Anda di halaman 1dari 15

Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ...

157

Pendidikan Antikorupsi dalam Pembelajaran PKn


Sebagai Penguat Karakter Bangsa

Harmanto
PPKn FIS Universitas Negeri Surabaya
Korespodensi: Griya Kartika Blok C-8, Cemandi, Sedati, Sidoarjo. Email: armantofisunesa@gmail.com

Endang Danial A.R.


PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Korespodensi: Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154. Email: endangdanial@gmail.com

Abstract: This study aims to examine, discover the basic ideas of the conceptual-theoretical framework
and implementation anti-corruption education through the Citizenship Education as reinforcement
learning nation’s character. This study used a qualitative approach, data collection techniques with
the documentation, interviews, and observation. These results indicate that the construction of civ-
ic education teachers about corruption and the corruption that contributed to the construction of
the students, in addition to the influence of mass media and electronics. Factors supporting the
character development of students through anti-corruption education is divided into two categories,
namely internal and external. Syllabus development, indicators, goals, scenarios, learning resources,
media, models, methods, learning strategies, and evaluation tools need to be repaired because there
are many shortcomings to be able to strengthen the nation’s character.

Keywords: anticorruption education, citizenship education, nations character

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, menemukan ide-ide dasar kerangka konseptual-
teoritis dan implementatif pendidikan antikorupsi melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai penguat karakter bangsa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpul-
an data dengan dokumentasi, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
konstruksi guru Pendidikan Kewarganegaraan tentang korupsi dan antikorupsi memberikan andil
yang besar kepada konstruksi siswa, di samping pengaruh dari media massa dan elektronik. Faktor
pendukung pembinaan karakter siswa melalui pendidikan antikorupsi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu internal dan eksternal. Pengembangan silabus, indikator, tujuan, skenario, sumber belajar, media,
model, metode, stategi pembelajaran, dan alat evaluasi perlu diperbaiki karena masih banyak kekurang-
an untuk dapat memperkuat karakter bangsa.

Kata kunci: pendidikan antikorupsi, PKn, karakter bangsa

Dalam rangka pemberantasan korupsi di Indonesia ansa dan atmosfer yang mendukung upaya untuk
tidak cukup hanya dengan penegakkan hukum (law menginternalisasikan nilai dan etika yang hendak dita-
enforcement) semata, tetapi harus dihadapi dengan namkan, termasuk di dalamnya perilaku antikorupsi.
semangat dan atmosfer antikorupsi melalui pendidik- Pendidikan Antikorupsi (PAK) dapat dimasukan
an. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanam- dalam kurikulum sekolah, namun tidak berdiri sendiri
kan pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi melalui sebagai mata pelajaran. PAK dapat diintegrasikan
sekolah, karena sekolah adalah proses pembudayaan dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada se-
(Hassan, 2004). Sekolah sebagai lingkungan kedua hingga mampu mewarnai pola pikir, sikap, dan perila-
bagi siswa dapat menjadi tempat pembangunan ka- ku siswa. Untuk maksud tersebut dukungan kultur
rakter dan watak. Caranya, sekolah memberikan nu- dan iklim sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam

157
158 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

konteks penanaman nilai dan pembentukan karakter nanamkan sikap dan perilaku antikorupsi yang selalu
siswa. Salah satu mata pelajaran yang dapat mengin- inheren dengan perikehidupan siswa saat ini dan yang
tegrasikan PAK adalah Pendidikan Kewarganegara- akan datang.
an (PKn). PKn menjadi sangat strategis di tengah Adanya PAK dalam pembelajaran PKn diharap-
upaya pemerintah dalam membangun karakter bang- kan mampu memberikan bekal awal tentang pengeta-
sa mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai huan, pemahaman, dan akibat korupsi, sikap dan peri-
dengan Perguruan Tinggi (PT). Dalam PKn akan laku antikorupsi yang selalu terkonstruk dalam diri
ditanamkan nilai-nilai dan kompetensi baik menyang- siswa. Konstruk siswa yang baik memandang korup-
kut civic knowledge, civic skills, dan civic disposi- si sebagai bentuk kelainan, penyakit, dan sejenisnya
tions/virtue (Center for Civic Education, 1999). sebagaimana dalam teori fungsional struktural yang
Bahkan Zuriah (2011:1) menyatakan bahwa PKn disampaikan oleh Merton (1968, dalam Ritzer dan
menjadi instrumen fundamental dalam bingkai pendi- Goodman, 2003) tentang anomie yang diadopsi dari
dikan nasional sebagai media pembentukan karakter pandangan sosiolog dari Prancis Emile Durkheim.
bangsa. Urgensi pembentukan pengetahuan, kete- Anomie merupakan kesenjangan antara tujuan-tujuan
rampilan, dan watak/perilaku antikorupsi sebagai pilar sosial bersama dan cara-cara yang sah untuk menca-
dalam pendidikan karakter bangsa karena upaya dila- painya. Individu yang mengalami anomie akan beru-
kukan pemerintah Indonesia dalam pemberantasan saha mencapai tujuan bersama dari suatu masyarakat,
korupsi, mulai dari pembuatan berbagai peraturan, namun tidak dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut
pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan sah karena berbagai keterbatasan sosial. Aki-
(KPK), dan penegakan hukum belum menunjukkan batnya, individu akan memperlihatkan perilaku me-
hasil yang menggembirakan. PAK di sekolah menga- nyimpang untuk memuaskan diri sendiri. Anomie me-
jak siswa secara sadar membangun mental bahwa rupakan bentuk perilaku menyimpang karena adanya
korupsi adalah penyakit yang merugikan diri sendiri, benturan dalam struktur sosial atau untuk mencapai
masyarakat serta masa depan bangsa (Darmawan, tujuan tertentu melalui bentuk-bentuk yang menyim-
2010:3). PAK di sekolah tidak diarahkan pada upaya pang (Johnson, 1986:154). Hal ini mengisyaratkan
untuk melakukan gerakan praktis pemberantasan ko- bahwa korupsi dengan berbagai macam modus dan
rupsi sebagaimana dilakukan oleh aparat penegak tujuannya merupakan bentuk anomie yang tidak dapat
hukum, tetapi lebih menitikberatkan pada penanaman diterima oleh kebudayaan.
pengetahuan dasar tentang korupsi dan antikorupsi, Salah satu upaya mencegah korupsi dan me-
sikap, dan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung ja- ngembangkan sikap antikorupsi melalui sekolah telah
wab, disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah, dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
adil, kerja keras, sederhana, dan lain-lain. pada tahun 2009. Upaya tersebut diawali dengan me-
Pandangan yang lebih eksplisit dalam kesimpul- nyusun buku panduan PAK yang diberi nama Pendi-
an penelitian disampaikan oleh Center for Indone- dikan Anti Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Anti
sian Civic Education (2000: 43) bahwa content for KKN). Sebagai pilot project ditetapkan tiga mata
the new civic education should include key con- pelajaran yang mengintegrasikan PAK yakni PKn,
cepts such as democracy, good governance, anti- Agama, dan Bahasa Indonesia, serta budaya sekolah
corruption, the constitutional, national identity, yang disisipi dengan PAK mulai Sekolah Dasar (SD)
and civic value. Hasil kesimpulan ini memberikan sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) (Di-
penguatan urgensi wawasan antikorupsi sebagai sa- nas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, 2009). Pilihan
lah satu paradigma baru isi PKn. Rekomendasi Cen- strategi untuk menanamkan nilai, pola pikir, sikap,
ter for Indonesian Civic Education menjadi salah dan perilaku antikorupsi melalui pendidikan didasari
satu dasar dalam tujuan PKn pada jenjang pendidikan atas pemikiran bahwa sekolah adalah proses pembu-
dasar dan menengah yaitu “berpartisipasi secara aktif dayaan, sebagai lingkungan kedua bagi anak yang
dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dapat menjadi tempat pembangunan karakter dan
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan ber- watak. Oleh karena itu, jika sekolah dapat memberi-
negara, serta antikorupsi” (Permendiknas No. 22 kan semangat dan atmosfer yang sengaja diciptakan
Tahun 2006). Isi Permendiknas No. 22 Tahun 2006 untuk mendukung internalisasi nilai, sikap, dan perila-
menunjukkan betapa pentingnya PKn pada jenjang ku antikorupsi, diyakini akan dapat memberikan sum-
pendidikan dasar dan menengah sebagai wahana me- bangan yang amat berarti bagi upaya menciptakan
Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ... 159

