِبوهatau kefasiqan, yaitu
binatang yang disembelih disuarakan untuk selain Allah). Jadi yang dimaksud وق ٌ لَ ِف ْسdalam
surat Al-An'aam : 121 tersebut yaitu "sembelihan yang disebut untuk selain Allah, atau
sembelihan yang bukan karena Allah".
Pendapat II
Sembelihan yang tidak disebut padanya nama Allah atau Bismillah ketika menyembelih, maka
sembelihan tersebut adalah haram dimakan, karena menyebut nama Allah atau Bismillah adalah
sesuatu yang wajib dilakukan dan merupakan syarat sahnya sembelihan. Dasarnya adalah firman
Allah QS. Al-An'aam : 118
Ayat-ayat tersebut sudah begitu jelas artinya, yaitu kita dilarang memakan sembelihan yang tidak
disebut nama Allah padanya. Atau dengan kata lain; sembelihan yang tidak disebut nama Allah
atau Bismillah ketika menyembelihnya, maka sembelihan tersebut adalah haram, dan itu
termasuk kategori bangkai.
Dan kami tidak setuju dengan pendapat yang mengartikan “lam yudzkaris mulloohi ‘alaihi”
dengan pemahaman "bukan karena Allah", karena firman Allah dalam surat Al-An'aam 121 itu
sudah terang sekali artinya, yaitu melarang kita memakan sembelihan yang tidak disebut nama
Allah padanya.
Jadi keliru sekali jika perkataan "tidak disebut nama Allah" itu diartikan dengan "bukan karena
Allah". Dan perhatikanlah riwayat-riwayat berikut ini:
ْس لَنَووا
َ لَوي،ِسو ْوو َل هللاُ يَووا َر:ون َج ودّ ِه اَنَّوهُ قَووا َل ْ عو
َ وع ٍ ون َرافِو ِ عبَايَوةَ ْبو
َ ونْ عو
َ
ُّ ْس
الظفُو َور َو َ لَ وي،ول ْ َمووا ا َ ْن َهو َور ال ودَّ َم َو ذُ ِكو َور ا ْس و ُم هللاِ فَ ُكو: فَقَووا َل.ُم ودًى
البخارى.ظ ٌم ْ َس ُّن فَعّ ش ِة َو ا َ َّما ال َ َالظفُ ُر فَ ُمدَى ْال َحب ُّ ا َ َّما،س َّنّ ال
Dari ‘Abayah (bin Rifaa’ah) bin Raafi' dari kakeknya, bahwasanya ia bertanya (kepada
Rasulullah SAW), "Ya Rasulullah, kami tidak mempunyai pisau, (lalu bagaimana kami berbuat)
?". Maka beliau pun bersabda: "Apasaja yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama Allah
atasnya, maka makanlah, namun tidak boleh memakai kuku dan gigi, sebab kuku adalah
pisaunya orang-orang Habasyah, sedangkan gigi adalah tulang”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 226]
اِنّووي الَ آ ُكوو ُل ِم َّمووا:س ْووو ُل هللاِ ص ُ قَووا َل َر،وور َ ع َم ُ ْوون َ قَووا َل
ُ عبْوودُ هللاِ ب
.علَيْوو ِه َ صووا ِب ُك ْم َو الَ آ ُكوو ُل اِالَّ ِم َّمووا ذُ ِك
َ ِوور ا ْسوو ُم هللا َ َتَوو ْذبَ ُح ْون
َ علَووى ا َ ْن
225 :6 البخارى
'Abdullah bin 'Umar telah berkata bahwa Rasulullahi SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya
aku tidak mau makan dari apa-apa yang kalian sembelih untuk berhala-berhala kalian, dan aku
tidak makan (sembelihan) yang tidak disebut nama Allah padanya". [HR Bukhari juz 6, hal. 225]
Dengan dalil-dalil tersebut nyatalah bahwa sembelihan yang tidak disebut nama Allah atau
Bismillah padanya, adalah haram.
Adapun alasan-alasan yang dibawakan oleh pendapat I, bisa kami jawab sebagai berikut :
1. Pada ayat 3 surat Al-Maidah itu walaupun hanya disebutkan (kecuali apa yang sempat kamu
sembelih) walaupun di situ tidak disebutkan dengan menyebut Bismillah", tetapi di situ sudah
otomatis mengandung arti, disembelih dengan nama Allah atau Bismillah. Karena
sebagaimana dalil-dalil yang sudah kami kemukakan tersebut jelas sekali bahwa sembelihan
yang halal itu yang disebut nama Allah padanya,maka orang Islam yang mengerti tentu tidak
akan meninggalkan menyebut nama Allah atau Bismillah sewaktu menyembelih.
2. Adapun hadits riwayat Baihaqi yang menyatakan bahwa nama Allah itu ada pada tiap-tiap
orang Islam, hadits tersebut tidak shahih, karena pada isnadnya terdapat seorang rawi yang
bernama Marwan bin Salim, dan dia itu dilemahkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim,
Daruquthni, Abu Hatim dan Ibnu 'Adiy. Dan Abu 'Arubah Al-Haraani berkata, bahwa
Marwan itu tukang memalsu hadits. (Lihat Tahdzibut Tahdzib juz 10, hal. 84, no. 172).
3. Dan hadits riwayat Daruquthni yang menyatakan bahwa orang Islam itu dicukupi oleh
namanya sendiri, itupun tidak shahih, karena pada isnadnya terdapat seorang yang bernama
Muhammad bin Yazid bin Sinan. Dia itu dilemahkan oleh Imam Daruquthni, Nasai dan Al-
Hafidh Ibnu Hajar. (Lihat Tahdzibut Tahdzib juz 9, hal. 462, no. 862; Taqribut Tahdzib hal.
447, no. 6399).
4. Adapun hadits riwayat Baihaqi yang menyatakan bahwa sembelihan orang Islam itu halal,
dengan menyebut nama Allah atau tidak menyebut, oleh karena yang menceritakan hadits
Nabi SAW tersebut seorang Tabi’in, tidak dengan perantaraan shahabat Nabi SAW, maka
hadits tersebut adalah mursal, sedang hadits mursal itu tidak bisa dijadikan sebagai hujjah
atau alasan. (Tentang Shalt As-Saduusiy, lihat Tahdzibut Tahdzib juz 4, hal. 383 no. 766;
Taqribut Tahdzib hal. 219, no. 2951). Dan begitulah yang diakui oleh qaidah Ilmu Hadits.
Dengan demikian nyatalah kelemahan hadits-hadits tersebut.
Pendapat III
Pendapat III ini sama dengan pendapat II, hanya saja apabila orang Islam itu dalam
menyembelihnya lupa menyebut nama Allah, sembelihan itu tetap halal, berdasar hadits sebagai
berikut :
َ عوأ
َ ع ْن ا ُ َّمتِى اْل َخ َ اِ َّن هللاَ َو:ي ص قَا َل
َ َ َع ّ ع ِن النَّ ِب َ َّاسٍ عبَ ع ِن اب ِْنَ
،659 :1 ابن ماجه.علَ ْي ِه َ َو النّ ْسيَانَ َو َما ا ْست ُ ْك ِر ُه ْوا
Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencatat dosa
pada ummatku dari perbuatan keliru, lupa dan perbuatan yang dipaksakan kepadanya”. [HR.
Ibnu Majah juz 1, hal. 659, no. 2045]
ْ عو
ون ُ قَووا َل َر:واس رض قَووا َل
َ تَ َجو:سو ْوو ُل هللاِ ص
َ ُواوزَ هللا ٍ عبَّوَ ون ِ ون ا ْبو
ِ عو
َ
:2 الحاكم فى المستدر.علَ ْي ِه َ عأ َ َو النّ ْسيَانَ َو َما ا ْست ُ ْك ِر ُه ْواَ ا ُ َّمتِى اْل َخ
2801 : رقم،216
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak mencatat dosa pada
ummatku dari perbuatan keliru, lupa dan perbuatan yang dipaksakan kepadanya”. [HR. Hakim,
dalam Al-Mustadrak juz 2, hal. 216, no. 2801]
Walloohu a’lam bishshowaab.
Bersambung………
1. Syarat-syarat berburu :
a. Dilakukan dengan niat untuk berburu, tidak hanya sekedar bermain-main.
b. Dalam masalah "berburu", disyaratkan bahwa si pemburu adalah orang Islam atau Ahli
Kitab (Yahudi dan Nashrani).
c. Tidak dilakukan pada waktu sedang berihram (berpakaian ihram dalam pelaksanaan ibadah
hajji), karena ketika itu diharamkan berburu.
d. Membaca Bismillah ketika akan melakukannya. (Dalam hal ini ada ulama yang berfaham
hukumnya hanya sunnah sebagaimana dalam hal menyembelih binatang).
وان
ٍ س َ ون اِ ْن
ْ َموا ِم:ي ص قَوا َل ّ ون النَّبِو
ِ ع َ ع ْم ٍورو رض َ ْون َ ع ْن
ِ عبْو ِد هللاِ ب َ
ع ْن َهواَ ع َّوز َو َجو َّل َ ُسأَلَهُ هللا
َ َّصفُ ْو ًرا فَ َما فَ ْوقَ َها ِبغَي ِْر َحقّ َها اِال
ْ ع ُ يَ ْقت ُ ُل
َحقُّ َها اَ ْن يَو ْذبَ َح َها: َو َما َحقُّ َها؟ قَا َل،ِس ْو َل هللا ُ يَا َر: ِق ْي َل،يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة
،261 :4 الحواكم فوى المسوتدر.سو َها فَيُ ْر َموى ِبو ِه َ ْع َع َرأ َ فَيَأ ْ ُكلُ َها َو الَ يَ ْق
7574 :رقم
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr RA dari Nabi SAW beliau bersabda, "Tidaklah seorangpun yang
membunuh burung pipit atau yang lebih dari itu dengan tidak menurut haqnya, melainkan akan
ditanya oleh Allah ‘Azza wa Jalla tentangnya kelak di hari qiyamat". Lalu ada yang bertanya.
“Ya Rasulullah, apakah haq burung itu ?". Rasulullah SAW menjawab, "Haqnya yaitu dia
disembelih, kemudian dimakan, tidak diputus kepalanya kemudian dibuang begitu saja". [HR.
Hakim dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 261, no. 7574]
ص و ْي ِد تَنَالُووه اَ ْي و ِد ْي ُك ْم َو
َّ ش و ْيءٍ ّموونَ الَ ياَيُّ َهووا الَّ و ِذيْنَ ا َمنُو ْووا لَيَ ْبلُو َوونَّ ُك ُم هللاُ ِب
وك فَلَووه
َ ون ا ْعتَوودى بَ ْعودَ ذ ِلو ِ ون يَّخَافُوه ِباْلغَ ْيو
ِ فَ َمو،ب ْ ِر َمووا ُح ُك ْم ِلويَ ْعلَ َم هللاُ َمو
94: المائدة.ال ا َ ِل ْي ٌم ٌ َعذ َ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari
binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu, supaya Allah mengetahui
orang yang takut kepada-Nya, biarpun ia tidak dapat melihat-Nya. Barangsiapa yang
melanggar batas sesudah itu, maka baginya adzab yang pedih. [QS. Al-Maidah : 94]
ون قَتَلَووه ِمو ْن ُك ْم َّ يَاَيُّ َهووا الَّو ِذيْنَ ا َمنُو ْووا الَ تَ ْقتُلُوووا ال
ْ َو َمو،صو ْيدَ َو اَ ْنوت ُ ْم ُحو ُور ٌم
َ ُمتَعَ ّمدًا فَ َجزَ آ ٌء ّمثْ ُل َما قَت َ َل ِمنَ النَّعَ ِم يَ ْح ُك ُم ِبه ذَ َوا
عو ْد ٍل ّمو ْن ُك ْم َهو ْديًا
صويَا ًما لّيَوذُ ْوقَ َو َ عو ْد ُل ذ ِل
ِ وك َ طعَا ُم َمس ِكيْنَ ا َ ْو َ ٌ ارة َ َّبَا ِل َغ ْال َك ْعبَ ِة ا َ ْو َكف
ُ َو هللا،ُعووادَ فَيَ ْنوتَ ِق ُم هللاُ ِم ْن وه
َ ون ْ َو َمو،ْ َ َسول
َ ع َّموواَ ُعفَووا هللا َ ،بَووا َل ا َ ْمو ِوره
95: المائدة.ام ٍ َع ِزي ٌْز ذُو ا ْن ِتق َ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu
sedang ihram. Barangsiapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah
mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan
dua orang yang adil diantara kamu, sebagai had-ya yang dibawa sampai ke Ka’bah, atau
(dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa
seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari
perbuatannya. Allah telah mema’afkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali
mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai
(kekuasaan untuk) menyiksa. [QS. Al-Maidah : 95]
ض ِ س ْوو ِل هللاِ ص َحتَّوى ِاذَا َكوانَ ِبوبَ ْع ُ ع ْن ا َ ِبوي قَتَوادَة َ اَنَّوهُ َكوانَ َمو َع َر َ
َ ل لَوهُ ُم ْحو ِور ِميْنَ َو ُهو َوو
غ ْيو ُور ُم ْحو ِور ٍم ٍ صو َحا ْ َ وْ َمو َع ا َ ق َم َّكوةَ تَخَلَّو َ
ِ ط ِر ْيو
ص و َحابَهُ اَ ْن ْ َسووأ َ َل اَ علَووى فَ َر ِس و ِه ث ُو َّم
َ وارا َو ْح ِش ويًّا فَا ْس وتَ َوى ً فَو َورأَى ِح َمو
علَووى َ ث ُ و َّم.ُس وأَلَ ُه ْم ُر ْم َحووهُ فَ واَبَ ْوا فَاَخَووذَه
َ َّش ود َ َطا فَ واَبَ ْوا فً سو ْوو َ ُيُنَووا ِولُ ْوه
سو ْوو ِل هللاِ ص َو اَبَووى ُ ل َر ِ ص و َحا ْ َ وض ا ِ ْال ِح َمو
ُ وار فَقَتَلَ وهُ فَا َ َك و َل ِم ْن وهُ بَ ْعو
اِنَّ َموا: فَقَوا َل،وك َ ون ذ ِلْ عَ ُسوأَلُ ْوه َ س ْو َل هللاِ ص ُ فَلَ َّما اَ ْد َر ُك ْوا َر.ض ُه ْمُ بَ ْع
222 :6 البخارى.ُها هللا َ طعَ َم ُك ُم ْوْ َط ْع َمةٌ ا ُ ي َ ِه
Dari Abu Qatadah, bahwasanya ia pernah pergi bersama Rasulullah SAW, sehingga ketika
sampai di jalanan Makkah, ia dan teman-temannya yang sedang ihram tertinggal dari
rombongan, sedangkan saat itu dia sendiri tidak ihram. Lalu ia melihat seekor keledai liar,
maka ia segera menaiki kudanya (untuk menangkap keledai tersebut). Kemudian ia minta tolong
kepada teman-temannya untuk mengambilkan cambuknya yang jatuh, namun mereka tidak mau
mengambilkan, lalu ia minta tolong diambilkan tombaknya, namun mereka juga tidak mau
mengambilkan (karena yang ihram dilarang berburu). Lalu ia pun mengambil sendiri, kemudian
memburu keledai tersebut sehingga membunuhnya. Sebagian sahabat Rasulullah SAW ada yang
ikut memakan dagingnya, dan ada juga yang menolak. Ketika mereka dapat menyusul
Rasulullah SAW, mereka menanyakan hal itu kepada beliau. Maka jawab beliau, "Sesungguhnya
itu adalah makanan yang Allah berikan kepada kalian". [HR. Bukhari juz 6, hal. 222]
ت َك ْلبَ َك َ س ْل َ اِذَا اَ ْر:س ْو ُل هللاِ ص ُ قَا َل ِلي َر:ي ب ِْن َحاتِ ٍم قَا َل ّ ع ِدَ ع ْن َ
َو اِ ْن،ُعلَي َْك فَا َ ْد َر ْكتَهُ َحيًّا فَا ْذبَ ْحه َ س َك َ فَا ِْن ا َ ْم،ِفَا ْذ ُك ِر ا ْس َم هللا
ت َم َع َك ْل ِب َك َك ْلبًا َ َو اِ ْن َو َج ْد.ُا َ ْد َر ْكتَهُ قَ ْد قَت َ َل َولَ ْم يَأ ْ ُك ْل ِم ْنهُ فَ ُك ْله
ْتَ َو اِ ْن َر َمي.ُي اَيُّ ُه َما قَتَلَه ْ فَ ِانَّ َك الَ ت َ ْد ِر،غي َْرهُ َوقَ ْد قَت َ َل فَالَ تَأ ْ ُك ْل َ
ع ْن َك يَ ْو ًما فَلَ ْم ت َ ِج ْد فِ ْي ِه اِالَّ اَثَ َر
َ َال َ فَا ِْن غ،ِس ْه َم َك فَا ْذ ُك ِر ا ْس َم هللا َ
مسلم،اء فَالَ تَأ ْ ُك ْل ِ َو اِ ْن َو َج ْدتَهُ غ َِر ْيقًا فِي ْال َم،ت َ ْس ْه ِم َك فَ ُك ْل اِ ْن ِشئَ
1531 :3
Dari 'Adiy bin Hatim, ia berkata, "Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku, "Apabila kamu
melepaskan anjing buruanmu maka sebutlah nama Allah, maka jika anjing itu menangkap
buruan untukmu dan masih hidup maka sembelihlah. Dan jika mendapatkan buruan dalam
keadaan telah mati dan ia tidak memakannya, maka makanlah. Namun jika kamu mendapati
bersama anjingmu itu anjing yang lain, sedangkan hewan buruan itu telah mati, maka janganlah
kamu memakannya, karena kamu tidak tahu anjing yang mana yang membunuhnya. Dan jika
kamu melepas anak panahmu, maka sebutlah nama Allah. Dan jika binatang buruan itu
menghilang, lalu pada suatu hari kamu menemukannya, dan kamu tidak mendapatkan bekas
tusukan kecuali anak panahmu, maka makanlah jika kamu mau. Tetapi jika kamu mendapati
binatang buruan itu mati tenggelam di air, maka janganlah kamu memakannya”. [HR.Muslim
juz 1, hal. 1531]
ع ْن َك َ س ْه ِم َك فَغ
َ َال َ اِذَا َر َمي:ي ص قَا َل
َ ْت ِب َ َع ْن ا َ ِبي ث َ ْعلَبَة
ّ ع ِن النَّ ِب َ
1532 :3 مسلم.فَا َ ْد َر ْكتَهُ فَ ُك ْلهُ َما لَ ْم يُ ْنتِ ْن
Dari Abu Tsa'labah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Apabila kamu melepaskan panahmu, lalu
(binatang yang kamu panah itu) hilang (tidak kelihatan), kemudian kamu mendapatinya telah
mati, maka makanlah selama belum membusuk”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1532]
Bersambung….…
ووون
ِ ع َ وووو َل هللاِ ص ْ س ُ سوووأ َ ْلتُ َر َ :ْووون َحوووا ِت ٍم رض قَوووا َل ِ يب ّ عووو ِد َ ووون ْ ع َ
َو ِه فَقَتَو َل ِ ل ِبعَ ْر َ َ ول فَو ِاذَا اَصوا ْ ْت ِب َحدّ ِه فَ ُك
َ صب َ َ اِذَا ا:اض فَقَا َل ِ اْ ِلم ْع َر
وك َو َ َت َك ْلب َ اِذَا اَ ْر: قَوا َل. ا ُ ْر ِسو ُل َك ْل ِبوي: ُ فَقُ ْلت.فَ ِانَّهُ َوقِ ْيذٌ فَالَ تَأ ْ ُك ْل
َ س ْول
.ْوكَ علَيَ ِوك ْ فَ ِانَّهُ لَو ْم يُ ْمس، فَالَ تَأ ْ ُك ْل: فَا ِْن ا َ َك َل؟ قَا َل: ُ قُ ْلت.ْت فَ ُك ْل َ س َّمي َ
. ا ُ ْر ِسو ُل َك ْل ِبووى فَا َ ِجودُ َمعَوهُ َك ْلبًووا آ َخو َور: ُ قُ ْلووت.علَووى نَ ْف ِسو ِه َ وك َ سو َ اِنَّ َمووا ا َ ْم
َ علَوى آخ
.َور َ سو ّم َ علَوى َك ْل ِب
َ ُ وك َو لَو ْم ت َ ْت َ فَ ِانَّ َك اِنَّ َموا، الَ تَأ ْ ُك ْل:قَا َل
َ سو َّمي
218 :6 البخارى
Dari 'Adiy bin Hatim RA, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berburu
dengan mi'radl (tongkat yang ujungnya tajam), maka beliau bersabda, "Apabila kamu dapat
membunuhnya dengan ujung mi'radl itu, maka makanlah. Namun apabila engkau membunuhnya
dengan batang mi'radl, maka yang demikian itu termasuk mati sebab dipukul, maka jangan
kamu makan". Lalu saya bertanya lagi, “Kalau saya berburu dengan melepas anjing saya ?”.
Beliau bersabda, “Apabila kamu melepas anjingmu dan menyebut nama Allah, maka
makanlah”. Saya bertanya lagi, “Jika anjing itu memakannya ?”. Beliau bersabda, “Jangan
kamu makan, karena anjing itu tidak menangkap buruan untukmu, tetapi ia menangkap untuk
dirinya sendiri”. Saya bertanya lagi, “Saya melepas anjing saya,lalu saya mendapati bersama
anjing saya itu anjing yang lain?”. Beliau bersabda, “Jangan kamu makan, karena kamu
menyebut Basmalah untuk anjingmu, tidak menyebut Basmalah untuk anjing yang lain”.. [HR.
Bukhari juz 6, hal. 218]
،اض ِ ع ْن ْال ِم ْع َر َ س ْو َل هللاِ ص ُ سأ َ ْلتُ َر َ ي ب ِْن َحاتِ ٍم قَا َل َ ع ْن
ّ ع ِد َ
،ٌَ ِه فَقَتَ َل فَ ِانَّهُ َوقِ ْيذ ِ ال ِبعَ ْر َ ص َ َ َو اِذَا ا،ال ِب َحدّ ِه فَ ُك ْل َ ص َ َ اِذَا ا:فَقَا َل
تَ س ْل َ اِذَا اَ ْر: فَقَا َل،ب ِ ع ِن ْال َك ْل
َ س ْو َل هللاِ ص ُ سأ َ ْلتُ َر َ َو.فَالَ تَأ ْ ُك ْل
فَ ِانَّهُ اِنَّ َما، فَا ِْن اَ َك َل ِم ْنهُ فَالَ تَأ ْ ُك ْل،ت ا ْس َم هللاِ فَ ُك ْل َ َك ْلبَ َك َو ذَ َك ْر
فَا ِْن َو َجدْتُ َم َع َك ْل ِبي َك ْلبًا آ َخ َر فَالَ اَ ْد ِري: ُ قُ ْلت.علَى نَ ْف ِس ِه َ س َك َ ا َ ْم
علَى َ س ّم َ ُ علَى َك ْل ِب َك َو لَ ْم ت َ ْت َ س َّميَ فَ ِانَّ َما، فَالَ تَأ ْ ُك ْل:اَيُّ ُه َما ا َ َخذَهُ؟ قَا َل
َ
1530 :3 مسلم.غي ِْر ِه
Dari 'Adiy bin Hatim dia berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai (berburu
dengan) mi'radl, beliau bersabda, "Apabila yang mengenai adalah bagian tajamnya, maka
makanlah. Dan apabila yang mengenai adalah bagian yang tumpul, maka itu adalah binatang
yang mati karena pukulan, maka jangan kamu makan." Lalu saya juga bertanya kepada
Rasulullah SAW mengenai (berburu dengan) anjing buruan. Beliau bersabda, "Apabila kamu
melepas anjing buruanmu dengan menyebut nama Allah, maka makanlah binatang buruan
tersebut, (selagi anjing buruanmu tidak memakannya). Tetapi jika anjing itu memakannya, maka
janganlah kamu makan, karena berarti anjing itu menangkap untuk dirinya sendiri”. Saya
bertanya lagi, ”Jika saya mendapati anjing yang lain bersama anjing saya sehingga saya tidak
tahu anjing mana yang menangkapnya ?”. Beliau menjawab, “Jangan kamu makan, karena
kamu menyebut nama Allah hanya untuk anjingmu dan tidak menyebut nama Allah untuk anjing
yang lain”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1530]
َ ع ْن
ص ْي ِد َ س ْو َل هللاِ ص ُ سأ َ ْلتُ َر َ :ي ب ِْن َحا ِت ٍم قَا َل ّ ع ِدَ ع ْن َ
َ ِه فَ ُه َو ِ ال ِبعَ ْرَ صَ َال ِب َحدّ ِه فَ ُك ْلهُ َو َما ا َ ص َ َ َما ا: فَقَا َل،اض ِ ْال ِم ْع َر
علَي َْك َولَ ْم يَأ ْ ُك ْل
َ س َك َ َما اَ ْم: فَقَا َل،ب ِ ص ْي ِد ْال َك ْل
َ ع ْن َ ُسأ َ ْلتُهَ َو،ٌَوقِ ْيذ
ْت اَ ْن َ ت ِع ْندَهُ َك ْلبًا آخ ََر فَ َخ ِشي َ فَا ِْن َو َج ْد،ُ فَا َِّن ذَ َكاتَهُ أ َ ْخذُه،ُِم ْنهُ فَ ُك ْله
علَى َ ِت ا ْس َم هللا َ اِنَّ َما ذَ َك ْر. فَالَ تَأ ْ ُك ْل،ُيَ ُك ْونَ ا َ َخذَهُ َمعَهُ َوقَ ْد قَتَلَه
مسلم.غي ِْر ِه َ علَى َ َُك ْل ِب َك َولَ ْم تَ ْذ ُك ْره
Dari ‘Adiy bin Hatim, ia berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang buruan yang
mati karena dilempar mi'radl”. Beliau pun menjawab, "Jika yang mengenai buruan itu bagian
yang tajam, maka makanlah, namun jika yang mengenai buruan itu batangnya (bagian yang
tumpul), maka itu adalah buruan yang mati karena pukulan”. Kemudian saya bertanya kepada
beliau tentang berburu dengan anjing. Beliau menjawab: "Apa yang ditangkap oleh anjingmu,
sedangkan ia tidak memakannya, maka makanlah buruan tersebut, karena tangkapannya itu
merupakan penyembelihannya, tetapi jika kamu mendapati bersama anjingmu itu anjing yang
lain, lalu khawatir yang membunuh buruan tersebut adalah anjing yang lain, maka janganlah
kamu makan buruan itu, karena kamu hanya menyebut nama Allah untuk anjingmu bukan untuk
anjing yang lain”. [HR, Muslim juz 3, 1530]
ِفْ الَ تَ ْخوذ:ُ فَقَوا َل لَوه،ِف ُ ع ْب ِد هللاِ ب ِْن ُمغَفَّ ٍل اَنَّهُ َرأَى َر ُجوالً يَ ْخوذ
َ ع ْنَ
: َو قَا َل.ف َ ف ا َ ْو َكانَ يَ ْك َرهُ ْال َخ ْذ ِ ع ِن ْال َخ ْذ َ س ْو َل هللاِ ص نَ َهى ُ فَا َِّن َر
َّ س
ون َو ّ ِور الُ عدُو َو ل ِكنَّ َهوا قَو ْد تَ ْكسَ ص ْيدٌ َو الَ يُ ْن َكأ ُ ِب ِه َ ُاِنَّهُ الَ ي
َ صادُ ِب ِه
219 :6 البخارى. َت َ ْفقَأ ُ ْالعَيْن
Dari Abdullah bin Mughaffal, bahwasanya ia melihat seorang laki-laki berburu dengan ketapel,
maka ia berkata, "Janganlah kamu berburu dengan ketapel, karena Rasulullah SAW
melarangnya, atau beliau membencinya”. Beliau bersabda, "Sesungguhnya ketapel itu tidak bisa
digunakan untuk memburu buruan dan tidak bisa untuk membunuh musuh, ia hanya
memecahkan gigi dan membutakan mata”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 219]
Keterangan :
Yang dimaksud "khodzaf" dalam hadits tersebut adalah ketapel (plintheng), yang biasa
dipergunakan oleh anak-anak untuk berburu burung dan sebagainya, yang pelurunya terbuat dari
batu kerikil atau tanah liat. Buruan yang diburu dengan alat ini, bila mati haram dimakan, karena
alat ini membunuh tanpa menimbulkan luka, tetapi hanya meremukkan bagian dalam dari
binatang tersebut, sehingga sama dengan "yang mati karena dipukul".
Adapun senjata api, senapan atau bedil, boleh pula dipergunakan untuk berburu, karena
pelurunya lebih dapat menembus kulit dibanding dengan panah, tombak dan sebagainya.
لَ َ اِنّي ا ُ ْر ِس ُل ْال ِكال،ِس ْو َل هللا ُ يَا َر: ُ قُ ْلت:ي ب ِْن َحاتِ ٍم قَا َل ّ ع ِدَ ع ْن َ
ت َ س ْل َ ِ َو ا َ ْذ ُك ُر ا ْس َم هللا،ي
َ اِذَا اَ ْر: فَقَا َل.علَ ْي ِه َّ َعلَ َ فَيُ ْم ِس ْكن،َْال ُمعَلَّ َمة
: َو اِ ْن قَتَ ْلنَ ؟ قَا َل: ُ قُ ْلت. فَ ُك ْل،علَ ْي ِه
َ ِت ا ْس َم هللا َ َك ْلبَ َك ْال ُمعَلَّ َم َو ذَ َك ْر
فَ ِانّي اَ ْر ِمي:ُ قُ ْلتُ لَه.ْس َمعَ َها َ ب لَي ٌ َما لَ ْم يَ ْش َر ْك َها َك ْل، ََو اِ ْن قَت َ ْلن
َاض فَخَزَ ق ِ ْت ِب ْال ِم ْع َر
َ اِذَا َر َمي: فَقَا َل.ْب ُ صي ِ ُ ص ْيدَ فَا
َّ اض ال ِ ِب ْال ِم ْع َر
1529 :3 مسلم.َُ ِه فَالَ تَأ ْ ُك ْله ِ صا َبهُ ِبعَ ْرَ َ َو اِ ْن ا،ُفَ ُك ْله
Dari 'Adiy bin Hatim, ia berkata; saya bertanya, "Ya Rasulullah, saya melepas anjing-anjing
pemburu yang terlatih, lalu anjing-anjing itu menangkap buruan untukku dan saya menyebut
nama Allah ketika melepasnya, (yang demikian itu bagaimana) ?". Jawab Rasulullah SAW,
"Apabila kamu melepas anjing pemburu yang terlatih dan kamu menyebut nama Allah ketika
melepasnya, maka makanlah tangkapannya”. Saya bertanya lagi, "Bagaimana jika buruan itu
mati ?". Beliau menjawab, "Meskipun mati, selama tidak ada anjing lain yang ikut
menangkapnya”. Saya bertanya lagi, "Bagaimana jika saya melempar binatang buruan dengan
mi'radl dan mengenainya?" Beliau menjawab, "Apabila kamu melempar dengan mi'radl dan
dapat melukainya, maka makanlah hasil buruanmu itu, tetapi jika yang mengenai itu batangnya
mi’radl, maka janganlah kamu makan”.[HR. Muslim juz 3, hal. 1529]
َ ت اْل َك ْل
وب فَا َ َكو َل َ س ْول
َ اِذَا اَ ْر:س ْو ُل هللاِ ص ُ قَا َل َر:َّاس قَا َل ٍ عب َ ع ِن اب ِْن َ
س ْلتَهُ فَقَتَ َل َوَ َو اِذَا اَ ْر،علَى نَ ْف ِس ِه َ فَ ِانَّ َما اَ ْم،ص ْي ِد فَالَ تَأ ْ ُك ْل
َ س َك َّ ِمنَ ال
2049 : رقم،498 :1 احمد.اح ِب ِه ِ صَ علَى َ س َك َ فَ ِانَّ َما اَ ْم،لَ ْم يَأ ْ ُك ْل فَ ُك ْل
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu melepaskan anjingmu,
kemudian dia makan binatang buruan itu, maka jangan kamu makan, berarti anjing itu
menangkap untuk dirinya sendiri. Dan apabila kamu melepaskannya, kemudian anjing itu
membunuh tetapi tidak memakannya, maka makanlah, karena anjing itu menangkap untuk
tuannya. [HR. Ahmad juz 1, hal. 498, no. 2049]
~oO[ @ ]Oo~
‘AQIQAH
Pengertian ‘Aqiqah
Ada pula yang mengatakan bahwa ‘aqiqah itu asalnya ialah : Rambut yang terdapat pada kepala si bayi
ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut ‘aqiqah, karena ia mesti dicukur.
Adapun menurut istilah agama, yang dimaksud ‘aqiqah ialah : Sembelihan yang disembelih sehubungan
dengan kelahiran seorang anak, baik laki-laki ataupun perempuan pada hari yang ke tujuh sejak
kelahirannya dengan tujuan semata-mata mencari ridla Allah.
Sejarah ‘Aqiqah
Syariat ‘aqiqah, yaitu menyembelih 2 ekor kambing jika anaknya laki-laki, dan seekor kambing jika
anaknya perempuan, telah dikenal dan biasa dilakukan orang sejak zaman jahiliyah, namun dengan cara
yang berbeda dengan yang dituntunkan oleh Nabi SAW bagi ummat Islam.
Buraidah berkata :
َ ْع و ٌَ َرأ
ُس وه َ َشوواة ً َو ل ُ ُكنَّووا ِفووى اْل َجا ِه ِليَّ و ِة اِذَا ُو ِل ودَ ِالَ َح و ِدنَا
َ غ والَ ٌم ذَبَ و َح
َ ْوق َرأ
سووهُ َو َ فَلَ َّمووا َجووا َء هللاُ ِبا ْ ِال ْس والَ ِم ُكنَّووا نَ و ْذبَ ُح،ِب ودَ ِم َها
ُ شوواة ً َو ن َْح ِلو
2843 : رقم،107 :3 ابو داود.ان ٍ ع ُخهُ بزَ ْعفَ َر َ ن َْل
Dahulu kami di masa jahiliyah apabila salah seorang diantara kami mempunyai anak, ia menyembelih
kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka setelah Allah mendatangkan Islam,
kami menyembelih kambing, mencukur (menggundul) kepala si bayi dan melumurinya dengan minyak
wangi. [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 107, no. 2843]
ي
ّ صووو ِب
َّ وون ال
ِ عو َ َكوووانُ ْوا ِفوووى اْل َجا ِه ِليَّووو ِة اِذَا:ووت
َ عقُّو ْوووا ْ شوووةَ قَالَو َ عا ِئَ وون ْ عوَ
علَى َ َعُ ْو َهاَ ي َو
ّ ص ِب َّ س ال َ ْ فَ ِاذَا َحلَقُ ْوا َرأ.عنَةً ِبدَ ِم اْلعَ ِق ْيقَ ِة ْ ُضبُ ْوا ق َ َخ
:12 ابوون حبووان.خلُ ْوقًووا َ اِ ْجعَلُو ْووا َم َكووانَ ال ودَّ ِم:ي ص ُّ فَقَووا َل النَّ ِب و،َرأْ ِس و ِه
5308 ،124
Dari 'Aisyah, ia berkata, "Dahulu orang-orang pada masa jahiliyah apabila mereka ber’aqiqah untuk
seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah ‘aqiqah, lalu ketika mencukur rambut si bayi
mereka melumurkan pada kepalanya”. Maka Nabi SAW bersabda, "Gantilah darah itu dengan minyak
wangi". [HR. Ibnu Hibban juz 12, hal. 124, no. 5308]
Demikianlah sejarah syariat ‘aqiqah dalam Islam, dan dari riwayat-riwayat diatas serta riwayat-riwayat
lain, tampak jelas bagaimana sikap agama tercinta ini dalam menghadapi adat yang sudah biasa berjalan
dan berlaku pada masyarakat dan masih mungkin diluruskan. Tegasnya, Islam sesuai dengan fungsi
diturunkannya yaitu sebagai lambang kasih sayang serta memimpin ke arah jalan yang serba positif,
maka dalam menghadapi adat-istiadat yang sudah biasa dilaksanakan sekelompok manusia, menempuh
tiga macam cara yaitu :
a. Menghapusnya sama sekali, bila didalam adat-istiadat itu mengandung unsur-unsur kemusyrikan
yang tidak mungkin diluruskan lagi, maupun hal-hal yang membahayakan keselamatan manusia itu
sendiri; baik dari segi aqidah (rohani) maupun bagi tata masyarakatnya.
Dalam hal ini Islam tidak dapat mentolerir atau membiarkannya hidup dan bersemi dalam kehidupan
ummatnya, karena sesuai dengan kenyataan, bahwa petani yang pandai serta bertanggungjawab
terhadap berhasil dan suburnya sang padi, tidak akan membiarkan hidup alang-alang dan rumput-
rumput liar yang ada di sekeliling padinya.
b. Sedang bila dalam adat-istiadat tersebut mengandung hal-hal yang bertentangan dengan agama akan
tetapi masih dapat diluruskan, maka Islam datang untuk meluruskannya dan kemudian berjalan
bersama-sama dengan Islam, sebagaimana masalah ‘aqiqah ini.
c. Adapun adat-istiadat yang tidak mengandung unsur-unsur kemusyrikan dan kedhaliman serta tidak
bertentangan dengan agama, maka Islam memelihara dan memberi hak hidup baginya untuk
berkembang lebih lanjut dalam masyarakat tersebut tanpa sesuatu perubahanpun.
من
ِ الر ْح
َّ ع ْب ِد
َ ت ِ صةَ ِب ْن َ علَى َح ْف َ ْ ب ِْن َماهَكٍ اَنَّ ُه ْم دَ َخلُ ْوا َ سُ ع ْن يُ ْو َ
ُ شةَ اَ ْخبَ َرتْ َها اَ َّن َر
ِس ْو َل هللا َ ِعائ َ فَا َ ْخبَ َرتْ ُه ْم اَ َّن،ع ِن اْلعَ ِق ْيقَ ِةَ سأَلُ ْو َها
َ َف
ِ ع ِن اْل َج
.ٌ اريَ ِة شَاة َ ان َو ِ َ ان ُم َكافِئَتِ َع ِن اْلغُالَ ِم شَات َ ص ا َ َم َر ُه ْم
1549 : رقم،35 :3 الترمذي
Dari Yusuf bin Mahak bahwasanya orang-orang datang kepada Hafshah binti 'Abdur Rahman, mereka
menanyakan kepadanya tentang 'aqiqah. Maka Hafshah memberitahukan kepada mereka bahwasanya
'Aisyah memberitahu kepadanya bahwa Rasulullah SAW telah memerintahkan para shahabat (agar
menyembelih 'aqiqah) bagi anak laki-laki 2 ekor kambing yang sebanding dan untuk anak perempuan 1
ekor kambing. [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 35, no. 1549].
:س ْوو َل هللاِ ص يَقُ ْوو ُلُ س ِوم ْعتُ َر َ :ي قَوا َل ّ ضو ِب
َّ ام ٍر ال ِ عَ س ْل َمانَ ب ِْن َ ع ْن َ
البخوارى.ع ْنوهُ اْالَذَى َ ع ْووا َ ع ِق ْيقَةٌ فَا َ ْه ِر ْيقُ ْوا
ُ ع ْنهُ دَ ًما َو ا َ ِم ْي َ َم َع اْلغُالَ ِم
217 :6
Dari Salman bin ‘Amir Adl-Dlabiy, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tiap-tiap
anak itu ada ‘aqiqahnya. Maka sembelihlah binatang ‘aqiqah untuknya dan buanglah kotoran darinya
(cukurlah rambutnya)". [HR. Bukhari juz 6, hal. 217]
س ْوو ُل هللاِ ص ُ قَوا َل َر،ع ْن َجدّ ِه قَوا َل َ ع ْن ا َ ِب ْي ِهَ ب ٍ شعَ ْي ُ ع ْم ِرو ب ِْن َ ع ْن َ
َ ون اْلغُ والَ ِم
ِ َشووات
ان ِ عو
َ ول ْ ون َولَ و ِد ِه فَ ْليَ ْفعَوْ عو
َ وك َ سوُ وب ِم و ْن ُك ْم ا َ ْن يَ ْن
َّ ون ا َ َحو
ْ َمو
2725 : رقم،604 :2 احمد.ٌ اريَ ِة شَاة ِ ع ِن اْل َج َ ان َو ِ َُم َكافِئَت
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa
berkehendak untuk meng'aqiqahkan anaknya maka kerjakanlah. Untuk anak laki-laki dua ekor kambing
yang sebanding dan untuk anak perempuan satu ekor kambing". [HR. Ahmad juz 2, hal. 604, no. 2725]
Keterangan :
Dalam masalah ‘aqiqah ini banyak orang yang melakukannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
apa yang dituntunkan oleh Nabi SAW. Tetapi bila mereka ditanya dalilnya atau tuntunannya, mereka
sendiri tidak dapat mengemukakannya dengan jelas.
Maka dalam brosur ini kami suguhkan kepada saudara-saudara kaum Muslimin, dalil-dalil yang biasa
dipergunakan sebagai dasar amalan-amalan yang berhubungan dengan masalah ‘aqiqah, sedang dalil
tersebut adalah lemah dan tidak dapat dipergunakan sebagai hujjah/alasan dalam masalah hukum.
Diantaranya :
Keterangan :
Hadits tersebut diriwayatkan juga oleh Hakim dan Baihaqi dan juga diriwayatkan oleh Imam
Abu Dawud dan Tirmidzi dengan lafadh yang agak berbeda. Dan hadits tersebut diriwayatkan
pula oleh Imam Ath-Thabrani sebagai berikut :
ي
َ َ ِ سي ِْن َر َ ي ص اَذَّنَ فِى اُذُ ِن اْل َح
َ س ِن َو اْل ُح َّ ع ْن ا َ ِبى َرافِ ٍع ا َ َّن النَّ ِب
َ
: رقوم،313 :1 العبرانى فوى المعجوم الكبيور.ع ْن ُه َما ِحيْنَ ُو ِلدَا َو اَ َم َر بِ ِه َ ُهللا
926
Dari Abu Rafi’ bahwasanya Nabi SAW membaca adzan pada telinga Hasan dan Husain RA ketika
keduanya dilahirkan. Dan beliau menyuruh yang demikian itu. [HR. Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabiir
juz 1, hal. 313 no. 926]
Tentang ‘Aashim bin ‘Ubaidillah ini, Bukhari berkata : Ia mungkarul hadits. Abu Zur’ah berkata : Ia
mungkarul hadits. Abu Hatim berkata : Ia mungkarul hadits. Daruquthni berkata : ia matruukul hadits.
Nasa’iy berkata : Ia dla’if. (Lihat Mizaanul I’tidal juz 2 hal. 353 no. 4056; Tahdziibut Tahdziib juz 5, hal. 42,
no. 79).
ُون ُو ِلودَ لَوه ْ َم:س ْوو ُل هللاِ ص ُ قَوا َل َر:ي رض قَوا َل ّ ع ِلو َ ْونِ سي ِْن ب َ ع ْن ُح َ
َ ََم ْولُ ْودٌ فَاَذَّنَ ِفى ا ُذُ ِن ِه اْليُ ْمنَى َو اَق
ُ َام ِفوى اُذُ ِنو ِه اْليُ ْس َورى لَو ْم ت
ض َّورهُ ا ُ ُّم
623 : رقم،220 : ابن السنى.ان ِ َص ْبي
ّ ال
Dari Husain bin Ali RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mempunyai anak yang baru
dilahirkan, kemudian ia mensuarakan adzan di telinga yang kanan, dan iqamah pada telinga yang kiri,
maka anak itu tidak diganggu oleh Ummush Shibyan (sejenis syaithan)". [HR. Ibnus Sunni hal. 220, no.
623, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Jabbaarah bin Al-Mughlis, Yahya bin ‘Alaa’ dan
Marwan bin Salim]
Keterangan :
Hadits ini juga lemah, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Jabbaarah bin Al-Mughlis, Yahya bin
‘Alaa’ dan Marwan bin Saalim, ketiganya dla’if.
a. Tentang Jabbaarah bin Al-Mughlis, Al-Bazzaar berkata : ia banyak keliru. Daruquthni berkata : ia
matruuk. Bukhari berkata : haditsnya mudltharib. (Lihat Tahdziibut Tahdziib juz 2, hal. 50, no. 87).
b. Tentang Yahya bin Al-’Alaa’, Imam Ahmad bin Hanbal berkata : ia pendusta. ‘Amr bin ‘Ali, Nasaiy dan
Daruquthni berkata : ia matruukul hadits. Abu Zur’ah berkata : haditsnya dla’if. As-Sajiy berkata : ia
mungkarul hadits. Ad-Daulabiy berkata : ia matruukul hadits. (Lihat Tahdziibut Tahdziib juz 11, hal.
229, no. 427).
c. Tentang Marwan bin Salim, Bukhari dan Muslim berkata : ia munkarul hadits. Daruquthni berkata : ia
matruukul hadits. Abu Hatim berkata : ia munkarul hadits jiddan. Al-Baghawiy berkata : ia munkarul
hadits, riwayatnya tidak boleh dijadikan hujjah. (Lihat Tahdziibut Tahdziib juz 10, hal. 84, no. 172).
2. Tentang ‘aqiqah yang dikerjakan pada selain hari ke-7 yaitu pada hari yang ke-14, ke-21, setelah tua
dan sebagainya, sebagai berikut :
Keterangan :
Hadits tentang kebolehan ber’aqiqah pada hari ke-14, dan ke-21 tersebut di atas adalah dla'if, karena
dalam sanadnya ada perawi bernama Ismail bin Muslim Al-Makkiy.
Tentang Isma’il bin Muslim Al-Makkiy, Al-Jauzajaaniy berkata : ia waahin jiddan. Abu Zur’ah berkata : ia
dla’iful hadits. Abu Hatim berkata : ia dla’iful hadits, kacau pikirannya. Nasaiy berkata : ia matruukul
hadits. (Lihat Tahdziibut Tahdziib juz 1, hal. 289, no. 598).
Adapun riwayat Nabi SAW beraqiqah setelah beliau menjadi Nabi, haditsnya sebagai berikut :
Keterangan :
Hadits yang menjelaskan bahwa Nabi SAW ber’aqiqah untuk dirinya setelah menjadi Nabi, ini juga tak
dapat dipakai sebagai hujjah/dasar, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Abdullah bin
Muharrar.
Tentang ‘Abdullah bin Muharrar, Ibnu Ma’in berkata : ia dla’if. ‘Amr bin ‘Ali, Abu Hatim, ‘Ali bin Junaid
dan Daruquthni berkata : ia matruukul hadits. Abu Zur’ah berkata : ia dla’iful hadits. Bukhari berkata : ia
munkarul hadits. (Lihat Tahdziibut Tahdziib juz 5, hal. 340, no. 661).
3. Tentang shadaqah seberat rambut yang dicukur dari kepala si Anak
ٍس ِن ِبشَاة َ ع ِن اْل َحَ س ْو ُل هللاِ ص ُ ع َّق َرَ :ب قَا َل ٍ طا ِلَ ي ب ِْن ا َ ِبى َ ع ْن
ّ ع ِل َ
ُضةً فَ َوزَ نَتْه َ َ سهُ َو ت
َ صدَّقِى ِب ِزنَ ِة
َّ ِش ْع ِر ِه ف َ ْاط َمةُ اِ ْح ِل ِقى َرأِ َ يَا ف:َو قَا َل
1556 : رقم،37 :3 الترمذى.ه ٍم َ ض د ِْر َ فَ َكانَ َو ْزنُهُ د ِْر َه ًما اَ ْو بَ ْع
Dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata : Rasulullah SAW telah ber’aqiqah bagi Hasan seekor kambing dan
bersabda, "Ya Fathimah, cukurlah rambutnya dan bersedeqahlah seberat rambut kepalanya dengan
perak". Maka adalah beratnya satu dirham atau setengah dirham". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 37, no. 1556,
dan ia mengatakan : Ini hadits hasan gharib, sanadnya tidak sambung]
Keterangan :
Hadits ini dla’if, karena sanadnya munqathi' (terputus), karena Abu Ja'far Muhammad bin ‘Ali bin Husain
bin ‘Ali tidak sezaman dengan ‘Ali bin Abu Thalib.