generasi bangsa yang tangguh dan berperilaku antiko- guru PKn, dan siswa tentang pelaksanaan PAK mela-
rupsi kelak di kemudian hari. lui pembelajaran PKn. Sedangkan pandangan, penga-
PAK melalui pembelajaran PKn dan budaya se- laman, pendapat kepala sekolah difokuskan pada visi,
kolah yang telah dilaksanakan selama dua tahun be- misi, budaya sekolah, dan kebijakan-kebijakan yang
lum dilakukan evaluasi, baik dari sisi kompetensi, bahan mendukung pelaksanaan PAK di sekolah. Observasi
bacaan, strategi pembelajaran, evaluasi, dan iklim se- dilakukan untuk mendapatkan data tentang kondisi
kolah macam apa yang mampu memberikan kontri- riil berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindak-
busi serta penguat terhadap PAK di sekolah. Upaya an terpola (Bungin, 2005:65) yang difokuskan pada
yang selama ini dilakukan sudah barang tentu masih strategi guru mengelola kelas, interaksi guru-siswa,
diperlukan analisis yang mendalam dan komprehensif siswa-siswa, dan aktivitas selama pembelajaran ber-
dalam rangka memberikan saran, masukan, perbaik- langsung. Budaya sekolah yang dimanifestasikan me-
an, dan mempertahankan program yang sama di ma- lalui perilaku warga sekolah, kantin kejujuran, kedisi-
sa depan. Di sinilah urgensi studi evaluatif interpreti- plinan, dan tanggung jawab diduga mendukung pelak-
vis terhadap pelaksanaan PAK melalui pembelajaran sanaan PAK. Dalam kaitan dengan observasi ini ma-
PKn di sekolah perlu untuk dilakukan. Untuk itu maka ka peneliti penempatkan dirinya sebagai observer par-
penelitian ini berupaya mengkaji, menemukan ide- tisipatif. Cara pengumpulan data yang ketiga adalah
ide dasar kerangka konseptual-teoritis dan implemen- catatan dan dokumen, yang diperlukan untuk mem-
tatif PAK melalui pembelajaran PKn sebagai pengu- bantu dalam melakukan analisis. Dokumen yang digu-
at dalam pembinaan karakter bangsa. nakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Dokumen
internal yang digunakan dalam penelitian ini adalah
METODE (1) visi, misi, program kerja, dan kebijakan sekolah
Penelitian evaluasi ini menggunakan pendekatan serta (2) silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
kualitatif. Pemilihan pendekatan evaluasi kualitatif (RPP) mata pelajaran PKn yang disusun guru. Do-
ditempuh dengan pertimbangan sebagai upaya pe- kumen formal yang dimanfaatkan meliputi: (1) Per-
ngembangan program terutama dari sisi proses pe- mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar Isi
rencanaan dan penerapan serta “menjaga agar tetap khususnya pada mata pelajaran PKn jenjang SMP/
naturalistik yang berguna untuk mengkaji implemen- MTs, (2) Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang
tasi program” (Patton, 2009:13). Dengan penelitian Standar Kompetensi Kelulusan khususnya pada mata
evaluatif dapat diketahui, dievaluasi, dan dinilai berda- pelajaran PKn jenjang SMP/MTs, (3) dokumentasi
sarkan dampak serta hasil aktualnya, bukan semata- lain yang dipandang perlu sebagai implementasi PAK
mata tujuan yang diinginkan sebelumnya (Scriven, di sekolah. Agar memiliki tingkat kepercayaan yang
1967 dalam Denzin dan Lincoln, 2009:702). Apa yang tinggi dalam penelitian ini upaya yang akan dilakukan
terjadi dalam program sering kali bervariasi seperti adalah memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam
halnya perubahan kondisi, perbedaan lokasi, pelaksa- proses pengumpulan data di lapangan baik pada saat
na di lapangan, atau hal lain yang tidak dapat diramal- wawancara maupun observasi, melakukan triangula-
kan atau diantisipasi sepenuhnya. si baik metode maupun sumber data, melibatkan te-
Dalam penelitian evaluatif ini peneliti mengguna- man sejawat yang tidak ikut penelitian, dan melaku-
kan metode interpretivis karena selalu berhubungan kan analisis negatif.
dengan kontekstualisasi makna dan realitas sosial se- Kriteria yang digunakan untuk mendapatkan in-
lalu dikonstruksi secara sosial pula (Denzin dan Lin- formasi adalah setting, actors, process (Miles dan
coln, 2009:704) berdasarkan atas interpretasi dan re- Huberman, 1993:56). Latar (setting) berkaitan de-
interpretasi secara konstan dari semua intensional, ngan situasi dan tempat berlangsungnya pengambilan
perilaku manusia yang bermakna, temasuk perilaku data, yakni di dalam kelas pada saat pembelajaran
peneliti (Smit, 1989:85). Teknik pengumpulan data berlangsung maupun di luar kelas. Pelaku (actors)
yang digunakan adalah wawancara mendalam, ob- yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah guru
servasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan se- PKn, kepala sekolah, penanggung jawab kantin keju-
telah mendapatkan data dokumentasi yang diperlu- juran, dan siswa SMP. Sedangkan kriteria proses
kan. Teknik wawancara mendalam digunakan untuk (process) adalah wawancara dan observasi antara
memperoleh data tentang pandangan, pengalaman peneliti dengan subjek/aktor berkaitan dengan fokus
160 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

masalah penelitian ini. Lokasi penelitian di SMPN A surga, dan neraka. Pejabat tinggi banyak yang
(Surabaya), SMPN B (Lamongan), SMPN C (Pasu- melakukan korupsi maka secara otomatis akan di-
ruan), SMPN D (Malang), SMPN E (Mojokerto), tiru pejabat yang di bawahnya. (Sumber: hasil wa-
dan SMPN F (Madiun). Pemilihan lokasi dipilih atas wancara dengan kepala sekolah: diolah).
pertimbangan bahwa lokasi penelitian tersebut ada Pernyataan yang tidak jauh berbeda disampai-
kantin kejujuran dan kesediaan dalam memberikan kan guru PKn, bahkan lebih detail dalam menyikapi.
Kami sangat heran dengan fenomena korupsi di
informasi terkait dengan penelitian ini. Informan da-
Indonesia, semakin hari bukannya berkurang teta-
lam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PKn, pi semakin bertambah, baik di tingkat pusat mau-
penanggung jawab kantin kejujuran dan siswa. pun daerah. Hukuman yang dijatuhkan ternyata
Tahap-tahap analisis data secara umum dilaku- tidak memberi efek jera pelaku korupsi. Pemerintah
kan dengan cara membuat manajemen data secara segera meninjau ulang hukuman bagi koruptor.
pragmatis yakni langkah-langkah yang diperlukan un- Misalnya, orang yang telah terbukti sah dan meya-
tuk mengolah kumpulan data secara sistematik dan kinkan melakukan korupsi dengan kerugian di
koheren (Huberman dan Miles, 2009:591). Jika data atas 10 milyar rupiah perlu dihukum mati atau di-
hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi telah miskinkan atau perlu diberi cap (label) sebagai
terkumpul akan dilakukan reduksi data, artinya data teroris berdasi. Pemberian hukuman mati dan la-
bel sebagai teroris, setidaknya kalau mau korupsi
yang demikian banyak disederhanakan berdasarkan
akan berpikir ulang, karena akibat perbuatan itu
kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, ka- bukan saja bagi dirinya tetapi juga keluarga. Ba-
sus, instrumen penelitian yang digunakan. Data yang yangkan bagaimana keluarga kita kalau diberi
telah terkumpul dirangkum, diberi kode, dirumuskan label sebagai teroris berdasi. Pemiskinan penting,
berdasarkan tema, dikelompokkan, dan disajikan se- supaya setelah keluar dari penjara masih merasa-
cara tertulis. Setelah itu, dilakukan penyajian data kan akibat dari korupsi. Kami melihat banyak ko-
sebagai informasi padat terstruktur yang memungkin- ruptor masih hidup bergelimang harta setelah kelu-
kan untuk diinterpretasi dan disimpulkan. Teknik anali- ar dari penjara. Ia masih dapat hidup dengan layak
sis yang digunakan dalam penelitian evaluasi adalah meskipun telah dipecat. Bahkan juga hidup dengan
analisis isi, domain, dan Focus Group Disscusion terhormat. Ini kan menunjukkan bahwa hukuman
yang diberikan sama sekali tidak memberikan efek
(FGD). Ketiga analisis data di atas dilakukan dengan
jera. (Sumber: hasil wawancara dengan guru PKn:
menggunakan langkah-langkah analisis induktif seba- diolah).
gaimana yang disampaikan oleh Patton (1990:390) Masyarakat juga memberikan andil yang cukup
bahwa inductive analysis means that the patterns, besar dalam menyuburkan praktik korupsi di Indone-
themes, and categories of analysis come from the sia. Indikator yang nampak misalnya, (1) memberi
data, they emerge out of the data rather than uang kepada oknum polisi karena melanggar peratur-
being imposed on them prior to data collection an lalulintas, ia tidak mau mengikuti prosedur resmi
and analysis. Ini berarti bahwa dalam analisis induk- dengan cara menghadiri sidang di pengadilan, (2) ba-
tif mencakup pola-pola, tema, dan katagori-kategori nyak orang yang mengambil jalur pintas agar lebih
yang berasal dari data yang telah dikumpulkan agar cepat pada saat mengurus Kartu Tanda Penduduk
bermakna baik. (KTP) dan Surat Ijin Mengemudi (SIM) melalui ok-
num petugas, dan lain-lain.
HASIL Kepala sekolah dan guru PKn sepakat bahwa
upaya penegakkan hukum yang menekankan aspek
Dalam pandangan kepala sekolah, korupsi di sanksi saja tidak cukup, tetapi harus diimbangi de-
Indonesia sudah sampai pada tahap membahayakan ngan upaya lain melalui PAK. PAK dapat dimasukkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. dalam kurikulum sekolah yang tertintegrasi maupun
Kami benar-benar miris (merinding) melihat ko- berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Salah satu ma-
rupsi di Indonesia yang melibatkan para pejabat ta pelajaran yang dapat mengintegrasikan PAK di
yang nilainya tidak tangung-tanggung, luar biasa sekolah adalah PKn. Seperti halnya pilot project
besarnya dan terjadi di semua kementerian, tanpa
PAK jenjang SMP di Jawa Timur yang sudah berjalan
terkecuali. Termasuk di lingkungan kementerian
agama yang notabene merupakan lembaga yang
sejak tahun 2009 terintegrasi pada mata pelajaran
identik dengan urusan iman, taqwa, dosa, pahala, PKn kelas VIII, dalam bentuk kantin kejujuran, dan
Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ... 161

budaya sekolah. Pada mata pelajaran PKn kelas VIII ada sudah banyak sehingga tinggal memanfaatkan
semester gasal secara eksplisit ada Kompetensi Da- saja. Ada dua sekolah (SMPN B dan SMPN D)
sar (KD) yang berkaitan dengan korupsi dan anti- menggunakan sumber belajar media elektronik, na-
korupsi. mun tidak disebutkan secara terperinci dalam RPP.
Pengembangan rumusan tujuan PAK dalam Ketika ditanyakan kepada guru PKn, ia memberikan
RPP pada pelajaran PKn, kelas VIII semester gasal klarifikasi yang dimaksud dengan sumber belajar
jenjang SMP, dapat dilihat pada Tabel 1. elektronik adalah berita atau acara yang menyajikan
Sumber belajar siswa dalam PAK melalui pem- kasus korupsi dari berbagai stasiun televisi. Sumber
belajaran PKn yakni Buku Sekolah Elektronik (BSE), belajar ini biasanya digunakan oleh guru untuk mem-
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan koran, yang diguna- berikan gambaran, contoh, atau memperkuat konsep
kan di seluruh lokasi penelitian ini. SMPN B, SMPN tentang korupsi dan antikorupsi di luar buku paket.
C, dan SMPN D, menggunakan sumber tambahan Model dan metode PAK dalam pembelajaran
berupa peraturan perundang-undangan. SMPN A dan PKn cukup bervariasi seperti pada Tabel 2, sementara
SMPN F menambahkan internet sebagai sumber bel- aktivitas di dalam kelas dapat dilihat pada Tabel 3.
ajar, dengan meminta siswa secara mandiri melaku- PAK dalam pembelajaran PKn juga dilakukan ases-
kan browsing dan mengunduh sebagai salah satu men untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan. Tek-
tugas. Tidak satupun guru PKn mengembangkan se- nik asesmen yang dikembangkan guru PKn dapat
cara khusus materi korupsi dan antikorupsi yang digu- dilihat pada Tabel 4.
nakan untuk kalangan internal sekolah. Alasan yang Pembelajaran PKn pada topik korupsi dan anti-
disampaikan antara lain kurang mampu, tidak mempu- korupsi di kelas VIII semester gasal, mampu membe-
nyai waktu, tidak efisien, dan sumber belajar yang rikan bekal pengetahuan yang memadai bagi siswa