~oO[ A ]Oo~
Islam menetapkan bahwa asal sesuatu yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun
yang haram, kecuali karena ada nash yang sah dan tegas dari syari’ (yang berwenang membuat hukum),
Kalau tidak ada nash yang sah atau tegas (sharih) yang menunjukkan haram, maka hal tersebut tetap
ْ ُه َو الَّذ
ِ ِي َخلَقَ لَ ُك ْم َّما فِى اْالَ ْر
29 : البقرة.ض َج ِم ْيعًا
Dia lah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. [QS. Al-Baqarah : 29]
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di
langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan bathin. [QS. Luqman :
20]
Dari ayat-ayat tersebut bisa kita ketahui bahwa Allah menjadikan apasaja yang ada di langit dan di bumi
Sebenarnya arena haram dalam syari’at Islam itu sangat sempit sekali, dan arena halal malah justru
sangat luas. Karena nash-nash yang shahih dan tegas dalam hal haram jumlahna sangat sedikit. Sedang
sesuatu yang tidak ada keterangan halal-haramnya, adalah kembali kepada hukum asal, yaitu halal dan
Dalam hal ini ada satu hadits yang menyatakan sebagai berikut :
ُت َع ْنوه َ َو َما، َو َما َح َّر َم فَ ُه َو َح َرا ٌم،َما ا َ َح َّل هللاُ فِى ِكتَا ِب ِه فَ ُه َو َحالَ ٌل
َ سو َك
َو َموا:َ َو تَوال.ش ْيئًا َ فَ ُه َو َع ْف ٌو فَا ْقبَلُ ْوا ِمنَ هللاِ َعافِيَتَهُ فَا َِّن هللاَ لَ ْم يَ ُك ْن ِليَ ْن
َ سى
Apasaja yang Allah halalkan dalam kitab-Nya, maka hal itu adalah halal. Dan apasaja yang Ia
haramkan, maka hal itu adalah haram. Sedang apasaja yang Ia diamkan, maka hal itu dibolehkan
(ma’fu), oleh karena itu terimalah kema’afan dari Allah itu. Sebab sesungguhnya Allah tidak lupa
sedikitpun. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat (yang artinya) Wa maa kaana robbuka nasiyyaa
(Dan Tuhan mu tidak lupa) – QS. Maryam : 64. [HR. Hakim dan Bazzaar]
س ْوم ِن َو اْل ُجوب ِْن َو ِ س ْوو ُل هللاِ ص َع
َّ ون ال ُ :ي قَوا َل
ُ سوئِ َل َر ِ َس ْل َمانَ اْلف
ّ ار ِسو َ َع ْن
ا َ ْل َحوالَ ُل َموا ا َ َحو َّل هللاُ ِفوى ِكتَا ِبو ِه َو اْل َح َورا ُم َموا َح َّور َم هللاُ ِفوى: فَقَوا َل،اء
ِ اْلفَ َر
120 :8 االوطار
Dari Salman Al-Farisiy, ia barkata : Rasulullah SAW ditanya tentang (hukumnya) samin, keju dan keledai
hutan, maka beliau bersabda, “Yang halal adalah sesuatu yang Allah halalkan dalam kitab-Nya. Dan
yang haram adalah sesuatu yang Allah haramkan dalam kitab-Nya. Sedang apa yang Ia diaman, maka
hal itu adalah salah satu yang Allah ma’afkan untuk kamu”. [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, Nailul Authar
Dari hadits tersebut Rasulullah SAW tidak memberikan jawaban kepada si penanya dengan
menerangkan satu persatunya, tetapi beliau mengembalikan kepada suatu qaidah yang kiranya dengan
qaidah itu mereka dapat mengerti apa yang diharamkan Allah, sedang lainnya adalah halal dan baik.
َ ُ ض فَالَ ت
ضويّعُ ْوهَا َو َحودَّ ُحود ُْودًا فَوالَ ت َ ْعتَود ُْوهَا َو َح َّور َم َ ِض فَ َرائ
َ اِ َّن هللاَ فَ َر
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan hal itu, dan
Allah telah memberikan beberapa batasan, maka jangan kamu melampauinya. Dan Allah telah
mengharamkan sesuatu, maka janganlah kamu melanggarnya. Dan Allah telah mendiamkan beberapa
hal, sebagai tanda kasih-Nya kepadamu, tidak karena lupa, maka jangan kamu perbincangkan hal itu.
Jadi hendaklah kita ketahui bahwa qaidah asal segala sesuatu adalah halal, ini tidak hanya terbatas
dalam masalah benda, tetapi meliputi masalah perbuatan dan pekerjaan yang tidak termasuk dari
ibadah, yaitu yang biasa kita isthilatkan dengan adat atau mu’amalah. Pokok dalam masalah ini tidak
haram dan tidak terikat, kecuali sesuatu yang memang oleh syari’ sendiri telah diharamkan dan
Dan sungguh Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkannya atas kamu. [QS. Al-An’aam :
119]
Berbeda sekali dengan urusan ibadah, karena ibadah semata-mata urusan agama yang tidak ditetapkan
melainkan dari jalan wahyu. Untuk itulah maka terdapat dalam hadits Nabi SAW yang mengatakan :
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membuat cara baru dalam urusan
kami, dengan sesuatu yang tidak ada contohnya, maka dia itu tertolak”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1343]
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengerjakan amalan
(ibadah) yang tidak ada padanya perintah kami, maka ia itu tertolak”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1344]
Hal ini karena hakikat agama atau ibadah itu tercermin dalam dua hal, yaitu :
2. Untuk menyembah Allah, hanya dapat dilakukan menurut apa yang disyari’atkan-Nya.
Oleh karena itu barangsiapa mengada-adakan suatu cara ibadah yang timbul dari dirinya sendiri, apapun
macamnya, adalah suatu kesesatan yang harus ditolak. Sebab hanya Allah dan Rasul-Nya yang berhaq
Adapun masalah adat dan mu’amalat, sumbernya bukan dari syari, tetapi justru manusia itu sendiri yang
menimbulkan dan mengadakan. Dalam hal ini syari’ hanya membetulkan, meluruskan, mendidik dan
mengakui, kecuali dalam beberapa hal yang memang membawa kerusakan dan mudlarat, maka syari’
pasti melarangnya.
Syaikhul Islam IbnuTaimiyah berkata, “Sesungguhnya perbuatan manusia, baik yang berbentuk omongan
ataupun kemashlahatan ada dua macam, yaitu : ibadah yang justru untuk kemashlahatan agamanya,
dan adat (kebiasaan) yang sangat mereka butuhkan demi kemashlahatan dunia mereka. Maka dengan
terperincinya pokok-pokok syariat, kita dapat mengakui bahwa ibadah yang benar hanya dapat
Adapun masalah adat yaitu yag biasa dipakai ummat manusia demi kemashlahatan yang mereka
butuhkan, semula tidak terlarang. Semuanya boleh, kecuali hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Karena
itulah imam Ahmad dan beberapa ahli fiqh lainnya berpendapat : Pokok dalam urusan ibadah adalah
tauqif (bersumber pada ketetapan Allah dan Rasul). Oleh telah disyari’atkan oleh Allah. Jika tidak
demikian, berarti kita akan termasuk dalam apa yang disebutkan Allah :
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka
Sedang dalam persoalan adat, prinsipnya boleh. Tidak satupun yang terlarang kecuali yang memang
telah diharamkan. Jika tidak demikian, maka kita akan termasuk dalam apa yang difirmankan Allah :
Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku tentang rezqi yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan
sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakanlah, “Apakah Allah telah memberikan izin
kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah ?”. [QS. Yuunus : 59]
Dengan dasar itulah maka manusia dapat melakukan jual-beli dan sewa-menyewa sesuka hatinya,
selama dia itu tidak diharamkan oleh syara’. Begitu juga boleh makan dan minum sesukanya, selama
tidak diharamkan oleh syara’, sekalipun sebagiannya kadang-kadang disunnatan dan adakalanya
dimakruhkan. Sesuatu yang oleh syara’ ridak diberinya pembatasan, maka kita dapat menetapkan
Kami pernah melakukan ‘azl, sedang waktu itu Al-Qur’an masih turun. Jika hal tersebut dilarang, tentu
Al-Qur’an melarangnya.
Ini menunjukkan bahwa apasaja yang didiamkan oleh wahyu, bukanlah terlarang. Mereka bebas untuk
mengerjakannya, sehingga ada nash yang melarang dan mencegahnya. Demikianlah salah satu dari
Dan dengan ini pula, ditetapkan suatu qaidah, “Soal ibadah tidak boleh dikerjakan kecuali dengan syai’at
yang ditetapkan Allah. Dan suatu hukum adat tidak boleh diharamkan, kecuali dengan ketentuan yang
Islam telah memberikan batas wewenang untuk menentukan halal dan haram, yaitu dengan melepaskan
haq tersebut dari tangan manusia, betapapun tingginya kedudukan manusia tersebut dalam bidang
Hak tersebut semata-mata di tangan Allah, bukan di tangan para ulama, bukan para pendeta, bukan raja
dan bukan sultan yang berhak menentukan halal-haram. Barangsiapa bersikap demikian, berarti telah
melanggar batas dan menentang hak Allah dalam menetapkan perundang-undangan untuk ummat
manusia. Dan barangsiapa yag menerima serta mengikuti sikap tersebut, berarti dia telah menjadikan
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka
Al-Qur’an telah mengecap ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) yang tellah memberikan kekuasaan kepada
para orang ‘alim dan rahib/pendeta mereka untuk menetapkan halal dan haram, dengan firman-Nya :
ار ُه ْم َو ُر ْهبَانَ ُه ْم ا َ ْربَابًا ّم ْن د ُْو ِن هللاِ َو اْل َم ِس ْي َح بْنَ َم ْوريَ َم َو َموآ
َ َاِت َّ َخذُ ْوآ ا َ ْحب
31 :التوبة
Mereka menjadikan orang-orang ‘alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan juga
mereka mempertuhankan Al-Masih putra Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [QS.
At-Taubah : 31]
‘Adi bin Hatim pada suatu ketika pernah datang kepada Rasulullah SAW, setelah dia mendengar ayat
tersebut kemudian ia berkata, “Ya Rasulullah, dan pendeta itu”. Maka Nabi SAW bersabda :
َ بَلَى اِنَّ ُه ْم َح َّر ُم ْوا َعلَ ْي ِه ُم اْل َحالَ َل َو ا َ َحلُّوا اْل َح َر
ام فَاتَّبَعُ ْو ُه ْم؟ فَذ ِل َك ِعبَادَت ُ ُه ْم
Betul. Tetapi mereka orang-orang ‘alim dan para rahib itu telah menetapkn haram terhadap sesuatu
yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya ? Demikian itulah
penyembahannya kepada mereka. [HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Jarir, Tafsir Al-Maraghi juz 10, hal.
102]
Memang mereka (ahli kitab) itu tidak menyembah mereka (orang ‘alim dan rahib-rahib), tetapi apabila
mereka itu menghalalkan sesuatu, merekapun ikut menghalalkan juga. Dan apabila orang ‘alim dan
Al-Qur’an telah mengecap juga kepada orang-orang musyrik yang berani mengharamkan dan
sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakanlah, “Apakah Allah telah memberikan izin
kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah ?”. [QS. Yuunus : 59]
: النحول. َِل الَ يُ ْف ِل ُح ْوون ِ اِ َّن الَّو ِذيْنَ يَ ْفت َ ُور ْونَ َعلَوى.ِل
َ هللا اْل َكوذ َ هللا اْل َكوذ
ِ َعلَى
116
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “Ini halal
dan ini haram”. Untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
Dari beberapa ayat dan hadits tersebut di atas, kita mengetahui bahwa hanya Allah lah yang berhaq
menentukan halal dan haram, baik dalam kitab-Nya (Al-Qur’an) ataupun melalui lidah Rasul-Nya
(Sunnah). Tugas kita tidak lebih hanya sekedar menerangkan hukum yang telah ditetapkan Allah tentang
Jadi, tentang urusan keduniaan asalnya adalah boleh kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya.
Adapun tentang ibadah, asalnya adalah dilarang, kecuali jika ada perintah atau tuntunannya.
Bersambung………..
Islam mencela orang-orang yang suka mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan
sesuatu yang haram. Dan hal ini merupakan suatu pengungkungan dan penyempitan bagi
manusia yang sebenarnya oleh Allah diberikan keleluasaan.
Nabi Muhammad SAW sendiri telah berusaha untuk memberantas perasaan yang keterlaluan
ini. Diantaranya ialah dengan mencela dan melaknat orang-orang yang suka berlebih-lebihan
tersebut, sebagaimana sabdanya :
Yaitu suatu agama yang teguh dalam beraqidah dan tauhid, serta longgar dalam hal pekerjaan
dan perundang-undangan. Dan Rasulullah SAW pernah bersabda di dalam khutbahnya :
ُكو ُّل َموا ٍل.اَالَ اِ َّن َر ِبّى ا َ َم َرنِى ا َ ْن ا ُ َع ِلّ َم ُك ْم َما َج ِه ْلت ُ ْم ِم َّما َعلَّ َمنِى يَ ْو ِمى هذَا
نَ َح ْلتُوووهُ َع ْبووودًا َحوووالَ ٌل َو اِ ِنّوووى َخلَ ْقوووتُ ِعبَوووادِى ُحنَفَوووا َء ُكلَّ ُهووو ْم َو اِنَّ ُهووو ْم اَتَوووتْ ُه ُم
ت َعلَ ْي ِه ْم َما ا َ ْحلَ ْلتُ لَ ُه ْم َو ا َ َم َرتْ ُه ْم ْ احتَالَتْ ُه ْم َع ْن ِد ْينِ ِه ْم َو َح َّر َم
ْ َاطي ُْن فِ َ شي َّ ال
مسلم.عانًا َ س ْلُ ا َ ْن يُ ْش ِر ُك ْونِى َما لَ ْم ا ُ ْن ِز ْل بِ ِه
Ketahuilah, sesungguhnya Tuhanku memerintahkan padaku untuk mengajarkan kepadamu
apa-apa yang kamu belum mengerti dari apa-apa yang Tuhanku telah mengajarkan kepadaku
pada hariku ini. (Allah berfirman) : "Setiap harta yang Aku berikan kepada hamba adalah halal,
dan Aku ciptakan hamba-hamba-Ku ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah
syetan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan
mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta menyuruh
(mempengaruhi) supaya mereka menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak
menurunkan keterangan kepadanya". [HR. Muslim, juz 4, hal. 2197]
Dengan hadits tersebut menunjukkan bahwa mengharamkan sesuatu yang halal dapat
dipersamakan dengan syirik. Dan justru itu pula Al-Qur'an menentang keras terhadap sikap
orang-orang musyrik Arab terhadap berhala mereka, dan tentang sikap mereka yang berani
mengharamkan atas diri mereka terhadap makanan dan binatang yang baik-baik, padahal Allah
tidak mengizinkannya. Diantara mereka telah mengharamkan bahiirah, saaibah, washiilah dan
haam. Al-Qur'an bersikap keras terhadap sikap pengharaman ini, Firman Allah :
Bahiirah, ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang ke lima itu jantan, lalu
unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh
diambil air susunya.
Saaibah, ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nadzar. Misalnya
: Jika seorang Arab jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia
biasa bernadzar akan menjadikan untanya saibah bila maksud atau perjalannya berhasil dan
selamat.
Washiilah, ialah seekor domba betina melahrikan anak kembar yang terdiri dari jantan dan
betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
Haam, ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat
membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap Bahiirah, Saaibah, Washiilah dan
Haam ini adalah kepercayaan Arab jahiliyah.
Keterangan :
Di dalam menerangkan arti bahiirah, saaibah, washiilah dan haam, para ulama tafsir berbeda-
beda. Adapun yang kami kutip diatas adalah keterangan yang tercantum dalam Tafsir Al-Qur'an
Tarjamah dari DEPAG RI.
Dalam surat Al-An'aam ada bantahan terhadap prasangka merka yang telah mengharamkan
beberapa binatang, seperti : unta, sapi, biri-biri dan kambing.
ول آلوذَّ َك َري ِْن َح َّور َم ا َ ِم ْ ُضوأ ْ ِن اثْنَوي ِْن َو ِمونَ اْل َم ْع ِوزاثْنَي ِْن ق َّ اج ّمنَ ال ٍ ث َ َمانِيَةَ ا َ ْز َو
ت َعلَ ْيووو ِه ا َ ْر َحوووا ُم اْالُ ْنثَيَوووي ِْن نَ بّووو ئ ُ ْو ِن ْي ِب ِع ْلو ٍووم اِ ْن ُك ْنوووت ُ ْم ْ َاْالُ ْنثَيَوووي ِْن ا َ َّموووا ا ْشوووت َ َمل
ول آل وذَّ َك َري ِْن َحو َّور َم ا َ ِم ْ َو ِموونَ اْ ِال ِب و ِل اثْنَ وي ِْن َو ِموونَ اْلبَقَو ِور اثْنَ وي ِْن قُو، َصووا ِدقِيْن َ
ُصوا ُك ُم هللا َّ شو َهدَا َء اِ ْذ َو ُ ت َعلَ ْي ِه ا َ ْر َحا ُم اْالُ ْنثَيَوي ِْن ا َ ْم ُك ْنوت ُ ْم ْ َاْالُ ْنثَيَي ِْن ا َ َّما ا ْشت َ َمل
144-143: االنعام.ِبهذَا
yaitu delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba, dan sepasang dari kambing.
Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina,
ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya ?". Terangkanlah kepadaku dengan
berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar. Dan sepasang dari unta
dan sepasang dari lembu. Katakanlah : "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua
yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di
waktu Allah menetapkan ini bagimu ?". [Al-An'aam : 143-144]
َ قُ ْل ِه،ق
وي ِ الر ْز
ّ َت ِمن َّ قُ ْل َم ْن َح َّر َم ِز ْينَةَ هللاِ الَّتِ ْي ا َ ْخ َر َج ِل ِعبَادِه َو
ِ العيّبَا
تِ صو ُل اْاليو َ ِللَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا فِى اْل َحيووةِ الودُّ ْنيَا خَا ِل
ّ َ َكوذ ِل َك نُف.صوةً ي َّْوو َم اْل ِقيَا َمو ِة
عونَ َو َ َظ َه َور ِم ْن َهوا َو َموا ب
َ ش َموا َ احِ ي اْلفَ َوو َ ّ قُ ْل اِنَّ َما َح َّر َم َرب. َِلقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْون
َ س ْول
عانًا َّو ا َ ْن ُ هلل َما لَ ْم يُن َّز ْل ِبهِ ي ِبغَي ِْر اْل َح ّق َو ا َ ْن ت ُ ْش ِر ُك ْوا ِبا َ اْ ِالثْ َم َو اْلبَ ْغ
33-32 : االعراف. َتَقُ ْولُ ْوا َعلَى هللاِ َما الَ ت َ ْعلَ ُم ْون
Katakanlah : "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik ?"
Katakanlah : "Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi
orang-orang yang mengetahui. Katakanlah : "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang
keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al-A'raaf : 32-33]
Firman Allah tersebut adalah ayat-ayat Makkiyah yang justeru diturunkan untuk mengukuhkan
aqidah dan tauhid. Ini membuktikan, bahwa persoalan tersebut dalam pandangan Al-Qur'an
bukan termasuk dalam kategori cabang atau bahagian, tetapi termasuk masalah-masalah
pokok.
Di Madinah, ketika di kalangan kaum muslimin ada orang-orang yang cenderung untuk berbuat
keterlaluan, melebih-lebihkan dan mengharamkan dirinya dalam hal-hal yang baik, Allah
menurunkan ayat-ayat untuk menegakkan mereka dalam batas ketentuan Allah dan
mengembalikan mereka ke jalan yang lempang.
Diantara hak Allah sebagai Tuhan yang menciptakan manusia dan memberi nikmat yang tiada
terhitung banyaknya itu, ialah menentukan halal dan haram, sebagaimana Dia juga berhak
menentukan perintah-perintah dan syi'ar-syi'ar ibadah dengan sesukanya.
Ini semua adalah hak Ketuhanan. Namun Allah juga berbelas-kasih kepada hamba-Nya. Oleh
karena itu Ia menentukan halal dan haram justeru mengandung hikmah ada beberapa alasan
yang ma'qul demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Justeru itu pula Allah tidak akan
menghalalkan sesuatu kecuali yang baik, dan tidak akan mengharamkan sesuatu kecuali yang
jelek.
Benar! Bahwa Allah pernah juga mengharamkan hal-hal yang baik kepada orang-orang Yahudi.
Tetapi semua itu justeru merupakan hukuman kepada mereka atas kedurhakaan yang mereka
perbuat dan pelanggaran terhadap larangan Allah. Hal ini telah dijelaskan sendiri oleh Allah
dalam firman-Nya :
َو ِمونَ اْلبَقَ ِور َو اْلغَون َِم َح َّر ْمنَوا،ظفُ ٍور ُ ِي ْ َو َعلَى الَّو ِذيْنَ هَواد ُْوا َح َّر ْمنَوا ُكو َّل ذ
ْ َط ِبع
ظ ٍوم َ َاخوتَل ُ ت
ْ ظ ُه ْو ُر ُه َمآ ا َ ِو اْل َح َوايَآ ا َ ْو َموا ْ َش ُح ْو َم ُه َما اِالَّ َما َح َمل ُ َعلَ ْي ِه ْم
146 : االنعام. َصا ِدقُ ْون َ َذ ِل َك َجزَ ْينَا ُه ْم ِببَ ْغ ِي ِه ْم َو اِن َّا ل
Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku; dan dari sapi
dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang
melekat di punggung keduanya atau yang diperut besar dan usus atau yang bercampur dengan
tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka, dan sesungguhnya
Kami adalah Maha Benar. [Al-An'aam : 146]
Di antara bentuk kedurhakaan orang Yahudi itu dijelaskan Allah di dalam firman-Nya :
ون َ ت لَ ُه ْم َو ِب
ْ صودّ ِه ْم َع ْ َّت ا ُ ِحل َ ظ ْل ٍم ّمنَ الَّ ِذيْنَ هَادُوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم
ٍ ط يّ بَا ُ فَ ِب
ِ َّالرب َوا َو قَ ْد نُ ُه ْووا َع ْنوهُ َو ا َ ْك ِل ِهو ْم ا َ ْم َووا َل الن
واس ّ هللا َك ِثي ًْرا َّو ا َ ْخ ِذ ِه ُم
ِ س ِب ْي ِل َ
161-160: النساء.اط ِل ِ َبِاْلب
Maka disebabkan kedhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungnguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. [An-Nisaa' :
160-161]
Setelah Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir dengan membawa
agama yang universal dan abadi, maka salah satu diantara rahmat kasih sayang Allah kepada
manusia, dihapusnya beban haram yang pernah diberikan Allah sebagai hukuman sementara
yang bertujuan mendidik itu, dimana beban tersebut cukup berat bagi manusia.
Kerasulan Nabi Muhammad SAW ini telah disebutkan dalam Taurat, dan namanya punsudah
dikenal oleh ahli-ahli kitab, yaitu seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an :
ْ ي الَّوذ
ِي يَ ِجد ُْونَووه َم ْكت ُ ْوبًووا ِع ْن ودَ ُه ْم فِووى َّ ي اْالُ ّم و َّ سو ْوو َل النَّبِ و َّ َاَلوذَّيِ ْن يَتَّبِعُو ْوون
ُ الر
ون اْل ُم ْن َكو ِور َو يَ ِح و ُّل
ِ ف َو يَ ْنهت و ُه ْم َعو ِ الت َّ ْور و ِة َو اْ ِال ْن ِج ْي و ِل يَووأ ْ ُم ُر ُه ْم ِب واْل َم ْع ُر ْو
وور ُه ْم َو ْ ِضووو ُع َعووو ْن ُه ْم ا
َ صو َ َووث َو ي َ وور ُم َعلَووو ْي ِه ُم اْل َخبَآ ِئوّ ت َو يُ َحو ِ الع يّووو بَاَّ لَووو ُه ُم
157: االعراف.َت َعلَ ْي ِه ْم ْ اْالَ ْغالَ َل الَّتِ ْي َكان
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. [Al-A'raaf : 157]
Di dalam Islam cara Allah menutupi kesalahan hamba-Nya, bukan dengan mengharamkan
barang-barang baik yang lain, tetapi ada beberapa hal yang diantaranya ialah :
1. Taubat dengan ikhlas (taubatan nasuha). Taubat ini dapat menghapuskan dosa bagaikan air
jernih yang dapat menghilangkan kotoran.
2. Dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik, karena amalan-amalan yang baik itu dapat
menghilangkan kejelekan.
3. Dengan bersedekah (shadaqah) karena shadaqah itu dapat menghapus dosa, bagaikan air
yang dapat memadamkan api.
4. Dengan ditimpa oleh beberapa musibah dan percobaan, di mana musibah dan percobaan itu
dapat meleburkan kesalahan-kesalahan, bagaikan daun pohon kalau sudah kering akan
mejadi hancur.
Dengan demikian, maka dalam Islam dikenal, bahwa mengharamkan sesuatu yang halal itu
dapat membawa satu keburukan dan bahaya. Sedang seluruh bentuk bahaya adalah
hukumnya haram.
Keadaan ini diperjelas sendiri oleh Al-Qur'an, misalnya tentang arak, Allah berfirman :
Dan begitu juga suatu jawaban yang tegas dari Allah ketika Nabi Muhammad SAW ditanya
tentang masalah halal dalam Islam. Jawabannya singkat, Thayyibaat (yang baik-baik). Firman
Allah :
[Bersambung]
Halal Haram Dalam Islam (ke-3)
5. Apa Saja yang Membawa Kepada yang Haram adalah Haram
Salah satu prinsip yang telah diakui oleh Islam, ialah : Apabila Islam telah mengharamkan
sesuatu, maka wasilah dan cara apapun yang dapat membawa kepada perbuatan haram,
hukumnya adalah haram.
Oleh karena itu, jika Islam mengharamkan zina misalnya, maka semua pendahuluannya dan
apasaja yang dapat membawa kepada perbuatan itu, adalah diharamkan juga. Misalnya,
dengan berdua-duaan, pergaulan bebas, foto-foto telanjang dan lain sebagainya.
Dari sinilah, maka para ulama ahli fiqih membuat suatu kaidah : Apasaja yang membawa
kepada perbuatan haram, maka itu adalah haram.
Kaidah ini menunjukkan bahwa dosa perbuatan haram tidak hanya terbatas pada pribadi si
pelakunya itu saja, tetapi termasuk semua orang yang bersekutu/membantu dengan dia, baik
melalui harta ataupun sikap. Masing-masing mendapat dosa sesuai dengan keterlibatannya.
Misalnya tentang arak, Rasulullah SAW melaknat kepada yang meminumnya, yang
membuatnya, yang membawanya, yang diberinya, yang menjualnya dan seterusnya.
Begitu juga dalam soal riba, dilaknat orang yang memakannya, yang memberikannya,
penulisnya dan saksi-saksinya.
َو ُم ْو ِكلَ وهُ َو َكاتِبَ وهُ َو،الربَووا ُ لَعَوونَ َر:ون َجووا ِب ٍر قَووا َل
ِ سو ْوو ُل
ّ ِ هللا ص آ ِك و َل ْ َعو
َ ُه ْم:شَا ِهدَ ْي ِه َو قَا َل
مسلم.س َوآ ٌء
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW telah melaknat orang yang makan riba, yang memberi
makannya, penulisnya dan dua saksinya, dan beliau bersabda : "Mereka itu sama". [HR.
Muslim]
Begitulah, maka semua yang dapat membantu kepada perbuatan haram, hukumnya adalah
haram juga. Dan semua orang yang membantu kepada orang yang berbuat haram, maka dia
akan terlibat dalam dosanya juga.
Sebagaimana Islam telah mengharamkan seluruh perbuatan yang dapat membawa kepada
haram dengan cara-cara yang nampak, maka begitu juga Islam mengharamkan semua siasat
untuk berbuat haram dengan cara-cara yang tidak jelas (tidak nampak).
Rasulullah SAW pernah mencela orang-orang Yahudi yang membuat suatu siasat untuk
menghalalkan perbuatan yang dilarang (haram). Maka sabda beliau :
ابووو.لحيَو ِل ِ وب اْليَ ُهو ْوودُ َو ت َ ْسوت َ ِحلُّ ْوا َم َحو
ِ ْوار َم هللاِ ِبوا َ ْدنَى ا ْ الَ ت َ ْرت َ ِكبُ ْووا َمووا
َ ارت َ َك
عبد هللا بن بعة باسناد جيد يصحح مثله الترمذى
Janganlah kamu berbuat seperti perbuatan Yahudi, dan jangan kamu menganggap halal
terhadap larangan-larangan Allah walaupun dengan siasat yang paling kecil. [HR. Abu Abdillah
bin Baththah dengan sanad yang baik, Tirmidzi menshahihkannya seperti itu, Ighaatsatul lahfan
I : 348]
Salah satu contoh, misalnya, orang-orang Yahudi dilarang mencari ikan di hari Sabtu, kemudian
mereka bersiasat untuk melanggar larangan ini dengan memasang perangkap pada hari Jum'at
supaya hari Sabtunya ikan-ikan bisa masuk dalam perangkap tersebut, dan akan diambilnya
nanti pada hari Ahad.
Cara seperti ini dipandang halal oleh orang-orang yang memang bersiasat untuk melanggar
larangan itu, tetapi sebetulnya adalah suatu perbuatan haram, karena motifnya sama-sama
mencari ikan, baik dengan jalan bersiasat maupun cara langsung.
Termasuk siasat (hilah), yaitu menamakan sesuatu yang haram dengan nama lain, dan
merubah bentuk, padahal intinya (bahannya) itu juga.
Oleh karena itu siapapun yang membuat nama baru dengan niat bersiasat supaya dapat makan
riba, atau dengan niat supaya dapat minum arak, maka dosa riba dan arak tetap mengenainya.
ُ قَات َو َل هللاُ اْليَ ُهو ْوودَ اِ َّن هللاَ لَ َّمووا َحو َّور َم َعلَ و ْي ِه ْم:هللا ص
ش و ُح ْو َم َها ِ سو ْوو ُل ُ قَووا َل َر
متفق عليه.ُع ْوهُ فَا َ َكلُ ْوا ث َ َمنَه
ُ َج َملُ ْوهُ ث ُ َّم بَا
Rasulullah SAW telah bersabda : "Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi,
sesungguhnya Allah ketika mengharamkan lemak binatang atas mereka, mereka itu
meleburnya (mencairkannya), kemudian menjualnya dan memakan harganya (uang hasil
penjualan itu)". [HR. Muttafaq 'alaih]
Islam memandang baik terhadap setiap hal yang dapat mendorong untuk berbuat baik, tujuan
yang mulia dan niat yang bagus. Untuk itulah maka Nabi Muhammad SAW bersabda :
Niat yang baik dapat menggunakan seluruh yang mubah dan adat untuk berbhakti dan taqarrub
kepada Allah. Oleh karena itu siapa yang makan dengan niat untuk menjaga kelangsungan
hidupnya dan menguatkan tubuhnya supaya dapat melaksanakan kewajibannya untuk
berkhidmat kepada Allah dan ummatnya, maka makan dan minumnya itu dapat dinilai sebagai
amal qurbah.
Begitu juga, barangsiapa yang melepaskan syahwatnya kepada istrinya dengan niat untuk
mendapatkan anak, atau karena menjaga diri dari perbuatan makshiyat, maka pelepasan
syahwat tersebut dapat dinilai sebagai sesuatu yang berhak mendapat pahala. Untuk itu pula
Rasulullah SAW telah bersabda :
Adapun masalah haram tetap dinilai haram, betapapun baik dan mulianya niat dan tujuan itu.
Bagaimanapun baiknya rencana, selama tidak dibenarkan oleh Islam, maka selamanya yang
haram itu tidak boleh dipakai alat untuk mencapai tujuan yang terpuji. Sebab Islam selamanya
menginginkan tujuan yang suci dan caranya pun harus suci juga. Jadi setiap tujuan baik, harus
dicapai dengan cara yang baik pula.
Maka barangsiapa mengumpulkan uang yang diperoleh dengan jalan riba, mencuri
(menjarah/merampok), makshiyat, judi dan sebagainya yang dapat dikategorikan haram,
dengan maksud untuk mendirikan masjid atau untuk terlaksananya rencana-rencana yang baik
lainnya, maka tujuan baiknya tidak akan menjadi penolong baginya, sehingga dosa haramnya
itu dihapus.
Demikianlah seperti apa yang diajarkan kepada kita oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabda
beliau :
Salah satu daripada rahmat Allah terhadap manusia, yaitu : Dia tidak membiarkan manusia
dalam kegelapan terhadap masalah halal dan haram, sehingga yang halal dijelaakan dan yang
haram juga dijelaskan. Firman-Nya :
Masalah halal yang sudah jelas, boleh dikerjakan. Dan soal haram yang sudah jelas, tidak
boleh dikerjakan selama masih dalam keadaan normal, tidak dalam keadaan dlarurat.
Tetapi di balik itu ada suatu persoalan, yaitu antara yang halal dan yang haram. Persoalan
tersebut dikenal dengan nama syubhat, suatu persoalan yang tidak begitu jelas antara halal dan
haramnya bagi manusia. Hal ini bisa terjadi, mungkin karena tasyabbuh (samar-samar) dan
mungkin karena tidak jelasnya jalan untuk mengetrapkan nash (dalil) yang ada terhadap suatu
peristiwa.
Terhadap persoalan ini Islam memberikan suatu garis yang disebut wara' (suatu sikap berhati-
hati karena takut berbuat haram). Dimana dengan sifat itu seorang muslim menjauhkan diri dari
masalah yang masih syubhat, sehingga dengan demikian dia tidak akan terseret untuk berbuat
kepada yang haram.
Cara semacam ini termasuk menutup jalan berbuat makshiyat. Dasar pokok dari prinsip ini ialah
sabda Nabi SAW yang mengatakan :
ات الَ يَو ْد ِرى َكثِي ٌْور َ َِاْل َحالَ ُل بَ ِيّ ٌن َو اْل َح َرا ُم بَ ِيّ ٌن َو بَيْنَ ذ ِل
ٌ وك ا ُ ُم ْوو ٌر ُم ْشوت َ ِب َه
ون ت َ َر َك َهووا ا ْس وتَب َْرأ َ ِل ِد ْينِ و ِه َو
ْ وي ا َ ِم اْل َحو َور ِام؟ فَ َمو
َ واس ا َ ِموونَ اْل َح والَ ِل ِهو
ِ ِموونَ النَّو
َك َموا ا َ َّن.ام َ ش ْيئًا ِم ْن َها يُ ْو ِشكُ ا َ ْن يُ َوا ِق َع اْل َح َور َ َو َم ْن َواقَ َع.س ِل َم
َ َ ِه فَقَ ْد ِ ِع ْر
ِ َْم ْن يَ ْر َعى َح ْو َل ا
َ ا َال، اَالَ َو اِ َّن ِل ُكو ِّل َم ِلوكٍ ِح ًموى.ُلح َمى ا َ ْوش ََك ا َ ْن يُ َواقِعَه
البخارى و مسلم و الترمذى و اللفِ له.ُار ُمه ِ ِو اِ َّن ِح َمى هللاِ َم َح
Yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas, diantara keduanya itu ada beberapa
perkara yang belum jelas (syubhat), banyak orang yang tidak tahu, apakah dia itu masuk
bagian yang halal ataukah yang haram. Maka barangsiapa yang menjauhinya karena hendak
membersihkan agama dan kehormatannya, maka dia akan selamat. Dan barangsiapa
mengerjakan sesuatu daripadanya hampir-hampir ia akan jatuh ke dalam haram, sebagaimana
orang yang menggembala kambing di sekitar daerah larangan, dia hampir-hampir akan jatuh
padanya. Ingatlah, bahwa tiap-tiap raja mempunyai daerah larangan. Ingatlah bahwa daerah
larangan Allah itu ialah semua yang diharamkan. [HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi, dan ini
adalah lafadh Tirmidzi]
[Bersambung]
Haram dalam syariat Islam berlaku untuk semua orang. Oleh karena itu tidak ada sesuatu yang
diharamkan untuk selain orang Arab (ajam) tetapi halal untuk orang Arab. Tidak ada sesuatu
yang dilarang untuk orang kulit hitam, tetapi halal buat orang kulit putih. Tidak ada sesuatu
perlakuan khusus yang diberikan kepada suatu tingkatan atau suatu golongan manusia, yang
dengannya mereka bisa berbuat jahat yang dikendalikan oleh hawa nafsunya. Bahkan tidak
seorang muslim pun yang mempunyai keistimewaan khusus yang dapat menetapkan sesuatu
hukum haram itu untuk orang lain, tetapi halal buat dirinya sendiri.
Sekali-kali tidak ! Allah adalah Tuhannya semua orang, syari'at-Nya pun untuk semua orang.
Setiap yang dihalalkan Allah dengan ketetapan undang-undang-Nya, berarti halal untuk
segenap ummat manusia. Dan apasaja yang diharamkan, haram juga untuk seluruh manusia.
Hal ini berlaku sampai hari qiyamat. Misalnya; mencuri, hukumnya adalah haram, baik se
pelakunya itu seorang muslim ataupun bukan orang Islam, baik yang dicuri itu milik orang Islam
ataupun milik orang lain. Hukumnya pun berlaku untuk setiap pencuri, betapapun keturunan
dan kedudukannya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW dan yang
dikumandangkannya.
Pernah terjadi suatu peristiwa, seorang wanita bangsawan suku Makhzum mencuri, sehingga
dikenai hukuman potong tangan. Kemudian keluarganya menemui Usamah bin Zaid kecintaan
Rasulullah SAW supaya memohon kepada Rasulullah SAW agar beliau SAW membebaskan
wanita pencuri itu dari hukuman potong tangan. Setelah Usamah menyampaikan hal itu kepada
beliau, maka dengan marah beliau bersabda :
Dan juga pernah terjadi suatu peristiwa pencurian yang dilakukan oleh seorang Islam. Tetapi
pada waktu itu belum jelas pencurinya, apakah orang Yahudi ataukah orang Muslim. Kemudian
salah satu keluarganya yang Islam melepaskan tuduhan kepada seorang Yahudi dengan
beberapa data yang dibuatnya dan berusaha untuk mengelakkan tuduhan terhadap
keluarganya yang beragama Islam itu, padahal dialah pencurinya. Dan dia bermaksud untuk
mengadukan hal tersebut kepada Nabi SAW dengan suatu keyakinan, bahwa dia akan dapat
bebas dari segala tuduhan dan hukuman. Maka waktu itu turunlah ayat yang menyingkap
kejahatan ini dan membebaskan orang Yahudi tersebut dari segala tuduhan. Dan Rasulullah
SAW mencela orang Islam tersebut dan menjatuhkan hukuman kepada pelakunya. Wahyu
Allah tersebut sebagai berikut :
ونْ َو الَ ت َ ُك،ُواس ِب َموآ اَرو َك هللا ِ َّتب ِباْل َح ّق ِلوت َ ْح ُك َم بَويْنَ الن َ اِنَّآ ا َ ْنزَ ْلنَآ اِلَي َْك اْل ِك
َو الَ ت ُ َجواد ِْل. اِ َّن هللاَ َكانَ َغفُ ْو ًرا َّر ِح ْي ًما،َ َو ا ْست َ ْغ ِف ِر هللا.َص ْي ًما ِ ِل ْلخَآئِنِيْنَ خ
.وون َكوووانَ خ ََّوانًوووا اَثِ ْي ًموووا ْ ووب َموُّ اِ َّن هللاَ الَ يُ ِحو،سووو ُه ْم َ ُوون الَّووو ِذيْنَ يَ ْختَوووانُ ْونَ ا َ ْنف
ِ َعو
اس َو الَ يَ ْست َ ْخفُ ْونَ ِمنَ هللاِ َو ُه َوو َمعَ ُهو ْم اِ ْذ يُ بَ يّو ت ُ ْونَ َموا ِ َّيَ ْست َ ْخفُ ْونَ ِمنَ الن
هاَنوو ْت ُ ْم هوو ُؤآلَ ِء.عووا ً الَ يَ ْرَووى ِموونَ اْلقَ ْووو ِل َو َكووانَ هللاُ ِب َمووا يَ ْع َملُ ْووونَ ُم ِح ْي
ون ْ ون يُ َجوا ِد ُل هللاَ َعو ْن ُه ْم يَ ْوو َم اْل ِقي َمو ِة ا َ ْم َم ْ فَ َم،َجادَ ْلت ُ ْم َع ْن ُه ْم فِى اْل َحيوةِ الدُّ ْنيَا
109-105: النسآء.ًيَّ ُك ْو ُن َعلَ ْي ِه ْم َو ِك ْيال
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Kitab dengan benar, supaya kamu
menghukum diantara manusia dengan (faham) yang Allah beritahukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat. Dan minta ampunlah kepada
Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan janganlah
kamu membela orang-orang yang mengkhianati dirinya itu, karena sesungguhnya Allah tidak
suka kepada orang-orang yang berkhianat dan berbuat dosa. Mereka bersembunyi dari
manusia, tetapi tidak bersembunyi dari Allah, padahal Dia selalu bersama mereka ketika
mereka mengatur siasatnya itu di waktu malam, yaitu sesuatu yang tidak diridlai dari perkataan
itu, dan Allah Maha Meliputi semua apa yang mereka perbuat. Beginilah kamu ! Kamu ini
adalah orang-orang yang membela mereka di dalam kehidupan dunia ini, maka siapakah yang
akan membela mereka dari hukuman Allah kelak di hari qiyamat ? Atau siapakah yang akan
melindungi mereka (terhadap siksa Allah ?". [An-Nisaa' : 105-109]
Ayat-ayat diatas diturunkan berhubungan dengan pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia
menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui
perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu adalah orang Yahudi. Hal ini
diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi SAW dan mereka meminta agar Nabi
SAW membela Thu'mah dan menghukum orang Yahudi, kendatipun mereka tahu bahwa yang
mencuri barang itu ialah Thu'mah. Nabi SAW sendiri hampir-hampir membenarkan tuduhan
Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap si Yahudi.
Demikianlah bahwa agama Allah itu pada hakekatnya tidak membeda-bedakan antara suatu
kaum terhadap kaum lain dan melarang berbuat khianat melalui lidah setiap Rasul-Nya.
Namun sebagian orang-orang Yahudi berdusta atas nama Allah dengan menganggap bahwa
riba itu hanya haram untuk orang Yahudi jika berhutang kepada sesama Yahudi. Tetapi jika
berhutang kepada selain Yahudi tudaklah terlarang.
Sifat mereka yang seperti itu diceritakan juga oleh Al-Qur'an, dimana mereka membolehkan
berbuat khianat terhadap orang lain, dan hal semacam itu menurut pandangan mereka tidak
salah dan tidak berdosa. Al-Qur'an mengatakan :
Islam mempersempit daerah haram. Kendatipun demikian soal haram itu diperkeras dan
tertutup semua jalan yang mungkin akan membawa kepada yang haram itu, baik dengan
terang-terangan maupun dengan sembunyi-sembunyi. Maka setiap yang akan membawa
kepada haram, hukumnya haram, dan yang membantu untuk berbuat haram, hukumnya juga
haram, dan setiap siasat untuk berbuat haram, hukumnya haram. Begitulah seterusnya seperti
yang telah kami sebutkan terdahulu dalam penjelasan tentang hal ini.
Akan tetapi Islam tidak lupa terhadap kepentingan hidup manusia serta kelemahan manusia
dalam menghadapi kepentingannya itu. Oleh karena itu seorang muslim dalam keadaan yang
sangat terpaksa diperkenankan terhadap yang haram karena dorongan keadaan dan sekedar
menjaga diri dari kebinasaan.
Oleh karena itu Allah mengatakan, sesudah menyebut satu persatu makanan yang diharamkan,
seperti : bangkai, darah dan babi :
. اِ َّن هللاَ َغفُو ْوو ٌر َّر ِح و ْي ٌم،ع َّر َغ ْيو َور بَوواغٍ َّو الَ َعووا ٍد فَ والَ اِثْو َوم َعلَ ْي و ِه
ُ َو ِ فَ َمو
ْ ون ا
173:البقرة
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah 173]
Yang semakna dengan ini diulang dalam empat surat ketika menyebut masalah makanan-
makanan yang haram.
Dari ayat-ayat ini dan nash-nash lainnya, para ahli fiqih menetapkan suatu prinsip yang sangat
berharga sekali, yaitu : "Keadaan terpaksa membolehkan yang terlarang".
Tetapi ayat-ayat itupun tetap memberikan suatu pembatas terhadap si pelakunya (orang yang
disebut dalam keadaan terpaksa) itu, yaitu dengan kata-kata Ghaira baaghin walaa 'aadin (tidak
ingin dan tidak melewati batas).
Ini dapat ditafsirkan, bahwa pengertian tidak sengaja itu, maksudnya : tidak sengaja untuk
mencari kelezatan. Dan perkataan tidak melewati batas itu maksudnya : tidak melewati batas
ketentuan hukum.
Dari ikatan ini, para ulama ahli fiqih menetapkan suatu prinsip lain pula, yaitu : (Dlarurat itu
dikira-kirakan menurut ukurannya). Oleh karena itu, setiap manusia sekalipun dia boleh tunduk
kepada keadaan dlarurat, tetapi dia tidak boleh menyerah begitu saja kepada keadaan tersebut
dan tidak boleh menjatuhkan dirinya kepada keadaan dharurat itu. Tetapi dia harus tetap
mengikatkan diri kepada pangkal halal dengan terus berusaha mencarinya. Sehingga dengan
demikian dia tidak akan tersentuh dengan yang haram atau mempermudah dharurat.
Islam, dengan memberikan perkenan untuk melakukan yang dilarang ketika dlarurat itu,
hanyalah merupakan penyaluran jiwa keuniversalan Islam itu, dan kaidah-kaidahnya yang
bersifat menyeluruh. Dan ini adalah merupakan jiwa kemudahan Islam yang tidak dicampuri
oleh kesukaran seperti cara yang dilakukan oleh ummat-ummat dahulu.
Oleh karena itu benarlah apa yang dikatakan Allah dalam firman-Nya :
Friman Allah :
ُ َ
119: االنعام.ع ِر ْرت ُ ْم ْ ص َل لَ ُك ْم َّما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم اِالَّ َما ا
َّ ََو قَ ْد ف
Dan Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu. [Al-An'aam : 119]
Dan di ayat lain, setelah Allah menyebut tentang haramnya bangkai, darah dan sebagainya
kemudian diikutinya dengan mengatakan : "Barangsiapa terpaksa sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak melewati batas, maka tidak ada dosa atasnya, karena
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Al-Baqarah : 173]
Dlarurat yang sudah disepakati oleh semua ulama yaitu dlarurat dalam masalah makanan,
karena ditahan oleh kelaparan. Jadi seorang yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak
mendapatkan makanan kecuali barang-barang yang diharamkan itu. Waktu itu dia boleh makan
sekedarnya sesuai dengan dorongan dlarurat itu dan guna menjaga diri dari bahaya.
Perkataan Ghaira baaghin maksudnya : Tidak mencari-cari alasan karena untuk memenuhi
keinginan (seleranya). Sedang yang dimaksud dengan walaa 'aadin, yaitu seperti yang
dijelaskan Allah dalam firman-Nya dengan tegas :
.ص و ٍة َغ ْيو َور ُمت َ َجووا ِنٍْ ِِالثْو ٍوم فَ وا َِّن هللاَ َغفُو ْوو ٌر َّر ِح و ْي ٌم ُ َو
َ ع َّر ِف و ْي َم ْخ َم ِ فَ َمو
ْ ون ا
3:المائدة
Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Maidah : 3]
12 Perseorangan tidak boleh dianggap dlarurat kalau dia berada dalam masyarakat yang
di situ ada sesuatu yang dapat mengatasi keterpak-saannya itu.
Tidak termasuk dlarurat karena seseorang tidak mempunyai makanan, bahkan tidak termasuk
dlarurat yang membolehkan seseorang makan makanan yang haram, apabila di masyarakat itu
ada orang, muslim yang masih mempunyai makanan yang kiranya dapat untuk mengatasi
keterpaksaannya itu. Karena prinsip masyarakat Islam adalah harus ada perasaan saling
bertanggung-jawab dan saling bantu-membantu dan bersatu padu bagaikan satu tubuh atau
bangunan yang satu sama lain saling kuat-menguatkan.
Salah satu hasil tinjauan yang sangat bernilai oleh para ahli fiqih Islam terhadap masalah
solidaritas sosial, yaitu seperti yang pernah dikatakan oleh Ibnu Hazm : "Bahwa tidak halal bagi
seorang muslim yang dalam keadaan terpaksa untuk makan bangkai atau babi, sedangkan dia
masih bisa mendapatkan makanan dari kelebihan kawannya yang muslim ataupun kafir dzimmi.
Karena suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh orang yang mempunyai makanan, yaitu
memberikan makanan tersebut kepada saudaranya yang sedang kelaparan.
Jika betul keadaannya demikian, dia tidak dapat dikategorikan terpaksa yang boleh makan
bangkai dan babi. Dan apabila orang yang punya itu tidak mau menolongnya, maka dia boleh
memerangi dalam keadaan seperti itu. Jika dia terbunuh dalam persengketaan itu, si
pembunuhnya dikenakan hukuman qishash, dan jika yang menahan hartanya sampai terbunuh,
maka dia akan mendapatkan laknat dari Allah, karena dia menahan hak orang lain. Dia akan
dapat digolongkan sebagai bughat (orang-orang yang dhalim). Seperti firman Allah :
َت اِ ْحد ُه َما َعلَى اْالُ ْخرى فَقَا ِتلُوا الَّ ِتى ت َ ْب ِغى َحتّوى ت َ ِفو ْي َء اِلوى ا َ ْم ِور
ْ فَا ِْن بَغ
.ِهللا
Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga kembali kepada perintah Allah. [Al-
Hujurat : 9]
Orang yang menentang suatu perbuatan baik adalah orang yang berbuat jahat kepada
saudaranya yang mempunyai hak. Oleh karena itu Abu Bakar Ash-Shiddiq memerangi orang-
orang yang enggan mengeluarkan zakat. [Al-Muhalla, Ibnu Hazm juz 6, hal 159]
[Bersambung]
ْ ُطوا ِع ٍم ي
َع ِع ُموه اِالَّ ا َ ْن يَّ ُك ْوون َ ي ُم َح َّر ًموا َعلوى َ قُ ْل آلَّ ا َ ِجودُ فِو ْي َموآ ا ُ ْو ِح
َّ وي اِلَو
ِوس ا َ ْو فِ ْسوقًا ا ُ ِهو َّل ِلغَي ِْور هللاٌ َم ْيتَةً ا َ ْو دَ ًما ُم ْسفُ ْو ًحا ا َ ْو لَ ْح َوم ِخ ْن ِزي ٍْور فَ ِانَّوهُ ِر ْج
145: االنعام.غفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم َ ع َّر َغي َْر بَاغٍ َّو الَ َعا ٍد فَا َِّن ُرب ََّك ُ َْ فَ َم ِن ا،ِب ِه
Katakanlah, “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang
diharamkan bagi orang yag hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau
darah yang mengalir, atau daging babi, karena semua itu kotor, atau binatang yang disembelih
atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak
menginginkanya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-An’aam : 145]
Keempat ayat di atas, 2 diturunkan sebelum hijrah Nabi SAW, jadi termasuk ayat-ayat
Makkiyah, yaitu ayat 145 surat Al-An’aam dan ayat 115 surat An-Nahl. Sedangkan 2 ayat yang
lain, yaitu 173 surat Al-Baqarah dan ayat 3 surat Al-Maaidah termasuk ayat-ayat Madaiyah,
kesemuanya menjelaskan bahwa makanan yang diharamkan Allah bagi ummat Islam hanyalah
:
1. bangkai,
2. darah,
4. sembelihan yang disembelih dengan tujua yang tidak dituntunkan Allah, atau tidak dibenarkan
oleh Allah.
Inilah empat macam makanan yang diharamkan oleh Allah berdasar keempat firman-Nya di
atas.
Jadi selain empat macam tersebut, hukumnya kembali kepada hukum asal, yaitu mubah/halal,
sebagaimana keterangan qaidah di muka.
Adapun antara ayat 3 Al-Maaidah yang menetapkan 10 macam binatang yang haram, dengan
ayat 145 Al-An’aam, ayat 115 An-ahl dan ayat 137 Al-Baqarah yang menetapkan 4 macam itu,
sama sekali tidak bertentangan. Karena ayat 3 surat Al-Maaidah ini merupaka perincia dari tiga
ayat yang lain yang telah disebutkan itu.
Binatang yang dicekik, dipukul, jatuh dari atas, ditanduk dan karena dimakan binatag buas,
semuanya adalah termasuk dalam pengertian bagkai. Jadi semua itu sekedar perincian dari
kata bangkai. Begitu juga binatang yag disembelih untuk berhala, adalah semakna dengan
yang disembelih bukan karena Allah, Jadi kedua-duanya mempunyai pengertian yang sama.
Ringkasnya, secara global (ijma’) makanan yang diharamkan itu ada empat macam, dan kalau
diperinci bisa menjadi sepuluh, sebagaimana pada surat Al-Maaidah ayat 3 tersebut.
14. Ikan dan belalang dapat dikecualikan dari bangkai.
Ada dua binatang yang dikecualikn oleh syari’at Islam dari kategori bangkai, yaitu belalag dan
ikan (dan sebangsanya).
Rasulullah SAW ketika ditanya tentang masalah air laut, beliau bersabda :
َ
96 :طعَا ُمهُ… المائدة ص ْيدُ اْلبَ ْح ِر َو
َ ا ُ ِح َّل لَ ُك ْم
Dihalalka bagi kamu binatang buruan laut dan makanannya. [QS. Al-Maaidah : 96]
Dan Ibnu ‘Abbas berkata bahwa yang dimaksud tha’aamuhu, yaitu bangkainya.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Jabir bin ‘Abdullah diceritakan
bahwa Rasulullah SAW pernah mengirim satu pasukan, kemudian mereka itu mendapat seekor
ikan besar yang sudah menjadi bangkai. Ikan itu kemudian dimakan selama setengah bulan.
Setelah mereka tiba di Madinah, diceritakanlah hal tersebut kepada Nabi SAW, maka beliau
bersabda :
Adapun tentang belalang, dalam hal ini Rasulullah SAW memberika suatu perkenan untuk
dimakannya walaupun sudah menjadi bangkai, karena satu hal yang tidak mungkin untuk
menyembelihnya.
َ َمعَهُ اْل
الجماعة اال ابن.َج َراد ت نَأ ْ ُك ُل
ٍ س ْب َع غَزَ َوا ُ غَزَ ْونَا َم َع َر
َ س ْو ِل هللاِ ص
ماجه
Kami pernah berperag bersama Nabi SAW tujuh kali peperangan, kami makan bellang bersama
beliau. [HR. Jama’ah, kecuali Ibu Majah]
Adapun mengenai hadits tentang Nabi SAW melarang memakan daging binatang buas yang
berkuku tajam dan memakan daging himar jinak, maka larangan tersebut jatuhnya hanya
makruh. Karena tidak mungkin Nabi SAW diperintahkan oleh Allah untuk menyatakan bahwa
yang haram itu hanya empat, kemudian beliau berani menambahya. Keterangan lebih lanjut
dalam hal ini, insya Allah akan kami jelaskan pada bab mendatang.
َّ
مسلم.العي ِْر ٍ َي ص َع ْن ُك ّل ذِى ِم ْخل
َب ِمن ُّ ِنَ َهى النَّب
Nabi SAW telah melarang memakan tiap-tiap burung yang mempunyai kuku tajam. [HR.
Muslim]
Dan juga merekapun berpendapat bahwa binatang yang oleh manusia dianggap kotor/jijik maka
haram pula hukumnya, berdasarka firman Allah (dalam menerangkan sifat Nabi SAW) di bawah
ini :
َ اْل
157 : االعراف.خبَآبِئَث ت َو يُ َح ّر ُم َعلَ ْي ِه ُم َّ … َو يُ ِح ُّل لَ ُه ُم
ِ العيّبَا
….dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka yang
buruk-buruk….. [QS. Al-A’raaf : 157]
Bersambung ……..
Sedang "Binatang yang bertaring dan berkuku tajam" itu, tidak termasuk dari yang empat
macam. Maka bagaimana mungkin, Nabi SAW yang diperintah untuk menggariskan suatu
ketetapan dari Allah bahwa yang diharamkan itu hanya empat, kemudian beliau sendiri
menambah yang diluar dari keempat macam diatas ?
Yang demikian ini sekali-kali tidak mungkin ! Sebab bertentangan dengan pelaksanaan tugas
kenabian dan kerasulan beliau. Lalu bagaimanakah kedudukan hadits diatas ?
Karena hadits tersebut shahih/kuat, maka walaupun bertentangan dengan Al-Qur'an, tetap
dapat dipakai, tetapi maksud hadits tersebut dita'wil, sehingga tidak lagi bertentangan dengan
Al-Qur'an. Karena kita yakin bahwa tidak mungkin Nabi SAW menetapkan sesuatu yang
bertentangan dengan Al-Qur'an. Maka apabila kelihatannya bertentangan (padahal hadits
tersebut shahih) maka kemungkinannya, yang dimaksud haraamun (haram) atau nahaa
(melarang) dalam hadits-hadits diatas, bukanlah haram menurut syara' yang berdosa bila
dilanggar, tetapi maksudnya ialah haram menurut bahasa yang artinya "melarang".
Tegasnya, bukanlah larangan yang berhukum haram, tetapi sekedar makruh, yang
sebaiknya ditinggalkan, namun bila dikerjakan tidaklah berdosa.
Dengan demikian, sesuailah kini arti hadits tersebut dengan ayat-ayat Al-Qur'an diatas, yakni
firman-firman Allah di keempat tempat itu yang menyatakan bahwa yang haram itu hanyalah
empat macam, yaitu :
1. bangkai,
2. darah,
4. sembelihan yang disembelih dengan tujuan yang tidak dituntunkan-Nya, atau tidak
dibenarkan oleh Allah.
Adapun selain yang empat macam itu, ada pula yang dimakruhkan yang sebaiknya tidak
dimakan, antara lain binatang yang bertaring/berkuku tajam sebagaimana diatas.
B. Demikian pula hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa pada masa
perang Khaibar Nabi SAW melarang kaum muslimin memakan daging himar jinak, ini tidak
menunjukkan bahwa daging himar jinak itu haram, sebab bila demikian berarti bertentangan
dengan firman-firman Allah dan tidak akan terjadi.
Mungkin orang akan bertanya, "Bila tidak haram, mengapa dilarang Nabi ?".
Jawabnya : "Larangan Nabi SAW untuk tidak menyembelih dan memakan himar jinak itu,
berkenaan dengan situasi perang Khaibar tersebut, yaitu himar jinak itu diperlukan bagi
kepentingan kelancaran pasukan perang kaum muslimin, maka demi menjaga hal ini, oleh
Nabi SAW selaku pimpinan umum, difatwakan bahwa kaum muslimin dilarang untuk
menyembelih dan memakan himar jinak tsb".
Maka bila ada orang Islam yang melanggar larangan ini, berarti dia melanggar kewajiban
thaat kepada Nabi/pimpinan dan menyalahi firman Allah :
.وى اْالَ ْمو ِور ِمو ْن ُك ْم
ِ سو ْوو َل َو اُولو َّ ياَيُّ َهووا الَّو ِذيْنَ ا َمنُو ْووا ا َ ِط ْيعُوووا هللاَ َو ا َ ِط ْيعُوووا
ُ الر
59:النساء
Hai orang-orang yang beriman thaatilah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang memegang
kekuasaan diantara kamu. [QS. An-Nisaa' : 59]
Sedang daging himar jinak yang dimakannya sesudah adanya larangan Nabi/pimpinannya
itu, menjadi haram.
Tegasnya, Haramnya daging himar jinak untuk dimakan pada hadits itu, adalah haram
sababiyah (haram karena ada sebab yang menjadikannya haram), yaitu karena melanggar
larangan Nabi yang wajib dithaatinya. Jadi bukan haram dzaatiyah, (dzat/bendanya itu sendiri
memang haram), karena himar jinak tidak termasuk empat macam makanan yang diharamkan
oleh Allah diatas, maka dzatnya halal.
C. Dan juga hadits riwayat Ahmad yang menyatakan bahwa Nabi SAW melarang membunuh
binatang-binatang : semut, tawon, burung hud-hud dan burung suradi, inipun tidak
menunjukkan tentang haramnya memakan binatang-binatang tersebut. Karena bila ini
diharamkan, maka bertentangan dengan firman-firman Allah diatas, yang menyatakan
bahwa yang haram itu hanya empat macam, sedang keempat macam binatang yang
tersebut dalam hadits itu tidak termasuk diantara empat macam yang diharamkan oleh Allah.
Lagi pula Nabi SAW melarang membunuh binatang-binatang tersebut bukan berarti haram
untuk memakannya, namun yang dimaksud ialah, agar sedapat mungkin binatang itu dilindungi,
agar tidak mengalami kepunahan.
D. Begitu pula hadits riwayat Muslim yang menerangkan perintah Nabi untuk membunuh lima
macam binatang, dimanapun didapatinya, yaitu : ular, gagak yang ada warna putih di
punggung dan dadanya, tikus, anjing galak dan burung elang. Hadits ini pun tidak
menyatakan bahwa kelima macam binatang tersebut haram. Dan sebabnya adalah karena
besarnya kemungkinan bahaya dan madlarat yang ditimbulkan olehnya bagi kehidupan
manusia, baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui.
Jelasnya, seluruh hadits-hadits yang bersangkutan dengan masalah haramnya makanan itu,
sama sekali tidak bermakna bahwa apa yang disebutkan dalam hadits-hadits itu hukumnya
haram, sebagaimana haram dalam nash Al-Qur'an.
Bila ada hadits yang menyatakan haraam atau nahaa (melarang) ini mengandung arti
makruh atau haram (karena sebab), dan setelah sebab yang menjadikan haramnya itu hilang,
maka makanan itu kembali halal.
E. Demikian pula pengertian hadits yang menjelaskan bahwa Nabi SAW melarang ummat Islam
membunuh katak, setelah mengetahui katak itu dapat dipakai sebagai salah satu ramuan
obat, ini tidak berarti bahwa dzat katak haram, tetapi harus diartikan bahwa karena katak itu
dapat dipergunakan sebagai obat, maka Nabi SAW melarang membunuhnya, sebab
dikhawatirkan kepunahannya.
F. Sedang pengertian khabaits (kotor) dalam ayat 157 surat Al-A'raaf itu, menjelaskan secara
garis besar akan keadaan makanan yang telah diharamkan oleh Allah di keempat tempat itu.
Yakni, bahwa bangkai, darah, daging babi dan apa-apa yang disembelih untuk selain Allah
itu adalah diharamkan oleh Allah bagi ummat Islam untuk memakannya, karena barang-barang
itu adalah khobaits/keji dan menjijikkan.
Jadi bukan kotor/keji menurut selera manusia, yang masing-masingnya berbeda sesuai
dengan alam lingkungan kehidupannya. Karena bila diserahkan kepada manusia, maka
hilanglah sifat universal (cocok dipakai oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun), dari hukum-
hukum Islam, sebab banyak daerah yang berbeda pendapatnya mengenai apa-apa yang
dianggap keji/kotor tersebut, maka akan kaburlah pengertiannya, sebab makanan yang sama
oleh satu daerah dianggap keji/kotor, kerenanya mereka tentu akan menghukumkan haram
atasnya. Sedangkan oleh suatu daerah yang lain, makanan itu tidak dianggap keji/kotor, maka
hukumnya halal bagi mereka.
Sehingga makanan yang satu itu mempunyai dua hukum yang bertentangan, yaitu : ya ...
halal, ya ... haram.
Mungkinkah yang demikian itu ? Jelas tidak akan mungkin. Dan jika terjadi yang demikian itu
menunjukkan bahwa makanan yang diharamkan oleh Allah bagi ummat Islam adalah tidak
terang dan kabur pengertiannya, padahal Allah sendiri dengan tegas dan tandas telah
menyatakan bahwa apa-apa yang diharamkan-Nya itu sungguh telah diperinci dan dijelaskan
seterang-terangnya, sebagaimana firman Allah di surat Al-An'aam ayat 119 :
ُ َ
119: االنعام.ع ِر ْرت ُ ْم اِلَ ْي ِه ْ ص َل لَ ُك ْم َّما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم اِالَّ َما ا
َّ َ َو قَ ْد ف...
.... dan sungguh Allah telah menjelaskan kepada kamu apa-apa yang diharamkan-Nya atas
kamu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. [QS Al-An'aam :119]
Yang halal itu adalah apa-apa yang Allah halalkan dalam kitab-Nya dan yang haram itu adalah
apa-apa yang Allah haramkan di dalam kitab-Nya. [HR. Hakim dan Al-Bazzar], dan sabda
beliau SAW yang artinya :
Yang halal itu sudah terang, dan yang haram itu sudah terang. [HR. Muttafaq 'alaih dan
Tirmidzi]
Adapun hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud dari Ibnu 'Umar tentang landak, selain lemah
dan bertentangan dengan ayat-ayat di muka, juga matan hadits tersebut tidak terang
menunjukkan bahwa landak itu haram dengan sebab termasuk khabaits, karena Nabi pun di
lain haditsnya menjelaskan bahwa bawang putih dan bawang merah itu pun khabaits, padahal
keduanya itu halal.
Demikianlah tentang makanan yang haram, pendapat para ulama dan dasar-dasar beliau, kami
kemukakan untuk menjadi bahan kajian bagi kita bersama dalam mencari kebenaran, maka
keputusan tentang pendapat mana yang dianggap kuat dan hendak diikuti, kami serahkan
sepenuhnya kepada saudara masing-masing.
Yang terang dalam kita melaksanakan suatu amal ataupun memegangi sesuatu hukum harus
berdasarkan dalil yang ada dan yang kuat, bukan hanya sekedar mengikut pendapat seseorang
yang tanpa dasar. Karena setiap segala sesuatunya dihadapan Allah nanti, kita akan dimintai
pertanggungjawaban atas amal yang kita perbuat.
Sembelihan yang dituntunkan oleh agama Islam dan yang telah dipraktekkan oleh Nabi SAW
maupun shahabatnya dan ummat Islam antara lain dapat diterangkan dalil-dalilnya sebagai
berikut :
ي َعلَوى َّ س ْوو ُل هللاِ ص بُودَ ْي َل بْونَ َو ْرقَوا َء اْل ُخزَ ا ِعو َ َ بَع:َ قَا َل اَبُ ْوو ُه َري َْورة
ُ وث َر
.ق َو اللَّبَّ و ِة ِ واج ِمنًووى اَالَ اِ َّن ال وذَّ َكاة َ فِووى اْل َح ْل و
ِ ص و ْي ُح فِووى فُ َجو
ِ ََج َم و ٍل ا َ ْو َرقَ ي
الدارقعنى
Telah berkata Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah mengutus Budail bin Warqa' Al-
Khuza'i dengan naik onta abu-abu supaya berteriak di jalan-jalan Mina (dengan berkata) :
"Ketahuilah bahwa sembelihan itu tempatnya di kerongkongan dan leher". [HR. Daruquthni]
ان
ِ عَ ش ْي َ هللا ص َع ْن ش َِر ْي
َّ ع ِة ال ِ س ْو ُل ُ نَ َهى َر:َ َّاس َو اَبُ ْو ُه َري َْرة ٍ قَا َل اب ُْن َعب
ابو داود.لج ْلدُ َو الَ ت ُ ْف َرى اْالَ ْودَا ُج َ ي الَّ ِتى ت ُ ْذبَ ُح فَيُ ْق
ِ ْع ُع ا َ َو ِه
Ibnu 'Abbas dan Abu Hurairah telah berkata, "Rasulullah SAW telah melarang Syarithatusy-
Syaithan, yaitu (sembelihan) yang disembelih (cuma) putus kulitnya, dan tidak putus urat
lehernya". [HR. Abu Dawud]
2. Alat yang boleh untuk menyembelih.
Alat yang boleh untuk menyembelih ialah pisau dan apasaja yang dapat mengalirkan darah.
Misalnya : batu, bambu dan lain sebagainya, tetapi tidak boleh memakai kuku dan gigi.
سانَ َعلَوى َ ب اْ ِال ْح َ َ اِ َّن هللاَ َكت:س ْو ُل هللاِ ص ُ قَا َل َر:شدَّا ِد ب ِْن ا َ ْو ٍس قَا َل َ َع ْن
َّش ْيءٍ فَ ِاذَا قَت َ ْلت ُ ْم فَا َ ْح ِسنُوا اْل ِقتْلَةَ َو اِذَا ذَبَ ْحوت ُ ْم فَا َ ْحسِونُوا ال ِذّ ْب َحوةَ َو ْليُ ِحودَ ُك ِّل
مسلم.ُش ْف َرتَهُ َو ْليُ ِر ْح ذَبِ ْي َحتَه َ ا َ َحدُ ُك ْم
Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan cara yang baik pada tiap-tiap sesuatu. Maka apabila kamu membunuh, hendaklah
kamu bunuh dengan cara yang baik, dan apabila kamu menyembelih, maka hendaklah
menyembelih dengan cara yag baik, dan hendaklah seseorang diantara kamu menajamkan
pisaunya dan mempermudah (kematian) binatang sembelihannya". [HR. Muslim]
Pendapat I
Sembelihan yang tidak disebut nama Allah atau Bismillah padanya, baik dengan sengaja atau
karena lupa, sembelihan itu tetap halal, asalkan saja yang menyembelih itu orang Islam.
Dasanya ialah firman Allah SWT :
Yang dimaksud "kecuali apa yang (sempat) kamu sembelih", ialah kecuali apa yang sempat
orang Islam menyembelihnya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa sembelihan orang Islam meskipun tidak menyebut nama
Allah (Bismillah) itu tetap halal. Seandainya tidak halal, tentu Allah berfirman "kecuali apa yang
(sempat) kamu sembelih dengan menyebut Bismillah".
Dengan demikian nyatalah bahwa sembelihan orang Islam itu tetap halal meskipun tidak
menyebut Bismillah ketika menyembelih.
ذَ ِب ْي َحةُ اْل ُم ْس ِل ِم َحالَ ٌل ذَ َك َور ا ْس َوم هللاِ ا َ ْو لَو ْم:ي ص قَا َلَّ اِ َّن النَّ ِب: ُص ْلت
َّ قَا َل ال
ابو داود و البيهقى.يَ ْذ ُك ْر
Shalt berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda, "Sembelihan orang Islam itu halal,
dengan menyebut nama Allah atau tidak menyebut". [HR. Abu Dawud dan Baihaqi]
Dengan dasar ayat dan hadits-hadits tersebut jelaslah bahwa sembelihan orang Islam yang
tidak menyebut nama Allah (Bismillah) adalah halal. Dan kami berpendapat bahwa membaca
Bismillah ketika menyembelih itu hukumnya hanya sunnah. Berdasar hadits berikut ini :
ْوب
ُ اري ِ ا َ َع:هللا ص فَقَوالُ ْوا ِ س ْوو َل ُ صو َحابَ ِة َر ٌ سوأ َ َل ن
َّ َواس ِمونَ ال َ :ُشة َ ِت َعائ ْ َقَال
ُ ا ُ ْن: قَوا َل.س ْم ٍن َما نَ ْد ِرى َما ُك ْنوهُ اِ ْسوالَ ِم ِه ْم
ظ ُور ْوا َ ان َو ُجب ٍْن َو ٍ يَأْت ُ ْونَنَا ِبلَ ْح َم
َو َموا.ُت َع ْنهُ فَقَ ْد َعفَا لَ ُك ْم َع ْنوه َ َما َح َّر َم هللاُ َعلَ ْي ُك ْم فَا َ ْم ِس ُك ْوا َع ْنهُ َو َما
َ س َك
العحوى.هللا َعلَ ْي ِه ِ ا ُ ْذ ُك ُروا ا ْس َم.َكانَ َرب َُّك نَ ِسيًّا
'Aisyah telah berkata : Beberapa shahabat datang bertanya kepada Rasulullah SAW, lalu
berkata, "Orang-orang Badui biasa datang kepada kami sambil membawa daging, keju dan
minyak samin, padahal kami tidak mengetahui haqiqat keislaman mereka, (yang demikian itu
bagaimana)". Maka Nabi SAW bersabda, "Lihatlah apa yang telah diharamkan oleh Allah
kepadamu, maka jauhilah dia, dan apa yang Allah diamkan padanya, maka itu kelonggaran
buat kamu (dan Tuhanmu itu tidak lupa), Sebutlah nama Allah padanya". [HR. Thahawi]
Berdasar hadits-hadits diatas maka kami berpendapat bahwa membaca Bismillah dalam
menyembelih hukumnya sunnat. Oleh karena hukumnya sunnah, maka meninggalkan
menyebut nama Allah (Bismillah), sengaja atau tidak, sembelihan itu hukumnya tetap halal
dimakan, dengan catatan penyembelihnya adalah orang Islam. Sebaliknya walaupun membaca
Bismillah, jika yang menyembelih itu orang musyrik, ya tetap haram.
Maksudnya, orang Islam diperintahkan supaya makan sembelihan yang disembelih oleh orang
Islam dan disembelih karena Allah.
Maksudnya, orang Islam dilarang memakan sembelihan orang musyrik, bangkai atau
sembelihan yang disembelih bukan karena Allah. Diperjelas lagi pada ayat tersebut disebutkan
( َو اِنَّه لَ ِف ْس ٌقsesungguhnya yang demikian itu adalah kefasiqan), ini lebih mempertegas lagi
bahwa yang dimaksud adalah sembelihan yang bukan karena Allah.
Di dalam ayat tersebut disebutkan ِ ( ا َ ْو ِف ْسوقًا ا ُ ِهو َّل ِلغَي ِْورatau kefasiqan, yaitu
هللا ِبوه
binatang yang disembelih atas nama selain Allah). Jadi yang dimaksud وق ٌ لَ ِف ْسdalam surat Al-
An'aam : 121 tersebut yaitu "sembelihan atas nama selain Allah atau sembelihan yang bukan
karena Allah".
Pendapat II
Mengenai sembelihan yang tidak disebut padanya nama Allah atau Bismillah, kami
berpendapat bahwa sembelihan tersebut adalah haram dimakan, karena menyebut nama Allah
atau Bismillah adalah merupakan sesuatu yang wajib dilakukan dan merupakan syarat sahnya
sembelihan. Dasarnya adalah firman Allah QS. Al-An'aam : 118
Ayat-ayat tersebut sudah begitu jelas artinya, yaitu kita dilarang memakan sembelihan yang
tidak disebut nama Allah padanya. Atau dengan kata lain sembelihan yang tidak disebut nama
Allah atau Bismillah ketika menyembelihnya, maka sembelihan tersebut adalah haram dan itu
termasuk kategori bangkai.
Dan kami tidak setuju dengan pendapat yang mengartikan (tidak disebut nama Allah padanya,
Al-An'aam : 121), dengan pemahaman "bukan karena Allah", karena firman Allah dalam surat
Al-An'aam 121 itu sudah terang sekali artinya, yaitu melarang kita memakan sembelihan yang
tidak disebut nama Allah padanya.
Jadi keliru sekali jika perkataan "dengan nama Allah" itu diartikan "karena Allah". Dan
perhatikanlah riwayat-riwayat berikut ini :
ْس َمعَنَووا َ اِنَّووا ن َْلقَووى اْلعَود َُّو َغودًا َو لَوي،ِسو ْوو َل هللا
ُ يَووا َر:ْر ٍ ون َخو ِدي ُ قَووا َل َرافِو ُع ْبو
هللا َعلَ ْي ِه فَ ُكلُ ْوا َما لَ ْم يَ ُك ْن
ِ َما ا َ ْن َه َر الد ََّم َو ذُ ِك َر ا ْس ُم:ي ص ُّ فَقَا َل النَّ ِب.ُمدًى
ُّ ظو ٌم َو ا َ َّموا
الظ ْف ُور فَ ُمودَى ْ َِون فَعّ ا َ َّموا ال.سا ُ َح ِدّث ُ ُك ْم َع ْن ذ ِل َك
ُّ س َ ظ ْف ًرا َو ُ ِسنًّا ا َ ْو
الجماعة.ش ِة َ َاْل َحب
Rafi' bin Khadij telah berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami besuk akan berhadapan
dengan musuh, dan kami tidak mempunyai pisau (untuk menyembelih)". Maka Nabi SAW
bersabda, "Apasaja yang bisa mengalirkan darah dan disebut dengan nama Allah padanya,
maka makanlah, selama yang dipakai (untuk menyembelih) itu bukan gigi atau kuku. Dan saya
akan menerangkan itu padamu. Adapun gigi, maka itu adalah tulang, adapun kuku maka itu
adalah pisau bangsa Habasyah". [HSR. Jama'ah]
: اِنَّوا قَ ْو ًموا ن َْر ِموى فَ َموا يَ ِحو ُّل لَنَوا؟ قَوا َل،هللا ُّ قَا َل َع ِد
ُ يَوا َر:ي ب ُْن َحوا ِت ٍم
ِ س ْوو َل
احمد و ابو داود....يَ ِح ُّل لَ ُك ْم َما ذَ َّك ْيت ُ ْم َو َما ذَ َك ْرت ُ ُم ا ْس َم هللاِ َعلَ ْي ِه
'Adiy bin Hatim bertanya, "Ya Rasulullah, sesugguhnya kami ini kaum yang sering memanah,
maka bagaimanakah (makanan) yang halal bagi kami ?". Maka beliau bersabda, "Yang halal
bagi kamu itu adalah binatang yang kamu sembelih dan yang kamu sebut nama Allah padanya
...". [HSR Ahmad dan Abu Dawud]
Maka dengan dalil-dalil yang telah kami ketengahkan tersebut nyatalah bahwa sembelihan yang
tidak disebut nama Allah atau Bismillah padanya, adalah haram.
Adapun alasan-alasan yang dibawakan oleh pendapat I, bisa kami jawab sebagai berikut :
1. Pada ayat 3 surat Al-Maidah itu walaupun hanya disebutkan (kecuali apa yang sempat
kamu sembelih) walaupun di situ tidak disebutkan dengan menyebut Bismillah", tetapi di situ
sudah otomatis mengandung arti, disembelih dengan nama Allah atau Bismillah. Karena
sebagaimana dalil-dalil yang sudah kami kemukakan tersebut jelas sekali bahwa sembelihan
yang halal itu yang disebut nama Allah padanya,maka orang Islam yang mengerti tentu tidak
akan meninggalkan menyebut nama Allah atau Bismillah sewaktu menyembelih.
2. Adapun hadits riwayat Baihaqi yang menyatakan bahwa nama Allah itu ada pada tiap-tiap
orang Islam, hadits tersebut tidak shahih, karena pada isnadnya terdapat seorang yang
bernama Marwan bin Salim, dan dia itu dilemahkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim,
Daruquthni, Abu Hatim dan Ibnu 'Adiy. Dan Abu 'Arubah Al-Harrani berkata, bahwa Marwan
itu tukang memalsu hadits. Dan Imam Nawawi berkata :
َ ْث ُم ْن َك ٌر ُم ْج َم ٌع َعلَى
مجموع شرح المهذل.َ ْع ِف ِه ٌ هذَا َح ِدي
Ini adalah hadits munkar yang telah disepakati oleh sekalian ulama atas kelemahannya.
[Majmu' Syarhil Muhadzdzab]
3. Dan hadits riwayat Daruquthni yang menyatakan bahwa orang Islam itu dicukupi oleh
namanya sendiri, itupun tidak shahih, karena pada isnadnya terdapat seorang yang bernama
Muhammad bin Yazid bin Sinan. Dia itu dilemahkan oleh Imam Daruquthni, Nasai dan Al-
Hafidh Ibnu Hajar. Dan Abu Hatim berkata, "Dia itu bukan ahli menceritakan hadits".
4. Adapun hadits riwayat Abu Dawud dan Baihaqi yang menyatakan bahwa sembelihan orang
Islam itu halal, dengan menyebut nama Allah atau tidak menyebut, walaupun hadits tersebut
isnadnya shahih, tetapi oleh karena yang memberitakan itu salah seorang Tabi'in yangmana
dia itu menceritakan hadits Nabi SAW tidak dengan perantaraan shahabat Nabi SAW, maka
hadits tersebut mursal, sedang hadits mursal itu menurut keterangan Imam Syafi'i dan lain-
lainnya tidak bisa dijadikan sebagai hujjah atau alasan. Dan begitulah yang diakui oleh
qaidah Ilmu Hadits. Dengan demikian nyatalah kelemahan hadits-hadits tersebut.
Pendapat III
Pendapat III, adalah seperti pendapat II, hanya saja apabila orang Islam itu dalam
menyembelihnya lupa menyebut nama Allah, sembelihan itu tetap halal. Dengan alasan QS. Al-
An'aam ayat 118 dan 121 sebagaimana diatas dan hadits sebagai berikut :
ُ َعووأ ُ َو ال ِنّ ْس وي
ابوون ماجووه و.ان َو َمووا ا ْس وت ُ ْك ِر ُه ْوا َعلَ ْي و ِه َ ون ا ُ َّمتِووى اْل َخ
ْ ُرفِ و َع َعو
العبرانى و الحاكم عن ابن عباس
Diangkat pena (tidak dicatat dosa) dari ummatku mengerjakan sesuatu lantaran keliru, lupa,
dan karena terpaksa. [HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Hakim dari Ibnu Abbas]
[Bersambung]
1. Syarat-syarat berburu :
a. Dalam masalah "berburu", disyariatkan bahwa si pemburu adalah orang Islam atau Ahli
Kitab (Yahudi dan Nashrani).
c. Tidak dilakukan pada waktu sedang berihram (berpakaian ihram dalam pelaksanaan
ibadah hajji), karena ketika itu diharamkan berburu.
d. Membaca Bismillah ketika akan melakukannya. (Dalam hal ini ada ulama yang berfaham
hukumnya hanya sunnah sebagaimana dalam hal menyembelih binatang).
Dalil-dalil pelaksanaan :
ِ ّ يَا َر:ُصفُ ْو ًرا َعبَثًا اِلَى هللاِ يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة يَقُ ْول
ل اِ َّن فُالَنًوا قَتَلَنِوى ُ َم ْن قَت َ َل
ْ ع
النسائى و ابن حبان فى صحيحه.ًَعبَثًا َو لَ ْم يَ ْقت ُ ْلنِى َم ْنفَعَة
Barangsiapa membunuh seekor burung pipit dengan maksud bermain-main, maka nanti di hari
qiyamat burung tersebut akan mengadu kepada Allah, ia berkata, "Ya Allah, ya Tuhanku, si
Fulan telah membunuhku dengan bermain-main, dan tidak membunuhku untuk diambil
manfaatnya". [HR. Nasai dan Ibnu Hibban]
a. Keadaan binatang tersebut tidak memungkinkan untuk disembelih pada lehernya. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain :
- Karena buas, sehingga berbahaya bila hendak ditangkap dan disembelih sebagaimana
biasa.
c. Bila binarang buruan itu tidak langsung tertangkap, maka bila diketemukan telah mati
beberapa waktu sesudah itu, boleh dimakan dengan syarat :
Dalil-dalil pelaksanaan :
ُّ اِ ِنّى ا ُ ْر ِس ُل َك ْل ِبى ا َ ِجدُ َمعَهُ َك ْلبًا الَ ا َ ْد ِرى اَيُّ ُه َما ا َ َخذَهُ؟ قَا َل النَّ ِبو
َ فَوال:ي ص
احمد.س ِ ّم َعلَى َغي ِْر ِه َ ُ ْت َعلَى َك ْل ِب َك َو لَ ْم ت َ س َّميَ تَأ ْ ُك ْل فَ ِانَّ َما
Aku melepaskan anjingku, kemudian aku dapati anjingku itu bersama anjing lain, saya sendiri
tidak tahu anjing manakah yang menangkapnya itu. Maka Nabi SAW bersabda, "Jangan kamu
makan, sebab kamu menyebut asma Allah itu pada anjingmu, dan tidak menyebut asma Allah
pada anjing yang lain". [HR. Ahmad]
Alat yang dapat dipergunakan untuk berburu ini ada 2 macam, yaitu :
1. Senjata tajam yang dapat melukai dan menembus kulit binatang buruan.
اِذَا:اض فَقَووا َل ِ صو ْي ِد اْ ِلم ْعو َور َ ون ْ هللا ص َعو ُ سووأ َ ْلتُ َر
ِ سو ْوو َل َ :ي ٍ قَووا َل ْ َعو
ّ ون َع و ِد
ْ َ و ِه فَقَت َ و َل فَ ِانَّ وهُ َوقِ ْي وذٌ فَ والَ تَأ ْ ُكو
.ول ِ ْت بِعَ ْر َ َ ول َو اِذَا ا
َ ص وب ْ ْت بِ َح و ِدّ ِه فَ ُكو
َ ص وبَ َا
البخارى
Dari 'Adiy, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berburu dengan mi'radl
(tongkat yang ujungnya dari besi yang tajam), maka beliau bersabda, "Apabila kamu dapat
membunuhnya dengan ujung mi'radl tersebut, makanlah. Namun apabila engkau
membunuhnya dengan batang mi'radl, yang demikian itu termasuk mati sebab dipukul, maka
jangan kamu makan". [HSR. Bukhari]
َ َو الَ تَأ ُ ُك ْل ِمن.ت فَ ُك ْل َو اِ ْن لَ ْم يَتَخ ََّز ْق فَالَ تَأ ْ ُك ْل َ ْت فَخَزَ ْق َ اِذَا َر َمي
َ َْت ف
َ س َّمي
احمد.ْت َ َو الَ تَأ ْ ُك ْل ِمنَ اْلبُ ْندُقَ ِة اِالَّ َما ذَ َّكي،ْت ِ اْ ِلم ْع َر
َ اض اِالَّ َما ذَ َّكي
Apabila kamu melepas (alat berburu) dengan mengucap bismillah dan dengannya kamu dapat
melukainya, maka makanlah, dan jika tidak terlukai, maka janganlah kamu memakannya. Dan
janganlah kamu makan (apa-apa yang diburu) dengan (batang) mi'radl kecuali jika kamu dapat
menyembelihnya, dan jangan kamu makan (apa-apa yang diburu) dengan bunduqah
(plintheng), kecuali jika kamu dapat menyembelihnya. [HSR. Ahmad]
Keterangan :
Yang dimaksud "bunduqah" dalam hadits tersebut adalah ketapel (plintheng), yang biasa
dipergunakan oleh anak-anak untuk berburu burung dan sebagainya, yang pelurunya terbuat
dari batu kerikil atu tanah liat yang dikeringkan, dan dilontarkan dengan jari-jari tangan kiri dan
kanan.
Buruan yang diburu dengan alat ini bila mati, haram hukumnya untuk dimakan, karena alat ini
membunuh tanpa menimbulkan luka, tetapi hanya meremukkan anggota bagian dalam dari
binatang tersebut, sehingga sama dengan "yang mati dipukul".
Adapun senjata api, senapan atau bedil, boleh pula dipergunakan untuk berburu, karena
pelurunya lebih dapat menembus kulit dibanding dengan panah, tombak dan sebagainya.
B. Adapun syarat-syarat bagi alat berburu yang berupa binatang pemburu seperti anjing,
burung rajawali, burung elang dan lain sebagainya, antara lain :
* Binatang-binatang tersebut telah dididik dan dilatih untuk berburu, dan telah nampak
kelebihan dan keistimewaannya dibanding dengan binatang sejenis yang lain karena hasil
didikan itu, seperti bila diperintah menurut, bila dilarang mau berhenti dan bila dipanggil
datang.
* Binatang-binatang tersebut menangkap hasil buruan itu benar-benar untuk tuannya dan
bukan untuk dirinya sendiri.
Dalil-dalil pelaksanaan :
~oO[ A ]Oo~
Pada mulanya khamr adalah minuman keras yang terbuat dari kurma dan anggur. Tetapi
karena dilarangnya itu sebab memabukkan, maka minuman yang terbuat dari bahan apasaja
(walaupun bukan dari kurma atau anggur) asal itu memabukkan, maka hukumnya sama dengan
khamr, yaitu haram diminum.
Larangan minum khamr, diturunkan secara berangsur-angsur. Sebab minum khamr itu bagi
orang Arab sudah menjadi adat kebiasaan yang mendarah daging semenjak zaman jahiliyah.
Mula-mula dikatakan bahwa dosanya lebih besar daripada manfaatnya, kemudian orang yang
mabuk tidak boleh mengerjakan shalat, dan yang terakhir dikatakan bahwa minum khamr itu
adalah keji dan termasuk perbuatan syetan. Oleh sebab itu hendaklah orang-orang yang
beriman berhenti dari minum khamr.
Begitulah, akhirnya Allah mengharamkan minum khamr secara tegas. Adapun firman Allah
yang pertama kali turun tentang khamr adalah :
Di dalam hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah diterangkan sebab turunnya ayat tersebut
sebagai berikut : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, didapatinya orang-orang minum
khamr dan berjudi (sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dari nenek moyang
mereka). Lalu para shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukumnya, maka
turunlah ayat tersebut. Mereka memahami dari ayat tersebut bahwa minum khamr dan berjudi
itu tidak diharamkan, tetapi hanya dikatakan bahwa pada keduanya terdapat dosa yang besar,
sehingga mereka masih terus minum khamr. Ketika waktu shalat Maghrib, tampillah seorang
Muhajirin menjadi imam, lalu dalam shalat tersebut bacaannya banyak yang salah, karena
sedang mabuk setelah minum khamr. Maka turunlah firman Allah yang lebih keras dari
sebelumnya, yaitu :
سووكرى َحتّووى ت َ ْعلَ ُمو ْووا َمووا َّ ياَيُّ َهووا الَّ و ِذيْنَ ا َمنُو ْووا الَ ت َ ْق َربُوووا ال
ُ صوولوة َ َو ا َ ْن وت ُ ْم
43: النساء. َتَقُ ْولُ ْون
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat padahal kamu sedang mabuk
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. [An-Nisaa' : 43]
Kemudian orang-orang masih tetap minum khamr, sehingga mereka mengerjakan shalat
apabila sudah sadar dari mabuknya. Kemudian diturunkan ayat yang lebih tegas lagi dari ayat
yang terdahulu :
وسٌ وال َو اْالَ ْزالَ ُم ِر ْجو ُ صو َ ياَيُّ َهووا الَّو ِذيْنَ ا َمنُو ْووآ اِنَّ َمووا اْلخ َْمو ُور َو اْل َم ْي ِسو ُور َو اْالَ ْن
ْعن ا َ ْن ي ُّْوقِو َع َّ اِنَّ َموا يُ ِريْودُ ال. َاجتَنِبُ ْوهُ لَعَلَّ ُكو ْم ت ُ ْف ِل ُح ْوون
ُ شو ي ْ َْعن ف
ِ شي َّ ّم ْن َع َم ِل ال
ُ َضآ َء فِى اْلخ َْم ِر َو اْل َم ْيس ِِر َو ي
صدَّ ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِور هللاِ َو َ بَ ْينَ ُك ُم اْلعَدَ َاوة َ َو اْلبَ ْغ
91-90: المائدة. َصلو ِة فَ َه ْل ا َ ْنت ُ ْم ُّم ْنت َ ُه ْون َّ َع ِن ال
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya
syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu
lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). [QS. Al-Maidah : 90-91]
Setelah turun ayat yang sangat tegas ini, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami berhenti (dari
minum khamr dan berjudi)". [HR. Ahmad]
Dari ayat-ayat diatas, sudah jelas bahwa Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan khamr
dengan pengharaman yang tegas. Dan bahkan peminumnya dikenai hukuman had. Rasulullah
SAW menghukum peminum khamr dengan 40 kali dera, sedangkan Khalifah Umar bin
Khaththab dimasa kekhalifahannya menetapkan hukuman dera 80 kali bagi peminum khamr,
setelah bermusyawarah dengan para shahabat lainnya, yang Isnya Allah hadits-haditsnya akan
kami sampaikan di belakang nanti.
وت ْ ش و ْيءٍ نَزَ لَو َ فَ وا َ َّو ُل،ٍث ايَووات ُ َ نَووزَ َل فِووى اْلخ َْمو ِور ث َوال:ع َمو َور قَووا َل ُ ونِ ون ا ْبو
ِ َعو
يَوا: فَ ِقيْو َل.ت اْلخ َْم ُور ِ ُح ِ ّر َمو: فَ ِقيْو َل.َ(يَ ْسأَلُ ْون ََك َع ِن اْلخ َْم ِر َو اْل َم ْيس ِِر) اْآليَوة
وت ْ َت َعو ْن ُه ْم ثُو َّم ا ُ ْن ِزل َ سو َكَ َ ف. نَ ْنت َ ِف ُع ِب َهوا َك َموا قَوا َل هللاُ َع َّوز َو َجو َّل،هللا
ِ س ْو َل ُ َر
ُ ت اْلخ َْم
وور ِ ُح ِ ّر َم و:سووكرى) فَ ِقيْوو َل َّ ه و ِذ ِه اْآليَ وةُ (الَ ت َ ْق َربُوووا ال
ُ صوولوة َ َو ا َ ْنووت ُ ْم
،ت َع ْن ُه ْم َ س َك َ َ ف،ِصالَة َّ ل ال ُ يَا َر: فَقَالُ ْوا.ِبعَ ْينِ َها
َ اِنَّا الَ نَ ْش َربُ َها قُ ْر،ِس ْو َل هللا
وال َو اْالَ ْزالَ ُم ُ ص َ ت (ياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا اِنَّ َما اْلخ َْم ُر َو اْل َم ْيس ُِر َو اْالَ ْن ْ َث ُ َّم نَزَ ل
.ت اْلخ َْم ُور ِ ُح ِ ّر َمو:س ْوو ُل هللاِ ص ُ فَقَوا َل َر.ان) اآلية ِ عَ ش ْي
َّ س ّم ْن َع َم ِل ال ٌ ِر ْج
ابو داود العياليسى فى مسنده
Dari Ibnu Umar RA, ia berkata : Ada tiga ayat yang turun tentang khamr, yaitu pertama yang
artinya (Mereka akan bertanya kepadamu tentang khamr dan judi ..... dst). Lalu dikatakan (oleh
orang-orang) bahwa khamr telah diharamkan. Kemudian ditanyakan, "Ya Rasulullah, bolehkah
kami memanfaatkannya sebagaimana yang difirmankan oleh Allah 'azza wa jalla ?". Nabi SAW
terdiam dari pertanyaan mereka, kemudian turunlah ayat (Jangan kamu mendekati shalat
padahal kamu sedang mabuk). Lalu dikatakan (oleh orang-orang), "Khamr betul-betul telah
diharamkan". Lalu mereka (para shahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak
meminumnya menjelang shalat". Nabi SAW terdiam dari mereka, kemudian turunlah ayat (Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi sembelihan untuk berhala, dan
mengundi nasib itu tidak lain (dari perkara) kotor dari perbuatan syaithan.... dst). Ibnu Umar
berkata, Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Khamr itu telah diharamkan". [HR. Abu Dawud Ath-
Thayalisi, di dalam musnadnya].