Tabel 1. Tujuan PAK dalam Pembelajaran PKn Kelas VIII yang Dikembangkan Guru pada KD
3.4 dan 3.5
Kognitif
Sekolah Jml
C1 C2 C3 C4 C5 C6
SMP A 4 3 - 1 - - 8
SMP B 3 5 1 2 - - 11
SMP C 4 - - - - - 4
SMP D 3 5 1 2 - - 11
SMP E 1 2 2 - - - 5
SMP F 2 2 1 1 - - 6
Jumlah 17 17 5 6 0 0 45
Keterangan:
Sumber: data dokumentasi: diolah
C1, C2, dst. : tingkatan kognitif
A1, A2 dst. : tingkatan afektif

Tabel 2. Model dan Metode dalam PAK melalui Pembelajaran PKn

Model dan Metode yang Digunakan dal


Sekolah Tanya Diskusi Penu-
Ceramah Koo-pera
Jawab Kelas gasan
SMP A V V V - V
SMP B V V V V V
SMP C V V - V -
SMP D V V V V -
SMP E V V V V -
SMP F V V V - -
Sumber: data dokumentasi: diolah
162 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

Tabel 3. Aktivitas PAK dalam Pembelajaran PKn

Aktivitas Siswa dalam PAK


Dengarkan
Sekolah Tanya KerjakanLK Diskusi
Penjelasan
Jawab S Kelp.
guru
SMP A V V V -
SMP B V V - V
SMP C V V V V
SMP D V V - V
SMP E V V - V
SMP F V V V V

Sumber: data dokumentasi:diolah

Tabel 4.Teknik Asesmen PAK dalam Pembelajaran PKn


Teknik Asesmen
Sekolah Unju
Subjektif Objektif Lisan Projek
Kerja
SMP A V V
SMP B V - - V V
SMP C V - - V -
SMP D V - - V V
SMP E V - - - V
SMP F V - - - -

Sumber: data dokumentasi:diolah

SMP. Hal ini terlihat saat wawancara, mereka de- dipahami sebagai tindakan korupsi dan mendapatkan
ngan lancar dan percaya diri memberikan penjelasan sanksi yang sangat tegas yakni kertas ujian disobek
secara lisan tentang pengertian korupsi, sebab-sebab lima menit sebelum ulangan berakhir setelah menda-
korupsi, dan sikap yang jelas berkaitan dengan korupsi patkan peringkatan terlebih dahulu. Pemahaman sis-
di Indonesia. Siswa memaknai korupsi lebih banyak wa di SMPN A, B, C, D, E, dan F tentang contoh
pada aspek legal formal sebagaimana yang diatur korupsi di Indonesia sebagian besar diperoleh melalui
dalam undang-undang. pembelajaran PKn dan media cetak dan elektronik
Korupsi merupakan tindakan yang merugikan keu- serta internet. Ketika ada kasus-kasus korupsi besar
angan negara, mengambil dari negara yang bukan yang diberitakan secara terus menerus melalui televisi
menjadi haknya, terlambat mengajar itu sebenar- mempunyai pengaruh setidaknya pada pengetahuan
nya juga korupsi. Tindakan mengambil uang/ba- siswa, misalnya kasus Gayus Tambunan. Siswa justru
rang yang bukan menjadi haknya yang merugikan
lebih paham kasus Gayus Tambunan dibandingkan
negara untuk kepentingan pribadi atau kelompok-
nya, menyontek termasuk bagian dari korupsi. Me-
kasus-kasus korupsi di daerah (lokal) yang tidak dibe-
nyalahgunakan wewenang untuk kepentingan ritakan melalui televisi.
atau keuntungan pribadi dan merugikan keuangan Dalam pandangan siswa, ada dua faktor orang
negara. Tindakan penyalahgunaan wewenang melakukan korupsi, pertama, dorongan pribadi. Do-
atau jabatan, memperkaya diri sendiri yang dilaku- rongan pribadi muncul karena kurangnya pengamalan
kan secara disengaja dan merugikan kepentingan agama secara benar (kurangnya rasa keimanan), kei-
atau keuangan negara (Hasil wawancara dengan nginan kaya dengan cara yang mudah dan cepat.
siswa: data diolah). Kedua, berasal dari pengaruh lingkungan kerja, sis-
Bagi siswa SMPN A, C, D, F pengertian korupsi tem, dan kesempatan. Bagi siswa, antikorupsi dimak-
lebih banyak dipengaruhi oleh informasi yang disaji- nai sebagai: (1) sikap mencegah korupsi yang dimulai
kan oleh guru maupun dari buku paket PKn kelas hal-hal sederhana, dari diri sendiri seperti disiplin, (2)
VIII. Sedangkan bagi siswa SMPN B dan E, membe- bertindak jujur apa yang menjadi hak dan yang bukan
rikan definisi bahwa tindakan menyontek juga meru- menjadi hak kita, (3) berani melaporkan apabila ada
pakan korupsi. Hal ini karena di SMPN B menyontek tindakan korupsi yang dilakukan oleh siswa. Misalnya,
Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ... 163