سوقَانَا َ طعَا ًموا فَودَ َعانَا َوَ ٍْون َع ْووف ُ من ب ِ الور ْح َّ ُصنَ َع لَنَا َع ْبد َ :ي ٍ قَا َل ّ َع ْن َع ِل
ُصوالَة ُ فَقَودَّ ُم ْو ِنى فَقَ َورأْتَّ ت ال ِ ض َر َ َو قَ ْد َح،ت اْلخ َْم ُر ِمنَّا ِ َ فَا َ َخذ،ِمنَ اْلخ َْم ِر
: قَوا َل، َ َو ن َْح ُن نَ ْعبُدُ َموا ت َ ْعبُود ُْون، َ الَ ا َ ْعبُدُ َما ت َ ْعبُد ُْون، َ<قُ ْل ياَيُّ َها اْلك ِف ُر ْون
َّ ووز َو َجووو َّل <ياَيُّ َهووا الَّووو ِذيْنَ ا َمنُ ْوووا الَ ت َ ْق َربُووووا ال
صوولوة َ َو ا َ ْنوووت ُ ْم َّ فَووا َ ْنزَ َل هللاُ َع
الترمذى و صححه. َسكرى َحتّى ت َ ْعلَ ُم ْوا َما تَقُ ْولُ ْون ُ
Dari Ali, ia berkata : 'Abdurrahman bin 'Auf pernah membuat makanan untuk kami, lalu ia
mengundang kami dan menuangkan khamr untuk kami, lalu diantara kami ada yang mabuk,
padahal (ketika itu) waktu shalat telah tiba, lalu mereka menunjukku menjadi imam, lalu aku
baca Qul yaa-ayyuhal kaafiruun, laa a'budu maa ta'buduun, wa nahnu na'budu maa ta'buduun
(Katakanlah : Hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, dan kami
menyembah apa yang kamu sembah)". Ali berkata, "Lalu Allah menurunkan firman-Nya Yaa
ayyuhalladziina aamanuu, laa taqrobushsholaata wa antum sukaaroo hattaa ta'lamuu maa
taquuluun. (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat, padahal kamu
(sedang) mabuk, hingga kamu mengerti apa yang kamu katakan)". [HR. Tirmidzi, dan ia
menshahihkannya]
َ اِ َّن هللا،س ُ ياَيُّ َهوا النَّوا:ُهللا ص يَقُ ْوولِ س ْوو َل ُ س ِوم ْعتُ َر َ :سو ِع ْي ٍد قَوا َل
َ َع ْن اِ ِبى
َ َ َو لَعَ َّل هللا،َض اْلخ َْم َر
فَ َم ْن َكوانَ ِع ْنودَهُ ِم ْن َهوا شَو ْي ٌء،سيُ ْن ِز ُل فِ ْي َها ا َ ْم ًرا َ ا َ ْبغ
اِ َّن هللاَ َح َّور َم: فَ َما لَ ِبثْنَا اِالَّ يَسِوي ًْرا َحتَّوى قَوا َل ص: قَا َل،فَ ْليَ ِب ْعهُ َو ْليَ ْنت َ ِف ْع ِب ِه
ُ ش ْي ٌء فَالَ يَ ْش َور
،ل َو الَ يَبِيْو ُع َ فَ َم ْن ا َ ْد َر َكتْهُ ه ِذ ِه اْآليَةُ َو ِع ْندَهُ ِم ْن َها،اْلخ َْم َر
مسلم.سفَ ُك ْوهَا ُ اس ِب َما َكانَ ِع ْندَ ُه ْم ِم ْن َها
َ َط ُر ُق اْل َم ِد ْينَ ِة ف ُ َّ فَا ْست َ ْقبَ َل الن:قَا َل
Dari Abu Sa'id, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Hai manusia,
sesungguhnya Allah membenci khamr, dan mudah-mudahan Ia akan menurunkan suatu
ketentuan padanya. Oleh karena itu barangsiapa masih mempunyai sedikit dari padanya, maka
hendaklah ia menjualnya dan memanfaatkannya". Abu Sa'id berkata : Maka tidak lama
kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah (telah) mengharamkan khamr,
maka barangsiapa sampai kepadanya ayat ini [QS. Al-Maidah : 90], padahal ia masih
mempunyai sedikit dari padanya, maka ia tidak boleh meminumnya, dan tidak boleh
menjualnya". Abu Sa'id berkata, "Lalu orang-orang sama pergi menuju ke jalan-jalan Madinah
sambil membawa sisa khamr yang ada pada mereka, lalu mereka menuangkannya". [HR.
Muslim]
. َو ُكو ُّل ُم ْسو ِك ٍر َح َورا ٌم، ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر خ َْم ٌور:ي ص قَا َل
َّ ع َم َر ا َ َّن النَّ ِب
ُ َع ِن اب ِْن
الجماعة اال البخارى و ابن ماجه
Dari Ibnu 'Umar, bahwa Nabi SAW pernah bersabda, "Setiap (minuman) yang memabukkan itu
khamr, dan setiap (minuman) yang memabukkan itu haram". [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan
Ibnu Majah]
[Bersambung]
َ ُي ِ ِمثْلُه
ِ س َوا ٌء ِم ْن َح ِد ْي
.ث َجا ِب ٍر ّ َو ِالَ ِبى دَ ُاودَ َو اب ِْن َما َج ْه َو ال ِت ّ ْر ِم ِذ
Dan Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi meriwayatkan seperti itu dari Jabir.
.ُون قَ ِليْو ِل َموا ا َ ْسو َك َر َكثِي ُْوره ٍ َّس ْع ِد ب ِْن ا َ ِبى َوق
َّ اص ا َ َّن النَّ ِبو
ْ ي ص نَ َهوى َع َ َع ْن
النسائى و الدارقعنى
Dari Sa'ad bin Abu Waqqash, bahwa Nabi SAW melarang meminum meskipun sedikit dari
minuman yang (dalam kadar) banyaknya memabukkan". [HR. Nasai dan Daruquthni]
يَوا:ي ص اَتَاهُ قَ ْو ٌم فَقَالُ ْوا َّ ب َع ْن ا َ ِب ْي ِه َع ْن َج ِدّ ِه ا َ َّن النَّ ِب ُ َع ْن َع ْم ِرو ب ِْن
ٍ شعَ ْي
اِ ْش َوربُ ْوا: فَقَوا َل،هللا اِنَّا نَ ْنبُذُ النَّ ِب ْيذَ فَنَ ْش َوربُهُ َعلَوى غَودَا ِئنَا َو َعشَوا ِئنَا
ِ س ْو َل ُ َر
َح َورا ٌم: فَقَوا َل،واء ِ ِورهُ ِباْل َم
ُ س ْوو َل هللاِ اِنَّوا نَ ْكس ُ يَا َر: فَقَالُ ْوا،فَ ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم
الدارقعنى.ُقَ ِل ْي ُل َما ا َ ْس َك َر َكثِي ُْره
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari datuknya, bahwa Nabi SAW didatangi suatu qaum, lalu
mereka berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami (biasa) membuat minuman keras, lalu
kami meminumnya di pagi dan sore hari. Lalu Nabi SAW bersabda, "Minumlah, tetapi setiap
minuman yang memabukkan itu haram". Kemudian mereka berkata, "Ya Rasulullah,
sesungguhnya kami mencampurnya dengan air". Nabi SAW menjawab, "Haram (walaupun)
sedikit dari minuman yang (dalam kadar) banyaknya memabukkan". [HR. Daruquthni]
ْ طائِفَوةٌ ِم
ون َ لَت َ ْسوت َ ِحلَّ َّن:س ْوو ُل هللاِ ص
ُ قَوا َل َر:ت قَوا َلِ وام ِ ص َّ عبَادَة َ ب ِْن الُ َع ْن
احمد.ُس ُّم ْونَ َها اِيَّاهَ ُا ُ َّم ِتى اْلخ َْم َر ِبا ْس ٍم ي
Dari 'Ubadah bin Shamit, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh akan ada
segolongan dari ummatku yang menghalalkan khamr dengan menggunakan nama lain". [HR.
Ahmad]
َاس ِم ْن ا ُ َّمتِوى
ٌ لنُ يَ ْش َر:هللا ص ُ قَا َل َر:ت قَا َل
ِ س ْو ُل ِ ام
ِ ص َّ عبَادَة َ ب ِْن ال ُ َع ْن
َ ُاْلخ َْم َر ِبا ْس ٍم ي
ابن ماجه.ُس ُّم ْونَ َها اِيَّاه
Dari 'Ubadah bin Shamit, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh akan ada
segolongan dari ummatku yang meminum khamr dengan menamakannya dengan nama lain".
[HR. Ibnu Majah]
،ي ِ ص َرا ِويَ وةَ خ َْمو ٍور ّ ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ رض ا َ َّن َر ُج والً َكووانَ يُ ْه ودِى ِللنَّ ِب و ْ َعو
ْ اِنَّ َهوا قَو ْد ُح ِ ّر َم:ي ص
فَقَوا َل.وت ْ فَا َ ْهدَاهَا اِلَ ْي ِه َعا ًما َو قَ ْد ُح ِ ّر َم
ُّ فَقَوا َل النَّ ِبو،ت
َاَفَال: قَوا َل.ش ْوربَ َها َح َّور َم بَ ْيعَ َهوا ُ اِ َّن الَّوذِى َح َّور َم: اَفَالَ اَبِ ْيعُ َهوا؟ فَقَوا َل:ُالر ُجلَّ
: قَوا َل.ُار َم ِب َها اْليَ ُه ْود َ اِ َّن الَّذِى َح َّر َم َها َح َّر َم ا َ ْن يُ َك:ار ُم ِب َها اْليَ ُه ْودَ؟ قَا َل
ِ ا ُ َك
الحميدى فى مسنده فى نيول.اء ِ ع َح ْ َ ِشنَّ َها َعلَى اْلب:صنَ ُع ِب َها؟ قَا َل ْ َ ْْ ا َ فَ َكي
8:191 االوطار
Dari Abu Hurairah RA, bahwa pernah ada seorang laki-laki menghadiahkan kepada Rasulullah
SAW seguci khamr, ia menghadiahkannya kepada beliau pada tahun diharamkannya khamr,
lalu Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya khamr telah diharamkan". Lalu orang itu bertanya,
"Apa tidak boleh aku menjualnya ?". Jawab Nabi SAW, "Sesungguhnya minuman yang
diharamkan meminumnya, juga diharamkan menjualnya". Orang itu bertanya (lagi), "Apakah
tidak boleh aku pergunakan untuk mengungguli kedermawanan orang Yahudi ?". Nabi SAW
menjawab, "Sesungguhnya sesuatu yang diharamkan, maka haram (pula) untuk dipergunakan
mengungguli kedermawanan orang Yahudi". Orang itu bertanya (lagi), "Lalu harus aku gunakan
untuk apa ?". Nabi SAW bersabda, "Tuangkan saja di Bathha' ". [HR. Al-Humaidi di dalam
musnadnya - dalam Nailul Authar juz 8, hal 191]
اصو َورهَا َو ِ َع:ًسو ْوو ُل هللاِ ص فِووى اْلخ َْمو ِور َع ْشو َورة ُ لَعَوونَ َر:وس قَووا َل ٍ ون اَنَوْ َعو
َ املَ َهووا َو اْل َم ْح ُم ْولَ وةَ اِلَ ْي و ِه َو
سوواقِيَ َها َو بَائِعَ َهووا َو ِ واربَ َها َو َح
ِ شوَ صو َورهَا َو ِ َ ُم ْعت
الترمذى و ابن ماجه فوى نيول.ُي لَ َها َو اْل ُم ْشت َ َراة َ لَه َ آ ِك َل ث َ َمنِ َها َو اْل ُم ْشت َ ِر
5:174 االوطار
Dari Anas ia berkata, "Rasulullah SAW melaknat tentang khamr sepuluh golongan : 1. yang
memerasnya, 2. pemiliknya (produsennya), 3. yang meminumnya, 4. yang membawanya
(pengedar), 5. yang minta diantarinya, 6. yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8. yang
makan harganya, 9. yang membelinya, 10. yang minta dibelikannya". [HR. Tirmidzi dan Ibnu
Majah - dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
ُ ت اْلخ َْمو َورة ِ لُ ِعنَو:ٍت اْلخ َْمو َورة ُ َعلَووى َع ْشو َورةِ ُو ُجو ْووه
ِ لُ ِعنَو:ع َمو َور قَووا َل
ُ ون
ِ ون ا ْبوِ َعو
ص ِورهَا ِ َ اص ِرهَا َو ُم ْعت ِ ساقِيَ َها َو بَائِ ِع َها َو ُم ْبتَا ِع َها َو َع َ َار ِب َها َو ِ ِبعَ ْينِ َها َو ش
احموود و ابوون ماجووه فووى نيوول.ام ِل َهووا َو اْل َم ْح ُم ْولَ و ِة اِلَ ْي و ِه َو آ ِك و ِل ث َ َم ِن َهووا ِ َو َح
5:174 االوطار
Dari Ibnu 'Umar ia berkata, "Telah dilaknat khamr atas sepuluh hal : 1. khamr itu sendiri, 2.
peminumnya, 3. yang menuangkannya, 4. penjualnya, 5. pembelinya, 6. yang memerasnya, 7.
pemilik (produsennya), 8. yang membawanya, 9. yang minta diantarinya, 10. yang memakan
harganya". [HR. Ahmad dan Ibnu Majah - dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
6. Khamr tidak boleh dijadikan cuka.
احموود و.َ ال:ون اْلخ َْمو ِور يُت َّ َخوذُ َخوالًّ فَقَووا َل
ِ سو ِئ َل َعو َّ وس ا َ َّن النَّ ِبو
ُ يص ٍ ون اَنَو
ْ َعو
مسلم و ابو داود و الترمذى و صححه
Dari Anas, bahwa Nabi SAW ditanya tentang khamr yang dijadikan cuka, lalu beliau menjawab,
"Tidak boleh". [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
. ا َ ْه ِر ْق َهوا: قَوا َل،ي َع ْن ا َ ْيتَا ٍم َو ِرث ُ ْوا خ َْم ًورا َ َط ْل َحة
َّ سأ َ َل النَّ ِب ُ َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن اَبَا
احمد و ابو داود.َ ال: اَفَالَ ن َْجعَلُ َها َخالًّ؟ قَا َل:قَا َل
Dari Anas, bahwa Abu Thalhah bertanya kepada Nabi SAW tentang beberapa anak yatim yang
mewarisi khamr, beliau SAW menjawab, "Tuangkanlah !". (Abu Thalhah) bertanya, "Apakah
tidak boleh kami jadikan cuka ?". Jawab beliau, "Tidak". [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
فَلَ َّمووا.ط ْل َحوةَ فَا ْشوت َ َرى لَوهُ خ َْمو ًورا
َ وس ا َ َّن يَتِ ْي ًمووا َكووانَ فِووى ِح ْجو ِور اَبِووىٍ ون اَنَو
ْ َعو
احمد و الدارقعنى.َ ال: اَتُت َّ َخذُ َخالً؟ قَا َل:ي ص ُّ سئِ َل النَّ ِب ُ ت ْ ُح ِ ّر َم
Dari Anas bahwa seorang anak yatim berada (dalam asuhan) Abu Thalhah, lalu ia (Abu
Thalhah) membelikan khamr untuknya. Ketika khamr telah diharamkan, Nabi SAW ditanya,
"Bolehkah khamr itu dijadikan cuka ?". Nabi SAW menjawab, "Tidak". [HR. Ahmad, dan
Daruquthni]
7. Boleh minum perasan kurma atau anggur selama tidak menjadi khamr (belum rusak).
[Bersambung]
ل اْلخ َْم َر فَ ُج ِلدَ ِب َج ِر ْيدَتَي ِْن ن َْح َووَ ي ِب َر ُج ٍل قَ ْد ش َِر َ ِي ص اُت َّ َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن النَّ ِب
ُواس فَقَوا َل َعبْود َ ََّوار الن َ ع َم ُور ا ْستَش ُ َ فَلَ َّما َكان. َو فَعَلَهُ اَبُ ْو بَ ْك ٍر: قَا َل، َا َ ْربَ ِعيْن
احمد و مسولم و.ع َم ُر ُ َْ اْل ُحد ُْو ِد ث َ َما ِنيْنَ فَا َ َم َر ِب ِه
ُّ اَخ: ٍمن ب ُْن َع ْوف ِ الر ْح َّ
ابو داود و الترمذى و صححه
Dari Anas RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah dihadapkan kepada beliau seorang laki-laki
yang telah minum khamr. Lalu orang tersebut dipukul dengan dua pelepah kurma (pemukul)
sebanyak 40 kali. Anas berkata, "Cara seperti itu dilakukan juga oleh Abu Bakar". Tetapi (di
zaman 'Umar) setelah 'Umar minta pendapat para shahabat yang lain, maka 'Abdur Rahman
bin 'Auf berkata, "Hukuman yang paling ringan ialah 80 kali. Lalu 'Umar pun menyuruh supaya
didera 80 kali". [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya]
َو َجلَدَ اَبُ ْو بَ ْك ٍر:ي ص َجلَدَ فِى اْلخ َْم ِر ِباْل َج ِر ْي ِد َو ال ِنّعَا ِل
َّ َع ْن اَن ٍَس ا َ َّن النَّ ِب
احمد و البخارى و مسلم. َا َ ْربَ ِعيْن
Dari Anas, sesungguhnya Nabi SAW pernah memukul (orang) karena minum khamr dengan
pelepah kurma dan sandal. Dan Abu Bakar mendera 40 kali. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
فَوا َ َم َر،َواربًا
ِ وان ش ِ ان ا َ ِو اب ِْن النُّ ْع َم
ِ ِج ْي َء ِبالنُّ ْع َم:ث قَا َل ِ ع ْقبَةَ ب ِْن اْل َح
ِ ار ُ َع ْن
،َُو َوربَه َ فَ ُك ْنووتُ ِفو ْي َم ْن،ُضو ِوربُ ْوه
ْ َت ا َ ْن ي ِ ون َكووانَ ِفووى اْلبَ ْيو
ْ هللا ص َمو ِ سو ْوو ُل ُ َر
احمد و البخارى.ِض َر ْبنَاهُ بِال ِنّعَا ِل َو اْل َج ِر ْيد َ َف
Dari 'Uqbah bin Al-Harits, ia berkata, "Nu'man atau anaknya Nu'man pernah dihadapkan
(kepada Nabi SAW) karena minum khamr, lalu Rasulullah SAW menyuruh orang-orang yang di
rumah itu supaya memukulnya, maka aku ('Uqbah) termasuk salah seorang yang memukulnya.
Kami pukul dia dengan sandal dan pelepah kurma". [HR. Ahmad dan Bukhari]
س ْو ِل هللاِ ص َو ُ ل فِى َع ْه ِد َر ِ ار ِ ش َّ ُكنَّا نُؤْ تَى بِال:ب ب ِْن يَ ِز ْيدَ قَا َل ِ ِسائ
َّ َع ِن ال
ع َم َور فَنَقُ ْوو ُم اِلَيْو ِه نَض ِْوربُهُ ِباَيْو ِد ْينَا َو َ فِى ِإ ْم َرةِ ا َ ِبى بَ ْك ٍر َو
ُ ِص ْد ًرا ِم ْن ِإ ْم َرة
، َع َم َور فَ َجلَودَ فِ ْي َهوا ا َ ْربَ ِعويْن
ُ ون ِإ ْم َور ِة ْ صو ْد ًرا ِمَ َ َحتَّوى َكوان،نِعَا ِلنَا َو ا َ ْر ِديَتِنَا
احمد و البخارى. َسقُ ْوا َجلَدَ ث َ َمانِيْن َ ََحتَّى اِذَا َعت َ ْوا فِ ْي َها َو ف
Dari Saib bin Yazid, ia berkata, "Pernah dihadapan seorang peminum khamr kepada kami di
zaman Rasulullah SAW, juga di zaman pemerintahan Abu Bakar dan di permulaan
pemerintahan 'Umar, lalu kami berdiri menghampiri dia (peminum khamr itu), maka kami pukul
dia dengan tangan-tangan kami, dengan sandal-sandal kami dan dengan selendang-selendang
kami sehingga pada permulaan pemerintahan 'Umar RA, ia memukul peminum khamr itu
sebanyak 40 kali, sehingga apabila mereka melampaui batas dalam minum khamr itu dan
durhaka (mengulangi lagi), ia dera sebanyak 80 kali". [HR. Ahmad dan Bukhari]
،ُ اَِ ِْوربُ ْوه:ل فَقَوا َل َ ي ص بِ َر ُجو ٍل قَو ْد ش َِور َ ِ اُت:َع ْن اَبِى ُه َري َْرة َ قَوا َل
ُّ وي النَّبِو
ل
ُ وار ِ ضَّ َو ال،ل ِبنَ ْع ِلو ِهُ وار
ِ ض َّ َو ال،ل ِبيَو ِد ِه ُ وار ِ ض َّ فَ ِمنَّوا ال:َ فَقَا َل اَبُ ْوو ُه َري َْورة
، الَ تَقُ ْولُ ْوا ه َكذَا: قَا َل،ُ ا َ ْخزَ ا َ هللا:ض اْلقَ ْو ِم ُ ف قَا َل بَ ْع َ ص َر َ فَلَ َّما ا ْن،ِبث َ ْو ِب ِه
احمد و البخارى و ابو داود. َعان َ ش ْي
َّ الَ ت ُ ِع ْيبُ ْوا َعلَ ْي ِه ال
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Pernah dihadapkan seorang laki-laki yang telah minum khamr
kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW bersabda, "Pukullah dia". Abu Hurairah berkata, "Maka
diantara kami ada yang memukulnya dengan tangannya, ada yang memukulnya dengan sandal
dan ada pula yang memukul dengan pakaiannya". Kemudian setelah selesai sebagian kaum itu
ada yang berkata, "Semoga Allah menjadikan engkau hina (hai peminum khamr)". Maka sabda
Nabi SAW, "Jangan kalian berkata begitu, jangan kalian minta bantuan syaithan untuk
menghukum dia". [HR. Ahmad, Bukhari dan Abu Dawud]
هللا ص فِوى اْلخ َْم ِور ِبنَ ْعلَوي ِْنِ س ْوو ِل ُ ُج ِلودَ َعلَوى َع ْهو ِد َر:سو ِع ْي ٍد قَوا َل
َ َع ْن ا َ ِبوى
احمد.طا ً س ْو ُ فَلَ َّما َكانَ زَ َم ُن. َا َ ْربَ ِعيْن
َ ع َم َر َجعَ َل بَدَ َل ُك ِّل نَ ْع ٍل
Dari Abu Sa'id, ia berkata, "Peminum khamr di zaman Rasulullah SAW didera dengan dua
sandal sebanyak 40 kali. Kemudian di zaman pemerintahan 'Umar, masing-masing sandal itu
diganti dengan cambuk". [HR. Ahmad]
ُ
َ عثْ َمووانَ ْبوونَ َعفَّووانَ أتِو
وي ِبا ْ َلو ِل ْيو ِد قَو ْد ُ ُشو ِهدْت َ :ون اْل ُم ْنوذ ِِر قَووا َل ِ ضوي ِْن ْبوَ ون ُح ْ َعو
شو ِهدَ َعلَ ْيو ِه َر ُجوالَ ِن ا َ َحودُ ُه َما َ َ ف، ا َ ِز ْيودُ ُك ْم: ث ُو َّم قَووا َل،صو ْب َح َر ْكعَت َوي ِْن ُّ صوولَّى ال َ
ُ عثْ َم
:وان ُ فَقَوا َل،َور اَنَّوهُ َرآهُ يَتَقَيَّ ُؤهَوا ُ َو شَو ِهدَ آخ،ل اْلخ َْم َور َ ان اَنَّهُ ش َِورُ ُح ْم َر
قُو ْم يَوا: فَقَوا َل َع ِلوي،ُاج ِلو ْده ْ َي قُو ْم ف ُّ يَوا َع ِلو: فَقَا َل،اِنَّهُ لَ ْم يَتَقَيَّأْهَا َحتَّى ش َِربَ َها
َ فَ َكأَنَّوهُ َو َجود،ار َهووا َّ َون تَو َوولَّى ق ْ ار َهووا َمو َّ َو ِّل َح:ون ُ سوَ فَقَووا َل اْل َح،ُاج ِلو ْده
ْ َون ف
ُ سو َ َح
فَ َجلَدَهُ َو َع ِلي يَعُدُّ َحتَّوى بَلَو َغ،ُاج ِل ْده ْ َ يَا َع ْبدَ هللاِ بْنَ َج ْعفَ ٍر قُ ْم ف: فَقَا َل،َعلَ ْي ِه
َو اَبُو ْوو بَ ْكو ٍور، َي ص ا َ ْربَ ِع ويْن ُّ َجلَ ودَ النَّ ِب و: ث ُ و َّم قَووا َل،وكْ ا َ ْم ِسو: فَقَووا َل، َا َ ْربَ ِع ويْن
مسلم.ي َّ َب اِلُّ سنَّةٌ َو هذَا ا َ َح ُ ع َم ُر ث َ َما ِنيْنَ َو ُكل ُ َو، َا َ ْربَ ِعيْن
Dari Hudlain bi Mundzir, ia berkata, "Aku pernah menyaksikan Walid dihadapkan kepada
'Utsman bin 'Affan, setelah selesai shalat Shubuh dua rekaat. Kemudian 'Utsman bertanya,
"Apakah aku akan menambah kalian ?". Lalu ada dua orang yang menjadi saksi atas Walid,
salah satu diantara keduanya itu adalah Humran, (ia berkata) bahwa Walid benar-benar telah
minum khamr, sedang yang satu lagi menyaksikan, bahwa ia melihat Walid muntah khamr. Lalu
'Utsman berkata, "Sesungguhnya dia tidak akan muntah khamr jika dia tidak meminumnya".
Lalu 'Utsman berkata, "Hai 'Ali, berdirilah, deralah dia". Maka 'Ali pun berkata, "Hai Hasan,
berdirilah, deralah dia". Lalu Hasan berkata, "Serahkanlah pekerjaan yang berat kepada orang
yang dapat menguasainya dengan tidak berat". Seolah-olah ia pun merasakan keberatan itu.
Lalu ia berkata, "Hai 'Abdullah bin Ja'far, berdirilah, deralah dia". Lalu ia pun menderanya,
sedang 'Ali sendiri menghitung, hingga sampai 40 kali. Lalu ia berkata, "Berhenti", lalu ia
berkata, "Nabi SAW mendera sebanyak 40 kali, Abu Bakar juga 40 kali, sedang 'Umar mendera
80 kali. Namun semuanya itu adalah sesuai dengan sunnah (Rasul). Dan inilah yang paling
saya senangi". [HR. Muslim]
واس فِوى ُ َّ قَو ْد ا َ ْكث َ َور الن: َوار اَنَّوهُ قَوا َل ِلعُثْ َموان
ِ َلخي ِ ْْون اِ هللا ب ِْن َعودِّى ب ُ َع ْن
ِ عبَ ْي ِد
ُ ثُو َّم دَ َعوا َع ِليًّوا فَوا َ َم َره،ق اِ ْن شَوا َء هللاُ تَعَوالَى ِ ّ سنَأ ْ ُخذُ ِم ْنهُ ِباْل َح
َ : فَقَا َل،ِاْ َلو ِل ْيد
: و فووى روايووة عنووه، مختصووار موون البخووارى. َ فَ َجلَودَهُ ث َ َمووانِيْن،ُا َ ْن يَ ْج ِلودَه
ي ٍ ا َ َّن ُ َو يَت َ َو َّجهُ اْل َج ْم ُع بَ ْينَ ُه َما ِب َموا َر َواهُ اَبُ ْوو َج ْعفَ ٍور ُم َح َّمودُ ب. َا َ ْربَ ِعيْن
ّ ْون َع ِلو
الشافعى فى مسنده.ان ِ َط َرفَ ُس ْوطٍ لَه َ ب َجلَدَ ِب ٍ طا ِل َ ي بْنَ ا َ ِبى َّ َع ِل
Dari 'Abdullah bin 'Adi bin Khiyar, sesungguhnya dia pernah berkata kepada 'Utsman, "Banyak
orang yang keberatan tentang masalah Walid itu". Lalu 'Utsman berkata, "Baiklah, kami akan
mengambil darinya dengan benar, insya Allah". Kemudian ia memanggil 'Ali seraya
menyuruhnya untuk mendera Walid, maka 'Ali mendera Walid sebanyak 80 kali. [Diringkas dari
Bukhari]. Dan dalam satu riwayat lain oleh Bukhari juga, "Ali mendera 40 kali". Dan dapat
dikompromikan antara kedua riwayat itu dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far
Muhammad bin 'Ali, sesungguhnya 'Ali bin Abu Thalib mendera Walid dengan satu cemeti
berujung dua. [HR. Syafi'i dalam musnadnya]
َ َو اِذَا،سو َك َر
سو َك َر َ اِنَّوهُ اِذَا ش َِور:ل اْلخ َْم ِر قَوا َل
َ ل ُ ي ٍ رض فِى
ِ ش ْر ّ َع ْن َع ِل
الودارقعنى و.ً َو اِذَا هَوذَى ا ْفت َ َورى َو َعلَوى اْل ُم ْفت َ ِورى ث َ َموانُ ْونَ َج ْلودَة،َهذَى
مالك بمعناه
Dari Ali RA tentang orang yang minum khamr, ia berkata, "Sesungguhnya jika dia minum
khamr, maka ia mabuk. Dan jika mabuk, ia berkata tidak karuan. Dan jika berkata-kata tidak
karuan, ia berdusta. Sedang orang yang berdusta harus didera sebanyak 80 kali". [HR.
Daruquthni dan juga Malik semakna dengan itu]
اِ ِنّووى لَو ْم:هللا ص ِب َر ُجو ٍل نَ ْشو َووانَ فَقَووا َل ِ سو ْوو ُل ُ وي َر َ ا ُ ِتو:سو ِع ْي ٍد قَووا َل
َ ون ا َ ِبووى
ْ َعو
َ فَوا َ َم َر بِو ِه فَنُ ِهوز: قَوا َل،ٍ اِنَّ َما ش َِر ْبتُ زَ بِ ْيبًا َو ت َ ْم ًرا فِوى دُبَّوا َءة،ا َ ْش َرلْ خ َْم ًرا
ب َو الت َّ ْم ِور ِ الز ِب ْيَّ َو نَ َهى َع ِن،َّاء ِ َو نَ َهى َع ِن الدُّب،ِباْالَ ْيدِى َو ُخ ِفقَ ِبال ِنّعَا ِل
احمد.عا َ َيَ ْع ِنى ا َ ْن يُ ْخل
Dari Abu Sa'id, ia berkata, "Pernah terjadi seorang laki-laki yang sedang mabuk dibawa ke
tempat Rasulullah SAW lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku tidak minum khamr, tetapi aku
hanya minum anggur kering yang dicampur kurma dalam sebuah dubba' (wadah minuman
keras yang terbuat dari waluh yang sudah dibuang isinya)". Lalu beliau menyuruh supaya ia
dipukul, lalu ia dipukul dengan tangan dan dipukul dengan sandal, dan beliau melarang
mempergunakan dubba' dan melarang juga minum anggur kering yang dicampur dengan
kurma". [HR. Ahmad]
بَلَغَنِوى ا َ َّن َعلَيْو ِه: فَقَوا َل،سئِ َل َع ْن َح ِدّ اْلعَ ْب ِد فِى اْلخ َْم ِر
ُ ُل اَنَّه
ٍ َع ِن اب ِْن ِش َها
ع َم َور ِ َعثْ َموانَ َو َعبْود
ُ َهللا بْون ُ ع َم َور َوُ َو ا َ َّن،ْ َحو ِدّ اْل ُح ِ ّور فِوى اْلخ َْم ِور َ ص ْ ِن
مالك فى الموطأ.ْ اْل َح ِدّ ِفى اْلخ َْم ِر ْ َجلَد ُْوا َع ِب ْيدَ ُه ْم ِن
َ ص
Dari Abu Syihab, sesungguhnya ia pernah ditanya tentang hukuman seorang budak yang
(mabuk) karena minum khamr, maka jawabnya, "Telah sampai berita kepadaku, bahwa dia itu
dihukum separuh hukuman orang merdeka yang mabuk karena minum khamr. Dan
sesungguhnya 'Umar, 'Utsman, 'Abdullah bin 'Umar pernah mendera budak-budak mereka
dengan separuh hukuman minum khamr". [HR. Malik dalam Muwatha']
Keterangan :
Hadits-hadits tersebut menunjukkan ditetapkannya hukuman minum khamr. Dan hukuman dera
itu tidak kurang dari 40 kali. Dan tidak ada riwayat yang menerangkan, bahwa Nabi SAW
membatasi 40 kali. Dan kadang-kadang beliau mendera dengan pelepah kurma, kadang-
kadang dengan sandal, kadang-kadang dengan pelepah kurma dan sandal, kadang-kadang
dengan pelepah kurma dan sandal serta pakaian dan kadang-kadang dengan tangan dan
sandal. Oleh karena itu bisa dipahami, alat apa yang akan digunakan terserah kepada Hakim.
9. Tentang dihapuskannya hukuman bunuh bagi peminum khamr yang mengulang
hingga 4 kali.
Keterangan :
Orang yang telah berulang kali mendapat hukuman dera karena minum khamr tetapi tidak jera,
orang seperti itu jelas orang yang nekad dan sangat jahat, dan dia pantas mendapat hukuman
yang lebih berat. Namun karena hukuman bunuh bagi peminum khamr yang keempat kalinya
itu telah dihapus, maka bagaimanapun juga hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman bunuh
bagi peminum khamr, walaupun dia sudah minum yang keempat kali atau lebih.
[Bersambung]
Tentang menggunakan khamr sebagai obat itu, diterangkan dalam hadits sebagai berikut :
البخارى صحيح.َما ا َ ْنزَ َل هللاُ ِم ْن دَاءٍ اِالَّ ا َ ْنزَ لَهُ ِشفَا ًء
Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya. [HSR. Bukhari]
اِ َّن هللاَ ا َ ْنزَ َل الدَّا َء َو الود ََّوا َء َو َجعَو َل ِل ُكو ِّل دَاءٍ دَ َوا ًء فَتَودَ َاو ْوا َو الَ تَتَودَ َاو ْوا
ابو داود صحيح.ِب َح َر ٍام
Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan juga obat(nya). Dan Dia telah
mengadakan obat bagi tiap-tiap penyakit. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan
(barang) yang haram. [HSR Abu Dawud]
ْ اِ َّن هللاَ لَ ْم يُ ْن ِز ْل دَا ًء اِالَّ ا َ ْنزَ َل لَهُ ِشفَا ًء َع ِل َمهُ َم ْن َع ِل َمهُ َو َج ِهلَهُ َم
.ُون َج ِهلَوه
احمد
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya,
yang diketahui oleh orang yang pandai dan tidak diketahui oleh orang yang bodoh. [HR.
Ahmad]
Di dalam perkataan jelek itu, termasuk juga barang yang diharamkan seperti : khamr, babi, dan
lain-lainnya.
Dengan keterangan-keterangan hadits, nyatalah bagi kita, bahwa tiap-tiap penyakit itu, ada
obatnya. Tetapi kebanyakan dari kita tidak mempedulikan hal itu, hingga menyebabkan kita
berobat dengan barang-barang yang diharamkan Allah. Dari keterangan-keterangan itu, kita
dapat mengerti, bahwa berobat dengan barang yang telah diharamkan oleh syara' itu haram
pula hukumnya. Dan larangan berobat dengan arak itu, dengan terang dan tegas disebut dalam
hadits sebagai berikut :
Dua keterangan yang baru tersebut ini menegaskan bahwa khamr itu bukan obat, tetapi
penyakit, yakni bisa menimbulkan penyakit, walaupun orang menggunakan sebagai obat. Dan
kita dilarang menjadikan khamr sebagai obat.
11. Larangan Duduk Pada Jamuan Makan yang di situ Disuguhkan/ Diedarkan Khamr.
Berdasar sunnah Nabi SAW, orang Islam diharuskan meninggalkan tempat jamuan yang ada
khamrnya, termasuk duduk-duduk dengan orang yang sedang minum khamr.
Diriwayatkan dari 'Umar bin Khaththab RA, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda :
Setiap muslim diperintah untuk menghentikan kemungkaran jika menyaksikan-nya. Tetapi jika
tidak mampu, dia harus menyingkir atau meninggalkannya.
Dalam salah satu kisah diceritakan, bahwa Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah mendera
orang-orang yang minum khamr dan yang ikut menyaksikan jamuan mereka itu, sekalipun
orang yang menyaksikan itu tidak turut minum bersama mereka.
Dan diriwayatkan pula, bahwa pernah ada suatu qaum yang diadukan kepadanya karena
minum khamr, kemudian beliau memerintahkan agar semuanya didera. Lalu ada orang yang
berkata, bahwa diantara mereka itu ada yang berpuasa. Maka jawab 'Umar, "Dera dulu, dia !".
Apakah kamu tidak mendengar firman Allah :
ون
ِ س ْوو َل هللاِ ص ِحويْنَ نَ َهوى َعو ُ اَنَووا شَو ِهدْتُ َر:ْون ُمغَفَّو ٍل قَوا َل
ِ ون َعبْو ِد هللاِ ب ْ َع
.اجتَنِبُ ْوا ُك َّل ُم ْس ِك ٍر َ ش ِه ْدتُهُ ِحيْنَ َر َّخ
ْ َو: َو قَا َل،ص فِ ْي ِه َ َو اَنَا.النَّ ِب ْي ِذ اْل َج ِ ّر
احمد
Dari Abdullah bin Mughaffal RA ia berkata, saya menyaksikan Rasulullah SAW ketika beliau
melarang membuat minuman pada guci dan saya pun menyaksikan ketika beliau memberi
keringanan padanya. Seraya bersabda, "Dan jauhilah setiap minuman yang memabukkan".
[HR. Ahmad].
Keterangan :
Dubba' ialah labu (waloh) yang dihilangkan isinya. Hantam atau jarrah ialah guci (hijau). Naqir
ialah batang (glugu) kurma dilubangi tengahnya, dan muqayyar atau muzaffat ialah wadah yang
diberi tir atau yang diberi cat.
Wadah-wadah tersebut pada waktu itu biasa digunakan membuat/menyimpan minuman keras.
Oleh karena itu beliau melarangnya menggunakan wadah-wadah tersebut.
Tetapi setelah orang-orang mengetahui dengan jelas tentang haramnya khamr, maka beliau
membolehkan minum pada wadah apa saja, asalkan bukan minum minuman yang
memabukkan.
[Bersambung]
Tentang hal tersebut banyak hadits Nabi SAW yang melarangnya. Di antaranya sebagai berikut
:
ْ ث ِم
ون ِ ثنَا ُ ا ُ ِحو َّل الوذَّه:ي ص قَوا َل
ِ ْ َب َو اْل َح ِري ُْور ِلو َّ ِسى ا َ َّن النَّب
َ َع ْن اَبِى ُم ْو
احمد و النسائى و الترمذى و صححه.ا ُ َّمتِى َو ُح ِ ّر َم ِم ْن ذُ ُك ْو ِرهَا
Dan dari Abu Musa, bahwa Nabi SAW bersabda : "Dihalalkan emas dan sutera bagi
perempuan-perempuan dari ummatku, dan diharamkannya atas laki-laki dari ummatku". [HR.
Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi mengesah-kannya].
ُ َ الَ ت َ ْلب:س ْو ُل هللاِ ص
سوا اْل َح ِري َْر ُ قَا َل َر:ل رض قَا َل َّ ع َم َر ب ِْن اْلخ
ِ َعا ُ َع ْن
البخووارى و مسوولم و.ِآلخو َورة ِ ْس وهُ فِووى ال ودُّ ْنيَا لَ و ْم يَ ْلبَ ْس وهُ فِووى ا
َ ون لَ ِب
ْ فَ ِانَّ وهُ َمو
الترمذى و النسائى
Dari Umar bin Khaththab RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah kalian
memakai kain sutera, karena barang siapa yang memakainya di dunia ini maka dia tidak akan
memakainya di akherat kelak". [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai]
ب فِووى يَو ِد ٍ ون ذَ َهو ْ سو ْوو َل هللاِ ص َرأَى خَات َ ًمووا ِمو ُ واس رض ا َ َّن َر ٍ ون َعبَّوِ ون ا ْبو
ِ َعو
َار فَيَ ْجعَلُ َها فِى َ ََر ُج ٍل فَنَزَ َعهُ ف
ٍ يَ ْع ِمدُ ا َ َحدُ ُك ْم اِلَى َج ْم َرةٍ ِم ْن ن:ع َر َحهُ َو قَا َل
َ ُخو ْذ خَات َ َم:هللا ص
. اِ ْنت َ ِف ْوع ِبو ِه.وك ِ س ْوو ُلُ َوب َر َ لر ُجو ِل بَ ْعودَ َموا ذَه
َّ فَ ِقيْو َل ِل.يَ ِد ِه
مسلم. س ْو ُل هللاِ ص ُ ط َر َحهُ َر َ َو هللاِ الَ آ ُخذُهُ اَبَدًا َو قَ ْد،َ ال:قَا َل
Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW melihat cincin emas di tangan seorang laki-
laki, lalu beliau mencabut dan membuangnya dan beliau bersabda, "Seorang dari kalian ini
sengaja mengambil bara api neraka lalu meletakkannya di tangannya". Setelah Rasulullah
SAW pergi, lalu dikatakan kepada orang laki-laki tersebut : "Ambillah cincinmu itu dan
manfaatkanlah dia!" Maka orang laki-laki tersebut menjawab, "Sekali-kali tidak. Demi Allah, aku
tidak akan mengambil (cincin) yang telah dibuang oleh Rasulullah SAW". [HR. Muslim].
ل َح ِري ٍْور فِوى َ س ث َ ْو َ َم ْن لَ ِب:س ْو ُل هللاِ ص ُ قَا َل َر:ت ْ ََع ْن ُج َوي ِْريَّةَ رض قَال
و فووى.وار يَو ْوو َم اْل ِقيَا َمو ِة ِ سوهُ هللاُ َعو َّوز َو َجو َّل يَ ْو ًمووا ا َ ْو ث َ ْوبًووا ِموونَ النَّو َ َالودُّ ْنيَا ا َ ْلب
ل َمذَلَّو ٍة َ َل َح ِري ٍْر ِفى الدُّ ْنيَا ا َ ْلب
َ سهُ هللاُ يَ ْوو َم اْل ِقيَا َمو ِة ث َ ْوو َ َم ْن لَ ِب:رواية
َ س ث َ ْو
احمد و العبرانى.ار ِ َِّمنَ النَّا ِر ا َ ْو ث َ ْوبًا ِمنَ الن
Dari Juwairiyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang memakai
pakaian sutera di dunia, maka Allah 'azza wa jalla akan memakaikan kepadanya suatu hari atau
suatu pakaian dari api pada hari qiyamat". Dan dalam satu riwayat, "Barangsiapa yang
memakai pakaian sutera di dunia, maka pada hari qiyamat Allah akan memakaikan kepadanya
pakaian kehinaan dari api neraka atau pakaian dari api neraka". [HR. Ahmad dan Thabarani]
ب َو ِ ل فِى آنِيَو ِة الوذَّ َه َ س ْو ُل هللاِ ص ا َ ْن نَ ْش َر ُ نَ َهى َر:َع ْن ُحذَ ْيفَةَ رض قَا َل
.س َعلَيْو ِهَ اج َو ا َ ْن ن َْج ِل َ ب ي
ْ ّ د
ِ ل ا و
َ ْر
ِ ي ر
ِ ح
َ لْ ا ْس
ِ ب ُ ل ْ
ن ع
َ و
َ ا ه
َ ي
ْ ف
ِ ل
َ ُ
ك ْ ض ِة َو ا َ ْن نَأ
َّ اْل ِف
ِ
البخارى
Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah melarang kita minum pada bejana-bejana
emas dan bejana-bejana perak, dan (melarang pula) kita makan pada bejana-bejana emas dan
perak, dan beliau melarang pula kita memakai pakaian sutera (tipis) dan sutera tebal serta
duduk di atasnya". [HR. Bukhari].
ُّ ون َعو ْووفٍ َو
الزبَ ْيو ِور فِووى ِ من ْبو
ِ وص ِلعَ ْبو ِد الو َّور ْحَ ي ص َر َّخو َّ وس ا َ َّن النّبِو ٍ ون اَنَو
ْ َعو
َ ا َ َّن َعبْود: الجماعوة اال ان لفوِ الترموذى.َوت ِب ِه َموا ْ لُب ِْس اْل َح ِري ِْر ِل ِح َّك ٍة َكان
َ ي ِ ص اْلقَ ْمو َل فَ َور َّخ
ص لَ ُه َموا ّ الزبَي َْور شَو َك َوا اِلَوى النَّ ِبو ُّ من بْنَ َع ْووفٍ َو ِ الر ْح َّ
.ص اْل َح ِري ِْر فِى غَزَ اةٍ لَ ُه َما ِ فِى قُ ُم
Dari Anas, sesungguhnya Nabi SAW memberi keringanan bagi Abdurrahman bin 'Auf dan
Zubair untuk memakai sutera karena penyakit kulit yang diderita mereka". [HR. Jama'ah. Tetapi
lafadhnya Tirmidzi sebagai berikut :] Sesungguhnya Abdurrahman bin 'Auf dan Zubair mengadu
kepada Rasulullah karena banyak kutu, lalu Nabi SAW memberi keringanan kepada mereka
memakai kemeja sutera, dalam peperangan mereka".
Keterangan :
Dari hadits-hadits di atas jelaslah bahwa orang laki-laki dilarang memakai pakaian sutera dan
dilarang pula memakai emas. Tentang larangan memakai pakaian sutera (asli) bagi laki-laki
tersebut, para ulama memandangnya sebagai larangan haram, kecuali orang yang berpenyakit
kulit diberi rukhshah untuk memakai sutera berdasar hadits yang diriwayatkan Jama'ah
tersebut.
Sedangkan jika sutera itu dipakai sebagai sulaman sekira selebar 1 s/d 4 jari, hal ini
diperbolehkan berdasar hadits sebagai berikut :
َو َرفَو َع،ون لَبُ ْوو ِس اْل َح ِري ِْور اِالَّ ه َكوذَاْ هللا ص نَ َهوى َع ُ ع َم َر ا َ َّن َر
ِ س ْو َل ُ َع ْن
احمووود و.َووو َّم ُه َماَ سوووبَّابَةَ َو َّ عى َو ال َ صوووبُعَ ْي ِه اْ ُلو ْسووو
ْ ُ هللا ص ا
ِ سو ْووو ُل ُ لَنَوووا َر
ِ نَ َهى َع ْن لُب ِْس اْل َح ِري ِْر اِالَّ َم ْو:ِ و فى لف.البخارى و مسلم
ْ َِ َع ا
ص ِبعَ ْي ِه
َو: الجماعة اال البخواى و زاد فيوه احمود و ابوو داود.ٍا َ ْو ثَالَث َ ٍة ا َ ْو ا َ ْربَعَة
.َار ِب َك ِفّ ِه
َ اَش
Dari 'Umar bahwasanya Rasulullah SAW melarang memakai sutera, melainkan sekian. Lalu
Rasulullah SAW mengisyaratkan kepada kami dengan dua jarinya, yaitu jari tengah dan jari
telunjuk dengan merapatkan keduanya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim] Dan dalam satu
lafadh dikatakan Rasulullah SAW melarang memakai sutera melainkan selebar dua jari atau
tiga atau empat. [HR. Jama'ah kecuali Bukhari. Ahmad dan Abu Dawud menambahkan :] "Dan
Nabi mengisyaratkan dengan tapak tangannya".
Adapun tentang memakai emas bagi laki-laki disini terjadi perbedaan pendapat:
Pendapat I
Kami dalam memahami larangan-larangan Rasulullah SAW tentang laki-laki memakai emas,
kami memandangnya hanya larangan makruh saja. karena Allah SWT berfirman dalam QS. Al-
A'raaf ayat 32 :
َ قُ ْل ِه،ق
وي ِ الر ْز
ّ َت ِمن ِ عيّبَا َّ هللا الَّتِ ْي ا َ ْخ َر َج ِل ِعبَادِه َو الِ َقُ ْل َم ْن َح َّر َم ِز ْينَة
تِ صو ُل اْاليو َ ِللَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ِفى اْل َحيو ِة الودُّ ْنيَا خَا ِل
ّ َ َكوذ ِل َك نُف،صوةً ي َّْوو َم اْل ِقيَا َمو ِة
. َِلقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْون
Katakanlah, "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik ?"
Katakanlah, "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi orang-orang yang mengetahui. [QS. Al-A'raaf : 32]
Berdasar ayat tersebut, jelaslah bahwa Allah membolehkan atau tidak mengharamkan memakai
perhiasan (emas). Jadi kalau ada hadits-hadits yang melarangnya laki-laki memakai emas,
maka hukumnya hanya makruh saja.
Pendapat II
Kami dalam memahami larangan Rasulullah SAW tentang laki-laki memakai emas adalah
sebagai berikut :
7: الحشر.س ْو ُل فَ ُخذُ ْوهُ َو َما نَهي ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنت َ ُه ْوا َّ َو َما آتي ُك ُم ا
ُ لر
Apa yang didatangkan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. [QS. Al-Hasyr : 7]
Sebab turunnya ayat itu adalah karena orang-orang Arab, baik laki-laki maupun perempuan
thawaf di Masjidil Haram dengan telanjang bulat, dan mereka mengatakan bahwa thawaf
dengan berpakaian itu adalah haram. Maka Allah menurunkan kepada Nabi SAW ayat 31 dan
32 Surat Al-A'raaf :
،يبَ ِن ْي آدَ َم ُخذُ ْوا ِز ْينَوت َ ُك ْم ِع ْنودَ ُكو ّل َم ْس ِوج ٍد َّو ُكلُ ْووا َو ا ْش َوربُ ْوا َو الَ ت ُ ْس ِورفُ ْوا
ون َحو َّور َم ِز ْينَ وةَ هللاِ الَّتِ و ْي ا َ ْخو َور َج ِل ِعبَووادِه َو ْ قُو. َوب اْل ُم ْسو ِورفِيْن
ْ ول َمو ُّ اِنَّووه الَ يُ ِحو
َ ي ِللَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا فِوى اْل َحيووةِ الودُّ ْنيَا خَا ِل
صوةً ي َّْوو َم َ قُ ْل ِه،ق ِ ت ِمنَ ال ّر ْز َّ
ِ العيّبَا
32: االعراف. َت ِلقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْون ِ ص ُل اْالي ّ َ كذَ ِل َك نُف،اْل ِقيَا َم ِة
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan. (31) Katakanlah : "Siapakah yang mengharamkan pakaian indah yang
Allah telah mengeluarkannya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezqi yang baik ?" Katakanlah : "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah
Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (32) [QS. Al-A'raaf]
Jadi ayat 31 dan 32 Al-A'raaf tersebut diturunkan sebagai penolakan terhadap perbuatan dan
keyakinan orang-orang Arab yang mengatakan bahwa di waktu thawaf haram memakai
pakaian, sehingga mereka laki-laki dan perempuan thawaf dengan telanjang.
Bahkan kebanyakan para ahli tafsir memang mengartikan ( ٌ ) ِز ْينَوةpada ayat tersebut dengan
"pakaian penutup aurat".
Lihat Tafsir Ibnu Abbas hal. 126; Ibnu Katsir juz 2 hal. 202; Jalalain hal. 196-197; Al-Manaar juz
8, hal. 379; Al-Wadlih juz 1, hal. 107; Tarjamah Asbabun Nuzul hal. 209-210.
Demikianlah tentang laki-laki memakai emas, telah kami ketengahkan kedua pendapat tersebut.
Wallaahu a'lam bish-shawaab.
[Bersambung]
الر َجوا ِل ّ ِ َس ْوو ُل هللاِ ص اْل ُمتَشَو ِبّ ِهيْنَ ِمون ُ لَعَونَ َر:َّاس رض قَوا َل ٍ َع ِن اب ِْن َعب
البخووارى و ابووو داود و.الر َجووا ِل ّ ِ وواء ِب
ِ س َ ّت ِموونَ ال ِن ِ َو اْل ُمتَشَوو ِبّ َها،وواء
ِ س َ ِّبال ِن
ت ْ ا َ َّن ْام َورأَة ً َم َّور:الترمذى و النسوائى و ابون ماجوه و العبرانوى و عنوده
واء
ِ س َ ّت ِمونَ ال ِن ِ لَعَنَ هللاُ اْل ُمتَشَو ِبّ َها: فَقَا َل،سا ً س ْو ِل هللاِ ص ُمتَقَ ِلّدَة ً قَ ْو ُ َعلَى َر
َ لَعَون: و فى روايوة البخوارى.اء ِ س َ ّالر َجا ِل ِبال ِنّ ِ َش ِبّ ِهيْنَ ِمن َ َ الر َجا ِل َو اْل ُمت
ّ ِ ِب
.اء ِ س َ ّت ِمنَ ال ِن ِ َالر َجا ِل َو اْل ُمت َ َر ِ ّجال ّ ِ َهللا ص اْل ُم َخنَّثِيْنَ ِمن ِ س ْو ُل ُ َر
Dari Ibnu 'Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW melaknat orang laki-laki yang menyerupai
wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki. [HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan
Ibnu Majah. Dan bagi Thabrani, (Ibnu Abbas berkata)] : Ada seorang wanita berselempang
busur panah lewat di depan Rasulullah SAW, maka beliau bersabda : "Allah melaknat para
wanita yang menyerupai laki-laki dan para laki-laki yang menyerupai wanita". [Dan di dalam
satu riwayat bagi Bukhari], Rasulullah SAW melaknat para laki-laki yang bergaya seperti wanita
dan para wanita yang bergaya seperti laki-laki.
َو،واص رض ِ َْون اْلع ِ هللا بْنَ َع ْم ِرو ب ِ َ َرأ َ ْيتُ َع ْبد:َع ْن َر ُج ٍل ِم ْن ُهذَ ْي ٍل قَا َل
سو ِع ْي ٍدَ فَبَ ْينَوا اَنَوا ِع ْنودَهُ َرأَى ا ُ َّم: َو َم ْس ِجدُهُ فِى اْل َح َر ِم قَا َل،لح ِّل ِ َْم ْن ِزلُهُ فِى ا
:ِ فَقَوا َل َعبْودُ هللا،الر ُجو ِل َّ َي ت َ ْمشِى ِم ْشويَة َ َو ِه،سا ً ت ا َ ِبى َج ْه ٍل ُمتَقَ ِلّدَة ً قَ ْو َ ِب ْن
هللا
ِ س ْوو َل ُ س ِوم ْعتُ َرَ : فَقَوا َل،س ِع ْي ٍد ِب ْنوتُ ا َ ِبوى َج ْهو ٍل َ ه ِذ ِه ا ُ ُّم: َُم ْن ه ِذ ِه؟ فَقُ ْلت
َش وبَّه ْ َو الَ َمو،واء
َ َ ون ت ِ سوَ ّالر َجووا ِل ِموونَ ال ِن ْ ْس ِمنَّووا َمو
َ َ ون ت
ّ ِ ِش وبَّهَ ب َ لَ وي:ُص يَقُو ْوول
احمد.الر َجا ِل ّ ِ َاء ِمن ِ س َ ِّبال ِن
Dari seorang laki-laki suku Hudzail ia berkata : Saya pernah melihat Abdullah bin Amr bin 'Ash
RA, orang tersebut rumahnya di tanah halal sedang masjidnya di tanah haram. Orang tersebut
berkata : Pada suatu ketika saya sedang berada di sisinya, kemudian dia (Abdullah bin 'Amr)
melihat Ummu Sa'id binti Abu Jahal berselempang busur panah berjalan seperti berjalannya
orang laki-laki, lalu Abdullah (bin Amr) bertanya : "Siapa wanita ini ?" Lalu aku menjawab : "Ini
Ummu Sa'id binti Abu Jahal". Kemudian dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, "Bukan dari golongan kita wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang
menyerupai wanita". [HR. Ahmad]
َ ثَالَثَووةٌ الَ يَو ْد ُخلُ ْون:سو ْوو ِل هللاِ ص قَووا َل ُ ون َر ْ ون يَا ِسو ٍور رض َعو ِ وار ْبو ْ َعو
ِ ون َع َّمو
يَووا: قَووالُ ْوا. َو ُمو ْد ِم ُن اْلخ َْمو ِور،واء ِ سوَ ّالر ُجلَوةُ ِموونَ ال ِن َّ َو،ث ُ الودَّي ُّْو:اْل َجنَّوةَ اَبَودًا
َ الَّوذِى ال:ث؟ قَووا َل ُ فَ َمووا الودَّي ُّْو،ُ ا َ َّمووا ُمو ْد ِم ُن اْلخ َْمو ِور فَقَو ْد َع َر ْفنَوواه،هللا
ِ سو ْوو َل ُ َر
ُ الَّتِوى تَشَوبَّه:اء؟ قَوا َل ِ س َ ّالر ُجلَةُ ِمنَ ال ِن َّ فَ َما: قُ ْلنَا.يُبَا ِلى َم ْن دَ َخ َل َعلَى ا َ ْه ِل ِه
العبرانى.الر َجا ِل ّ ِ ِب
Dari 'Ammar bin Yasir RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Ada tiga orang yang tidak
akan masuk surga selamanya, yaitu : 1. Ad-dayyus, 2. Ar-rajulah minan nisaa', dan 3. Peminum
khamr". Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, kalau peminum khamr kami sudah
mengetahuinya, lalu Ad-dayyus itu apa ?" Beliau menjawab, "Yaitu orang yang tidak
mempedulikan siapa yang masuk kepada keluarganya". Kami bertanya lagi, "Lalu yang
dimaksud Ar-rajulah minan nisaa' itu apa ?" Beliau menjawab, "Yaitu wanita yang menyerupai
laki-laki". [HR. Thabrani]
Larangan Wanita Menyambung Rambut, Mencukur Alis, Menjarangkan Gigi, dan Bertatto.
Islam melarang para wanita menyambung rambut, mencabut bulu dahi atau mencukur alis,
mengikir giginya supaya jarang dan kelihatan cantik, dan wanita yang mencacah (bertatto),
berdasar hadits-hadits sebagai berikut :
ِا َّن،هللا
ِ سو ْوو َلُ يَووا َر:وت ْ ي ص فَقَالَو َّ ت النَّ ِبوِ َسووأَل
َ ً ون ا َ ْسو َما َء رض ا َ َّن ْامو َورأَة ْ َعو
ِ َ اَفَأ، َو اِ ِنّوى زَ َّو ْجت ُ َهوا،صوبَةُ فَت َ َم َّوزقَ شَو ْع ُرهَا
صو ُل فِيْو ِه؟ ْ صابَتْ َها اْل َح َ َ ا ْبنَتِى ا
ُ اصلَةَ َو اْل َم ْو
.َص ْولَة ِ لَعَنَ هللاُ اْ َلو:فَقَا َل
Dari Asma' RA ia berkata : Sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW. Ia
berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya anak perempuan saya terkena sakit panas sehingga
rambutnya rontok, dan saya telah menikahkannya. Apakah boleh saya sambung rambutnya ?".
Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Allah melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita
yang disambung rambutnya".
ِ ي ص اْ َلو
اصووووولَةَ َو ُّ لَعَووووونَ النَّ ِبووووو:ووووت ا َ ْسووووو َما ُء رض
ْ قَالَو:و فوووووى روايوووووة
البخارى و مسلم و ابن ماجه.َصلَة ِ اْل ُم ْست َ ْو
Dan di dalam satu riwayat : Asma' RA berkata, "Nabi melaknat wanita yang menyambung
rambut dan wanita yang minta disambung rambutnya". [HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah].
.َ سو ْوو ُل هللاِ ص اْ َلوا ِشو َمةَ َو اْل ُم ْست َ ْو ِش و َمةَ َو اْ َلوا ِشو َورة َ َو اْل ُم ْست َ ْو ِشو َورة
ُ لَعَوونَ َر
العبرانى
Rasulullah SAW melaknat wanita yang mencacah (mentatto) dan wanita yang minta dicacah
(ditatto), wanita yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya. [HR. Thabrani]
،ط شَو ْع ُر َرأْ ِسو َها َ َّت ا ْبنَت َ َهوا فَوت َ َمعِ ار زَ َّو َج
ِ ص َ و فى رواية ا َ َّن ْام َرأَة ً ِمنَ اْالَ ْن
اِ َّن زَ ْو َج َهوا ا َ َم َرنِوى ا َ ْن:وت ْ َوك لَوهُ َو قَال َ ت ذ ِلْ فَذَ َك َر،ي ِ ص ّ ِت اِلَى النَّب
ْ فَ َجا َء
البخارى و مسلم. ُص ْوالَت ُ قَ ْد لُ ِعنَ اْل َم ْو،َ ال: فَقَا َل.ش ْع ِرهَا َ ص َل فِى ِ َا
Dan di dalam satu riwayat, sesungguhnya ada seorang wanita Anshar menikahkan anak
perempuannya, padahal anak perempuan tersebut rambutnya rontok, lalu wanita itu datang
kepada Nabi SAW dan menyebutkan hal itu kepada beliau. Ia berkata, "Sesungguhnya
suaminya menyuruhku supaya aku menyambung rambutnya". Maka Nabi SAW bersabda,
"Jangan. Sesungguhnya telah dilaknat para wanita yang disambung rambutnya". [HR. Bukhari
dan Muslim]
وام َحو َّر َعلَوى َ س ِوم َع ُمعَا ِويَوةَ َع َ ُْون َع ْووفٍ اَنَّوه ِ ان بِ الر ْح َمَّ َع ْن ُح َم ْي ِد ب ِْن َع ْب ِد
يَووا ا َ ْه و َل:ي ٍ فَقَووا َل
ّ وت ِفووى يَ و ِد َح َر ِس وْ ش و ْع ٍر َكانَو ْ ص وةً ِمو
َ ون َّ واو َل ِق َ َو تَنَو،اْ ِلم ْنبَو ِور
َو،ون ِمثْو ِل هوذَا ْ س ْوو َل هللاِ ص يَ ْن َهوى َع ُ س ِوم ْعتُ َرَ ،علَ َموا ُؤ ُك ْم ُ َ اَيْون،اْل َم ِد ْينَ ِة
مالوك و البخوارى.سوا ُؤ ُه ْم ْ اِنَّ َما َهلَ َك:ُيَقُ ْول
َ ِت بَنُ ْو ِإ ْس َرائِ ْي َل ِحويْنَ اتَّخَوذَهَا ن
و مسلم و ابو داود و الترمذى و النسائى
Dari Humaid bin Abdurrahman bin 'Auf, bahwasanya ia mendengar Mu'awiyah di atas mimbar
pada tahun dia berhajji. Dia mengambil seikat rambut dari seorang penjaga, lalu berkata : "Hai
penduduk Madinah, mana ulama'-ulama' kalian, aku pernah mendengar Rasulullah SAW
melarang dari seperti ini". Dan ia mengatakan, "Sesungguhnya Bani Israil binasa ketika para
wanitanya memakai seperti ini". [HR. Malik, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai].
َ قَد َِم ُمعَا ِويَةُ اْل َم ِد ْينَوة:و فى رواية للبخارى و مسلم عن ابن المسيب قال
َّ َموا ُك ْنوتُ أ َ َرى ا َ َّن ا َ َحودًا يَ ْفعَلُوهُ اِال: فَقَوا َل،ش ْع ٍر
َ َو ا َ ْخ َر َج ُكبَّةً ِم ْن،عبَنَا
َ فَ َخ
ُّ ُس َّماه
.الز ْو َر َ َهللا ص بَلَغَهُ ف
ِ س ْو َل ُ اِ َّن َر.َاْليَ ُه ْود
Dan dalam satu riwayat bagi Bukhari dan Muslim dari Ibnu Musayyab, ia berkata, Mu'awiyah
datang di Madinah lalu berkhutbah kepada kami, dia mengeluarkan seikat rambut lalu berkata :
"Aku tidak pernah melihat seorang pun yang memperbuat demikian ini kecuali orang-orang
Yahudi. Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika hal itu sampai kepada beliau menamakannya
dengan Az-zuur (kepalsuan).
[Bersambung]
َّْب اِال
ُ صوا ِلي َّ اِ َّن النَّ ِب:ُشة
َ َ ي ص لَ ْم يَ ُك ْن يَتْ ُر ُ فِى بَ ْيتِ ِه شَو ْيئًا فِيْو ِه ت َ ِت َعائْ َقَال
البخارى.ُضه َ َنَق
'Aisyah RA, telah berkata, "Sesungguhnya Nabi SAW tidak membiarkan di rumahnya ada
sesuatu yang berupa palang-palang salib, melainkan beliau menghilangkannya". [HSR. Bukhari
juz 7, hal. 65]
ون ْ َ ون ا
ْ ظلَو ُم ِم َّمو ْ َو َمو:ُسو ْوو َل هللاِ ص يَقُو ْوول ُ سو ِوم ْعتُ َر َ :ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ قَووا َل
ْ َعو
البخارى.ًَب يَ ْخلُ ُق َكخ َْل ِق ْي؟ فَ ْليَ ْخلُقُ ْوا َحبَّةً َو ْليَ ْخلُقُ ْوا ذَ َّرة
َ ذَه
Dari Abu Hurairah ia berkata : Nabi SAW bersabda (firman Allah),"Siapakah yang lebih dhalim
daripada orang yang membuat (sesuatu) seperti ciptaan-Ku. Cobalah mereka buat sebiji
(gandum) ! Cobalah mereka buat seekor semut !". [HSR. Bukhari juz 7, hal. 65]
س ْوو ِل ُ ب َر ِ واحِ ص َ َط ْل َحوة َ ون ا َ ِبوى ْ ْون خَا ِلو ٍد َعِ س ِع ْي ٍد َع ْن زَ ْي ِد ب
َ َر َوى بُ ْس ُر ب ُْن
اِ َّن اْل َمالَ ِئ َك وةَ الَ ت َ و ْد ُخ ُل بَ ْيتًووا ِف ْي و ِه:هللا ص قَووا َل ِ سو ْوو َل ُ اِ َّن َر: قَووا َل،هللا ص ِ
ث ُو َّم ا ْش وت َ َكى زَ ْي ودٌ فَعُ و ْدنَاهُ فَ و ِاذَا َعلَووى بَا ِب و ِه ِس وتْ ٌر فِ ْي و ِه: قَووا َل بُ ْسو ٌور.ُصو ْوو َرة ُّ ال
ٌ اَلَو ْم يُ ْخ ِب ْرنَوا زَ يْود:ي ِ ص ِ ب َم ْي ُم ْونَةَ زَ ْو
ّ ج النَّ ِبو ِ فَقُ ْلتُ ِلعُبَ ْي ِد.ٌص ْو َرة
ِ هللا َر ِب ْي ُ
اِالَّ َر ْق ًموا: اَلَو ْم ت َ ْسو َم ْعهُ ِحويْنَ قَوا َل:هللا ِ ُعبَيْود ُ فَقَوا َل،ص َو ِر يَ ْو َم اْالَ َّو ِل
ُّ َع ِن ال
البخارى.ل ٍ فِى ث َ ْو
Busr bin Sa'id meriwayatkan dari Zaid bin Khalid, dari Abu Thalhah seorang sahabat Rasul
SAW ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, "Sesungguhnya malaikat
tidak akan masuk di satu rumah yang ada gambar/patungnya". Kata Busr : Sesudah itu, Zaid
(bin Khalid itu) sakit, maka kami pergi menjenguknya. Tiba-tiba di pintunya ada satu tabir yang
ada gambarnya, maka saya berkata kepada 'Ubaidillah anak angkatnya Maimunah isteri Nabi
SAW, "Kemarin dulu, bukankah Zaid khabarkan kepada kita tentang gambar/patung ?". Maka
kata 'Ubaidillah : Tidakkah tuan dengar ia berkata, "Kecuali gambar di kain ?". [HSR. Bukhari
juz 7, hal. 66]
ُس وت َ ْرتُه
َ َعووا فً هللا ص ِفووى غَزَ ا ِتو ِه فَا َ َخو ْذتُ نَ َم ِ سو ْوو ُل ُ َخو َور َج َر:ُشوة َ وت َعا ِئ ْ قَالَو
ط َع َر ْفتُ اْل َك َرا ِهيَةَ فِى َو ْج ِه ِه فَ َجذَبَهُ َحتَّى َ ل فَلَ َّما قَد َِم فَ َراَى النَّ َمِ َعلَى اْلبَا
ّ ِ وارة َ َو
. َالع ويْن َ سو َوو اْل َح َجوُ اِ َّن هللاَ لَ و ْم يَأ ْ ُم ْرنَووا ا َ ْن نَ ْك:ععَ وهُ َو قَووا َل َ ََهت َ َك وهُ ا َ ْو ق
مسلم.ي َّ َسادَت َي ِْن َو َحش َْوت ُ ُه َما ِل ْيفًا فَلَ ْم يَ ِعبْ ذ ِل َك َعل َ ع ْعنَا ِم ْنهُ ِو َ َ فَق:ت ْ َقَال
'Aisyah RA telah berkata : Rasulullah SAW pergi dalam suatu peperangan. Maka kuambil satu
kain (yang bergambar), lalu kupasang di pintu. Setelah Rasulullah kembali dan melihat kain itu,
tampaklah di wajahnya bahwa beliau tidak suka, lantas beliau mencabut dan merobeknya
sambil bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak memerintah kami memakaikan pakaian pada batu
dan tanah". 'Aisyah berkata, "Lalu aku menjadikannya dua bantal dan aku mengisinya dengan
sabut kurma. Maka Rasulullah tidak mencelaku". [HSR. Muslim juz 3, hal 1666].
اِ ِنّوى َر ُجو ٌل:َّواس فَقَوا َل ٍ ْون َعب ِ َجوا َء َر ُجو ٌل اِلَوى اب:س ِن َ س ِع ْيدُ ب ُْن ا َ ِبى اْل َح
َ قَا َل
فَ ودَنَا ِم ْن وهُ ث ُ و َّم، ا ُ ْد ُن ِم ِنّ و ْى:ُ فَقَووا َل لَ وه،صو َوو َر فَا َ ْف و تِنِى فِ ْي َهووا َ ُا
ُّ صو ّ ِوو ُر ه و ِذ ِه ال
ُس ِوم ْعت َ وك بِ َموا َ ُ اُنَ ِبّئ: قَوا َل.َو َع يَودَهُ َعلَوى َرأْ ِسو ِه َ ا ُ ْد ُن ِم ِنّى فَدَنَا َحتَّى َو:قَا َل
وار ِ صو ّ ِوو ٍر فِووى النَّو َ ُك و ُّل ُم:ُسو ْوو َل هللاِ ص يَقُو ْوول ُ سو ِوم ْعتُ َر َ .سو ْوو َل هللاِ ص ُ َر
مسلم.سا فَ تُعَ ِذّبُهُ فِى َج َهنَّ َم ً ص َّو َرهَا نَ ْف َ ٍص ْو َرة ُ يَ ْجعَ ُل لَهُ ِب ُك ِّل
Sa'id bin Abu Hasan telah berkata : Telah datang seseorang kepada Ibnu 'Abbas, lalu ia
berkata, "Aku ini seorang tukang membuat patung/gambar. Berilah fatwa kepadaku tentang itu".
Maka Ibnu 'Abbas berkata, "Mendekatlah kepadaku". Maka ia mendekat kepadanya. Kemudian
Ibnu 'Abbas berkata lagi, "Mendekatlah kepadaku". Lalu ia mendekat kepadanya sehingga Ibnu
'Abbas meletakkan tangannya pada kepalanya. Ibnu 'Abbas berkata : Aku beritakan kepadamu
dengan apa yang kudengar dari Rasulullah SAW. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Tiap-tiap tukang patung/gambar (tempatnya) di neraka. Untuk tiap-tiap satu gambar/patung
yang ia buat itu Allah jadikan satu badan untuk menyiksanya di jahannam". [HR. Muslim juz 3,
hal 1670]
سوةً َرا َ ْينَ َهوا ِباْل َحبَشَو ِة فِ ْي َهوا َ ون َعائِشَوةَ اِ َّن ا ُ َّم َح ِب ْيبَوةَ َو ا ُ َّم
َ سولَ َمةَ ذَ َك َرتَوا َكنِ ْي ْ َع
وك اِذَا َكوانَ ِفو ْي ِه ُم َ اِ َّن اُول ِئ:هللا ص ِ س ْوو ُل ُ فَقَا َل َر.هللا ص ِ س ْو ِل َ َت
ُ صا ِوي ُْر ِل َر
ص َو َر ُّ ص َّو ُر ْوا فِ ْي ِه تِ ْل ِك الَ ات بَن َْوا َعلَى قَب ِْر ِه َم ْس ِجدًا َو َ صا ِل ُح فَ َم َّ الر ُج ُل ال َّ
مسلم.هللا يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِةِ َق ِع ْند ِ ار اْلخ َْل ُ اُولئِ ِك ِش َر
Dari 'Aisyah bahwasanya ia berkata : Sesungguhnya Ummu Habibah dan Ummu Salamah
menceritakan kepada Rasulullah SAW satu gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah, yang
di dalamnya ada gambar/patung. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya mereka itu,
apabila ada seorang yang shaleh diantara mereka yang meninggal, maka mereka membuat
tempat ibadah di atas kuburnya, dan mereka membuat patung/gambarnya di situ. Mereka itulah
orang-orang yang jahat pada pandangan Allah di hari kiamat". [HSR. Muslim juz 1, hal. 375]
ب ُ احِ ص َوو َ ي ِ ص َكوانَ ِلوى ّ ت ِع ْندَ النَّ ِبو ُ َ ُك ْنتُ ا َ ْلع:ت
ِ ب ِباْلبَنَا ْ َشةَ قَالَ َع ْن َعا ِئ
َّ سو ِ ّوربُ ُه َّن اِلَو
ي َ ُسو ْوو ُل هللاِ ص اِذَا دَ َخو َل يَوتَقَ َّم ْعنَ ِم ْنوهُ فَي ُ يَ ْلعَوبْنَ َم ِعووى فَ َكووانَ َر
البخارى.فَيَ ْلعَبْنَ َم ِعى
Dari 'Aisyah ia berkata, "Dulu aku biasa bermain dengan boneka perempuan di sisi Nabi SAW
dan aku mempunyai kawan-kawan bermain yang datang kepadaku, kemudian apabila
Rasulullah SAW masuk, mereka menyembunyikan boneka itu karena takut kepada Rasulullah
SAW, tetapi Rasulullah SAW malah senang dengan kedatangan kawan-kawanku itu, sehingga
mereka tetap bermain bersamaku". [HR. Bukhari juz 7, hal 102]
. بَنَواتِى:وت ْ َشةُ؟ قَال َ ِ َما هذَا يَا َعائ،ي ص قَالَ َها يَ ْو ًما َّ اِ َّن النَّ ِب،ُشة َ َِر َوى َعائ
َمووا ه وذَا الَّ وذِى ا َ َرى:ون ِرقَوواعٍ فَقَووا َل ْ وان ِمو ِ سووا لَ وهُ َجنَا َحو ً َو َراَى بَ ْي ونَ ُه َّن فَ َر
: قَوا َل.ان ِ َجنَا َح:ت ْ َ َو َما هذَا الَّذِى َعلَ ْي ِه؟ قَال: قَا َل.س ٌ فَ َر:ت ْ َع ُه َّن؟ قَال َ َو ْس
.ٌسولَ ْي َمانَ َخو ْيالًًِ لَ َهووا ا َ ْجنَ َحووة
ُ ت ا َ َّن ِل ْ وان؟ قَالَو
َ ا َ َمووا:وت
َ سو ِوم ْع ِ س لَوهُ َجنَا َحو ُ فَو َور
ابو داود.ُاجذَه ِ هللا ص َحتَّى َرأ َ ْيتُ ن ََو ِ س ْو ُل ُ ض ِح َك َر َ َ ف:ت ْ َقَال
'Aisyah meriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi SAW pada suatu hari bertanya kepadanya,
"Apa ini, hai 'Aisyah ?" Jawab Aisyah, "Ini adalah bonekaku (boneka perempuanku)". Dan Nabi
SAW melihat pada boneka itu ada kuda yang bersayap terbuat dari kain, maka beliau bertanya,
"Lalu yang ditengah itu ?". Jawab Aisyah, "Kuda". Rasulullah bertanya lagi, "Apa yang
diatasnya itu ?". Jawab Aisyah, "Itu dua sayapnya". Rasulullah bertanya, "Kuda koq bersayap
?". Jawab Aisyah, "Apakah engkau belum mendengar, bahwa Nabi Sulaiman itu mempunyai
kuda yang bersayap ?". Kemudian 'Aisyah berkata, "Maka Rasulullah SAW tertawa sehingga
aku lihat gigi gerahamnya". [HR. Abu Daud, dalam 'Aunul Ma'bud juz 13, ahl. 190].
Keterangan:
Dari hadits-hadits di atas kami berpendapat bahwa yang dilarang atau yang diharamkan dalam
hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikut :
Adapun membuat gambar/patung untuk hiasan, gambar pada kain dan lain sebagainya (yang
tidak dikhawatirkan akan disembah orang) maka hukumnya mubah.
Dan adanya Rasulullah SAW begitu keras melarang tentang gambar/patung ini bisa juga
karena pada waktu itu orang-orang baru saja meninggalkan menyembah berhala, sehingga
apabila tidak dilarang keras, kemungkinan orang-orang akan kembali menyembah
berhala/gambar/patung.
وث فِ ْي َهواَ َ َم ْن َعقَدَ ُمدَّة ً ث ُ َّم نَف:س ْو َل هللاِ ص قَا َل ُ َع ْن ا َ ِبى ُه َري َْرة َ رض ا َ َّن َر
.شووىءٍ ُو ِك و َل اِلَيْوو ِه َ ون تَعَلَّووقَ ِب َ س و َح َر فَقَ و ْد ا َ ْش
ْ َو َمو، َ وور ْ َو َمو،س و َح َر
َ ون َ فَقَ و ْد
النسائى
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membuat
ikatan buhul kemudian meniupnya, maka sungguh ia telah berbuat sihir. Dan barangsiapa
berbuat sihir, sungguh ia telah mensekutukan Allah. Dan barangsiapa yang menggantungkan
jimat, maka ia diserahkan kepada jimat itu (Allah tidak akan menolongnya). [HR. Nasai]
َموا:ي ص َراَى فِوى يَو ِد َر ُجو ٍل َحلَقَوةً فَقَوا َل َّ صي ٍْن ا َ َّن النَّ ِبَ َع ْن ِع ْم َرانَ ب ِْن ُح
َ اِ ْن ِبو ْذهَا َع ْن، َما ت َ ِزيْودُ َ اِالَّ َو ْهنًوا: قَا َل. ِمنَ اْ َلوا ِهنَ ِة:هذَا؟ قَا َل
َ َّ فَ ِان،وك
وك اِ ْن
ابن حبان.ت َعلَ ْي َها َ ي َعلَي َْك ُو ِك ْل
َ ت َو ِهْ ت َ ُم
Dari 'Imran bin Hushain bahwasanya Nabi SAW melihat seorang laki-laki memakai gelang jimat,
maka Nabi SAW bertanya, "Apa ini ?". Orang tersebut menjawab, "Ini adalah jimat". Nabi SAW
bersabda, "Itu tidak menambah kepadamu kecuali beban berat. Buang saja jimat itu. Karena
sesungguhnya jika kamu mati masih memakai jimat, maka kamu akan diserahkan kepadanya
(Allah tidak akan menolongmu)". [HR. Ibnu Hibban]
ُ س ِوم ْعتُ َر
س ْوو َل ِ ع ْقبَوةَ بْونَ َع
َ :ُوام ٍر يَقُ ْوول َ َُع ْن ِم ْش َر َح ب ِْن هَا َعانَ اَنَّوه
ُ س ِوم َع
َ َ َو َم ْن َعلَّقَ َودَ َعةً فَوالَ َود.ُ َم ْن َعلَّقَ ت َ ِم ْي َمةً فَالَ اَت َ َّم هللاُ لَه:ُهللاِ ص يَقُ ْول
ع
ابن حبان.ُهللاُ لَه
Dari Misyrah bin Ha'an bahwasanya dia mendengar 'Uqbah bin 'Amir berkata : Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang memakai jimat, maka Allah tidak akan
menyempurnakannya, barangsiapa yang memakai rumah siput, maka Allah tidak akan
menyelamatkannya". [HR. Ibnu Hibban]
عنُ ِق َهوا شَو ْى ٌء ُ دَخَو َل َعبْودُ هللاِ َعلَوى ْام َورأَةٍ َو فِوى:ي ب ِْن َجوزَ ٍار قَوا َل َ َع ْن يَ ْح
هللا ا َ ْغنِيَوا َء ا َ ْن يُ ْش ِور ُك ْوا ْ َ لَقَو ْد ا: ث ُ َّم قَوا َل.ُععَه
ِ صوبَ َح ا َ ُل َعبْو ِد َ َُمعَ َّوذٌ فَ َجذَبَهُ فَق
اِ َّن:ُهللا ص يَقُ ْوول ِ س ْوو َل ُ س ِوم ْعتُ َر َ : ثُو َّم قَوا َل.عانًا َ س ْول
ُ هلل َما لَو ْم يُن ِ َّوز ْل ِبو ِه
ِ ِبا
الرقَوى َو ُّ ه ِذ ِه،من ِ الر ْح َّ يَا اَبَا َع ْب ِد: قَالُ ْوا. ٌ الرقَى َو الت َّ َمائِ َم َو ال ِت ّ َولَةَ ِش ْر ُّ
سوا ُء يَت َ َحوابَبْنَ اِلَوى َ ّصونَعُهُ ال ِنْ َ شَو ْى ٌء ت:الت َّ َمائِ ُم قَ ْد َع َر ْفنَاهَا فَ َما ال ِت ّ َولَوةُ؟ قَوا َل
ابن حبان.اج ِه َّن ِ ا َ ْز َو
Dari Yahya bin Jazar ia berkata, 'Abdullah mendatangi seorang wanita yang memakai kalung
jimat di lehernya, lalu ia menariknya dan memutusnya, kemudian berkata, "Sungguh keluarga
'Abdullah telah menjadi kaya dengan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak benar". Ia
bekata lagi : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya ruqa, tamaim dan
tiwalah itu termasuk syirik". Orang-orang bertanya, "Hai Abu 'Abdurrahman, kalau ruqa dan
tamaim kami telah mengetahuinya, lalu apa tiwalah itu ?". 'Abdullah berkata, "Tiwalah yaitu
sesuatu yang dipakai oleh wanita agar disayang suaminya". [HR. Ibnu Hibban. (ruqa=mantra-
mantra, tamaim=jimat)]
ُسوأَلَه
َ َواح ًرا ا َ ْو َكا ِهنًوا ف
ِ س َ ون اَتَوى َع َّرافًوا ا َ ْو
ْ َم:ْون َم ْسوعُ ْو ٍد رض قَوا َل
ِ َع ِن اب
البزار و ابو يعلى.صدَّقَهُ بِ َما يَقُ ْو ُل فَقَ ْد َكفَ َر بِ َما ا ُ ْن ِز َل َعلَى ُم َح َّم ٍد ص
َ َف
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata, "Barangsiapa yang datang kepada tukang ramal, atau tukang
sihir atau dukun menanyakan sesuatu kepadanya dan percaya kepada apa yang dikatakannya,
maka sungguh dia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW".
[HR. Al-Bazzar dan Abu Ya'la]
ون اَتَوى ْ َم:ُهللا ص يَقُ ْوول ِ س ْوو َل ُ س ِم ْعتُ َر َ :َع ْن َوا ِئلَةَ ب ِْن اْالَ ْسقَ ِع رض قَا َل
َ فَوا ِْن،ًت َع ْنهُ الت َّ ْوبَةُ ا َ ْربَ ِعويْنَ لَ ْيلَوة
صودَّقَهُ بِ َموا َ سأَلَهُ َع ْن
ْ َش ْىءٍ ُح ِجب َ ََكا ِهنًا ف
العبرانى.قَا َل َكفَ َر
Dari Wailah bin Asqa' RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa datang kepada dukun menanyakan sesuatu kepadanya, maka tertutup taubat
darinya selama empat puluh malam, dan jika ia mempercayai perkataan dukun itu, ia kafir".
[HR. Thabrani]
ون اَتَووى
ْ َمو:ي ِ ص قَووا َل ّ ون النَّ ِبوِ ي ِ ص َعو ّ اج النَّ ِبو ِ وض ا َ ْز َو ْ صو ِفيَّةَ َعو
ِ ون بَ ْعو َ ون ْ َعو
مسلم.ًصالَة ُ ا َ ْربَ ِعيْنَ لَ ْيلَةَ ُصدَّقَهُ لَ ْم ت ُ ْقبَ ْل لَه َ سأَلَهُ َع ْن
َ َش ْىءٍ ف َ ََع َّرافًا ف
Dari Shafiyah dari sebagian isteri Nabi SAW dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Barangsiapa
yang datang kepada tukang ramal, lalu menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima
shalatnya selama empat puluh malam". [HR. Muslim]
هللا ا ُ ُمو ْوو ًرا ُكنَّووا ُ يَووا َر: ُ قُ ْلووت،ي ِ قَووا َل
ِ سو ْوو َل ُّ ون اْل َح َكو ِوم ال
ّ س ولَ ِم ِ ون ُمعَا ِويَ وةَ ْبو ْ َعو
، قَوا َل. َ فَوالَ تَوأْتُوا اْل ُك َّهوان: قَوا َل، َ ُكنَّوا نَوأ ْ ِتى اْل ُك َّهوان.صونَعُ َها ِفوى اْل َجا ِه ِليَّو ِة ْ َن
ُ َ فَوالَ ي،ش ْى ٌء يَ ِجودُهُ ا َ َحودُ ُك ْم فِوى نَ ْفسِو ِه
.صودَّنَّ ُك ْم َ َ ذَا: قَا َل.عي َُّر َ َ ُكنَّا نَت: ُقُ ْلت
مسلم
Dari Mu'awiyah bin Hakam As-Sulamiy, ia berkata : Aku berkata, "Ya Rasulullah, ada beberapa
hal yang biasa kami lakukan pada masa jahiliyah dahulu, yaitu kami biasa datang kepada
dukun". Rasulullah SAW bersabda, "Jangan lagi kamu datang kepada dukun". Mu'awiyah
berkata lagi : Aku berkata, "Kami juga biasa menganggap tanda-tanda kesialan". Rasulullah
SAW bersabda, "Itu sesuatu yang tidak disukai oleh seseorang diantaramu pada dirinya, maka
hal itu jangan sampai menghalangi kamu". [HR. Muslim]
س ْوو ُل ُ فَقَوا َل لَ ُهو ْم َر،وان ِ س ْو َل هللاِ ص َع ِن اْل ُك َّه ُ َاس َر ٌ يَ ْسأ َ ُل اُن:ُشة َ ِت َعائْ َقَال
ش ْى َء َّ فَ ِانَّ ُه ْم يُ َح ِدّث ُ ْونَ ا َ ْحيَانًا ال،هللا
ِ س ْو َل ُ يَا َر: قَالُ ْوا. ٍش ْىء َ س ْوا ِب ُ لَ ْي:هللا ص
ِ
.ي ُّ لج ِنّو ِ ْعفُ َهوا ا
َ ون يَ ْخِّ لج ِ ْوك ْال َك ِل َموةُ ِمونَ ا َ تِ ْل:س ْوو ُل هللاِ ص ُ قَوا َل َر.يَ ُك ْو ُن َحقُّا
.ٍون ِمائَو ِة َك ْذبَوة ُ فَيَ ْخ ِل،َفَيَقُ ُّرهَا فِى اُذُ ِن َو ِل ِيّ ِه قَ َّر الدَّ َجا َجوة
ْ ع ْوونَ فِ ْي َهوا ا َ ْكث َ َور ِم
مسلم
'Aisyah berkata : Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang dukun. Maka
Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, "Mereka tidak bisa apa-apa". Orang-orang
menyahut, "Tetapi mereka itu kadang-kadang menceritakan sesuatu yang benar-benar terjadi".
Rasulullah SAW bersabda, "Kalimat itu adalah dari Jin yang ia menyambarnya lalu
diperdengarkan ke telinga pembantunya (dukun) seperti suara ayam lalu mereka
mencampurinya dengan lebih dari seratus kedustaan". [HR. Muslim].
َو يُ ْع ِجبُنِوى.َ الَ َع ْد َوى َو الَ ِطيَ َورة:ي ِ ص قَا َل ّ َِع ْن اَن َِس ب ِْن َما ِلكٍ َع ِن النَّب
َّ ُ اْل َك ِل َمة: َو َما اْلفَأْلُ؟ قَا َل: قِ ْي َل، قَا َل.ُاْلفَأْل
مسلم.ُالع ِيّبَة
Dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW beliau bersabda, "Tidak ada istilah menular dan tidak ada
tanda-tanda kesialan. Tetapi menyenangkan kepadaku Al-fa'lu". Anas berkata : Lalu
ditanyakan, "Apakah itu al-fa'lu ?" Beliau menjawab, "Kalimat yang baik". [HR. Muslim]
. الَ َعو ْد َوى َو الَ ِطيَو َورة َ َو الَ َغو ْوو َل:هللا ص ُ قَووا َل َر:ون َجووا ِب ٍر قَووا َل
ِ سو ْوو ُل ْ َعو
مسلم
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada istilah menular, tidak ada tanda-
tanda kesialan dan tidak ada hantu". [HR. Muslim]
Dari hadits diatas menunjukkan bahwa sihir, dukun, tukang ramal, percaya hantu, jimat, mantra-
mantra dan kepercayaan-kepercayan syirik lainnya adalah dilarang agama. Sedangkan dukun
atau tukang ramal itu mengaku mengetahui yang ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang
akan datang. Mereka itu hanyalah membuat kebohongan belaka. Padahal tidak ada yang
mengetahui yang ghaib kecuali Allah SWT semata, sebagaimana firman-Nya :
َ ض ْالغَ ْيو
َ َو َمووا يَ ْشوعُ ُر ْون،ُوب اِالَّ هللا ِ ت َو اْالَ ْر
ِ سوومو
ّ ون فِووى ال ْ قُو
ْ ول الَ يَ ْعلَو ُم َمو
65: النمل. َاَيَّانَ يُ ْبعَث ُ ْون
Katakanlah, "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib
kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan. [QS. An-Naml :
65]
َو، َو يَ ْعلَو ُم َموا فِوى اْلبَ ّور َو اْلبَ ْح ِور،ب الَ يَ ْعلَ ُم َها اِالَّ ُه َوو
ِ َو ِع ْندَه َمفَاتِ ُح اْلغَ ِي
ب
ٍ طوْ ض َو الَ َر ِ ظلُمو
ِ ت اْالَ ْر ُ ط ِم ْن َو َرقَ ٍة اِالَّ يَ ْعلَ ُم َها َو الَ َحبَّ ٍة ِفو ْي ُ َُما ت َ ْسق
59: االنعام.ب ُّمبِي ٍْن ٍ َّو الَ يَابِ ٍس اِالَّ فِ ْي ِكت
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali
Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz). [QS. Al-An'aam : 59]
[Bersambung]
يَوا: فَقُ ْلنَوا، ُكنَّوا ن َْرقِوى فِوى اْل َجا ِه ِليَّو ِة:ي ِ قَوا َلّ ْون َما ِلوكٍ اْالَ ْشو َج ِع
ِ فب ِ َع ْن َع ْوو
سَ ْ الَ بَوأ.ي ُرقَوا ُك ْم َّ َ ْووا َعلَو
ُ اِع ِْر:وك؟ فَقَوا َل َ ْْ ت َ َرى فِوى ذ ِل َ َكي،هللا
ِ س ْو َل ُ َر
مسلم. ٌ الرقَى َما لَ ْم يَ ُك ْن ِف ْي ِه ِش ْرُّ ِب
Dari ‘Auf bin Malik Al-Asyja’iy ia berkata, “Dahulu kami biasa melakukan jampi-jampi di masa
Jahiliyah, lalu kami bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang yang
demikian itu ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Perlihatkanlah dulu kepadaku bagaimana jampi-
jampi kalian. Tidak mengapa menjampi selama tidak mengandung syirik”. [HR. Muslim 4:1727]
هللا ص َكوانُ ْوا ِفوى ِ س ْوو ِل ُ ل َر ِ صو َحا ْ َ ون اْ سا ِم ً ي ِ ا َ َّن نَاّ س ِع ْي ِد اْل ُخ ْد ِر
َ َع ْن ا َ ِبى
فَقَوالُ ْوا.ضو ْيفُ ْو ُه ْم ِ ُضوافُ ْو ُه ْم فَلَو ْم يَ َ ل فَا ْست ِ اء اْلعَ َور ِ َي ٍ ِم ْن ا َ ْحي
ّ سفَ ٍر فَ َم ُّر ْوا بِ َح َ
: فَقَوا َل َر ُجو ٌل ِمو ْن ُه ْم.وال ٌ ص َ ي ِ لَو ِد ْي ٌغ ا َ ْو ُم ّ س ِيّدَ اْل َحو َ ق؟ فَا َِّن ٍ ه َْل فِ ْي ُك ْم َرا:لَ ُه ْم
،ون غَون ٍَم ْ ي قَ ِع ْيعًوا ِمَ ْع ِ فَواُع،ُالر ُجول َّ َ ل فَبَ َورأ ِ فَاَتَاهُ فَ َرقَاهُ ِبفَا ِت َحو ِة اْل ِكتَوا،نَعَ ْم
ي ص فَوذَ َك َر َّ ي ِ ص فَواَتَى النَّبِو َ َحتَّى ا َ ْذ ُك َر ذ ِل:فَاَبَى ا َ ْن يَ ْقبَلَ َها َو قَا َل
ّ وك ِللنَّبِو
س َوم َو ِ َو هللاِ َما َرقَ ْيتُ اِالَّ ِبفَاتِ َح ِة اْل ِكتَا،ِس ْو َل هللا
َّ َ فَتَب.ل ُ يَا َر: فَقَا َل.ُذ ِل َك لَه
َ َو َمووا ا َ ْد َرا َ اَنَّ َهوا ُر ْقيَووةٌ؟ ث ُو َّم قَوا َل ُخوذُ ْوا ِمو ْن ُه ْم َو اَ ِْوربُ ْوا ِلووى ِب:قَوا َل
سو ْه ٍم
َ َو يَتْفُ ُل فَبَ َورأ،ُ َو يَ ْج َم ُع بُزَ اقَه،آن ِ فَ َجعَ َل يَ ْق َرأ ُ ا ُ َّم اْلقُ ْر: و فى رواية.َمعَ ُك ْم
مسلم.ُالر ُجل َّ
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy bahwasanya beberapa orang diantara shahabat Rasulullah SAW
sedang dalam perjalanan (musafir) lalu mereka melewati suatu kampung dari kampung-
kampung Arab. Mereka berharap bisa menjadi tamu di kampung tersebut, tetapi penduduk
kampung itu tidak mau menerimanya. Lalu penduduk kampung tersebut bertanya kepada
mereka, “Apakah diantara kalian ada orang yang bisa menjampi ?”. Karena kepala kampung di
sini baru terkena sengatan. Seorang dari rombongan sahabat itu menjawab, “Ya, ada”. Lalu
shahabat tersebut datang kepada kepala kampung tersebut dan menjampinya dengan Surat Al-
Fatihah. Ternyata kepala kampung itu sembuh, lalu shahabat tersebut diberi upah beberapa
ekor kambing. Tetapi shahabat yang menjampinya itu tidak mau mengambilnya dan berkata,
“Saya akan menyam-paikannya dulu kepada Nabi SAW”. Kemudian dia datang kepada Nabi
SAW dan menceritakan hal tersebut kepada beliau. Ia berkata, “Ya Rasulullah, demi Allah saya
tidak menjampi kecuali dengan membacakan surat Al-Fatihah”. Maka Nabi SAW tersenyum dan
bersabda, “Darimana kau tahu bahwa surat Al-Fatihah itu bisa untuk menjampi ?”. Lalu beliau
bersabda, “Ambillah (kambing-kambing itu) dari mereka dan ikutkan saya dalam pembagian
kalian”. Dan dalam riwayat lain disebutkan, shahabat itu membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah)
dan mengumpulkan ludahnya lalu meludahkannya, maka sembuhlah kepala kampung itu. [HR.