tidak membayar di kantin, menyontek, berbohong dan penelitian ini mempunyai kantin yang ditunjuk oleh
lain-lain, (4) cara mencegah agar tidak melakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur berdasar-
korupsi, apapun bentuknya, (5) sikap menentang se- kan atas permintaan dari Kejaksaan Tinggi (Kejati)
gala bentuk korupsi, mulai dari yang sederhana seperti Jawa Timur pada tahun 2009. Kejati Jawa Timur
jujur, malu jika terlambat atau berbohong sampai de- memberikan modal awal sebesar Rp. 2.000.000,- (du-
ngan melaporkan ke pihak yang berwajib jika diperlu- a juta rupiah) untuk membuat atau membuka kantin
kan bila ada korupsi di sekolah yang dilakukan oleh kejujuran di sekolah. Selama kurun waktu tahun
guru atau kepala sekolah. 2009-2011, model pengelolaan kantin kejujuran dibagi
Sikap siswa melihat kondisi korupsi di Indonesia menjadi dua macam, yakni semi terbuka dan terbuka
sudah melampaui batas kewajaran. Siswa memberi- penuh. Kantin model semi terbuka dengan variasi
kan indikator ketidakwajaran kondisi korupsi di Indo- (1) siswa mengambil barang kemudian membayar
nesia seperti: (1) jumlah yang dikorupsi sudah sangat dengan uang pas sesuai dengan harga barang dan ti-
banyak sehingga akan dapat merugikan keuangan dak bisa mengambil uang kembalian, seperti di SMPN
negara, (2) dilakukan oleh para pejabat negara yang A, (2) siswa menyerahkan uang dulu kepada petugas
seharusnya memberikan contoh pada rakyat, (3) seti- jaga, jika uang untuk membeli memerlukan uang kem-
ap kantor/kementerian selalu ada kasus korupsi. Keti- bali, tetapi jika menggunakan uang yang sesuai de-
ka ditanyakan tentang wacana memiskinkan koruptor ngan harga barang, pembeli tinggal memasukan uang
mereka masih mengalami kebingungan, karena me- pada tempat yang telah disediakan (dibuat seperti
rasa tidak pernah mendapatkan informasi tentang hu- kotak amal di masjid), seperti di SMPN B, (3) Siswa
kuman dengan cara membuat miskin bagi koruptor. memasukan uang ke tempat yang telah disediakan,
Akan tetapi mereka menyatakan ketidaksetujuannya kemudian meminta kepada petugas untuk mengambil-
bila koruptor dihukum mati. Mereka berargumen bah- kan barang, seperti di SMPN F. Di SMPN F, kantin
wa hukuman mati bagi koruptor merupakan salah kejujuran tidak menjual makanan ringan karena men-
satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). jadi sekolah sehat nasional. Jadi yang dijual makanan
Ketika disodorkan sebuah pertanyaan tentang andai yang tidak menggunakan pembungkus plastik, seperti
orang tua Anda hanya sebagai seorang pegawai bakso, siomai, soto ayam, nasi pecel sehingga me-
biasa dengan gaji yang tidak terlalu besar tetapi mang penjual yang harus mengambilkan. Tetapi jika
tiba-tiba mampu membeli rumah dan mobil yang yang dibeli pisang goreng, ketela goreng, dan sejenis-
bagus, padahal tidak mempunyai penghasilan se- nya maka dapat mengambil sendiri. Terbuka penuh,
lain dari gaji. Apa yang akan Anda lakukan? yakni pembeli secara bebas dapat mengambil barang,
Jawaban atas pertanyaan tersebut, ada dua macam menyerahkan uang, dan mengambil uang kembalian
pandangan. Pertama, berani menanyakan langsung secara mandiri (self service). Kantin tidak ada yang
kepada orang tua dengan bahasa yang sopan tentang menjaga dan hanya dicek petugas pada pagi dan
asal uang yang digunakan untuk membeli rumah dan siang hari, seperti di SMPN C, D, dan E.
mobil tersebut. Kedua, tidak berani menanyakan Berdasarkan atas laporan keuangan selama ku-
langsung tetapi melalui perantara kakak atau ibu untuk run waktu 2009-2011 kantin yang masih bertahan
menanyakan kepada orang tua (ayah). Alasan mere- dan mendapatkan keuntungan di SMPN A, di SMPN
ka berani menanyakan karena jika benar bahwa uang B, SMPN C, SMPN E, dan SMPN F. Sedangkan di
yang diperoleh berasal dari korupsi bukan saja orang SMPN C selama periode 2009-2010 mengalami keru-
tua akan berusaha dengan masalah hukum akan tetapi gian dan pada tahun 2001 grafik keuntungan mulai
mereka akan mendapatkan rasa malu besar di sekolah terlihat. Di SMPN D di samping mengalami kerugian
maupun di masyarakat. Rupanya mereka sering juga tidak ada lagi aktivitasnya. Budaya lain yang di-
membaca di koran bagaimana anak seorang koruptor kembangkan di semua sekolah yang menjadi lokasi
diejek dan dijauhi oleh teman-temanya. penelitian ini yang mendukung PAK adalah pengada-
PAK di sekolah akan berhasil apabila didukung an kas kelas dan disiplin. Sedangkan di SMPN B di-
oleh nilai-nilai tertentu yang dihabituasikan melalui kembangkan budaya antimenyontek. Dalam pelaksa-
budaya sekolah. Kantin kejujuran masih menjadi pilih- naan budaya antimenyontek didukung penuh semua
an utama bagi sekolah untuk menghabituasikan nilai guru dan tidak ada toleransi terhadap perilaku kecu-
kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepedulian, dan rangan pada saat ujian. Jika kedapatan siswa menyon-
rasa memiliki. Semua sekolah yang menjadi lokasi tek pada saat ulangan harian, ujian tengah maupun
164 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