Muslim 4:1727, Bukhari dan Ibnu Hibban. Dan di dalam Ibnu Hiibban diterangkan bahwa
kambing tersebut 30 ekor]
َ اِ َّن:وت
َسو ِيّد ْ َ نَزَ ْلنَوا َم ْن ِوزالً فَاَتَتْنَوا ْام َورأَة ٌ فَقَال:ي ِ قَوا َل ّ سو ِع ْي ِد اْل ُخو ْد ِر
َ َع ْن اَبِوى
ُظنُّوه ُ َ َموا ُكنَّوا ن.ام َمعَ َهوا َر ُجو ٌل ِمنَّوا َ َق؟ فَق ٍ فَ َه ْل فِ ْي ُك ْم ِم ْن َرا.غ َ س ِل ْي ٌم لُ ِد
َ ِي ّ اْل َح
س وقَ ْونَا لَبَنًووا
َ َو،ع ْوهُ َغنَ ًمووا َ ل فَبَو َورأ َ فَ وا َ ْع ِ فَ َرقَوواهُ ِبفَا ِت َح و ِة اْل ِكتَووا.ًون ُر ْقيَ وة ُ يُ ْح ِسو
: ُ فَقُ ْلوت، قَا َل.ل ِ َما َرقَ ْيتُهُ اِالَّ بِفَاتِ َح ِة اْل ِكتَا:ِن ُر ْقيَةً؟ فَقَا َل ُ ت ت ُ ْحس َ ا َ ُك ْن:فَقُ ْلنَا
: فَقَا َل،ُي ص فَذَ َك ْرنَا ذ ِل َك لَه ْ
َّ ي ص فَاَت َ ْينَا النَّ ِب َّ ي النَّ ِب َ ِالَ ت ُ َح ِ ّر ُك ْوهَا َحتَّى نَأت
مسلم.س ْه ٍم َمعَ ُك ْم َ َما َكانَ يَ ْد ِر ْي ِه اَنَّ َها ُر ْقيَةٌ؟ اِ ْق ِس ُم ْوا َو اَ ِْربُ ْوا ِلى ِب
Dari Abu Sa’id Al-Kudriy, ia berkata, “Kami sedang beristirahat di suatu tempat, tiba-tiba
seorang wanita datang kepada kami dan berkata, “Sesungguhnya kepala kampung kami
tersengat kalajengking. Apakah diantara kalian ada yang bisa menjampi ?”. Maka seseorang
diantara kami berdiri lalu pergi bersama wanita itu. Kami tidak menduga sebelumnya, bahwa
teman kami itu pandai menjampi. Lalu dia menjampi kepala kampung itu dengan membaca
surat Al-Fatihah, maka sembuh. Lalu orang-orang kampung memberinya kambing dan memberi
kami minum susu. Kami bertanya kepada teman kami, “Apakah engkau memang pandai
menjampi ?”. Dia menjawab, “Aku hanya menjampinya dengan surat Al-Fatihah”. Aku (Abu
Sa’id) berkata, “Jangan kalian apa-apakan dulu kambing itu sebelum kita datang melapor
kepada Nabi SAW”. Kemudian kami datang kepada Nabi SAW dan menuturkan hal itu kepada
beliau. Mendengar penuturan kami beliau bersabda, “Bukankah tidak ada yang memberitahu,
bahwa surat Al-Fatihah itu bisa untuk menjampi ? Bagilah kambing-kambing itu dan berilah aku
bagian bersamamu”. [HR. Muslim 4:1728]
ي ص فِوى ُّ َِص النَّب َ ا َ ْرخ:ُس ِم َع َجابِ َر بْنَ َع ْب ِد هللاِ يَقُ ْول ُّ َع ْن اَبِى
َ ُالزبَي ِْر اَنَّه
ِس ِوم ْعتُ َجوا ِب َر بْونَ َعبْو ِد هللا َ َو:الزبَي ِْور ُّ قَوا َل اَبُوو،ُر ْقيَ ِة اْل َحيَّ ِة ِلبَنِوى َع ْم ٍورو
هللا ص فَقَوا َل ِ س ْوو ِل ُ س َمو َع َر ٌ ل َو ن َْح ُن ُجلُ ْوو ٌ َت َر ُجالً ِمنَّا َع ْق َر ْ لَدَغ:ُيَقُ ْول
ُع ِم و ْن ُك ْم ا َ ْن يَ ْنفَ و َع ا َ َخوواه
َ عاَ َ ون ا ْس وت
ِ َمو: ا َ ْرقِووى؟ قَووا َل،ِسو ْوو َل هللا
ُ يَووا َر:َر ُج و ٌل
مسلم.فَ ْليَ ْفعَ ْل
Dari Abuz Zubair bahwasanya ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Nabi SAW memberi
idzin untuk menjampi ular kepada Bani ‘Amr”. Abuz Zubair berkata, “Aku mendengar Jabir bin
Abdullah berkata, “Seseorang diantara kami tersengat kalajengking. Ketika itu kami sedang
duduk bersama Rasulullah SAW. Lalu ada orang bertanya, “Ya Rasulullah, bolehkah aku
menjampinya ?” Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa diantara kalian sanggup menolong
saudaranya (kawannya), hendaklah dia lakukan”. [HR. Muslim 4:1726]
الرقَى فَ َجا َء آ ُل َع ْم ِرو ب ِْن َح ْوز ٍم ُّ هللا ص َع ِن ِ س ْو ُل ُ نَ َهى َر:َع ْن َجا ِب ٍر قَا َل
َوت ِع ْنودَنَا ُر ْقيَوةٌ ن َْرقِوى ُ يَوا َر:س ْو ِل هللاِ ص فَقَوالُ ْوا
ْ اِنَّوهُ َكان،ِس ْوو َل هللا ُ اِلَى َر
: فَقَوا َل.َ ْووهَا َعلَيْو ِه
ُ فَعَ َر: قَوا َل.الرقَوى ُّ ون ِ ْت َع َ ل َو اِنَّ َك نَ َهيِ بِ َها ِمنَ اْلعَ ْق َر
مسلم.ُع ِم ْن ُك ْم ا َ ْن يَ ْنفَ َع اَخَاهُ فَ ْليَ ْنفَ ْعه
َ عا َ َ سا َم ِن ا ْستً ْ َما ا َ َرى بَأ
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW melarang jampi-jampi. Lalu datanglah keluarga ‘Amr bin
Hazm kepada Rasulullah SAW. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, kami mempunyai mantra yang
bisa untuk menjampi sengatan kalajengking. Sedangkan engkau melarang jampi-jampi”. Lalu
mereka memperlihatkan jampi-jampi mereka kepada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW
bersabda, “Aku kira tidak apa-apa. Barangsiapa diantara kalian bisa menolong saudaranya,
hendaklah dia lakukan”. [HR. Muslim 4:1726]
Keterangan :
Dari hadits-hadits diatas bisa dipahami bahwa ruqyah (jampi-jampi) yang tidak mengandung
syirik itu tidak dilarang. Menurut riwayat Bukhari Nabi SAW biasa melakukan ruqyah ketika akan
tidur, yaitu melaksanakan suwuk (menghembus pada kedua tapak tangan yang disatukan dan
membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Naas, lalu mengusapkan ke seluruh badan
semaksimalnya). Dan ketika Nabi SAW menjenguk orang sakit, beliau juga melakukan ruqyah
dengan membaca doa bagi orang sakit.
ّ ِ ُع ْو ُن آيَة
الر ْج ِوز ا ْبتَلَوى َّ َ ا:س ْو ُل هللاِ ص
ُ لعا ُ قَا َل َر:سا َمةَ ب ِْن زَ ْي ٍد قَا َل َ ُ َع ْن ا
َو اِذَا.س ِم ْعت ُ ْم ِب ِه فَوالَ تَو ْد ُخلُ ْوا َعلَيْو ِه
َ فَ ِاذَا.سا ِم ْن ِعبَا ِد ِه
ً هللاُ َع َّز َو َج َّل ِب ِه نَا
مسلم.ُض َو ا َ ْنت ُ ْم بِ َها فَالَ ت َ ِف ُّر ْوا ِم ْنه
ٍ َوقَ َع بِا َ ْر
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata : Rasulullah SAW besabda, “Penyakit tha’un (lepra) adalah
tandanya hukuman (siksa). Dengan penyakit tersebut Allah Azza wa Jalla menguji manusia dari
hamba-hamba-Nya. Maka apabila kalian mendengar penyakit tersebut menimpa (suatu
daerah), janganlah kalian masuk ke daerah itu. Dan apabila menimpa suatu daerah sedangkan
(pada waktu itu) kamu berada padanya, maka janganlah kalian lari darinya”. [HR. Muslim
4:1738]
وام َحتَّوى اِذَا ِ ش َّ َور َج اِلَوى ال َ لخ ِ َعا َّ ع َم َر بْنَ اْلخ ُ ا َ َّن،َّاس ٍ هللا ب ِْن َعب ِ َع ْن َع ْب ِد
ُ فَوا َ ْخبَ َره.ُصو َحابُه ْ َ اح َو ا ِ ْون اْل َجو َّر ُ عبَ ْيدَة َ ب ُ س ْرغٍ لَ ِقيَهُ ا َ ْه ُل اْالَ ْجنَا ِد اَبُ ْو َ َكانَ ِب
وويَ ع ِلو ُ ا ُ ْد:وور ُ ع َمو ُ فَقَوووا َل:وواس ٍ وون َعبَّو ُ قَوووا َل ا ْبو.ووام ِ شو َّ ا َ َّن اْ َلوبَوووا َء قَووو ْد َوقَووو َع ِبال
َار ُه ْم َو ا َ ْخبَ َر ُه ْم ا َ َّن اْ َلوبَا َء قَو ْد َوقَو َع َ فَا ْستَش، فَدَ َع ْوت ُ ُه ْم. َاج ِريْنَ اْالَ َّو ِليْن ِ اْل ُم َه
وت ِالَ ْم ٍور َو الَ ن ََورى ا َ ْن ت َ ْر ِجو َع َ قَو ْد خ ََر ْج:ضو ُه ْم ُ فَقَوا َل بَ ْع،اخت َلَفُ ْوا ْ َ ف.ش ِام َّ ِبال
َ َو ال.هللا ص ِ س ْوو ِل ُ ال َر ُ صو َح ْ َ واس َو ا ِ َّ َمعَ َك بَ ِقيَّةُ الن:ض ُه ْم ُ َو قَا َل بَ ْع.َُع ْنه
وي َ ع ِل ُ ا ُ ْد: ثُو َّم قَوا َل. اِ ْرت َ ِفعُ ْووا َع ِنّوى: فَقَوا َل.اء ِ َن ََرى ا َ ْن ت ُ ْق ِد َم ُه ْم َعلَى هذَا اْ َلوب
اختَلَفُ ْووا ْ َو، َواج ِريْن ِ سو ِب ْي َل اْل ُم َه َ سلَ ُك ْوا َ ََار ُه ْم فَ فَا ْستَش.ُار فَدَ َع ْوت ُ ُه ْم لَه َ ص َ اْالَ ْن
ون ْ ون َكووانَ ه ُهنَووا ِمو ْ ع ِلووى َمو ُ ا ُ ْد: ث ُو َّم قَووا َل. اِ ْرت َ ِفعُو ْووا َع ِنّووى: فَقَووا َل.واختِالَفِ ِه ْم ْ َكو
.وْ َعلَيْو ِه َر ُجوالَ ِن ْ فَودَ َع ْوت ُ ُه ْم فَلَو ْم يَ ْخت َ ِل.ح ِ ْواج َر ِة اْلفَوت
ِ ون َم َه ْ َم ْشيَ َخ ِة قُ َري ٍْش ِم
ع َم ُور ُ فَنَوادَى.واء ِ َاس َو الَ ت ُ ْقد ِْم ُه ْم َعلَى هوذَا اْ َلوب ِ َّفَقَالُ ْوا ن ََرى ا َ ْن ت َ ْر ِج َع بِالن
ْون ُ عبَيْودَة َ ب ُ فَقَوا َل اَبُ ْوو.صو ِب ُح ْوا َعلَيْو ِه ْ َ ظ ْه ٍور فَا َ ص ِب ٌح َعلَى ْ اِ ِنّى ُم.اس ِ َّفِى الن
.َ عبَيْودَة ُ لَ ْو َغي ُْور َ قَالَ َهوا يَوا اَبَوا:ع َم ُر ُ هللا؟ فَقَا َل ِ ارا ِم ْن قَدَ ِر ً أ َ ِف َر:اح ِ اْل َج َّر
ْوت َ أ َ َراَي.ِ نَ ِف ُّر ِم ْن قَودَ ِر هللاِ اِلَوى قَودَ ِر هللا، نَعَ ْم.)ُع َم ُر يَ ْك َرهُ ِخالَفَه ُ َ(و َكان َ
صوبَةٌ َو اْالُ ْخ َورى ْ ان اِ ْحودَا ُه َما َخ ِ َ عو ْد َوت ُ ُت َوا ِديًوا لَوه َ ع ْ ََت لَ َك اِ ِب ٌل فَ َهب ْ لَ ْو َكان
َْوت اْل َج ْدبَوة َ َو اِ ْن َر َعي،هللا ِ صبَةَ َر َع ْيت َ َهوا ِبقَودَ ِر ْ ْت اْل َخ َ ْس اِ ْن َر َعي َ َج ْدبَةٌ أ َ لَي
َو َكوانَ ُمتَغَ ِيّبًوا فِوى، ٍْون َع ْووف ُ من ب ِ الور ْح َّ َُر َع ْيت َ َها بِقَدَ ِر هللاِ؟ قَا َل فَ َجا َء َع ْبد
سو ْوو َل هللاِ ص ُ س ِوم ْعتُ َر َ .ون هوذَا ِع ْل ًمووا ْ اِ َّن ِع ْنودِى ِمو: فَقَووا َل،وض َحا َجتِو ِه ِ بَ ْع
ض َو ا َ ْنوت ُ ْم ٍ َو اِذَا َوقَو َع ِبوا َ ْر.ض فَوالَ ت َ ْقودَ ُم ْوا َعلَيْو ِه َ اِذَا:ُيَقُ ْول
ٍ س ِم ْعت ُ ْم ِب ِه ِبا َ ْر
ل ثُوو َّم ِ َعووا َّ ْوون اْلخ ُ وور ب ُ ع َمُ َ فَ َح ِموودَ هللا: قَووا َل.ُارا ِم ْنووه َ ِبِ َهووا فَووالَ ت َ ْخ ُر ُج ْوووا ف
ً وور
مسلم.ف َ ص َر َ ا ْن
Dari Abdullah bin Abbas, bahwasanya Umar bin Khaththab pergi ke negeri Syam. Ketika Umar
sampai di kota Saragh (kota di pinggiran Syam dari arah Hijaz), dia ditemui oleh pimpinan-
pimpinan beberapa kota di Syam, yaitu Ubaidah bin Jarrah dan shahabat-shahabatnya.
Mereka memberitahu Umar bahwa wabah sedang berjangkit di negeri Syam. Ibnu Abbas
berkata, “Umar lalu berkata, “Panggilkan untukku orang-orang Muhajirin yang pertama”. Lalu
aku panggilkan mereka. Kemudian Umar bermusyawarah dengan mereka dan memberitahu
mereka bahwa wabah telah berjangkit di negeri Syam. Lalu mereka berbeda pendapat.
Sebagian mereka berkata, “Sungguh engkau keluar untuk suatu urusan yang penting, maka
kami tidak setuju kalau kamu kembali”. Dan sebagian mereka berkata, “Engkau diikuti oleh
orang banyak dan shahabat-shahabat Rasulullah SAW, maka kami tidak setuju kalau kamu
membawa mereka itu menuju ke wabah ini”. Lalu Umar berkata, “Tinggalkanlah aku”. Kemudian
dia berkata, “Panggilkan untukku orang-orang Anshar”. (Ibnu Abbas) berkata, “Lalu aku
panggilkan mereka. Kemudian Umar bermusyawarah dengan mereka. Dan ternyata orang-
orang Anshar itupun sama seperti orang-orang Muhajirin tadi, yaitu orang-orang Anshar itu
berbeda pendapat seperti orang-orang Muhajirin”. Maka Umar berkata, “Tinggalkanlah aku !”.
Kemudian Umar berkata, “Panggilkan untukku sesepuh-sesepuh Quraisy yang hijrah pada
waktu Fathu Mekkah (orang-orang yang masuk Islam sebelum Fathu Makkah) !” Maka aku
panggilkan mereka itu. Dan ternyata mereka itu satu pendapat, tidak terjadi perbedaan
pendapat diantara dua orang. Mereka berkata : “Kami berpendapat, bahwasanya engkau harus
kembali membawa orang-orang ini dan jangan engkau membawa mereka datang ke wabah itu”.
Kemudian Umar menyeru kepada orang banyak, “Sesungguhnya aku bersiap-siap naik
kendaraan untuk pulang, maka bersiap-siaplah kalian !”. Maka Abu Ubaidah bin Jarrah berkata,
“Apakah akan lari dari taqdir Allah ?”. Umar menjawab, “Seandainya bukan kamu yang
mengatakan begitu hai Abu Ubaidah, (saya tidak heran)”. Dan Umar tidak suka berselisih
dengannya. (Umar berkata ), “Ya, kita lari dari taqdir Allah menuju kepada taqdir Allah yang lain.
Bagaimana pendapatmu, kalau kamu mempunyai onta yang kamu bawa turun ke suatu lembah
yang mempunyai dua sisi, yang satu subur dan yang satunya lagi tandus. Bukankah jika kamu
menggembalakannya pada sisi yang subur itu berarti kamu menggembalakannya dengan taqdir
Allah ? Dan jika kamu menggembalakannya pada sisi yang tandus itupun berarti kamu
menggembala-kannya dengan taqdir Allah ?”. Kemudian Abdurrahman bin Auf datang dari
sesuatu keperluannya. Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya saya mempunyai ilmu tentang hal
ini. Saya pernah mendengar Raulullah SAW bersabda, “Apabila kalian mendengar di suatu
daerah (terjangkit wabah), maka janganlah kalian masuk ke daerah itu. Dan apabila wabah itu
berjangkit di suatu daerah sedang kamu berada padanya, maka janganlah kalian keluar
melarikan diri dari daerah tersebut”. (Ibnu Abbas) berkata, “Lalu Umar bin Khaththab memuji
Allah, kemudian meninggalkan tempat itu”. [HR. Muslim : IV : 1740]
~oO[ A ]Oo~
Firman Allah :
َظنَ فُ ُر ْو َج ُه َّن َو الَ يُبْو ِديْن ْ َار ِه َّن َو يَ ْحفِ ص َ ضضْنَ ِم ْن ا َ ْب ُ ت يَ ْغ ِ َو قُ ْل لّ ْل ُمؤْ ِمن
َظ َه َر ِم ْن َها َو ْليَض ِْربْنَ ِب ُخ ُم ِر ِه َّن َعلى ُجيُ ْو ِب ِه َّن َو الَ يُبْو ِديْن َ ِز ْينَت َ ُه َّن اِالَّ َما
ِ ِز ْينَووت َ ُه َّن اِالَّ ِلبُعُ ْووولَتِ ِه َّن ا َ ْو ابووآئِ ِه َّن ا َ ْو
ِ ابووآء بُعُ ْووولَتِ ِه َّن ا َ ْو ا َ ْبنَووآئِ ِه َّن ا َ ْو ا َ ْبن
َووآء
بُعُ ْولَتِ ِه َّن ا َ ْو اِ ْخ َوانِ ِه َّن ا َ ْو ِبنِى اِ ْخ َوانِ ِه َّن ا َ ْو بَنِى اَخ ََواتِ ِه َّن ا َ ْو نِسآئِ ِه َّن ا َ ْو َما
ّ الر َجا ِل ا َ ِو
َالع ْف ِل الَّ ِذيْن ّ َت ا َ ْي َمانُ ُه َّن ا َ ِو التَّا ِب ِعيْنَ َغي ِْر ُاو ِلى اْ ِال ْربَ ِة ِمن ْ َملَ َك
َ َو الَ يَض ِْربْنَ ِبا َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما يُ ْخ ِفويْن،آء ِ س َ ّت النِ ظ َه ُر ْوا َعلى َع ْو َر ْ َلَ ْم ي
. َهللا َج ِم ْيعًووا اَيُّووهَ ْال ُمؤْ ِمنُ ْووونَ لَعَلَّ ُكوو ْم ت ُ ْف ِل ُح ْووون
ِ َو ت ُ ْوبُ ْوووا اِلَووى،وون ِز ْينَووتِ ِه َّن ْ ِم
31:النور
Katakanlah kepada wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-
anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [QS. An-Nuur : 31]
ْ ون ن
َظ ِور اْلفَ ْجوأَةِ فَوا َ َم َرنِى ْ هللا ص َع ُ سوأ َ ْلتُ َر
ِ س ْوو َل ِ قَا َل َج ِري ُْر ب ُْن َع ْب ِد
َ :هللا
مسلم.ص ِرى َ َف ب َ ص ِر ْ َ ا َ ْن ا
Jarir bin Abdullah berkata : Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang melihat
(wanita) dengan tidak sengaja, maka sabdanya, “Palingkanlah pandanganmu”. [HR. Muslim]
ابوو.َوك الثَّانِيَوة
َ َوت ل
ْ س ْ َّظ َرة َ الن
َ ظ َرة َ فَا َِّن لَ َك اْالُ ْولَى َو لَ ْي ْ َّ الَ تُتْ ِبع الن،ي
ُّ يَا َع ِل
ِ
داود
Hai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita) dengan satu pandangan,
karena yang pertama itu tidak menjadi kesalahan, tetapi tidak yang kedua. [HR. Abu Dawud]
ْ َوْ َع
ون ٍ ي ص َكانَ قَا ِعدًا فِوى َم َك
َ وان فِيْو ِه َموا ٌء فَ َكش َّ سى ا َ َّن النَّ ِب
َ قَا َل اَبُ ْو ُم ْو
البخارى.َعاهَا َّ ان غ
ُ عثْ َم ُ فَلَ َّما دَ َخ َل،ُر ْكبَ ِت ِه
Abu Musa berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW pernah duduk di suatu tempat yang didekatnya
ada air dengan membuka lututnya, maka tatkala Usman datang, ia menutupnya”. [HR. Bukhari]
Keterangan :
Dari hadits-hadits diatas bisa dipahami bahwa aurat bagi laki-laki itu adalah apa yang diantara
pusar dan lutut.
ِ َو الَ يُ ْبووو ِديْنَ ِز ْينَوووت َ ُه َّن اِالَّ ِلبُعُو ْووولَتِ ِه َّن ا َ ْو ابوووآئِ ِه َّن ا َ ْو ابو....
ووآء بُعُو ْووولَتِ ِه َّن ا َ ْو
َآء بُعُ ْولَ ِت ِه َّن ا َ ْو اِ ْخ َوا ِن ِه َّن ا َ ْو ِب ِنى اِ ْخ َوا ِن ِه َّن ا َ ْو بَ ِنوى اَخ ََووا ِت ِه َّن
ِ ا َ ْبنَآ ِئ ِه َّن ا َ ْو ا َ ْبن
َْوور ُاو ِلووى اْ ِال ْربَوو ِة ِموون
ِ ووت ا َ ْي َمووانُ ُه َّن ا َ ِو التَّووا ِب ِعيْنَ َغيْ ا َ ْو نِسووآئِ ِه َّن ا َ ْو َمووا َملَ َك
31: النور.آء ِ سَ ّت الن ِ ظ َه ُر ْوا َعلى َع ْو َر ْ َالع ْف ِل الَّ ِذيْنَ لَ ْم ي
ّ الر َجا ِل ا َ ِو ّ
..... janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita..... . [QS. An-Nuur
: 31]
َاط َموة ِ َاط َموةَ ِبعَ ْبو ٍد قَو ْد َو َهبَوهُ لَ َهووا َو َعلَووى ف
ِ َي ص اَتَووى ف َّ اِ َّن النَّ ِبو:وس
ٌ قَووا َل اَنَو
ت ِب ِه ِر ْجلَ ْي َها لَو ْم يَ ْبلُ ْوغ َّ س َها لَ ْم يَ ْبلُ ْغ ِر ْجلَ ْي َها َو اِذَا غ
ْ َع َ ْت ِب ِه َرأ ْ َل اِذَا قَنَّعٌ ث َ ْو
س اِنَّ َموا ُه َوو ٌ ْ ْوك بَوأ
ِ ْس َعلَي َ اِنَّوهُ لَوي:ي ص َما ت َ ْلقَى قَا َل ُّ فَلَ َّما َرأَى النَّ ِب.س َها َ َْرأ
ابو داود.غالَ ُم ِك ُ ا َبُ ْو ِ َو
Anas berkata : Bahwasanya Nabi SAW pernah memberi kepada Fathimah seorang hamba laki-
laki, sedang Fathimah berpakaian yang apabila ia tutup kepalanya, terbuka kakinya, dan
apabila ia tutup kakinya terbuka kepalanya. Tatkala melihat keadaan itu, Nabi SAW bersabda,
“Tidak mengapa bagimu, karena dia itu seperti halnya bapakmu dan anak laki-lakimu”. [HR.
Abu Dawud]
ٍ ض اِالَّ ِب ِخ َم و
.ار َ ُ الَ يَ ْقبَ و ُل هللا:ي ص قَووا َل
ٍ ِص والَة َ َحووائ َّ ش وةَ ا َ َّن النَّ ِب و ْ َعو
َ ِون َعائ
الخمسة اال النسائى
Dari ‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Allah tidak akan menerima shalat wanita yang
sudah baligh melainkan dengan kudung kepala”. [HR. Abu Dawud]
ِ اريَو ٍة بَلَغَو
ت َ ٍالَ يَ ْقبَ ُل هللاُ ِم ِن ْام َرأَة
َ صالَة ً َحتَّى ت ُ َوو ِار
ِ ي ِز ْينَت َ َهوا َو الَ ِمو ْن َج
العبرانى.ْض َحتَّى ت َ ْخت َ ِم َر َ اْل َحي
Allah tidak akan menerima shalat dari seorang wanita hingga ia menutup
perhiasannya, dan tidak (diterima shalat) dari seorang wanita yang sudah baligh hingga ia
memakai kerudung. [HR. Ath-Thabrani]
اِ َّن ِشوب ًْرا: َ فَقُ ْلون. اِ ْجعَ ْلنَهُ ِشوب ًْرا:سأ َ ْلنَهُ َع ِن الذَّ ْي ِل فَقَا َل
َ يِ ص ّ سا َء النَّ ِب
َ اِ َّن ِن
احمد.عا ً اِ ْجعَ ْلنَهُ ذ َِرا: فَقَا َل.ٍالَ يَ ْست ُ ُر ِم ْن َع ْو َرة
Sesungguhnya isteri-isteri Nabi SAW pernah bertanya kepada beliau tentang pinggir kain, maka
Rasulullah menjawab, “Panjangkanlah sejengkal”. Mereka berkata, “Sejengkal tidak dapat
menutup aurat”. Maka sabda beliau, “Jadikanlah sehasta”. [HR. Ahmad]
ٍ ص ِلّى اْل َم ْورأَة ُ فِوى د ِْرعٍ َو ِخ َم
َ وار َو لَوي
ْس َ ُ ا َ ت:ي ص ِ َسأَل
َّ ِت النَّب َ اِ َّن ا ُ َّم
َ َسلَ َمة
ابو داود.ظ ُه ْو َر قَدَ َم ْي َها ّ ِ سا ِبغًا يُغ
ُ َعى َ ع ْ اِذَا َكان:ار؟ قَا َل
ُ َت الدّ ِْر ٌ ََعلَ ْي َها اِز
Sesungguhnya Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bolehkah wanita
shalat dengan memakai baju panjang dan kerudung, tetapi tidak memakai kain panjang ?”
Maka sabda beliau, “Boleh kalau baju itu panjang hingga menutup luar kedua tapak kakinya”.
[HR. Abu Dawud]
ي ِ ص َو َعلَ ْي َهوا ّ وت َعلَوى النَّبِو ْ َوت اَبِوى بَ ْك ٍور دَ َخل َ اِ َّن ا َ ْسو َما َء بِ ْن:ُشة
َ ِت َعائْ َقَال
تِ وورأَة َ اِذَا بَلَغَووو
ْ يَوووا ا َ ْسووو َما ُء اِ َّن اْل َمو:ض َع ْن َهوووا َو قَوووا َلَ وواق فَووواَع َْر ٌ ووال ِرقَو
ٌ ثِيَو
َوار اِلَوى َو ْج ِهو ِه َوَ َو اَش.صلُ ْح ا َ ْن يُ َورى ِم ْن َهوا اِالَّ هوذَا َو هوذَا ْ َْض لَ ْم يَ اْل َم ِحي
ابو داود.َكفَّ ْي ِه
‘Aisyah berkata : Sesungguhnya Asma’ binti Abu Bakar pernah datang menghadap Nabi SAW
dengan perpakaian tipis, maka sabda Rasulullah, “Hai Asma’ ! Sesungguhnya seorang wanita
apabila sudah baligh, tidak boleh terlihat padanya melainkan ini dan ini”, beliau sambil
mengisyaratkan kepada muka dan dua tangannya. [HR. Abu Dawud].
[Bersambung
Halal Haram Dalam Islam (ke-19)
HARAM BERBUAT ZINA
Firman Allah :
فَوا ِْن،سوآئِ ُك ْم فَا ْست َ ْشو ِهد ُْوا َعلَو ْي ِه َّن ا َ ْربَعَوةً ّمو ْن ُك ْم
َ ّون نْ شةَ ِمَ اح ِ ََو الّتِ ْي يَأْتِيْنَ اْلف
َّ ت َحتّوى يَت َ َووفّ ُه َّن اْل َم ْووتُ ا َ ْو يَ ْجعَو َل هللاُ لَ ُه
ون ِ ش ِهد ُْوا فَا َ ْمسِو ُك ْو ُه َّن فِوى اْلبُيُ ْوو َ
َو ْوواُ ص ولَ َحا فَاَع ِْر ْ َ فَ وا ِْن تَابَووا َو ا،وذن يَأ ْ ِتي ِن َهووا ِم و ْن ُك ْم فَاذُ ْو ُه َمووا
ِ َو الَّو.ًس و ِب ْيال َ
16-15: النساء. اِ َّن هللاَ َكانَ ت َ َّوابًا َّر ِح ْي ًما،َع ْن ُه َما
Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang
saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui
ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya. (15) Dan terhadap dua orang
yang melakukan perbuatan keji diantara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya,
kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (16) [QS.An-Nisaa’ : 15-16]
َّس الَّ ِت ْي َح َّر َم هللاُ اِال َ هللا اِل ًها اخ ََر َو الَ يَ ْقتُلُ ْونَ النَّ ْف
ِ ع ْونَ َم َع ُ َو الَّ ِذيْنَ الَ يَ ْد
ال يَ ْوو َم ُ َْ لَوهُ اْلعَوذ ْ َ يُضوع. َو َم ْن يَّ ْفعَ ْل ذ ِل َك يَ ْلقَ اَثَا ًما، َِباْل َح ّق َو الَ يَ ْزنُ ْون
صووا ِل ًحا َ ًوال َو ا َموونَ َو َع ِم و َل َع َم وال ْ اِالَّ َمو.اْل ِقي َم و ِة َو يَ ْخلُ و ْد فِ ْي و ِه ُم َهانًووا
َ ون تَو
ْ َو َكوووووانَ هللاُ َغفُو،ٍسووووونَات
.ووووو ًرا َّر ِح ْي ًموووووا َ فَاُول ِئو
َ ُووووك يُبَووووودّ ُل هللا
َ سووووويّا ِت ِه ْم َح
70-68:الفرقان
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina. Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya). (yakni) akan dilipat gandakan ‘adzab untuknya pada hari qiyamat dan di aakan kekal
salam ‘adzab itu dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakna amal shaleh, maka mereka itu kejahatan mereka digandi Allah dengan kebajikan.
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Furqaan : 68]
الَ يَ ِح و ُّل دَ ُم:سو ْوو ُل هللاِ ص ُ قَووا َل َر:ون َم ْس وعُ ْو ٍد رض قَووا َل ِ ون َع ْب و ِد هللاِ ْبوْ َعو
.ٍس ْوو ُل هللاِ اِالَّ ِبا ِْحودَى ثَوالَث ُ ئ ُم ْس ِل ٍم يَ ْش َهدُ ا َ ْن الَ اِلوهَ اِالَّ هللاُ َو ا َ ِنّوى َر ٍ ْام ِر
.ووار ُق ِل ْل َج َما َعووو ِة
ِ ووار ُ ِل ِد ْينِووو ِه اْل ُمفَو
ِ س ِبوووالنَّ ْف ِس َو التَّو ُ الزانِوووى َو الووونَّ ْف َّ ووب ُ الث َّ ِيّو
البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى و النسائى
Dari Abdullah bin Mas’ud RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal darah orang
Islam yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa aku utusan Allah,
kecuali dengan salah satu dari tiga golongan : 1. Orang yang sudah kawin melakukan zina, 2.
Karena membunuh orang, dan 3. Orang yang murtad meninggalkan agamanya, memisahkan
dari jamaah kaum muslimin”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai]
ُئ ُم ْسو ِل ٍم يَ ْشو َهد ٍ الَ يَ ِح ُّل دَ ُم ْام ِور:س ْو َل هللاِ ص قَا َل ُ شةَ رض ا َ َّن َر َ َِع ْن َعائ
َ ِزنًووا بَ ْعود.ٍسو ْوو ُل هللاِ اِالَّ فِووى اِ ْحودَى ث َوالَث ُ ا َ ْن الَ اِلوهَ اِالَّ هللاُ َو ا َ َّن ُم َح َّمودًا َر
س ْوو ِل ِه فَ ِانَّوهُ يُ ْقتَو ُل ا َ ْو
ُ هلل َو ِل َر
ِ ِ اربًواِ َور َج ُم َح َ َو َر ُجو ٌل خ،ان فَ ِانَّهُ يُ ْور َج ُم ٍ ص َ اِ ْح
ابوووو داود و.سوووا فَيُ ْقتَووو ُل بِ َهوووا ً ا َ ْو يَ ْقتُووو ُل نَ ْف،ضِ ب ا َ ْو يُ ْنفَوووى ِمووونَ اْالَ ْر ُ َصووول
ْ ُي
النسائى
Dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal darah seorang Islam yang
bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah, kecuali
salah satu dari tiga golongan : 1. Orang yang berzina padahal ia sudah pernah kawin, maka ia
harus dirajam, 2. Orang yang murtad keluar dari agamanya dan memerangi Allah dan Rasul-
Nya, maka orang itu dibunuh, atau disalib, atau dibuang dari negerinya, dan 3. Atau karena dia
membunuh seseorang, maka dia dibalas bunuh”. [HR. Abu Dawud dan Nasai]
َالزا ِنووى ِح ويْنَّ الَ يَ ْز ِنووى:هللا ص قَووا َل ِ سو ْوو َل ُ ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ رض ا َ َّن َرْ َعو
َ َو ال.ار ُق ِحيْنَ يَ ْس ِور ُق َو ُه َوو ُموؤْ ِم ٌن َّ َو الَ يَ ْس ِر ُق ال.يَ ْزنِى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن
ِ س
البخوارى و مسولم و ابوو داود.ل اْلخ َْم َر ِحيْنَ يَ ْش َربُ َها َو ُه َوو ُموؤْ ِم ٌن ُ يَ ْش َر
وك َخلَو َع ِر ْبقَوةَ اْ ِال ْسوالَ ِم
َ فَ ِاذَا فَعَ َل ذ ِل: و زاد النسائى فى رواية.و النسائى
ال هللاُ َعلَ ْي ِه َ َ فَا ِْن ت،عنُ ِق ِه
َ َ ال ت ُ ِم ْن
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah berzina seorang yang
berzina ketika dia berzina itu dalam keadaan iman. Dan tidaklah mencuri seorang pencuri ketika
mencuri itu dalam keadaan iman. Dan tidak pula meminum khamr (seorang peminum khamr)
ketika meminumnya itu dalam keadaan iman. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasai].
Nasai menambahkan di dalam riwayatnya. Maka apabila orang itu mengerjakan demikian,
berarti dia melepas baju Islam dari lehernya. Maka jika ia bertaubat, Allah menerima taubatnya.
َّ اِذَا زَ نَوى:هللا ص
َ الر ُجو ُل خ
َور َج ِ س ْوو ُل ُ قَوا َل َر:َع ْن ا َ ِبى ُه َري َْرة َ رض قَا َل
ابوو داود و.ان ُّ فَ َكانَ َعلَ ْي ِه َك.ان
ُ فَ ِاذَا ا َ ْقلَ َع َر َج َع اِلَ ْي ِه اْ ِال ْي َم.الظلَّ ِة ُ ِم ْنهُ اْ ِال ْي َم
اللفِ له و الترمذى و البيهقى و الحاكم
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang berzina
maka iman keluar darinya. Maka ia wajib menjaga diri (dari berbuat zina), dan apabila dia
berhenti (dari berbuat zina) maka iman kembali kepadanya”. [HR. Abu Dawud, lafadh itu
baginya, Tirmidzi, Baihaqi dan Hakim]
ثَالَث َةٌ الَ يُ َك ِلّ ُم ُه ُم هللاُ يَ ْوو َم:س ْو ُل هللاِ ص ُ قَا َل َر:َع ْن اَبِى ُه َري َْرة َ رض قَا َل
ان َو َم ِل ٌك ٍ َش ْي ٌٌ ز َ :ال ا َ ِل ْي ٌم ُ اْل ِقيَا َم ِة َو الَ يُزَ ِ ّك ْي ِه ْم َو الَ يَ ْن
ٌ َظ ُر اِلَ ْي ِه ْم َو لَ ُه ْم َعذ
مسلم و النسائى.ال َو َعا ِئ ٌل ُم ْست َ ْك ِب ٌر ٌ ََّكذ
Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tiga golongan yang Allah tidak
mau berbicara dengan mereka pada hari kiyamat : 1. Orang tua yang berzina, 2. Raja
(pemimpin) yang suka berdusta dan 3. Orang fakir yang sombong”. [HR. Muslim dan Nasai]
ُ ا َ ْربَعَووةٌ يُ ْب ِغ:هللا ص
:ُض و ُه ُم هللا ِ سو ْوو ُل ُ قَووا َل َر:ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ رض قَووا َل
ْ َعو
.الزا ِنووى َو اْ ِال َمووا ُم اْل َجووا ِئ ُر َّ ْوور اْل ُم ْختَووا ُل َو ال
َّ ٌُ شوو ْي ُ ف َو اْلفَ ِقي
ُ َّع اْل َحووال
ُ اْلبَيَّووا
النسائى و ابن حبان فى صحيحه
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Empat golongan yang Allah
benci kepada mereka : 1. Pedagang yang banyak bersumpah, 2. Orang fakir yang sombong, 3.
Orang tua yang berzina, dan 4. Pemimpin yang dhalim”. [HR. Nasai dan Ibnu Hibban di dalam
Shahihnya].
الربَوا
ّ ِ الزنَوى َو َ اِذَا:س ْوو ِل هللاِ ص قَوا َل
ّ ِ ظ َه َور ُ َّاس رض َع ْن َر ٍ َع ِن اب ِْن َعب
الحاكم و قال صحيح االسناد.هللا ِ ال َ َفِى قَ ْريَ ٍة فَقَ ْد ا َ َحلُّ ْوا ِبا َ ْنفُ ِس ِه ْم َعذ
Dari Ibnu ‘Abbas RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Apabila zina dan riba sudah
merajalela di suatu negeri, berarti mereka telah menghalalkan jatuhnya siksa Allah pada diri
mereka sendiri”. [HR. Hakim, ia berkata shahih sanadnya].
ّ َِع ِن اب ِْن َم ْسعُ ْو ٍد رض ذَ َك َر َح ِد ْيثًا َع ِن النَّب
َ ي ِ ص َو قَا َل فِ ْي ِه َما
ظ َه َور فِو ْي
ابو يعلى باسناد جيد.ِال هللا َ َالربَا اِالَّ ا َ َحلُّ ْوا ِبا َ ْنفُ ِس ِه ْم َعذ ّ ِ قَ ْو ٍم
ّ ِ الزنَى ا َ ِو
Dari Ibnu Mas’ud RA, dia menyebutkan hadits dari Nabi SAW dan ia berkata di dalamnya,
“Tidaklah perzinaan atau riba merajalela pada suatu kaum kecuali mereka menghalalkan siksa
Allah menimpa pada diri mereka sendiri”. [HR. Abu Ya’la dengan Sanad Jayyid]
َ ب ا َ ْع
َظ ُم ِع ْنود ُّ َ أ:س ْو َل هللاِ ص
ِ ي الذَّ ْن ُ سأ َ ْلتُ َر َ :َع ِن اب ِْن َم ْسعُ ْو ٍد رض قَا َل
َ اِ َّن ذ ِلو: ُ قُ ْلوت،وك
ث ُو َّم اَي؟.وك لَعَ ِظو ْي ٌم َ هلل نِودًّا َو ُه َوو َخلَقَو
ِ ِ ا َ ْن ت َ ْجعَو َل:هللا؟ قَوا َل
ِ
َ ا َ ْن تُزَ ا ِن: ثُو َّم اَي؟ قَوا َل: ُ قُ ْلت.ععَ َم َمعَ َك
وي ْ َ ا َ ْن ت َ ْقت ُ َل َولَدَ َ َمخَافَةَ ا َ ْن ي:قَا َل
البخارى و مسلم. َ ار ِ َح ِل ْيلَةَ َج
Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, “Dosa apa yang
paling besar di sisi Allah ?”. Beliau menjawab, “Kamu menjadikan sekutu bagi Allah, padahal
Dia yang menciptakanmu”. Saya berkata, “Sungguh yang demikian itu sangat besar dosanya.
Kemudian apa lagi ?”. Beliau menjawab, “Kamu membunuh anakmu karena takut dia ikut
makan bersamamu”. Saya bertanya lagi, “Kemudian apa lagi ?”. Beliau menjawab, “Kamu
berzina dengan istri tetanggamu”. [HR. Bukhari dan Muslim]
َمووا:صو َحا ِب ِهْ َهللا ص ِال ِ سو ْوو ُل ُ قَووا َل َر:ون اْالَ ْسو َوو ِد رض قَووا َل ِ ون اْ ِلم ْقودَا ِد ْبو
ِ َعو
س ْوولُهُ فَ ُه َوو َح َورا ٌم
ُ الزنَا؟ قَالُ ْوا َح َرا ٌم َح َّر َم هللاُ َع َّوز َو َجو َّل َو َر ّ ِ تَقُ ْولُ ْونَ ِفى
الر ُجوو ُل
َّ ووي َ ِ َالَ ْن يَ ْزن:صوو َحابِ ِهْ َس ْووو ُل هللاِ ص ِال ُ فَقَووا َل َر.اِلَووى يَ ْووو ِم اْل ِقيَا َموو ِة
احمد و رواتوه ثقوات.ار ِه ِ ام َرأَةِ َج
ْ ي ِبَ ِس ُر َعلَ ْي ِه ِم ْن ا َ ْن يَ ْزن
َ ِبعَ ْش ِر نِ ْس َوةٍ ا َ ْي
و العبرانى فى الكبير و االوسط
Dari Miqdad bin Aswad RA ia berkata, Rasulullah SAW bertanya kepada para shahabatnya,
“Apa yang kalian katakan tentang zina ?”. Para shahabat menjawab, “Zina adalah sesuatu yang
haram, yang Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya telah mengharamkannya. Maka zina itu haram
sampai hari kiyamat”. Rasulullah SAW bersabda kepada para shahabatnya, “Sungguh seorang
laki-laki berzina dengan sepuluh perempuan itu lebih ringan (dosanya) daripada dia berzina
dengan seorang istri tetangganya”. [HR. Ahmad, dan para perawinya kuat, Thabrani di dalam
Al-Kabir dan Al-Ausath]
َوار ِه الِ الزانِوى ِب َح ِل ْيلَو ِة َج َّ :س ْوو ُل هللاِ ص ُ قَوا َل َر:ع َم َور رض قَوا َل ُ ْون ِ َع ِن اب
. ََّاخ ِليْن
ِ ار َمو َع الود ُ يَ ْن
َ َّ ا ُ ْد ُخ ِل الن:ُظ ُر هللاُ اِلَ ْي ِه يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة َو الَ يُزَ ِ ّك ْي ِه َو يَقُ ْول
ابن ابى الدنيا و الخرائعى
Dari Ibnu Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang berzina dengan istri
tetangganya, Allah tidak mau melihat kepadanya pada hari qiyamat, dan tidak mensucikannya”.
Dan Allah berfirman, “Masuklah kamu ke neraka bersama-sama orang yang masuk neraka”.
[HR. Ibnu Abid-Dunyaa dan Kharaithi]
~oO[ A ]Oo~
ل اَتَوى ِ ْوراَ اِ َّن َر ُجوالً ِمونَ اْالَع:ََع ْن اَبِى ُه َري َْرة َ َو زَ ْي ِد ب ِْن خَا ِل ٍد اَنَّ ُه َما قَاال
.ِل هللا ِ ْت ِلى ِب ِكتَوا َ ضي َ َشدُ َ هللاَ اِالَّ ق ُ س ْو َل هللاِ ا َ ْن ُ يَا َر:س ْو َل هللاِ ص فَقَا َل ُ َر
هللا َو
ِ ل ِ ض بَ ْينَنَووا ِب ِكتَووا ِ فَووا ْق، نَعَو ْم:ُص و ُم اْآل َخو ُور َو ُهو َوو ا َ ْفقَوهُ ِم ْن وه ْ َو قَووا َل اْل َخ
اِ َّن ا ْب ِنى َكوانَ َعسِو ْيفًا َعلَوى هوذَا: قَا َل، قُ ْل:هللا ص ِ س ْو ُل ُ فَقَا َل َر.ائْذَ ْن ِلى
َّ َو اِ ِنّى ا ُ ْخ ِب ْرتُ ا َ َّن َعلَوى ا ْبنِوى،ام َرأَتِ ِه
الور ْج َم فَا ْفتَودَ ْيتُ ِم ْنوهُ ِب ِمائَو ِة ْ فَزَ نَى ِب
فَوا َ ْخبَ ُر ْونِى ا َ َّن َعلَوى ا ْبنِوى َج ْلودَ ِمائَو ٍة َو،سوأ َ ْلتُ ا َ ْهو َل اْل ِع ْل ِوم َ َ ف.ٍشَاةٍ َو َو ِليْودَة
َو الَّوذِى:هللا ص ِ س ْو ُل ُ فَقَا َل َر.الر ْج َمَّ َو ا َ َّن َعلَى ْام َرأ َ ِة هذَا،ْب َع ٍام َ ت َ ْغ ِري
وكَ ِ َو َعلَوى ا ْبن. اْ َلو ِليْودَة ُ َو اْلغَونَ ُم َرد.ِل هللا ِ ضيَ َّن بَ ْينَ ُك َما ِب ِكتَا ِ نَ ْفسِى ِبيَ ِد ِه َأل َ ْق
،ْس ِل َر ُج ٍل ِم ْن ا َ ْسلَ َم اِلَى ْام َورأَةِ هوذَا ُ َو ا ْغدُ يَا أُنَي.ْب َع ٍام ُ َج ْلدُ ِمائ َ ٍة َو ت َ ْغ ِري
ِ س ْو ُل
هللا ُ فَا َ َم َر ِب َها َر،ت ْ َ فَا ْعت َ َرف، فَغَدَا َعلَ ْي َها: قَا َل.ار ُج ْم َها ْ َت ف ْ َفَا ِِن ا ْعت َ َرف
الجماعة.ت ْ فَ ُر ِج َم،ص
Dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid, mereka berkata : Bahwa ada seorang laki-laki Badui
datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah, Demi Allah, sungguh aku tidak
meminta kepadamu kecuali engkau memutuskan hukum untukku dengan kitab Allah”. Sedang
yang lain berkata (dan dia lebih pintar dari padanya), “Ya, putuskanlah hukum antara kami
berdua ini menurut kitab Allah, dan ijinkanlah aku (untuk berkata)”. Lalu Rasulullah SAW
menjawab, “Silakan”. Maka orang yang kedua itu berkata, “Sesungguhnya anakku bekerja pada
orang ini, lalu berzina dengan istrinya, sedang aku diberitahu bahwa anakku itu harus dirajam.
Maka aku menebusnya dengan seratus kambing dan seorang hamba perempuan, lalu aku
bertanya kepada orang-orang ahli ilmu, maka mereka memberi tahu bahwa anakku harus
didera seratus kali dan diasingkan selama setahun, sedang istri orang ini harus dirajam”. Maka
Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh aku akan putuskan
kalian berdua dengan kitab Allah. Hamba perempuan dan kambing itu kembali kepadamu,
sedang anakmu harus didera seratus kali dan diasingkan selama setahun”. Dan engkau hai
Unais, pergilah bertemu dengan seorang dari Aslam untuk bersama-sama ke tempat istri orang
ini, dan tanyakan, jika dia mengaku, maka rajamlah dia”. Abu Hurairah berkata, “Unais
kemudian berangkat ke tempat perempuan tersebut, dan perempuan tersebut mengaku”. Lalu
Rasulullah SAW memerintahkan untuk merajamnya, kemudian ia pun dirajam. [HR. Jama’ah]
berzina tetapi tidak muhshan, yaitu dengan diasingkan selama setahun dan dikenakan
hukuman dera. [HR. Ahmad dan Bukhari]
ُخوذُ ْوا، ُخوذُ ْوا َع ِنّووى:سو ْوو ُل هللاِ ص ُ قَووا َل َر:ت قَووا َل ِ وام
ِ صو َّ ون ال ِ عبَووادَة َ ْبو
ُ ون ْ َعو
ُ ّسنَ ٍة َو الث َّ ِي
وب ُ ا َ ْل ِب ْك ُر ِباْل ِب ْك ِر َج ْلدُ ِمائ َ ٍة َو نَ ْف.ًس ِب ْيال
َ ي َ قَ ْد َجعَ َل هللاُ لَ ُه َّن.َع ِنّى
الجماعة اال البخارى و النساشى.الر ْج ُم َّ ب َج ْلدُ ِمائ َ ٍة َو ِ ِّبالث َّ ِي
Dari ‘Ubadah bin Shamit ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah (hukum itu) dariku,
ambillah (hukum itu) dariku. Sungguh Allah telah membuat jalan bagi mereka (perempuan),
yaitu : Perawan (yang berzina) dengan jejaka, sama-sama didera seratus kali dan diasingkan
setahun. Sedang janda dengan duda, sama-sama didera seratus kali dan dirajam”. [HR.
Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai]
Keterangan :
a. Dari hadits-hadits diatas bisa diambil pengertian bahwa hukuman zina muhshan (laki atau
perempuan yang sudah pernah nikah), adalah dirajam hingga mati. Adapun hukuman dera
bagi mereka hanyalah sebagai hukuman tambahan.
b. Sedangkan hukuman zina yang bukan muhshan (jejaka atau perawan), adalah didera/dijilid
seratus kali. Adapun hukuman pengasingan hanya sebagai hukuman tambahan.
فَوا ِْن،سوآئِ ُك ْم فَا ْست َ ْشو ِهد ُْوا َعلَو ْي ِه َّن ا َ ْربَعَوةً ّمو ْن ُك ْم
َ ّون نْ شةَ ِمَ احِ ََو الّتِ ْي يَأْتِيْنَ اْلف
َّ ت َحتّوى يَت َ َووفّ ُه َّن اْل َم ْووتُ ا َ ْو يَ ْجعَو َل هللاُ لَ ُه
ون ِ ش ِهد ُْوا فَا َ ْمسِو ُك ْو ُه َّن فِوى اْلبُيُ ْوو
َ
15: النساء.ًس ِب ْيال َ
Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang
saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui
ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya. [QS.An-Nisaa’ : 15]
س ْو َل هللاِ ص َو ُه َو فِوى اْل َم ْس ِوج ِد ُ اَتَى َر ُج ٌل َر:َع ْن ا َ ِبى ُه َري َْرة َ رض قَا َل
ض َع ْنوهُ َحت َّوى َردَّدَ َعلَ ْيو ِه َ اِ ِنّووى زَ نَ ْيووتُ فَواَع َْر،هللا
ِ سو ْوو َل ُ يَووا َر:فَنَووادَاهُ فَقَووا َل
:ي ص فَقَوا َل ُّ ت دَ َعواهُ النَّ ِبو ٍ ش ِهدَ َعلَى نَ ْف ِس ِه ا َ ْربَ َع شَو َهادَا َ فَلَ َّما،ٍا َ ْربَ َع َم َّرات
:ي ص ُّ فَقَووا َل النَّ ِبو. نَعَو ْم:ت؟ قَووا َل َ صو ْن
َ ول ا َ ْح ْ فَ َهو: قَووا َل.َ ال:وك ُجنُو ْوو ٌن؟ قَووا َل َ ا َ ِبو
س ِوم َع َجوا ِبر َبْونَ َعبْو ِد َ ون ْ فَوا َ ْخبَ َرنِى َم:ل ٍ قَا َل اب ُْن ِش َها.ُار ُج ُم ْوه ْ َاِ ْذ َهبُ ْوا ِب ِه ف
ُ وارةَ لح َجو ِ ْ فَلَ َّمووا ا َ ْذلَقَتْ وهُ ا.صوولَّى
َ فَ َر َج ْمنَوواهُ ِباْل ُم،ُ ُك ْنووتُ ِف و ْي َم ْن َر َج َم وه:هللا قَووا َل
ِ
متفق عليه.ُ فَ َر َج ْمنَاه،ِ فَا َ ْد َر ْكنَاهُ ِباْل َح َّرة،ل َ ه ََر
Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW di masjid,
lalu menyeru, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar telah berzina”. Kemudian
Rasulullah SAW berpaling, sehingga orang tersebut mengulanginya sampai empat kali. Maka
setelah ia bersaksi atas dirinya empat kali, ia dipanggil oleh Nabi SAW. Lalu Nabi SAW
bertanya, “Apakah engkau mengidap penyakit gila ?” Ia menjawab, “Tidak”. Nabi bertanya lagi,
“Apakah engkau sudah nikah ?” Ia menjawab, “Sudah”. Lalu Nabi SAW menyuruh para
sahabat, “Bawalah dia lalu rajamlah”. Ibnu Syihab berkata, ada seorang yang mendengar dari
Jabir bin Abdullah memberitahukan kepadaku, bahwa Jabir berkata, “Aku termasuk salah
seorang yang merajamnya, yaitu kami rajam dia di mushalla (lapangan yang biasa untuk shalat
‘ied). Tetapi tatkala batu-batu lemparan itu melukainya, ia lari, lalu kami tangkap dia di Harrah,
kemudian kami rajam (sampai mati)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
يِ ص ّ َرأ َ ْيتُ َما ِعزَ بْنَ َما ِلكٍ ِج ْي َء ِبو ِه اِلَوى النَّ ِبو:س ُم َرة َ قَا َلَ َع ْن َجا ِب ٍر ب ِْن
شو ِهدَ َعلَووى نَ ْف ِسو ِه ا َ ْربَو َع َ َ ف،ْس َعلَ ْيو ِه ِردَا ٌء
َ ضو ُل لَوي
َ صوي ٌْر ا َ ْع
ِ ََو ُهو َوو َر ُجو ٌل ق
اِنَّوهُ قَو ْد.هللا
ِ َو،َ ال:وك؟ قَووا َل َ فَلَعَلَّو:هللا ص ُ فَقَووا َل َر،ت اَنَّوهُ زَ نَووى
ِ سو ْوو ُل ٍ َمو َّورا
مسلم و ابو داود.ُآلخ ُر فَ َر َج َمه ِ ْ ا،زَ نَى
Dari Jabir bin Samurah, ia berkata, Aku pernah melihat Ma’iz bin Malik dibawa menghadap Nabi
SAW. dia adalah seorang laki-laki yang berperawakan pendek kekar, tanpa berselendang. Lalu
ia bersaksi atas dirinya empat kali, bahwa ia telah berzina. Kemudian Rasulullah SAW
bertanya, "Barangkali (engkau gila) ?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah”. Memang benar-benar
dia telah berzina. Lalu akhirnya dia dirajam. [HR. Muslim dan Abu Dawud].
ّ اِ َّن َما ِع ًزا َجا َء فَاَقَ َّر ِع ْندَ النَّ ِب:و الحمد
فَا َ َم َر ِب َر ْج ِم ِه،ٍي ِ ص ا َ ْربَ َع َم َّرات
Ahmad meriwayatkan bahwa Ma’iz pernah datang kepada Nabi SAW mengaku berzina dengan
empat kali pengakuan. Lalu Nabi SAW memerintahkan supaya dirajam.
وك؟َ ي ص قَا َل ِل َما ِع ِز ب ِْن َما ِلكٍ ا َ َحق َموا بَلَغَنِوى َع ْن َّ َِّاس ا َ َّن النَّب
ٍ َع ِن اب ِْن َعب
: قَوا َل.اريَ ِة آ ِل فُوالَ ٍن َ بَلَغَنِى اَنَّ َك قَ ْد َوقَ ْع: َو َما بَلَغ ََك َع ِنّى؟ قَا َل:قَا َل
ِ ت ِب َج
احمود و مسولم و ابوو داود و. فَ ُور ِج َم، فَا ُ ِم َر ِب ِه.ٍش َهادَات َ ش ِهدَ ا َ ْربَ َع
َ َ ف.نَعَ ْم
الترمذى و صححه
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Nabi SAW bertanya kepada Ma’iz, “Betulkah apa yang sampai
kepadaku tentang masalahmu itu ?”. Ia membalas bertanya, “Apa yang sampai kepadamu
tentang aku ?”. Nabi SAW bersabda, “Berita yang sampai kepadaku, bahwa engkau telah
mengumpuli seorang perempuan keluarga si fulan”. Ia menjawab, “Betul”. Lalu ia bersaksi atas
dirinya empat kali. Kemudian Nabi SAW memerintahkan supaya dirajam, lalu ia dirajam. [HR.
Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengesahkannya].
ّ ِ ف ِب
الزنَوا َ ي ِ ص فَوا ْعت َ َر ّ ْون َما ِلوكٍ اِلَوى النَّ ِبو
ُ َجوا َء َموا ِع ُز ب:و فى رواية قوال
ت َعلَووى َ ث ُو َّم َجووا َء فَووا ْعت َ َر،ُعو َوردَه
ّ ِ ف ِب
َ : فَقَووا َل،الزنَووا َمو َّورتَي ِْن
َ شو ِه ْد َ َ ف،َمو َّورتَي ِْن
ابو داود.ُار ُج ُم ْوه ْ َ ف،ت اِ ْذ َهبُ ْوا ِب ِه َ نَ ْفس
ٍ ِك ا َ ْربَ َع َم َّرا
Dan dalam satu riwayat dikatakan, Ma’iz pernah menghadap Nabi SAW mengaku telah berzina,
dia mengulangi pengakuannya dua kali. Lalu Nabi SAW menyuruhnya keluar. Kemudian ia
datang lagi, mengaku telah berzina, dia mengulangi pengakuannya dua kali lagi. Maka
Rasulullah SAW bersabda, “Karena engkau telah bersaksi atas dirimu empat kali, maka
sekarang (hai para sahabat) bawalah dia lalu rajamlah !”. [HR. Abu Dawud]
ْونُ سوا فَ َجوا َء َموا ِع ُز ب ً ي ِ ص َجا ِل ّ ُك ْنتُ ِع ْندَ النَّ ِبو:ق قَا َل ّ ِ َع ْن ا َ ِبى بَ ْك ٍر ال
ِ ص ِدّ ْي
ثُو َّم،ُ فَ َوردَّه،َف ِع ْندَهُ الثَّانِيَة َ ث ُ َّم َجا َء فَا ْعت َ َر،ُف ِع ْندَهُ َم َّرة ً فَ َردَّه َ َما ِلكٍ فَا ْعت َ َر
َالرا ِبعَوة َّ وت َ وك اِ ِن ا ْعت َ َر ْفَ اِنَّو:ُ فَقُ ْلوتُ لَوه،ُ فَو َوردَّه،َف ِع ْنودَهُ الثَّا ِلثَوة َ َجوا َء فَوا ْعت َ َر
َموا نَ ْعلَو ُم: فَقَوالُ ْوا،ُسوأ َ َل َع ْنوه َ ثُو َّم،ُسوه َ َ فَ َحب،َالرا ِبعَةَّ ف َ فَا ْعت َ َر: قَا َل.َر َج َم َك
احمد. فَا َ َم َر بِ َر ْج ِم ِه: قَا َل.اِالَّ َخي ًْرا
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia berkata, “Aku pernah duduk-duduk di samping Nabi SAW lalu
seorang laki-laki namanya Ma’iz bin Malik datang mengaku di hadapan Nabi SAW bahwa ia
telah berzina, sekali pengakuan, ditolak Nabi SAW. Kemudian ia datang lagi dan mengaku di
hadapan Nabi SAW untuk kedua kalinya, lalu ditolaknya lagi. Kemudian ia datang lagi dan
mengaku di hadapan Nabi SAW untuk ketiga kalinya, lalu ia pun ditolaknya lagi”. Kemudian aku
(Abu Bakar) berkata, kepada Ma’iz, “Kalau engkau mengaku yang keempat kalinya, pasti akan
dirajam”. Lalu ia pun mengaku yang keempat kalinya. Kemudian ia ditahan. Kemudian Nabi
SAW bertanya (kepada para sahabat) tentang dia. Maka jawab shahabat, “Kami tidak tahu
kecuali kebaikannya”. Abu Bakar berkata, “Kemudian Nabi SAW memerintahkan untuk dirajam”.
[HR. Ahmad]
~oO[ A ]Oo~
[Bersambung]
ََامو ٍد ِمونِ ي ص َجا َءتْهُ ْام َرأَة ٌ ِم ْن غ َّ سلَ ْي َمانَ ب ِْن بُ َر ْيدَة َ َع ْن ا َ ِب ْي ِه ا َ َّن النَّ ِب ُ َع ْن
ار ِج ِعووى فَا ْسوت َ ْغ ِف ِرى ْ وك َ َو ْي َحو: فَقَووا َل،ط ِ ّه ْر ِنووى َ هللا ِ سو ْوو َل ُ يَووا َر:وت ْ اْالَ ْز ِد فَقَالَو
َت َمووا ِعووزَ بْن َ ا َ َرا َ ت ُ ِر ْيودُ ا َ ْن ت ُ َر ِدّدَنِووى َك َمووا َردَّ ْد:وت ْ فَقَالَو،هللاَ َو تُو ْوو ِبى اِلَ ْيو ِه
:وت ْ َ ا َ ْنوتِ؟ قَال: قَوا َل،الزنَوا ّ ِ َ اِنَّ َهوا ُح ْبلَوى ِمون:وت ْ َ َو َموا ذَا َ ؟ قَال: قَا َل، ٍَما ِلك
َ فَ َكفَلَ َهووا َر ُج و ٌل ِموون: قَووا َل،وك ِ ع ِنو ْ َض و ِعى َمووا ِفووى ب َ َ َحتَّووى ت: فَقَووا َل لَ َهووا،نَعَ و ْم
ت
ِ ََوووع َ قَووو ْد َو:ي ص فَقَوووا َل َّ فَوووأَتَى النَّ ِبووو: قَوووا َل،ت ْ ََوووع َ ووار َحتَّوووى َو ِ صو َ اْالَ ْن
ون ْ ْس لَ و هُ َموَ ص و ِغي ًْرا لَ ويَ ع َولَ ودَهَا َ َ اِذَ ْن الَ ت َ ْر ُج ْم َهووا َو نَ ود: فَقَووا َل،َُام ِديَّ وة ِ اْلغ
: قَوا َل،هللا ِ ي َّ عهُ يَوا نَ ِبو
ُ َوا َ ي َر َّ اِلَو:ار فَقَوا َل ِ ص َ ام َر ُج ٌل ِمنَ اْالَ ْن َ َ فَق،َُعُه ِ يُ ْر
مسلم و الدارقعنى و قال هذا حديث صحيح.فَ َر َج َم َها
Dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, bahwa Nabi SAW pernah didatangi seorang wanita
dari Ghamid dari suku Al-Azdi, lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, bersihkanlah aku”. Nabi SAW
bersabda, “Celaka engkau, pergilah dan minta ampunlah kepada Allah serta tobatlah kepada-
Nya”. Lalu wanita itu berkata, “Aku menduga engkau meragukan aku sebagaimana engkau
meragukan Ma’iz bin Malik”. Nabi kemudian bertanya, “Apakah yang engkau maksud ?”. Wanita
itu menjawab, “Sesungguhnya dia kini telah hamil karena berzina”. Nabi SAW bertanya lagi,
“Engkau sendiri ?” Ia menjawab, “Ya”. Kemudian Nabi SAW bersabda, “(Tunggulah) hingga
engkau melahirkan anak yang dalam kandunganmu”. Sulaiman berkata, “Lalu wanita itu diasuh
oleh seorang laki-laki Anshar sampai ia melahirkan”. Sulaiman berkata, “Lalu laki-laki Anshar itu
datang kepada Nabi SAW untuk memberitahukan bahwa wanita Ghamidiyah tersebut telah
melahirkan”. Maka jawab Nabi SAW, “Kalau begitu dia jangan engkau rajam dulu, biarkan
anaknya yang masih kecil (diteteki) dulu, karena tidak ada yang menetekinya”. Lalu laki-laki
Anshar itu berdiri seraya berkata, “Serahkan saja padaku tentang meneteki anak itu, ya
Nabiyallah”. Sulaiman berkata, “Lalu beliau merajamnya”. [HR. Muslim dan Daruquthni, dan
Daruquthni berkata : Hadits ini adalah shahih].
ويَ س ْوو َل هللاِ ص َو ِه ُ وت َر ْ َ صي ٍْن ا َ َّن ْام َرأَة ً ِم ْن ُج َه ْينَةَ اَتَ َع ْن ِع ْم َرانَ ب ِْن ُح
ُّ فَدَ َعا نَ ِبو،ي
ي َّ َص ْبتُ َحدًّا قَأَقِ ْمهُ َعل َ َ س ْو َل هللاِ ا ُ يَا َر:ت ْ َ فَقَال،ُح ْبلَى ِمنَ ال ِ ّزنَا
فَا َ َم َر ِب َهووا، فَفَعَو َل،ت فَوأْتِنِى ْ ََوع َ فَو ِاذَا َو،ِون اِلَ ْي َهوا ْ ا َ ْحس:هللا ص َو ِليَّ َهوا فَقَوا َل ِ
،صولَّى َعلَ ْي َهوا َ ت ث ُ َّم ْ َّت َعلَ ْي َها ثِيَابُ َها ث ُ َّم ا َ َم َر بِ َها فَ ُر ِج َم
ْ شد ُ َس ْو ُل هللاِ ص ف ُ َر
وت ْ َ لَقَو ْد تَاب:َوت؟ قَوا َل ْ س ْوو َل هللاِ َو قَو ْد زَ ان ُ ص ِولّى َعلَ ْي َهوا يَوا َر َ ُ ت:ع َم ُر ُ ُفَقَا َل لَه
ت َ َول َو َجو ْد ْ َو ه،ون ا َ ْهو ِل اْل َم ِد ْينَو ِة لَ َو ِسوعَتْ ُه ْم
ْ سو ْب ِعيْنَ ِم َ َت بَويْن ْ ت َ ْوبَوةً لَ ْوو قُسِو َم
ت بِنَ ْف ِس َها ِهللِ؟ الجماعة اال البخارى و ابن ماجه ْ َض َل ِم ْن ا َ ْن َجاد َ ا َ ْف
Dari Imran bin Hushain, bahwa ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah
SAW dalam keadaan hamil karena zina. Lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, aku telah berbuat
pelanggaran, maka laksanakanlah hukuman itu atasku”. Lalu Nabi SAW memanggil walinya,
seraya bersabda, “Peliharalah wanita ini dengan baik, dan jika ia telah melahirkan, maka
bawalah kemari”. Kemudian walinya itu mengerjakannya. Ketika wanita itu dibawa kepada
Rasulullah SAW, diperintahkan supaya pakaiannya diikat rapat-rapat, lalu diperintahkan untuk
dirajam, kemudian wanita itu dirajam, lalu beliau menshalatkannya. Maka Umar menegur
Rasulullah SAW, “Mengapa engkau menshalatinya, ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah,
“Sungguh dia telah tobat, yang andaikata tobatnya itu dibagi kepada tujuh puluh orang
penduduk Madinah, niscaya mencukupinya. Apakah kamu pernah mendapati orang yang lebih
utama dari orang yang memperbaiki dirinya karena Allah ?”. [HR. Jamaah, kecuali Bukhari dan
Ibnu Majah].
س ْوو َل هللاِ ص ِب َر ُجو ٍل َو ْام َورأَةٍ ِمو ْن ُه ْم ُ ع َم َر رض ا َ َّن اْليَ ُه ْودَ اَت َ ْو َر ُ َع ِن اب ِْن
.ان ِ َس َّخ ُم ُو ُج ْو ُه ُه َما َو يُ ْخزَ ي َ ُ ت: َما ت َ ِجد ُْونَ فِى ِكتَا ِب ُك ْم؟ قَالُ ْوا: فَقَا َل،قَ ْد زَ نَيَا
، َصووا ِد ِقيْن َ فَووأْت ُ ْوا ِبووالت َّ ْو َرا ِة فَاتْلُ ْو َهووا اِ ْن ُك ْن وت ُ ْم، َك وذَ ْبت ُ ْم اِ َّن ِف ْي َهووا الو َّور ْج َم:قَووا َل
وع
ٍ َ ِ ئ لَ ُهو ْم فَقَ َورأ َ َحتَّوى اِذَا ا ْنت َ َهوى اِلَوى َم ْو ٍ وارِ َفَ َجا ُء ْوا ِبالت َّ ْو َراةِ َو َجا ُء ْوا ِبق
ي تَلُ ْوو ُح فَقَوا َل َ فَ ِاذَا ِه،ُ اِ ْرفَ ْع يَدَ َ فَ َرفَ َع يَدَه:ُ فَ ِق ْي َل لَه،َ َع يَدَهُ َعلَ ْي ِه َ ِم ْن َها َو
فَوا َ َم َر ِب ِه َموا،الور ْج َم َو ل ِكنَّوا ُكنَّوا نَت َ َكات َ ُموهُ بَ ْينَنَوا َّ يَا ُم َح َّمدُ اِ َّن ِف ْي َهوا:ا َ ْو فَقَالُ ْوا
َ ووارة َ لح َج ِ ْ فَلَقَوو ْد َرأ َ ْيتُووهُ يَ ْجنَووأ ُ َعلَ ْي َهووا يَ ِق ْي َهووا ا: قَووا َل،س ْووو ُل هللاِ ص فَ ُر ِج َمووا ُ َر
احمد و البخارى و مسلم.ِبنَ ْف ِس ِه
Dari Ibnu Umar RA, bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW dengan
membawa seorang laki-laki dan seorang perempuan dari kalangan mereka, dimana keduanya
telah berzina. Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Bagaimana yang kalian dapati dalam kitab kalian
(Taurat) ?”. Mereka menjawab, “Wajah mereka itu dicoreng-coreng dengan arang dan mereka
dibuat malu”. Rasulullah SAW bersabda, “Kalian berdusta”. Sesungguhnya di dalam kitab kalian
ada hukum rajam. Oleh karena itu cobalah bawa kemari Taurat itu, lalu bacalah sendiri kalau
benar-benar kalian jujur”. Lalu mereka pun mengambil Taurat, lalu datang dengan membawa
Taurat dan membawa seorang tukang membaca untuk membacakannya. Lalu dibacalah Taurat
itu. Tetapi ketika sampai pada ayat tentang rajam, ia menutup ayat (rajam) itu dengan
tangannya. Kemudian dikatakan kepada orang itu, “Angkatlah tanganmu, lalu ia pun
mengangkatnya, tiba-tiba ayat (rajam) itu nampak jelas. Maka berkatalah dia atau mereka, “Ya
Muhammad, memang betul di situ ada hukum rajam, tetapi kami sengaja menyembunyikannya
di antara kami”. Lalu Rasulullah SAW memerintahkan supaya kedua orang yang berzina itu
dirajam. Lalu mereka dirajam. Ibnu Umar berkata, “Sungguh aku melihat si laki-laki (yang
dirajam) itu mencondongkan dirinya ke arah perempuan itu untuk melindunginya dari lemparan
batu”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
ي ٍ ُم َح َّم ٍوم َم ْجلُ ْوو ٍدّ ي ِ ص ِبيَ ُه ْوو ِد ّ ُم َّور َعلَوى النَّ ِبو:ل قَوا َل ٍ واز ِ اء ب ِْن َع ِ َع ِن اْلبَ َر
فَودَ َعا. نَعَو ْم:الزانِوى فِوى ِكتَوابِ ُك ْم؟ قَوالُ ْوا َّ َّ اَه َكوذَا ت َ ِجود ُْونَ َحود:فَدَ َعا ُه ْم فَقَوا َل
،سوى َ شدُ َ ِبواهللِ الَّوذِى ا َ ْنوزَ َل الت َّ ْوو َراة َ َعلَوى ُم ْو ُ َر ُجالً ِم ْن
ُ ا َ ْن:علَ َمائِ ِه ْم فَقَا َل
ش ْدت َ ِنى ِبهذَا َ َ َو لَ ْو الَ اَنَّ َك ن،َ ال:اَه َكذَا ت َ ِجد ُْونَ َحدَّ ال َّزا ِنى ِفى ِكتَا ِب ُك ْم ؟ قَا َل
ْْ َ ش ِري َّ َو ُكنَّا اِذَا ا َ َخ ْذنَا ال، َو ل ِك ْن َكث ُ َر فِى ا َ ْش َرافِنَا،الر ْج ِم َّ ّلَ ْم ا ُ ْخبِ ْر َ بِ َح ِد
فَ ْلن َْجت َ ِم ْوع، تَعَوالَ ْوا: فَقُ ْلنَوا،َّْْ اَقَ ْمنَوا َعلَيْو ِه اْل َحود َ ضو ِعي َّ َو اِذَا ا َ َخ ْذنَا ال،ُت َ َر ْكنَاه
َ فَ َجعَ ْلنَووا الت َّ ْح ِم وي َْم َو اْل َج ْل ود.َ وي ِْع ِ ْْ َو اْ َلو ِ شو ِوريَّ ش و ْيءٍ نُ ِق ْي ُم وهُ َعلَووى ال َ َعلَووى
،ُون ا َ ْحيَوا ا َ ْم َور َ اِ ْذ ا َ َموات ُ ْوه ْ اَللّ ُه َّم اِ ِنّى ا َ َّو ُل َم:ي ص ُّ ِ فَقَا َل النَّب.الر ْج ِمَّ ََم َكان
َوك الَّو ِذيْنَ س ْوو ُل الَ يَ ْح ُز ْن َّ فَ ا َ ْنزَ َل هللاُ َع َّوز َو َجو َّل اياَيُّ َهوا.فَا َ َم َر ِب ِه فَ ُر ِج َم
ُ الر
ع ْونَ فِى ْال ُك ْف ِر ِمنَ الَّ ِذيْنَ قَالُ ْوا ا َمنَّا ِبا َ ْف َوا ِه ِه ْم اِلَىقَ ْو ِل ِه اِ ْن ا ُ ْوتِيْوت ُ ْم هوذَا ُ ار ِ س َ ُي
فَا ِْن ا َ َم َر ُك ْم بِالت َّ ْح ِمي ِْم َو اْل َج ْل ِد فَ ُخذُ ْوهُ َو اِ ْن، اُئْت ُ ْوا ُم َح َّمدًا: َفَ ُخذُ ْوهُ} يَقُ ْولُ ْون
ار َ َو تَعَالَى ا َو َم ْن لَّ ْم يَ ْح ُك ْم ِب َموا َ َ فَا َ ْنزَ َل هللاُ تَب.احذَ ُر ْوا ْ َالر ْج ِم ف َّ ا َ ْف تَا ُك ْم ِب
ا َ ْنزَ َل هللاُ فَاُولئِ َك ُه ُم اْلك ِف ُر ْونَ } ا َو َم ْن لَ ْم يَ ْح ُك ْم ِب َما ا َ ْنزَ َل هللاُ فَاُولئِ َك ُهم
:وك ُهو ُم اْلفَا ِسوقُ ْونَ } قَوا َل َ ِالظ ِل ُم ْونَ } ا َو َم ْن لَو ْم يَ ْح ُكو ْم بِ َموا ا َ ْنوزَ َل هللاُ فَاُولئ ّ
احمد و مسلم و ابو داود.ار ُكلُّ َها ِ َّي فِى ْال ُكف َ ِه
Dari Baraa’ bin ‘Azib, ia berkata, “Ada seorang Yahudi yang mukanya dicoreng-coreng dengan
arang setelah didera, dibawa lewat di hadapan Nabi SAW. Lalu Nabi SAW memanggil (orang-
orang Yahudi) untuk ditanya, “Apakah demikian itu yang kalian dapati dalam kitab kalian
tentang hukum zina ?” Mereka menjawab, “Betul”. Lalu Nabi SAW memanggil salah seorang
‘alim dari mereka, seraya bersabda, “Aku menyumpahmu dengan nama Allah yang telah
menurunkan Taurat kepada Musa, apakah memang begitu yang kalian dapati dalam kitab
kalian tentang hukum zina ?”. Ia menjawab, “Tidak, dan seandainya tuan tidak menyumpahku
begini, sudah pasti aku tidak akan memberitahu tuan tentang hukum rajam, tetapi karena
banyak pembesar-pembesar kami yang berzina, maka jika mereka kami tangkap, kami tidak
kenakan hukum rajam kepadanya, tetapi jika orang kecil yang berzina, maka kami laksanakan
hukum rajam itu atasnya. Kemudian kami berkata kepada mereka, “Marilah kita bermusyawarah
untuk membicarakan sesuatu (hukuman) yang harus kita terapkan terhadap orang-orang besar
dan terhadap orang kecil”. Lalu kami bersepakat, yaitu mereka dicoreng-coreng dengan arang
dan didera, sebagai ganti rajam. Nabi SAW bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya akulah orang
yang pertama-tama menghidupkan hukum-Mu, disaat mereka (Yahudi) itu mematikannya”. Lalu
Rasulullah SAW menyuruh supaya dia dirajam, lalu orang itu dirajam. Kemudian Allah ‘Azza wa
jalla menurunkan ayat, “Hai Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang berlomba
dalam kekufuran itu. Diantara mereka itu ada orang-orang yang mengatakan (iman) dengan
mulut-mulut mereka, padahal hati mereka tidak beriman. Dan diantara orang-orang Yahudi itu
ada orang-orang yang suka mendengar untuk berdusta, suka mendengar untuk satu golongan
yang tidak datang kepadamu (yaitu para pendeta)”. Mereka itu biasa mengubah perkataan
(Allah) dari tempatnya. Bahkan mereka itu juga berkata (kepada kaumnya), “Jika kamu diberi
(hukum seperti) ini, maka ambillah” [QS. Al-Maidah : 41]. Mereka (Yahudi itu) berkata,
“Datanglah kepada Muhammad, jika dia menyuruhmu untuk mencoreng-coreng (wajah pezina)
dan dera, maka terimalah. Tetapi jika ia memberi fatwa kepadamu untuk merajam maka
berhati-hatilah kamu”. Lalu Allah menurunkan ayat, “Dan barangsiapa tidak berhukum dengan
apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir” [QS. Al-Maidah :
44]. “Dan barangsiapa tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang dhalim” [QS. Maidah : 45]. “Dan barangsiapa tidak berhukum dengan apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang fasiq”. [QS. Maidah 47]. Baraa’
berkata, “Semua ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang kafir. [HR. Ahmad, Muslim dan
Abu Dawud].
Hukuman itu tidak dapat dijatuhkan karena suatu tuduhan atau pengakuan yang tidak
jelas.
اج ًمووا ا َ َحودًا ِ لَو ْوو ُك ْنووتُ َر:هللا ص ِ سو ْوو ُل ُ قَووا َل َر:واس رض قَووا َل ٍ ون َعبَّوِ ون ا ْبوِ َعو
الر ْيبَوةُ ِفوى َم ْن ِع ِق َهوا َو َه ْيئ َ ِت َهوا َو َ فَقَ ْد،ًِبغَي ِْر بَ ِيّنَ ٍة َر َج ْمتُ فُالَنَة
ّ ِ ظ َه َور ِم ْن َهوا
ابن ماجه.َم ْن يَ ْد ُخ ُل َعلَ ْي َها
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya aku merajam seseorang
tanpa bukti, niscaya si fulanah itu kurajam. Tetapi lantaran dalam pembicaraan dan gerak-
geriknya nampak meragukan dan juga orang yang masuk padanya, (maka dia tidak dirajam)”.
[HR. Ibnu Majah].
~oO[ A ]Oo~
هللا ص َعلَووى ِ سو ْوو ُلُ وام َر َ عوو ْذ ِرى قَو ُ لَ َّمووا ا ُ ْنو ِوز َل:ووت
ْ َش وةَ رض قَال َ ون َعا ِئ ْ َعو
ُ َ فَلَ َّما نَزَ َل ا َ َم َر بِ َر ُجلَي ِْن َو ْام َرأَةٍ ف، َاْ ِلم ْنبَ ِر فَذَ َك َر ذ ِل َك َو تَالَ اْلقُ ْرآن
ض ِوربُ ْوا
الخمسة اال النسائى.َحدَّ ُه ْم
Dari ‘Aisyah RA ia berkata, “Setelah diturunkan (ayat tentang) pembebasanku (dari tuduhan
berzina), maka Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar, kemudian beliau menyebutkan hal itu
dan membaca Al-Qur’an. Setelah beliau turun (dari mimbar), lalu memerintahkan (menghukum
hadd kepada dua orang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian mereka didera sebagai
hukuman hadd”. [HR. Khamsah kecuali Nasai].
ي ص فَواَقَ َّر اَنَّوهُ زَ نَوى َّ ث اَتَى النَّ ِبو ٍ َّاس ا َ َّن َر ُجالً ِم ْن بَ ْك ِر ب ِْن لَ ْي
ٍ َع ِن اب ِْن َعب
سأَلَهُ اْلبَ ِيّنَةَ َعلَوى اْل َم ْورأ َ ِة
َ ث ُ َّم، فَ َجلَدَهُ ِمائَةً َو َكانَ ِب ْك ًرا،ٍام َرأ َ ٍة ا َ ْربَ َع َم َّرات
ْ ِب
ابو داود. َ فَ َجلَدَهُ َحدَّ اْل ِف ْريَ ِة ث َ َمانِيْن،ِس ْو َل هللا ُ ل َو هللاِ يَا َر َ َ َكذ:ت ْ َفَقَال
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya ada seorang laki-laki dari bani Bakr bin Laits datang kepada Nabi
SAW lalu mengaku bahwa dia telah berbuat zina dengan seorang wanita (dengan menyebut
nama wanita itu), dia mengatakan hingga empat kali pengakuan. Maka beliau menderanya
seratus kali, karena dia seorang jejaka. Kemudian beliau menanyakan bukti tuduhannya
terhadap wanita tersebut. Lalu wanita itu berkata, “Dia berdusta, demi Allah wahai Rasulullah”.
Kemudian beliau menderanya lagi 80 kali atas tuduhan tersebut. [HR. Abu Dawud]
ف ْ َمو:ُسو ِوم ْعتُ اَبَووا اْلقَا ِسو ِوم ص يَقُو ْوول
َ َون قَ وذ َ :ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ رض قَووا َل ْ َعو
احموود و.َم ْملُ ْو َك وهُ يُقَووا ُم َعلَ ْي و ِه اْل َح ودُّ يَو ْوو َم اْل ِقيَا َم و ِة اِالَّ ا َ ْن يَ ُكو ْوونَ َك َمووا قَووا َل
البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Aku pernah mendengar Abul Qasim SAW bersabda,
“Barangsiapa menuduh budaknya (berzina), maka kepadanya akan dikenakan hukuman hadd
pada hari kiyamat nanti, kecuali kalau memang tuduhannya itu benar seperti apa yang ia
katakan”. [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim].
س ْوو ُل هللاِ ص فِوى ُ ضوى َر َ َ ق:ب َع ْن اَبِ ْي ِه َع ْن َج ِدّ ِه قَا َل ٍ شعَ ْي ُ َع ْن َع ْم ِرو ب ِْن
ث ا ُ َّمهُ َو ت َ ِرثُهُ ا ُ ُّمهُ َو َم ْن َر َماهَا ِبو ِه ُج ِلودَ ث َ َموانِيْنَ َو
ُ َولَ ِد اْل ُمتَالَ ِعنَي ِْن اَنَّهُ يَ ِر
احمد. ََم ْن دَ َعاهُ َولَدَ ِزنًا ُج ِلدَ ث َ َما ِنيْن
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah
menetapkan anak (yang lahir) dari suami istri yang telah melaksanakan li’an, bahwa anak
tersebut berhak mewarisi ibunya dan diwarisi oleh ibunya. Dan barangsiapa menuduh wanita
tersebut berbuat zina, maka ia dedera delapan puluh kali. Dan barangsiapa yang mendakwa
anak itu sebagai anak zina, iapun harus didera delapan puluh kali (juga)”. [HR. Ahmad].
. َع َم ُر ب ُْن َع ْب ِد اْلعَ ِزي ِْز َع ْبدًا ِفى ِف ْريَ ٍة ث َ َما ِنيْنُ َ َجلَد:الزنَا ِد اَنَّهُ قَا َلَّ َع ْن ا َ ِبى
:وك فَقَووا َل َ ون ذ ِلو ْ ون َر ِب ْيعَوةَ َعو ِ سووأ َ ْلتُ َع ْب ودَ هللاِ ْبوونَ َعو
ِ وام ٍر ْبو َّ قَووا َل اَبُووو
َ َ ف:ِالزنَوواد
عثْ َمانَ َو اْل ُخلَفَا َء َهلُو َّم َج ًّورا َموا َرأ َ ْيوتُ ا َ َحودًا ُ ل َو َّ ع َم َر ابْنَ اْلخ
ِ َعا ُ ُا َ ْد َر ْكت
مالك فى الموطأ. ََجلَدَ َع ْبدًا ِفى ِف ْريَ ٍة ا َ ْكث َ َر ِم ْن ا َ ْربَ ِعيْن
Dari Abu Zanad, bahwa ia berkata : Umar bin Abdul Aziz pernah menghukum jilid dengan
delapan puluh kali dera kepada seorang budak dalam kasus tuduhan (zina). Abu Zanad berkata
: Kemudian aku bertanya kepada Abdullah bin Amir bin Rabi’ah tentang hal itu, maka jawabnya,
“Aku dapatkan Umar bin Khaththab, ‘Utsman bin Affan dan khalifah-khalifah yang lain, maka
aku tidak melihat seorangpun yang menghukum jilid kepada seorang budak dalam kasus
tuduhan (zina) yang melebihi empat puluh dera”. [HR. Malik dalam Muwaththa']
Keterangan :
Ulama telah sepakat bahwa penuduh zina apabila tidak bisa mendatangkan empat orang saksi,
ia harus dihukum dera sebanyak 80 kali berdasarkan QS. An-Nuur : 4. Tetapi apabila yang
menuduh itu seorang budak, ulama berbeda pendapat. Yaitu ada yang berpendapat bahwa
diapun juga harus dihukum 80 kali dera, dan ada yang berpendapat dia hanya dikenai hukuman
separuhnya (40 kali dera).
Orang yang mengaku berzina dengan seorang perempuan, tidak berarti menuduhnya.
،ٍي ّ ون َما ِلووكٍ يَتِ ْي ًمووا فِووى ِح ْجو ِور اُبَ و ُ َكووانَ َمووا ِع ُز ْبو:ون ُهووزَ ا ٍل قَووا َل ِ ون نُعَ وي ِْم ْبو ْ َعو
هللا ص فَوا َ ْخ ِب ْرهُ ِب َموا ِ س ْو َل ُ ت َر ِ ْ ائ: فَقَا َل لَهُ اُبَي،ِي ّ اريَةً ِمنَ اْل َح ِ ال َج َ ص َ َ فَا
يَّ فَاَقِ ْم َعلَو، ُس ْو َل هللاِ اِ ِنّى زَ نَ ْيت ُ يَا َر: فَاَتَاهُ فَقَا َل.ت لَعَلَّهُ يَ ْست َ ْغ ِف ُر لَ َك َ صنَ ْع َ
ي َّ َ فَاَقِ ْم َعل، ُهللا اِ ِنّى زَ نَ ْيتِ س ْو َل ُ يَا َر: فَعَادَ فَقَا َل،ُض َع ْنه َ فَاَع َْر.هللا ِ ال َ َ ِكت
، ُهللا اِ ِنّوى زَ نَ ْيوت ِ س ْوو َل ُ يَا َر: ث ُ َّم اَتَاهُ الثَّا ِلثَةَ فَقَا َل،ُض َع ْنه َ فَا َع َْر.هللا ِ ال َ َ ِكت
فَواَقِ ْم، ُس ْو َل هللاِ اِ ِنّوى زَ نَ ْيوت ُ يَا َر:الرابِعَةَ فَقَا َل َّ ُ ث ُ َّم اَتَاه.ِال هللا َ َ ي ِكت َّ َفَاَقِ ْم َعل
فَو ِب َم ْن؟.ٍ اِنَّ َك قَو ْد قُ ْلت َ َهوا ا َ ْربَو َع َم َّورات:س ْو ُل هللاِ ص ُ فَقَا َل َر.ِال هللا َ َ ي ِكت َّ ََعل
فَوا َ َم َر. نَعَو ْم: قَوا َل َجا َم ْعت َ َهوا؟ قَوا َل. نَعَو ْم:َا َج ْعت َ َها؟ قَا َل َ : قَا َل.َ ِبفُالَنَة:قَا َل
،ع َ وارةِ َج ِوز َ لح َجِ ْس اَّ فَلَ َّما ُر ِج َم فَ َو َجدَ َم.ِبِ ِه ا َ ْن يُ ْر َج َم فَخ ََر َج بِ ِه اِلَى اْل َح َّرة
َ َ فَنَووز،ُص و َحابَه
ع ْ َ َو قَ و ْد ا َ ْع َجووزَ ا،ون اُنَ وي ٍْس ُ فَلَ ِقيَ وهُ َع ْب ودُ هللاِ ْبو،ُّفَ َخو َور َج يَ ْش وتَد
َّ َهال:ي ص فَذَ َك َر ذ ِل َك لَهُ فَقَا َل َّ ث ُ َّم اَتَى النَّ ِب،ُ فَقَتَلَه،ْْ بَ ِعي ٍْر فَ َر َماهُ ِب ِه ِ ِب َو ِظي
احمد و ابو داود.ل هللاُ َعلَ ْي ِه ُ لَعَلَّهُ يَت ُ ْو،ُت َ َر ْكت ُ ُم ْوه
Dari Nu’aim bin Huzal ia berkata : Adalah Ma’iz bin Malik seorang yatim di bawah asuhan Ubay,
lalu ia berzina dengan seorang perempuan dari suatu kampung. Kemudian Ubay berkata
kepadanya, “Pergilah kepada Rasulullah SAW kemudian beritahukanlah kepadanya apa yang
engkau perbuat, barangkali beliau akan memohonkan ampun untukmu !”. Lalu ia datang
kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berbuat zina
maka laksanakan hukum Allah atas diriku”. Kemudian Nabi SAW berpaling darinya, lalu Ma’iz
datang lagi dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina maka laksanakanlah
hukum Allah atas diriku”. Lalu Nabi SAW berpaling lagi darinya. Kemudian Ma’iz datang lagi
kepada beliau ke tiga kalinya dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina
maka laksanakanlah hukum Allah atas diriku”. Kemudian ia datang lagi yang ke empat kalinya
dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina maka laksanakanlah hukum Allah
atas diriku”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Engkau telah mengucapkan pengakuanmu itu
empat kali. Lalu dengan siapa engkau berzina ?”. Ia menjawab, “Dengan si Anu”. Nabi SAW
bertanya, “Engkau menidurinya ?”. Ia menjawab, “Ya”. Nabi SAW bertanya lagi, “Engkau
mencampurinya ?”. Ia menjawab, “Ya”. Kemudian diperintahkan untuk dihukum rajam.
Kemudian beliau membawanya keluar ke tanah berbatu. Tatkala ia dirajam dan merasakan
benturan batu-batu, ia pun kesakitan, lalu lari karena sakit, kemudian Abdullah bin Unais
menjumpainya dan dia menganggap lemah kepada rekannya, lalu dia mencabut tulang betis
unta dan melemparkannya kepada Ma’iz sehingga mati. Kemudian dia datang kepada Nabi
SAW lalu menyebutkan hal tersebut kepada beliau. Maka Nabi SAW bersabda : “Mengapa tidak
kamu biarkan saja, barangkali ia mau tobat lalu Allah menerima tobatnya ?”. [HR. Ahmad dan
Abu Dawud].
Hukum Li’an
هلل اِنَّوه لَ ِمونَ اْلكو ِذ ِبيْنَ َ .و َو يَ ْد َرؤُا َع ْن َهوا اْلعَوذَ َ
ال ا َ ْن ت َ ْشو َهدَ ا َ ْربَو َع شَوهد ٍ
ت ِبوا ِ
ص ِدقِيْنَ .النور9-8: ال هللاِ َعلَ ْي َها اِ ْن َكانَ ِمنَ ال ّ سةَ ا َ َّن َعذَ َ اْلخ ِ
َام َ
Dan istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah,
)sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan (sumpah
yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.
][QS. An-Nuur : 8-9
ع َم َر ا َ َّن َر ُجالً الَ َعنَ ْام َرأَتَهُ َو ا ْنتَفَى ِم ْن َولَ ِدهَا ،فَفَ َّرقَ
َع ْن نَافِ ٍع َع ِن اب ِْن ُ
هللا ص بَ ْينَ ُه َما َو ا َ ْل َحقَ اْ َلولَدَ ِباْل َم ْرأَةِ .الجماعة
س ْو ُل ِ َر ُ
Dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ada seorang laki-laki yang menuduh istrinya berzina
lalu berbuat li’an dan ia tidak mengakui anak yang dilahirkan istrinya, kemudian Rasulullah
SAW memisahkan antara keduanya dan menghubungkan anak tersebut kepada ibunya. [HR.
Jamaah].
من، ع َمو َور :يَووا اَبَووا َع ْبو ِد الو َّور ْح ِ ون ُ ون ُجبَ ْيو ٍور اَنَّوهُ قَووا َل ِلعَ ْبو ِد ِ
هللا ْبو ِ سو ِع ْي ِد ْبو ِ
ون َ َعو ْ
ون سوأ َ َل َع ْ ون َ هللا ،نَعَ ْم .اِ َّن ا َ َّو َل َم ْ س ْب َحانَ ِ َان ا َ يُفَ َّر ُق بَ ْينَ ُه َما؟ قَا َلُ : اْل ُمتَالَ ِعن ِ
ْوت لَ ْوو َو َجودَ ا َ َحودُنَا ْام َرأَتَوهُ س ْوو َل هللاِ ،ا َ َرأَي َ ذ ِل َك فُالَ ُن ب ُْن فُوالَ ٍن .قَوا َل :يَوا َر ُ
ت سو َك َ ت َ سو َك َ صنَ ُع؟ اِ ْن ت َ َكلَّ َم ت َ َكلَّ َم ِبوا َ ْم ٍر َع ِظوي ٍْمَ .و اِ ْن َ ْْ يَ ْ ش ٍة َكي َ اح َ َعلَى فَ ِ
ي ص ،فَلَ ْم يُ ِج ْبهُ ،فَلَ َّما َكانَ بَ ْعدَ ذ ِل َك اَتَواهُ ت النَّ ِب ُّ س َك ََعلَى ِمثْ ِل ذ ِل َك .قَا َل :فَ َ
ت سأ َ ْلت ُ َك َع ْنهُ ا ْبت ُ ِل ْيتُ بِو ِه .فَوا َ ْنزَ َل هللاُ َع َّوز َو َجو َّل هو ِذ ِه اْاليو ِ فَقَا َل :اِ َّن الَّذِى َ
ظوهُ َو س ْو َرةِ النُّ ْو ِر ا َو الَّ ِذيْنَ يَ ْر ُم ْونَ ا َ ْز َوا َج ُه ْم} فَتَالَ ُه َّن َعلَيْو ِه َو َو َع َ فِى ُ
آلخ َور ِة ،فَقَوا َل :الََ ،و ل اْ ِ ون َعوذَا ِ ال الودُّ ْنيَا ا َ ْهو َو ُن ِم ْ ذَ َّك َرهُ َو ا َ ْخبَ َورهُ ا َ َّن َعوذَ َ
ظ َها َو ا َ ْخبَ َرهَوا ا َ َّن ق نَبِيًّا َما َكذَ ْبتُ َعلَ ْي َها.ث ُ َّم دَ َعاهَا َو َو َع َ الَّذِى بَعَث َ َك بِاْل َح ّ ِ
قوك ِبواْل َح ّ ِ آلخو َورةِ .فَقَووا َل الََ ،و الَّوذِى بَعَثَو َ ل اْ ِ ون َعوذَا ِ ال الودُّ ْنيَا ا َ ْهو َوو ُن ِمو ْ َعوذَ َ
هلل .اِنَّووهُ لَ ِموونَ
ت ِبووا ِ الر ُجوو ِل ،فَشَوو ِهدَ ا َ ْربَوو َع شَوو َهادَا ٍ ِل .فَبَوودَأ َ ِب َّ نَ ِبيًّووا اِنَّووهُ لَ َكوواذ ٌ
سوةَ ا َ َّن لَ ْعنَوةَ هللاِ َعلَيْو ِه اِ ْن َكوانَ ِمونَ اْل َكوا ِذبِيْنَ .ثُو َّم ثَنَوى َام َصا ِدقِيْنَ َ .و اْلخ ِ ال َّ
سوةَ ا َ َّن ت ِبوواهللِ .اِنَّوهُ لَ ِموونَ اْل َكووا ِذ ِبيْنَ َو اْلخ ِ
َام َ شو َهادَا ٍ ت ا َ ْربَو َع َ ِبواْل َم ْرأَةِ فَ َ
شو ِهدَ ْ
وورقَ بَ ْينَ ُه َموووا .احمووود و صوووا ِد ِقيْنَ .ثُووو َّم فَو َّ
هللا َعلَ ْي َهوووا اِ ْن َكوووانَ ِمووونَ ال َّ ووب ِ ضو ََغ َ
البخارى و مسلم
Dari Sa’id bin Jubair, bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah bin Umar, “Hai Abu
Abdurrahman, apakah suami istri yang telah berli’an itu harus diceraikan antara keduanya ?”. Ia
menjawab, “Subhaanallaah, ya !. Sesungguhnya pertama kali orang yang bertanya tentang hal
itu adalah Fulan bin Fulan”. Ia bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu kalau salah
seorang di antara kami ini mendapati istrinya berbuat zina, apakah yang harus ia lakukan ? Jika
ia berbicara berarti berbicara tentang urusan besar dan jika ia diam berarti ia mendiamkan
perkara besar juga”. Ibnu Umar berkata, “Kemudian Nabi SAW diam, tidak menjawabnya”.