akhir semester, lima menit sebelum waktu habis men- anggota kelompok (Merton, 1968 dalam Ritzer dan
jaga ujian/guru menyobek lembar jawaban dan diberi- Goodman, 2003:142). Menurut kepala sekolah dan
kan kesempatan untuk mengerjakan lagi dalam sisa guru PKn, korupsi telah menjadi budaya karena terjadi
waktu yang ada dan tidak ada tambahan. tingkat pusat sampai di daerah. Masyarakat ternyata
juga memberikan andil dalam menyuburkan praktik
korupsi, seperti: (1) memberi uang pada oknum polisi
PEMBAHASAN karena melanggar peraturan lalulintas, (2) mengambil
Kepala sekolah dan guru PKn sepakat bahwa jalur pintas agar lebih cepat pada saat mengurus Kar-
saat ini korupsi di Indonesia sudah sangat mengkha- tu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Ijin Mengemudi
watirkan bukan saja jumlah kerugian yang besar tetapi (SIM) melalui oknum petugas, dan lain-lain. Praktik
telah mengurat akar atau membudaya dalam perike- korupsi di atas dalam pandangan guru dan kepala
hidupan berbangsa dan bernegara. Di samping mem- sekolah merupakan bentuk kultur karena terorganisai
berikan hukuman yang setimpal, dalam pandangan dengan baik yang melibatkan struktur. “Struktur sosi-
guru PKn para koruptor layak untuk dimiskinkan se- al dimaknai sebagai seperangkat hubungan sosial
bagai bentuk keadilan yang berperikehidupan karena yang terorganisir dengan berbagai macam cara meli-
dampak yang ditimbulkan demikian besar maka seca- batkan anggota masyarakat atau kelompok di dalam-
ra otomatis pemberian efek jera pun juga menyentuh nya” (Merton, 1968 dalam Ritzer dan Goodman,
perikehidupan koruptor. Temuan ini sangat menarik 2003:142). Pemaknaan korupsi dalam perspektif teori
karena konstruksi guru PKn tentang korupsi mempu- hukum dan sosiologi oleh guru PKn diperkuat dengan
nyai dimensi yang luas, sampai dengan dimensi kon- pentingnya PAK di sekolah karena merupakan fungsi
septual-teoritis. pendidikan dalam rangka mengkonstruksi perilaku
Dimensi konseptual-teoritis ditunjukkan pada ur- dan sebagai gerakan budaya. Budaya memberikan
gensi memberikan hukuman dengan cara memiskin- kerangka berpikir bagi manusia. Sesuatu dipandang
kan koruptor. Memang tidak ada dalam peraturan salah atau benar bergantung pada sudut pandang
yang memberikan sanksi dengan cara memiskinkan yang dipergunakan.
bagi koruptor. Dalam konteks ini, guru PKn memak- Lembaga yang menempati posisi strategis da-
nai hukum bukan saja sebagai kaidah positif, legal lam pengembangan budaya antikorupsi adalah seko-
formal, legalistik-positivistik dengan “teleskop perun- lah. Hal ini karena “fungsi pendidikan adalah untuk
dang-undangan” (Rahardjo, 1999:142), namun mele- melakukan koreksi budaya” (Eby, 1952, dalam Dar-
takkan pada konteks sosial yang lebih besar. Hukum mawan, dkk, 2008; Hassan, 2004; Muhari, 2004;
tidak semata-mata dipahami sebagai suatu institusi Zuriah, 2008), yaitu koreksi terhadap budaya tidak
yang esoterik dan otonom namun sebagai bagian dari baik yang tumbuh dan berkembang dalam masyara-
proses sosial yang lebih besar (Rahardjo, 1999:4). kat. Pentingnya PAK di sekolah sejalan dengan pan-
Jika korupsi hanya dimaknai sebagai bentuk perbuat- dangan yang dikemukakan Heyneman (2002:75)
an yang melanggar kaidah legal formal, hukuman fi- bahwa ...public good nature of education and edu-
sik dan denda merupakan balasan yang wajar. Kondisi cation’s role in affecting social cohesion because
ini tentu tidak akan mampu mencerminkan perspektif education serves as a way of modeling good be-
kepentingan yang lebih luas dalam pemberantasan havior for children or young adults, allowing an
korupsi. Konstruksi guru PKn dalam konteks pembe- education system to become corrupt may be more
rantasan korupsi juga telah menyentuh aspek pemak- costly than allowing corruption in the customs
naan hukum sampai pendulum yang mengarah pada service or the policy. Sementara dalam pandangan
teori tatanan kebajikan. Konstruksi pada tatanan ke- Gugur dan Shah (2002) untuk mereduksi korupsi da-
bajikan ditunjukkan dengan kesediaan dan menerima lam suatu negara diperlukan adanya partisipasi war-
PAK sebagai kurikulum wajib di sekolah. Hal ini kare- ganegara dalam berbagai bentuk seperti mendirikan
na PAK sebagai upaya untuk mengembangkan rasa LSM, melakukan advokasi, berpendapat melalui me-
arete sebagai warga negara. dia, melalui sekolah sehingga menumbuhkan kepeka-
Pemaknaan korupsi guru PKn berdimensi kul- an jika terjadi korupsi. Pandangan yang berbeda di-
tur, struktur, dan anomie sekaligus. Kultur sebagai sampaikan Quah (2002) untuk pemberantasan korup-
perangkat nilai normatif yang terorganisir, yang me- si perlu tiga model: (1) anti-corruption legislation
nentukan perilaku bersama anggota masyarakat atau with no independent agency, (2) anti-corruption
Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ... 165