Kemudian ia datang lagi kepada Nabi SAW lalu berkata, “Sesungguhnya yang kutanyakan
kepadamu itu menimpa diriku sendiri”. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat-ayat dalam
surat An-Nuur “Dan orang-orang yang menuduh istri-istrinya (berzina) ....”. Kemudian Nabi SAW
membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan menasehatinya serta mengingatkannya dan
memberitahu, bahwa adzab di dunia itu lebih ringan daripada adzab di akhirat. Lalu orang itu
berkata, “Tidak ! Demi Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan benar, aku tidak berdusta
atas istriku”. Kemudian Nabi SAW memanggil istri orang itu seraya menasehatinya dan
memberitahu, bahwa adzab di dunia itu lebih ringan daripada adzab di akhirat. Perempuan itu
kemudian berkata, “Tidak ! Demi Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan benar, suamiku
itu dusta”. Lalu Nabi SAW memulai dari si laki-laki. Laki-laki itu bersumpah dengan nama Allah
empat kali bahwa dia sungguh di pihak yang benar, dan ke limanya semoga laknat Allah akan
menimpa dirinya jika ia berdusta. Lalu RasulullahSAW beralih kepada si wanita, kemudian
wanita itu bersaksi dengan nama Allah empat kali bahwa sesungguhnya suaminya itu berdusta,
dan kelimanya semoga murka Allah ditimpakan kepadanya jika suaminya itu benar. Lalu beliau
menceraikan keduanya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
يَوا:هللا ص فَقَوا َل ِ س ْوو َل ُ ي اَتَوى َر َّ ع َووي ِْم ًرا اْلعَ ْجالَنِو
ُ سو ْع ٍد ا َ َّن
َ ْون ِ س ْه ِل بَ َع ْن
ا َ ْم،ُ فَت َ ْقتُلُ ْونَوه،ُ اَيَ ْقتُلُوه،ًوت َر ُجوالً َو َجودَ َمو َع ْام َرأ َ ِتو ِه َر ًجوال َ ا َ َرأ َ ْيو،هللا
ِ سو ْوو َل ُ َر
ْواحبَتِ َك فَا ْذهَوب ِ ص َ ْوك َو فِوى َ قَو ْد نَوزَ َل فِي:س ْو ُل هللاِ ص ُ ْ يَ ْفعَلُ؟ فَقَا َل َر َ َك ْي
فَلَ َّموا.هللا ص ِ س ْوو ِل ُ واس ِع ْنودَ َر ِ َّ َو اَنَا َم َع الن، فَتَالَ َعنَا:س ْه ٌل َ قَا َل.ت ِب َها ِ ْ فَأ
علَّقَ َها ثَالَثًوا َ َ ف،س ْكت ُ َها َ هللا اِ ْن ا َ ْم
ِ س ْو َل ُ َكذَ ْبتُ َعلَ ْي َها يَا َر:ع َوي ِْم ٌر ُ قَا َل،فَ َرغَا
.سونَّةَ اْل ُمتَالَ ِعنَوي ِْن ُ َوت ْ فَ َكان:ل ٍ قَا َل اب ُْن ِش َها،س ْو ُل هللاِ ص ُ قَ ْب َل ا َ ْن يَأ ْ ُم َرهُ َر
الجماعة اال الترمذى
Dari Sahl bin Sa’ad, bahwa sesungguhnya ‘Uwaimir Al-’Ajlaaniy pernah datang kepada
Rasulullah SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-
laki yang mendapati istrinya bersama laki-laki lain, apakah boleh ia membunuh laki-laki itu atau
kalian yang membunuhnya atau bagaimana ia harus berbuat ?”. Kemudian Nabi SAW
menjawab, “Telah turun (ayat) tentang kamu dan istrimu, maka pergilah dan bawalah istrimu
kemari”. Sahl berkata : Kemudian keduanya melakukan li’an, sedang aku bersama orang
banyak di sisi Rasulullah SAW. Setelah keduanya selesai, ‘Uwaimir berkata, “Jika aku
mempertahankannya berarti aku berdusta terhadapnya, ya Rasulullah”. Lalu ia menthalaqnya
tiga kali sebelum diperintah oleh Rasulullah SAW. Ibnu Syihab berkata, “Begitulah aturan yang
berlaku bagi suami istri yang melakukan li’an”. [HR. Jamaah kecuali Tirmidzi].
[Bersambung]
ِ َ اْل ُمتَالَ ِعنَي ِْن اِذَا تَفَ َّرقَا الَ يَ ْجت َ ِمع:ي ص قَا َل
.ان اَبَدًا َّ َّاس ا َ َّن النَّ ِب
ٍ َع ِن اب ِْن َعب
الدارقعنى
Dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, ”Suami istri yang telah melakukan
sumpah li’an apabila keduanya telah berpisah, maka tidak bisa kembali lagi buat selama-
lamanya”. [HR. Daruquthni].
.سووونَّةُ فِوووى اْل ُمتَالَ ِعنَوووي ِْن ا َ ْن الَ يَ ْجت َ ِمعَوووا اَبَووودًا
ُّ ت ال َ َم:ي ٍ قَوووا َل
ِ ضووو ْ َعو
ّ وون َع ِلووو
الدارقعنى
Dari Ali, ia berkata, Telah berlaku sunnah Nabi bagi suami istri yang telah melakukan sumpah
li’an, bahwa keduanya tidak dapat ruju’ (kembali) untuk selama-lamanya”. [HR. Daruquthni].
Larangan menuduh istri berbuat zina karena melahirkan anak yang tidak serupa dengan
ibu bapaknya.
،س ْوو ِل هللاِ ص ُ ارة َ اِلَوى َر َ َون بَنِوى فَوز ْ َجوا َء َر ُجو ٌل ِم:َع ْن اَبِوى ُه َري َْورة َ قَوا َل
فَقَوا َل،ُض ِبوا َ ْن يَ ْن ِفيَوه
ُ غالَ ًما ا َ ْس َودَ َو ُه َوو ِح ْينَئِو ٍذ يُعَ ِ ّور ُ ت ْام َرأَتِى ِ َ َولَد:فَقَا َل
. ُح ْم ٌور: فَ َموا ا َ ْل َوانُ َهوا؟ قَوا َل: قَوا َل. نَعَ ْم: ه َْل لَ َك ِم ْن اِ ِب ٍل؟ قَا َل:ي ص ُّ لَهُ النَّ ِب
وك؟َ فَواَنَّى اَتَا َهووا ذ ِلو: قَووا َل. اِ َّن فِ ْي َهوا لَ َو ِرقًووا:ون ا َ ْو َرقَ ؟ قَووا َل ْ َهو:قَوا َل
ْ ول فِ ْي َهووا ِمو
ُسووى ا َ ْن يَ ُكو ْوونَ نَزَ َع وه َ فَه وذَا َع: قَووا َل.سووى ا َ ْن يَ ُكو ْوونَ نَزَ َع وهُ ِعو ْور ٌق َ َع:قَووا َل
الجماعة.ُاء ِم ْنه ِ َص لَهُ فِى اْ ِال ْنتِفْ ِع ْر ٌق َو لَ ْم يُ َر ِ ّخ
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Pernah ada seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang kepada
Rasulullah SAW lalu berkata, “Istriku telah melahirkan seorang anak yang berkulit hitam”. Dan
pada waktu itu dia menyindir tidak mengakui sebagai anaknya. Maka Nabi SAW bertanya
kepadanya, “Apakah engkau punya unta ?”. Ia menjawab, “Punya”. Nabi SAW bertanya lagi
“Bagaimana warnanya ?”. Ia menjawab, “Merah”. Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah ada
diantaranya yang berwarna abu-abu ?”. Ia menjawab, ”Sungguh memang ada yang abu-abu”.
Nabi SAW bertanya, “Bagaimana bisa demikian ?”, Ia menjawab, “Barangkali itu dipengaruhi
oleh keturunan”. Nabi SAW bersabda, “Ya, barangkali ini dipengaruhi oleh keturunan juga”. Dan
Nabi SAW tidak membenarkan tidak diakuinya anak itu. [HR. Jamaah]
ُ َو اِ ِنّى ا ُ ْن ِك ُره،َغالَ ًما ا َ ْس َود ْ َ اِ َّن ْام َرأَتِى َولَد:و البى داود فى رواية
ُ ت
Dan oleh Abu Dawud dalam riwayat lain (dikatakan), “Sesungguhnya istriku telah melahirkan
seorang anak yang berkulit hitam sedang aku benar-benar tidak mengakuinya”.
َو ِل ْلعَووا ِه ِر، ِ اْ َلولَ ودُ ِل ْل ِفو َورا:هللا ص ُ قَووا َل َر:ون ا َ ِبووى ُه َر ْيو َورة َ قَووا َل
ِ سو ْوو ُل ْ َعو
الجماعة اال ابا داود.اْل َح َج ُر
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, ”Anak itu haknya (orang yang)
setempat tidur (suami yang sah) dan bagi orang yang menzinai haknya mendapat lemparan
batu”. [HR. Jamaah kecuali Abu Dawud].
ِ ب اْل ِف َرا
ِ اح
ِ صَ ِل:و فى لفِ للبخارى
Dalam lafadh lain oleh Bukhari (dikatakan), “Haknya pemilik tempat tidur”.
Tentang Dhihar.
ُهللا َو هللا ِ وك ِفو ْي زَ ْو ِج َهووا َو ت َ ْشوت َ ِك ْي اِلَووى َ سو ِوم َع هللاُ قَو ْوو َل الَّ ِتو ْي ت ُ َجووا ِد ُل لَو
َ قَو ْد
سوآئِ ِه ْم َ ّ الَّ ِذيْنَ يُظ ِه ُر ْونَ ِم ْن ُك ْم ّم ْن ن.صي ٌْر َ َ اِ َّن هللا،او َر ُك َما
ِ َس ِم ْي ٌع ب ُ يَ ْس َم ُع ت َ َح
َ َو اِنَّ ُهو ْم لَيَقُ ْولُ ْوونَ ُم ْن َك ًورا ّمون، اِ ْن ا ُ َّمهت ُ ُه ْم اِالَّ الّئِو ْي َولَودَتْ ُه ْم،َّما ُه َّن ا ُ َّمهتِ ِه ْم
سوآ ِئ ِه ْم ثُو َّم ْ َو الَّو ِذيْنَ يُظ ِه ُور ْونَ ِم. َو اِ َّن هللاَ لَعَفُوو َغفُ ْوو ٌر،اْلقَ ْوو ِل َو ُز ْو ًرا
َ ّون ن
،ظ ْوونَ ِبوه ُ ذ ِل ُكو ْم ت ُ ْو َع،سواَّ يَعُ ْود ُْونَ ِل َما قَالُ ْوا فَت َ ْح ِري ُْر َرقَبَ ٍة ّم ْن قَ ْب ِل ا َ ْن يَّت َ َمآ
ون قَبْو ِل ْ صويَا ُم شَو ْه َري ِْن ُمتَتَوا ِبعَي ِْن ِم ِ َ فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِجو ْد ف.َو هللاُ ِب َما ت َ ْع َملُ ْونَ َخ ِبي ٌْر
هلل َو ِ وك ِلتُؤْ ِمنُ ْووا ِبوا َ ذ ِل،ِطعَوا ُم ِسو ِت ّيْنَ ِم ْسو ِك ْينًا ْ فَ َم ْن لَّو ْم يَ ْسوت َ ِع ْع فَا،سا َّ ا َ ْن يَّت َ َمآ
4-1: المجادلة.ال ا َ ِل ْي ٌم ٌ َ َو ِل ْلك ِف ِر ْينَ َعذ،ِ َو تِ ْل َك ُحد ُْودُ هللا،س ْو ِله ُ َر
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada
kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (1).
Orang-orang yang mendzihar istrinya diantara kamu, (menganggap istrinya sebagai ibunya,
padahal) tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang
melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu
perkataan yang munkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun (2). Orang-orang yang mendzihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik
kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (3). Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak),
maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka
siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.
Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum
Allah, dan bagi orang kafir ada siksa yang sangat pedih (4). [QS. Al-Mujadalah]
Asbabun Nuzul ayat ini sehubungan dengan persoalan seorang wanita yang bernama Khaulah
binti Tsa’labah yang telah didhihar suaminya (Aus bin Shamit), yaitu dengan mengatakan
kepada istrinya, “Kamu bagiku sudah seperti punggung ibuku”. Dengan maksud dia tidak boleh
lagi menggauli istrinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat jahiliyah,
kalimat dhihar seperti itu sudah sama dengan menthalaq istrinya. Maka Khaulah mengadukan
peristiwa yang dialaminya kepada Rasulullah SAW. Rasulullah dalam hal ini menjawab bahwa
belum ada keputusan dari Allah.
Dan dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW mengatakan, “Engkau telah diharamkan
bersetubuh dengan dia”. Lalu Khaulah berkata, “Suamiku belum menyebut kata-kata thalaq”.
Kemudian Khaulah berulang-ulang mendesak kepada Rasulullah supaya menetapkan suatu
keputusan dalam hal ini, sehingga turunlah ayat diatas.
،ِوامت ِ ص َّ ْون ال ُ سب ُ ظواه ََر ِم ِنّوى ا َ ْو َ :وت ْ َْون ث َ ْعلَبَوةَ قَال
ِ ت َما ِلوكٍ ب ِ َع ْن خ َْولَةَ ِب ْنو
:ُس ْو ُل هللاِ ص يُ َجا ِدلُنِى فِ ْي ِه َو يَقُ ْول ُ س ْو َل هللاِ ص ا َ ْش ُك ْو اِلَ ْي ِه َو َر ُ فَ ِجئْتُ َر
س ِوم َع هللاُ قَ ْوو َل َ آن ا قَ ْد ُ فَ َما بَ َر َح َحتَّى نَزَ َل اْلقُ ْر، فَ ِانَّهُ اب ُْن َع ِ ّم ِك،َاِت َّ ِقى هللا
،ُ الَ يَ ِجد:ت ْ َ قَال،ً يَ ْعتِ ُق َرقَبَة:ض فَقَا َل ِ الَّتِ ْي ت ُ َجا ِدلُ َك فِى زَ ْو ِج َها} اِلَى اْلفَ ْر
اِنَّوهُ شَو ْي ٌٌ َكبِي ٌْور َموا،ِس ْوو َل هللا ُ يَا َر:ت ْ َ قَال،ش ْه َري ِْن ُمتَتَابِعَي ِْن َ ص ْو ُم ُ َ فَي:قَا َل
ٍشو ْيء َ ون ْ َمووا ِع ْنودَهُ ِمو:وت ْ قَالَو.ع ِع ْم ِسو ِت ّيْنَ ِم ْسو ِك ْينًا ْ ُ فَ ْلوي: قَووا َل،صويَ ٍام ِ ون ْ ِبو ِه ِمو
هللا فَ ِا ِنّى
ِ س ْو َل ُ يَا َر:ت ْ َ قَال.ق ِم ْن ت َ ْم ٍر ٍ سا َعتَئِ ٍذ ِبعَ َرَ فَاَتَى: قَا َل،صدَّقَ ِب ِه َ َ يَت
ْ َ ت اِ ْذ َهبِوى فَوا
َط ِع ِمى بِ ِه َموا َع ْنوهُ ِسو ِت ّيْن ِ سو ْن ٍ سأ ُ ِع ْينُهُ بِعَ َر
َ قَو ْد ا َ ْح: قَوا َل.ق آخ ََر َ
ابو داود.عا َ َ َو اْلعَ َر ُق ِس ِت ّيْن،ار ِج ِعى اِلَى اب ِْن َع ِ ّم ِك
ً صا ْ ِم ْس ِك ْينًا َو
Dari Khaulah binti Malik bin Tsa’labah, ia berkata : Aus bin Shamit mendhiharku lalu aku datang
kepada Rasulullah SAW mengadu kepadanya, sedang Rasulullah SAW mengingatkan aku
seraya bersabda, “Takutlah kepada Allah, karena sesungguhnya suamimu itu anak pamanmu
sendiri”. Maka tetap situasinya demikian sehingga turun (ayat) Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah
mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya”. [QS. Al-
Mujadalah : 1] sampai kewajiban yang harus ditunaikan. Kemudian beliau bersabda lagi,
“Hendaklah ia memerdekakan hamba”. Lalu Khaulah menjawab, “Ia tidak bisa mendapatkan
(hamba)”. Nabi SAW bersabda, “Kalau begitu ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut”.
Khaulah menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya dia itu sudah sangat tua, sudah tidak kuat
berpuasa”. Nabi SAW bersabda, “Hendaklah ia memberi makan enam puluh orang miskin”.
Khaulah menjawab, “Ia tidak mempunyai apapun yang bisa ia sedeqahkan”. (Perawi) berkata,
“Lalu ketika itu Nabi SAW memberinya satu araq kurma”. Khaulah berkata, “Ya Rasulullah, aku
(juga) akan membantunya dengan satu araq kurma (lagi)”. Rasulullah SAW bersabda, “Bagus,
pergilah lalu berikanlah kepada enam puluh orang miskin dan kembalilah kepada anak
pamanmu (suamimu)”. Satu araq itu sama dengan enam puluh sha’. [HR. Abu Dawud]
ْ ُ فَ ْل وي:و الحموود معنوواه لكنووه لووم يووذكر قوودر العوورق و قووال فيووه
َع ِع ْم ِس و ِت ّيْن
.ِم ْس ِك ْينًا َو ْسقًا ِم ْن ت َ ْم ٍر
Dan oleh Ahmad semakna dengan hadits diatas, tetapi ia tidak menyebutkan ukuran satu ‘araq
dan Nabi SAW bersabda dalam riwayat ini, “Hendaklah dia memberi makan satu wasaq (60
sha’) kepada enam puluh orang miskin”.
َو،عا
ً صوا َ َ َو اْلعَ َور ُق ِم ْكتَو ٌل ي:و البى داود فى روايوة اخورى
َ َسو ُع ثَالَثِويْن
َ َ هذَا ا:قَا َل
ص ُّح
Dan oleh Abu Dawud dalam riwayat lain (dikatakan), “Dan araq itu satu ukuran yang berisi tiga
puluh sha’”. Dan ia berkata, “Inilah yang lebih sah”.
ون
ِ ظوواه ََر ِمو َ ي ص قَ و ْد َّ واس ا َ َّن َر ُج والً اَتَووى النَّ ِب و
ٍ ون َعبَّو ِ ون ِع ْك ِر َم وةَ َعو
ِ ون ا ْبو ْ َعو
ُظواه َْرتُ ْام َرأَتِوى فَ َوقَ ْعوت َ اِ ِنّوى،هللا
ِ س ْوو َل ُ يَا َر: فَ َوقَ َع َعلَ ْي َها فَقَا َل،ْام َرأَتِ ِه
ُ َرأ َ ْيوت: قَوا َل.ُ َما َح َملَ َك َعلَى ذ ِل َك؟ يَ ْر َح ُم َك هللا: فَقَا َل،َعلَ ْي َها قَ ْب َل ا َ ْن ا ُ َك ِفّ َر
َ خ َْلخَالَ َهووا فِووى
.ُ فَوالَ ت َ ْق َربَ َهووا َحتَّووى ت َ ْفعَو َل َمووا ا َ َمو َور َ هللا: قَووا َل.َو ْوو ِء اْلقَ َمو ِور
الخمسة اال احمد وصححه الترمذى
Dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, bahwa sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi
SAW (menerangkan bahwa) ia telah mendhihar istrinya, lalu ia mencampurinya. Kemudian ia
bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah mendhihar istriku, lalu aku mencampurinya
sebelum aku membayar kafarat (maka apakah yang harus aku lakukan) ?”. Nabi SAW
bertanya, “Semoga Allah merahmatimu. Apakah yang mendorongmu berbuat demikian itu ?”. Ia
menjawab, “Aku melihat gelang kakinya dalam sinar bulan”. Nabi SAW bersabda, “Hendaklah
engkau tidak mendekatinya sehingga engkau laksanakan apa yang diperintahkan Allah
kepadamu”. [HR. Khamsah kecuali Ahmad dan disahkan oleh Tirmidzi]
~oO[ A ]Oo~
[Bersambung]
Perbuatan kaumnya Nabi Luth AS sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT :
َ شةَ َما
َسبَقَ ُك ْم ِب َها ِم ْن ا َ َح ٍد ِ ّمن َ احِ َطا اِ ْذ قَا َل ِلقَ ْو ِمه اَتَأْت ُ ْونَ اْلفً َو لُ ْو
آء بَ ْل ا َ ْنت ُ ْم قَ ْو ٌمِ س َ ُّون ال ِن
ِ الر َجا َل َش ْه َوة ً ِ ّم ْن د ّ ِ َ) اِنَّ ُك ْم لَتَأْت ُ ْون80( َاْلعَالَ ِميْن
ال قَ ْو ِمه اِالَّ ا َ ْن قَالُ ْوآ ا َ ْخ ِر ُج ْو ُه ْم ِ ّم ْن
َ ) َو َما َكانَ َج َو81( َُّم ْس ِرفُ ْون
ََت ِمن ْ ) فَا َ ْن َجيْنهُ َو ا َ ْهلَه اِالَّ ْام َرأَتَه َكان82( َع َّه ُر ْون ٌ اِنَّ ُه ْم اُن،قَ ْريَتِ ُك ْم
َ َ َاس يَّت
ُْْ َكانَ َعا ِقبَة َ ظ ْر َكي ُ فَا ْن،ع ًرا
َ ع ْرنَا َعلَ ْي ِه ْم َّمَ ) َو ا َ ْم83( َاْلغَا ِب ِريْن
84-80 :) االعراف84( َاْل ُم ْج ِر ِميْن
Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada
kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?". (80)
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (81)
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Lut dan pengikut-pengikutnya)
dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan
diri." (82)
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-
orang yang tertinggal (dibinasakan). (83)
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang berdosa itu. [QS. Al-A’raaf : 80-84]
ََ ْي ِف ْي فَال
َ آلء ِ ) قَا َل اِ َّن ِّ َِ ه ُؤ67( ََو َجآ َء ا َ ْه ُل اْل َم ِد ْينَ ِة يَ ْست َ ْبش ُِر ْون
) قَالُ ْوآ ا َ َولَ ْم نَ ْن َه َك َع ِن69() َو اتَّقُوا هللاَ َو الَ ت ُ ْخ ُز ْو ِن68(ض ُح ْو ِن َ ت َ ْف
) لَعَ ْم ُر َ اِنَّ ُه ْم لَ ِف ْي71(َِ ين ْ آلء بَنَاتِ ْي اِ ْن ُك ْنت ُ ْم فَا ِع ِلِ ) قَا َل ه ُؤ70( َاْلعلَ ِميْن
) فَ َجعَ ْلنَا َعا ِليَ َها73( َص ْي َحةُ ُم ْش ِر ِقيْن َّ ) فَا َ َخذَتْ ُه ُم ال72( َس ْك َر ِت ِه ْم يَ ْع َم ُه ْون َ
74-67 :) الحجر74(ارة ً ّم ْن ِس ِ ّج ْي ٍل َ سافِلَ َها َو ا َ ْم
َ ع ْرنَا َعلَ ْي ِه ْم ِح َج َ
Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Lut) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-
tamu itu.(67)
Lut berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu
(kepadaku), (68)
dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina".(69)
Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" (70)
Lut berkata: "Inilah putri-putri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak
berbuat (secara yang halal)". (71)
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. (73)
Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan
batu dari tanah yang keras. [QS. Al-Hijr : 67-74]
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu
melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Lut berkata: "Hai kaumku, inilah putri-putri (negeri)
ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu
mencemarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang
berakal?" (78)
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan
terhadap putri-putrimu, dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami
kehendaki." (79)
Lut berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku
dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)." (80)
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu,
sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa
keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara
kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa
mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh;
bukankah subuh itu sudah dekat?". (81)
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,
(82)
yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.
(83) [QS. Huud : 77-83]
َ شةَ َما
َسبَقَ ُك ْم بِ َها ِم ْن ا َ َح ٍد ِ ّمن َ اح ِ َطا اِ ْذ قَا َل ِلقَ ْو ِمه اِنَّ ُك ْم لَتَأْت ُ ْونَ اْلف
ً َو لُ ْو
س ِب ْي َل َو تَأْت ُ ْونَ فِ ْي َ الر َجا َل َو ت َ ْق
َّ ععُ ْونَ ال ّ ِ َ) َءاِنَّ ُك ْم لَتَأْت ُ ْون28( َاْلعلَ ِميْن
هللا اِ ْن
ِ ل ِ ال قَ ْو ِمه اِآلَّ ا َ ْن قَالُوا ائْ ِتنَا بِعَذَا َ فَ َما َكانَ َج َو،نَا ِد ْي ُك ُم اْل ُم ْن َك َر
)30( َص ْرنِ ْي َعلَى اْلقَ ْو ِم اْل ُم ْف ِس ِديْن ُ ل ا ْنِ ّ ) قَا َل َر29( َص ِدقِيْن ّ ت ِمنَ ال َ ُك ْن
30-28 :العنكبوت
Dan (ingatlah) ketika Lut berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar
mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari
umat-umat sebelum kamu". (28)
Lut berdoa: "Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat
kerusakan itu". (30) [QS. Al-‘Ankabuut : 28-30]
) َءاِنَّ ُك ْم54( َْص ُر ْون ِ شةَ َو ا َ ْنت ُ ْم تُبَ اح ِ َطا ِا ْذ قَا َل ِلقَ ْو ِمه ا َتَأْت ُ ْونَ اْلف
ً َو لُ ْو
) فَ َما55( َ بَ ْل ا َ ْنت ُ ْم قَ ْو ٌم ت َ ْج َهلُ ْون،آء ِ س َ ِّش ْه َوة ً ِم ْن د ُْو ِن الن َ الر َجا َل ّ ِ َلَتَأْتُون
ٌ ال قَ ْو ِمه ِاآلَّ ا َ ْن قَالُ ْوآ ا َ ْخ ِر ُج ْوآ ا َل لُ ْوطٍ ِ ّم ْن قَ ْريَ ِت ُك ْم اِنَّ ُه ْم اُن
َاس َ َكانَ َج َو
)58( َع ُر اْل ُم ْنذَ ِريْن َ سآ َء َم َ َع ًرا ف َ ع ْرنَا َعلَ ْي ِه ْم َم َ ) َو ا َ ْم57( َع َّه ُر ْون َ َ يَت
58-54 :النمل
Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan fahisyah itu sedang kamu melihat (nya)?" (54)
Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita?
Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)". (55)
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Lut beserta keluarganya
dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya)
bersih". (56)
Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (57)
Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang
ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (58) [QS. An-Naml : 54-58]
) قَا َل اِنِّ ْي ِلعَ َم ِل ُك ْم167( َط لَت َ ُك ْون ََّن ِمنَ اْل ُم ْخ َر ِجيْن ُ قَالُ ْوا لَئِ ْن لَّ ْم ت َ ْنت َ ِه يلُ ْو
) فَنَ َّجيْنهُ َو ا َ ْهلَه169( َل ن ِ َّجنِ ْي َو ا َ ْه ِل ْي ِم َّما يَ ْع َملُ ْون ِ ّ ) َر168( َِمنَ اْلقَا ِليْن
) ث ُ َّم دَ َّم ْرنَا171( َ) اِالَّ َع ُج ْو ًزا ِف ْي اْلغَا ِب ِريْن170( َا َ ْج َم ِعيْن
)173( . َع ُر اْل ُم ْنذَ ِريْن َ سآ َء َم َ ) َو ا َ ْم172( َاْآلخ َِريْن
َ ع ْرنَا َعلَ ْي ِه ْم َم
َ َع ًرا ف
173-167 :الشعراء
Mereka menjawab: "Hai Lut, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu
termasuk orang-orang yang diusir" (167)
Lut berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu". (168)
(Lut berdoa): "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang
mereka kerjakan'. (169)
kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. (171)
Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-
orang yang telah diberi peringatan itu. (173) [QS, Asy_Syu’araa’ : 167-173]
َو،ِ لَعَنَ هللاُ َم ْن ذَبَ َح ِلغَي ِْر هللا:ي ص قَا َل ّ َّاس رض َع ِن النَّ ِب ٍ َع ِن اب ِْن َعب
َّ َو لَعَنَ هللاُ َم ْن َك َّمهَ ا َ ْع َمى َع ِن ال،ض
،س ِب ْي ِل ِ لَعَنَ هللاُ َم ْن َغي ََّر ت ُ ُح ْو ُم اْالَ ْر
ُ َو لَعَنَ هللا، َو لَعَنَ هللاُ َم ْن ت َ َولَّى َغي َْر َم َوا ِل ْي ِه،ب َوا ِلدَ ْي ِه َ َو لَعَنَ هللاُ َم ْن
َّ س
ابن حبا نفى. ٍ قَالَ َها ثَالَثًا ِفى َع َم ِل قَ ْو ِم لُ ْوط، ٍَم ْن َع ِم َل َع َم َل قَ ْو ِم لُ ْوط
صحيحه البيهقى
Dari Ibnu ‘Abbas RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Allah mela’nat orang yang
menyembelih untuk selain Allah. Allah mela’nat orang yang merubah batas-batas tanah. Allah
mela’nat orang yang menjerumukan orang yang tersesat jalan. Allah mela’nat orang yang
mencaci kedua orangtuanya. Allah mela’nat orang yang berwali kepada selain walinya. Allah
mela’nat orang yang mengerjakan perbuatan kaumnya Nabi Luth”. Beliau bersabda tentang
perbuatan kaumnya Nabi Luth itu tiga kali. [HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan Baihaqi]
ِ صدّ ْي
ق ّ ب اِلَى اَبِى بَ ْك ِر ال َ َ َع ْن ُم َح َّمد ِِِ ب ِْن اْل ُم ْن َكد ِِر ا َ َّن خَا ِلدَ بْنَ اْ َلو ِل ْي ِد َكت
،َ ل يُ ْن َك ُح َك َما ت ُ ْن َك ُح اْل َم ْرأَة ِ احى اْلعَ َر ِ َ َو
َ ض ِ رض اَنَّهُ َو َجدَ َر ُجالً فِى بَ ْع
ي ب ُْن ا َ ِبى
ُّ َو ِف ْي ِه ْم َع ِل،هللا ص ِ س ْو ِل ُ ال َر َ ص َح ْ َ فَ َج َّم َع ِلذ ِل َك اَبُ ْو بَ ْك ٍر ا
فَفَعَ َل هللاُ بِ ِه ْم،ٌاحدَة ِ اِ َّن هذَا لَ ْم ت َ ْع َم ْل بِ ِه ا ُ َّمةٌ اِالَّ ا ُ َّمةٌ َو: فَقَا َل َع ِلي،ب َ
ٍ طا ِل
س ْو ِل هللاِ ص ُ ال َر ُ ص َح ْ َ اجت َ َم َع ا ْ َ ف.ار ِ َّ ا َ َرى ا َ ْن ت ُ ْح َرقَ ِبالن،َما قَ ْد َع ِل ْمت ُ ْم
ابن ابى ابدنيا باسناد.ار ِ َّ فَا َ َم َر اَبُ ْو بَ ْك ٍر ا َ ْن يُ ْح َرقَ ِبالن.ار ِ َّا َ ْن يُ ْح َرقَ ِبالن
جيد
Dari Muhammad bin Munkadir, bahwasanya Khalid bin Walid menulis surat kepada Abu
Bakarsh-Shiddiq RA, bahwasanya dia (Khalid bin Walid) mendapati seorang laki-laki di
sebagian wilayah ‘Arab disetubuhi sebagaimana seorang wanita disetubuhi. Kemudian Abu
Bakar mengumpulkan para shahabat Rasulullah SAW dan diantara mereka ada ‘Ali bin Abu
Thalib. ‘Ali berkata, “Sungguh ini adalah suatu dosa yang tidak pernah dikerjakan oleh suatu
ummat selain satu ummat (ummatnya Nabi Luth), kemudian Allah menyiksa mereka
sebagaimana yang telah kalian ketahui. Aku berpendapat agar engkau membakar orang tersebut
dengan api”. Maka sepakatla pendapat para shahabat Rasulullah SAW untuk membakarnya
dengan api. Kemudian Abu Bakar memerintahkan (agar orang tersebut) dibakar dengan api.
[HR Ibnu Abid Dunyaa dengan sanad jayyid]
Keterangan :
Ayat-ayat dan hadit di atas menunjukkan haramna berbuat liwath (homosex). Adapun mengenai
hukuman bagi orang yang melakukan perbuatan itu, ulama berbeda pendapat. Sebaian
berpendapat bahwa merka itu harus dirajam, dn sebagian berpendapat bahwa mereka itu
dilemparkan dari suatu bangunan yang tinggi, lalu dilempari dengan batu, dan sebagian lagi
berpendapat bahwa mereka itu dibakar degan api.
Keterangan :
‘Ulama telah sepakat tentang haramnya menyetubuhi binatang. Tetapi mereka bereda pendapat
tentang hukumannya. Sebagian berpendapat bahwa orang tersebut harus dibunuh, sebagian lagi
berpendapat bahwa hukumannya sama dengan zina (kalau jejaa didera, tetapi jika sudah pernah
kawin dirajam). Ada lagi yang berpendapat bahwa orang tersebut harus didera, tetapi tidak
sampai seberat hukuman zina.
اِ ْست َ ْحيُ ْوا فَا َِّن هللاَ الَ يَ ْست َ ْحيِى:س ْو ُل هللاِ ص
ُ قَا َل َر:ع َم َر رض قَا َل ُ َع ْن
ابو يعلى باسناد جيد.ارهَا َ ّ َو الَ تَأْتُوا الن.ِمنَ اْل َح ّق
ِ َسا َء فِى ا َ ْدب
Dari ‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Malulah kalian ! Sesungguhnya Allah
tiak malu menerangkan kebenaran. Janganlah kalian menyetubuhi para wanita di dubur
mereka”. [HR. Abu Ya’la dengan sanad jayyid]
العبرانى فى.اء ِ سَ ّي ص نَ َهى َع ْن َم َحا ِ الن ّ َِع ْن َجابِ ٍر رض اَ َّن النَّب
:س ْو َل هللاِ ص قَا َل ُ اِ َّن َر: و الدارطن و لفظه.االوسط و رواتته ثقات
سا َء ِفى َ ّ الَ يَ ِح ُّل َمأْتَا َ الن.هللا فَا َِّن هللاَ الَ يَ ْست َ ْح ِيى ِمنَ اْل َح ّق
ِ َاِ ْست َ ْحيُ ْوا ِمن
.ش ْو ِش ِه َّن
ُ ُح
Dari Jabir RA, bahwasanya Nabi SAW melarang menyetubuhi wanita pada dubur mereka. [HR.
Thabrani di dalam Al-Ausath, para perawinya Tsiqat]. Dan Daruquthni meriwayatkan,
lafadhnya : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Malulah alian kepada Allah.
Sesungguhnya Allah tidak malu menerangkan kebenaran, tidak halal kamu menyetubuhi wanita
pada dubur mereka”.
َ ّ َم ْن اَتَى الن:هللا ص
سا َء فِى ُ قَا َل َر:َع ْن ا َ ِبى ُه َري َْرة َ رض قَا َل
ِ س ْو ُل
العبرانى فى االوسط راته ثقات.از ِه َّن فَقَ ْد َكفَ َر ِ اَع َج
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyetubuhi
wanita pada duburnya, sungguh dia telah kafir”. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath, para
perawinya tsiqat]
Keterangan :
Dari hadits-hadits di atas jelas menunjukkan tentang haramnya menyetubuhi wanita di duburnya.
~oO[ @ ]Oo~
َم ْن ت َ َردَّى ِم ْن َجبَ ٍل:هللا ص ِ س ْو ُل ُ قَا َل َر:َع ْن ا َ ِبى ُه َري َْرة َ رض قَا َل
َو َم ْن،َار َج َهنَّ َم يَت َ َردَّى ِف ْي َها خَا ِلدًا ُمخَلَّدًا ِف ْي َها اَبَدًا ِ سهُ فَ ُه َو فِى ن َ فَقَت َ َل نَ ْف
َار َج َهنَّ َم خَا ِلدًا ُمخَلَّدًا
ِ ساهُ فِى ن َّ س ُّمهُ فِى يَ ِد ِه يَت َ َحُ َ سه ُ فَ س ًّما فَقَت َ َل نَ ْف
ُ سى َّ ت َ َح
ِ فَ َح ِد ْيدَتُهُ فِى يَ ِد ِه يَت َ َو َّجأ ُ ِب َها فِى ن،ٍسهُ ِب َح ِد ْيدَة
َار َ َو َم ْن قَت َ َل نَ ْف،فِ ْي َها اَبَدًا
البخارى و مسلم و الترمذى و النسائى.َج َهنَّ َم خَا ِلدًا ُمخَلَّدًا ِف ْي َها اَبَدًا
Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menerjunkan diri
dari gunung untuk bunuh diri, maka dia di neraka jahannam menerjunkan diri di dalamnya,
kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa minum racun untuk bunuh
diri, maka racunnya itu di tangannya dia meminumnya di neraka jahannam kekal lagi dikekalkan
di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata
tajam itu di tangannya dia melukai dengannya di neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan di
dalamnya selama-lamanya”. [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasai]
،َُت ِب ِه ِج َرا َحةٌ فَاَتَى قَ َرنًا لَه ْ س ُم َرة َ رض ا َ َّن َر ُجالً َكان َ َع ْن َجا ِب ِر ب ِْن
ابن حبان فى.ي ص ُّ ِص ِّل َعلَ ْي ِه النَّب َ صا فَذَبَ َح بِ ِه نَ ْف
َ ُ فَلَ ْم ي،ُسه ً َفَا َ َخذَ ِم ْشق
صحيحه
Dari Jabir bin Samurah RA bahwasanya ada seorang laki-laki yang mengalami luka-luka,
kemudian dia menghampiri tempat anak panah dan melukai dirinya dengan anak panah
tersebut (sehingga mati). Maka Nabi SAW tidak mau menshalatkannya. [HR. Ibnu Hibban di
dalam Shahihnya].
ض َّحا ِ رض ا َ ْخبَ َرهُ ِباَنَّهُ بَايَ َع َّ ت بْنَ ال َ َع ْن ا َ ِبى قِالَبَةَ رض ا َ َّن ثَا ِب
ْ َعلَى َ َ َم ْن َحل:هللا ص قَا َل ِ س ْو َل ُ َو ا َ َّن َر،ش َج َر ِة َّ ت الَ هللا ص ت َ ْح ِ س ْو َل ُ َر
ُسه َ َو َم ْن قَت َ َل نَ ْف،يَ ِمي ٍْن بِ ِملَّ ِة َغي ِْر اْ ِال ْسالَ ِم َكا ِذبًا ُمتَعَ ِ ّمدًا فَ ُه َو َك َما قَا َل
َو، ُْس َعلَى َر ُج ٍل نَ ْذ ٌر فِ ْي َما الَ يَ ْم ِلك َ َو لَي،ِل ِب ِه يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة َ ّ عذُ ٍش ْيء َ ِب
ُسه َ َو َم ْن ذَبَ َح نَ ْف، َو َم ْن َر َمى ُمؤْ ِمنًا ِب ُك ْف ٍر فَ ُه َو َكقَتْ ِل ِه،لَ ْع ُن اْل ُمؤْ ِم ِن َكقَتْ ِل ِه
البخارى و مسلم و ابو داود و النسائى.ِل بِ ِه يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِة َ ّ عذُ ٍش ْيء َ ِب
ْس َعلَى َ لَي:ي ص قَا َل َّ اِ َّن النَّ ِب: و الترمذى و صححه و لفظه،باختصار
ف ُمؤْ ِمنًا َ َ َو َم ْن قَذ، َو الَ ِع ُن اْل ُمؤْ ِم ِن َكقَاتِ ِل ِه، ُاْل َم ْر ِء نَ ْذ ٌر فِ ْي َما الَ يَ ْم ِلك
سهُ يَ ْو َمَ ش ْيءٍ َعذَّبَهُ هللاُ بِ َما قَت َ َل بِ ِه نَ ْف َ ِسهُ ب َ َو َم ْن قَت َ َل نَ ْف،بِ ُك ْف ٍر فَ ُه َو َكقَاتِ ِل ِه
.اْل ِقيَا َم ِة
Dari Abu Qilabah RA bahwasanya Tsabit bin Dlahhak RA mengkhabarkan kepadanya
bahwasanya dia pernah berbaiat kepada Rasulullah SAW di bawah sebuah pohon. Dan
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersumpah atas suatu sumpah dengan
agama selain Islam secara dusta dengan sengaja, maka dia sebagaimana yang dia ucapkan.
Barangsiapa bunuh diri dengan sesuatu, maka dia akan disiksa dengannya pada hari qiyamat.
Tidak ada nadzar atas seseorang pada sesuatu yang tidak dia miliki. Mela’nat orang mukmin itu
seperti membunuhnya. Barangsiapa menuduh orang mukmin dengan kekafiran, maka dia
seperti membunuhnya. Dan barangsiapa yang bunuh diri dengan sesuatu untuk melukainya,
maka dia disiksa dengannya pada hari qiyamat”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasai
dengan diringkas. Dan Tirmidzi juga meriwayatkan dan dia menshahihkannya, lafadhnya] :
Sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada nadzar atas seseorang pada apa-apa yang dia
tidak memilikinya. Orang yang mela’nat orang mukmin, seperti orang yang membunuhnya.
Barangsiapa menuduh orang mukmin dengan kekafiran, maka dia seperti membunuhnya.
Barangsiapa membunuh diri dengan sesuatu, maka pada hari qiyamat Allah akan menyiksanya
dengan sesuatu yang dia pakai untuk bunuh diri itu”.
ْ ِب ِملَّ ِة ِس َوى َ َ َم ْن َحل:ي ص ُّ قَا َل النَّ ِب:ض َّحا ِ قَا َل َّ ت ب ِْن ال ِ َع ْن ثَا ِب
ش ْيءٍ َعذَّبَهُ هللاُ ِفى َ َو َم ْن قَت َ َل نَ ْف.اْ ِال ْسالَ ِم َكا ِذبًا ُمتَعَ ِ ّمدًا فَ ُه َو َك َما قَا َل
َ ِ سه ُ ب
س ْو َل هللاِ ص ُ و اما شعبة فحديثه ا َ َّن َر. هذا حديث سفيان.َار َج َهنَّ َم ِ ن
َ َو َم ْن ذَبَ َح نَ ْف:ْ ِب ِملَّ ِة ِس َوى اْ ِال ْسالَ ِم َكا ِذبًا فَ ُه َو َك َما قَا َل
ُسه َ َ َم ْن َحل:قَا َل
مسلم.ش ْيءٍ ذُ ِب َح ِب ِه يَ ْو َم اْل ِقيَا َم ِةَ ِب
Dari Tsabit bin Dlahhak ia berkata : Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan
agama selain Islam secara bohong dan sengaja, maka dia seperti apa yang diucapkan.
Barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu, maka Allah akan menyiksanya dengan
sesuatu itu di neraka jahannam”. Ini menurut riwayat Sufyan. Adapun menurut riwayat Syu’bah,
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam secara
bohong, maka dia seperti apa yang dia ucapkan. Dan barangsiapa menyembelih (melukai)
dirinya dengan sesuatu, maka dia akan dilukai dengan sesuatu itu pada hari qiamat”. [HR.
Muslim juz I, hal 105]
س ْو ِل هللاِ ص ُحنَ ْينًا فَقَا َل ِل َر ُج ٍل ِم َّم ْن ُ ش ِه ْدنَا َم َع َر َ :َع ْن ا َ ِبى ُه َري َْرة َ قَا َل
الر ُج ُلَّ ض ْرنَا اْل ِقتَا َل قَات َ َل َ فَلَ َّما َح.ار ِ َّ هذَا ِم ْن اَ ْه ِل الن:يُ ْد َعى ِبا ْ ِال ْسالَ ِم
ُت لَه َ الر ُج ُل الَّذِى قُ ْلَّ ،ِس ْو َل هللا ُ يَا َر: فَ ِق ْي َل.ٌصابَتْهُ ِج َرا َحة َ ًقِتَاال
َ َ ش ِد ْيدًا فَا
فَقَا َل.ات َ ش ِد ْيدًا َو قَ ْد َم َ ً فَ ِانَّهُ قَات َ َل اْليَ ْو َم قِتَاال.ار ِ َّ اِنَّهُ ِم ْن ا َ ْه ِل الن:آنِفًا
فَبَ ْينَ َما ُه ْم َعلَى.ال َ َ ض اْل ُم ْس ِل ِميْنَ ا َ ْن يَ ْرت ُ فَ َكادَ بَ ْع.ار ِ َّ اِلَى الن:ي ص ُّ النَّ ِب
فَلَ َّما َكانَ ِمنَ اللَّ ْي ِل لَ ْم.ش ِد ْيدًا
َ َول ِك َّن بِ ِه ِج َرا ًحا.ت ْ اِنَّهُ لَ ْم يَ ُم:ذ ِل َك اِ ْذ قِ ْي َل
، هللاُ ا َ ْكبَ ُر: فَقَا َل،ي ص ِبذ ِل َك ُّ فَا ُ ْخ ِب َر النَّ ِب.ُسه
َ اح فَقَت َ َل نَ ْفِ لج َر ِ ْص ِب ْر َعلَى ا ْ َي
َ اِنَّهُ ال،اس ِ َّ ث ُ َّم ا َ َم َر ِبالَالً فَنَادَى فِى الن.ُس ْولُه ُ هللا َو َر ِ ُا َ ْش َهدُ ا َ ِنّى َع ْبد
.اج ِر ِ َالر ُج ِل اْلف َّ ِ َو اِ َّن هللاَ يُ َؤ ِيّدُ هذَا ال ِدّيْنَ ب.ٌس ُم ْس ِل َمة ٌ يَ ْد ُخ ُل اْل َجنَّةَ اِالَّ نَ ْف
مسلم
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata : Saya ikut bersama Rasulullah SAW dalam perang Hunain.
Beliau bersabda terhadap seseorang yang diketahui keislamannya, “Orang ini termasuk ahli
neraka”. Ketika kami telah memasuki peperangan, orang itu berperang dengan garang, lalu dia
terluka. Ada yang melaporkan kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, orang yang engkau
katakan sebagai ahli neraka tadi, ternyata pada hari ini berperang dengan garang dan sekarang
sudah meninggal”. Nabi SAW bersabda, “Dia ke neraka !”. Sebagian kaum muslimin hampir-
hampir merasa ragu. Pada saat demikian itu, datang seseorang melapor, “Ternyata dia belum
mati, tetapi mengalami luka parah !”. Pada malam harinya, orang itu tidak sabar dengan
lukanya, lalu dia bunuh diri. Ketika Nabi SAW diberitahu yang demikian itu, maka beliau
bersabda, "Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya”.
Kemudian beliau memerintah Bilal supaya menyeru pada orang banyak, lalu Bilal
melaksanakannya, “Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa (diri) yang muslim.
Dan sesungguhnya Allah menguatkan agama ini dengan orang yang jahat”. [HR. Muslim juz I,
hal 105]
Keterangan :
Dari ayat-ayat dan hadits-hadits diatas, jelaslah bahwa putus asa dan bunuh diri itu haram
hukumnya. Namun demikian, apabila ada orang Islam yang melakukan hal tersebut, tidak
otomatis dia menjadi kafir, dan ternyata Nabi juga memintakan ampun untuk seorang shahabat
setelah mendengar cerita mimpinya ATh-Thufail Ad-Dausiy tersebut. Dengan demikian, apabila
ada orang Islam yang mati bunuh diri, maka kitapun tetap berkewajiban menshalatkannya.
Adapun urusan dia dengan Allah, kita serahkan pada Allah, wallaahu a’lam.
~oO[ A ]Oo~
[Bersambung]