legislation with several agencies, (3) anti-corrup- danaan, namun sulit diharapkan hasilnya dalam waktu
tion legislation with an independent agency. Mo- yang singkat. Akan tetapi apabila pendekatan dengan
del yang dikembangkan Quah (2002) menekankan menggunakan jalur pendidikan ini berhasil, berimpli-
pada aspek penegakkan hukum melalui pembentukan kasi dalam jangka panjang (Supardan, 2009:115). Ke-
undang-undang dan lembaga pemberantasan korupsi tika masyarakat menganggap bahwa korupsi sebagai
yang independen. Hasil penelitian yang dilakukan Jain aib, mereka akan banyak berperan dalam menekan
(2001) bahwa sikap antikorupsi harus dibangun dari tingkat korupsi.
proses: (1) interaksi pemimpin pilihan rakyat dengan Dalam menanggapi model PAK di sekolah, khu-
birokrat, (2) interaksi antara birokrat dengan anggota susnya pada jenjang SMP belum ada kesepakatan.
legislatif, (3) interaksi antara birokrat dengan rakyat. Ada dua model yang masih menjadi perdebatan yakni
Dalam pola interaksi di atas terjadi peluang bureau- inklusif dan eksklusif. Masing-masing model mempu-
cratic corruption atau korupsi birokrasi. Wargane- nyai kelebihan dan kekurangan, namun saat ini yang
gara harus diberi pemahaman bahwa interaksi-inter- mempunyai peluang adalah model inklusif. Melalui
aksi itulah yang menjadi pangkal terjadinya korupsi. model inklusif memberikan kemudahan bagi siswa
Hasil penelitian serupa juga dilakukan oleh Sven- karena topik korupsi akan dikaji dari sudut pandang
sson (2005); Tella dan Ades (2007) dalam memerangi berbagai mata pelajaran. Siswa akan memperoleh
korupsi harus menggunakan pendekatan penegakkan pengalaman yang lebih komprehensif sekaligus mem-
hukum yakni dengan mengedepankan peraturan per- berikan wahana menyelesaikan masalah dari berba-
undang-undangan yang sangat rinci dan jelas yang gai perspektif disiplin ilmu. Misalnya, mata pelajaran
dilengkapi dengan penegakan secara ketat. Peneliti- PKn akan mengkaji korupsi dari prespektif hukum
an Svensson (2005); Tella dan Ades (2007) sama- positif dan moral, Agama akan melihat dari sisi hu-
sama memberikan contoh riil yang berhasil menggu- kum-hukum agama, sementara mata pelajaran IPS
nakan pendekatan ini, yakni Hong Kong dan Singa- akan melihat dari sisi dampak sosial. Pada mata pel-
pura. Secara kebetulan kedua negara tersebut memi- ajaran bahasa akan memandang dari sisi sastra, misal-
liki kesamaan dengan wilayah dan jumlah penduduk nya membuat esai tentang korupsi, membuat surat
yang kecil serta sektor ekonomi utama adalah perda- kepada koruptor, puisi tentang korupsi dan antikorup-
gangan. Dari sisi politik pun juga dianggap sebagai si. Mata pelajaran Seni dan Budaya dapat dijadikan
negara yang bukan demokrasi. Hasil penelitian Sven- sebagai bahan untuk menciptakan karya seni dengan
sson (2005) dan Tella dan Ades (2007), dikritik Wija- tema seputar korupsi dan antikorupsi, misalnya de-
yanto (2009:44) bahwa pendekatan penegakkan hu- ngan membuat karikatur. Mata pelajaran IPA dapat
kum belum tentu cocok diterapkan di Indonesia, kare- melakukan kegiatan yang berbasis pada nilai kejujur-
na dengan tindakan represif di negara demokrasi bu- an, misalnya praktikum di laboratorium. Jika hendak
kan tidak mungkin akan mengundang protes, belum mengintegrasikan PAK melalui mata pelajaran terten-
lagi ditambah dengan kondisi yang begitu kompleks tu hal penting yang harus dipersiapkan adalah me-
dan beragam seperti Indonesia merupakan tantangan ngembangkan RPP.
yang tidak mudah. Pengembangan pendekatan yang RPP PAK dalam PKn jenjang SMP yang dikem-
lain seperti bussinesman approach, market or bangkan guru kurang mampu mewujudkan tiga di-
economist approach, cultural approach mutlak di- mensi kompetensi PKn yakni civic knowledge, skill,
perlukan. PAK di sekolah merupakan bentuk cultural dan dispositio/virtue, khususnya berkaitan dengan
approach dalam rangka pecegahan korupsi. Dalam korupsi dan antikorupsi. Tujuan kognitif dan afektif
konteks pemberantasan korupsi di Indonesia, pem- masih dalam tingkatan rendah (C1 dan C2), yang di-
bentukan lembaga yang idependen, pengawasan keu- dominasi informasi verbal dan penerimaan serta parti-
angan oleh BPK, pengawasan pemerintahan oleh sipasi saja. Merujuk pada teori hasil belajar Gagne
DPR, pembuatan peraturan perundang-undangan, (1988:54-60) tujuan pembelajaran yang dikembang-
dan adanya LSM-LSM yang bergerak di bidang anti- kan guru menekankan intelektual skill pada jenjang
korupsi masih belum menunjukkan hasil yang meng- discrimination, concrete concept, dan rule using,
gembirakan. Untuk itu perlu diimbangi dengan lang- tetapi belum sampai problem solving. Anderson
kah alternatif pencegahan melalui sekolah sebagai (1985:17) memberinya istilah “declarative knowl-
gerakan budaya antikorupsi. PAK di sekolah meru- edge” sehingga lebih banyak bernuansa mengetahui
pakan pendekatan yang relatif efisien dalam hal pen- informasi “apa, kapan, dimana, dan siapa”, belum
166 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

mencapai pada tataran “mengapa, bilamana, dan se- meminta siswa untuk melakukan refleksi dengan
andainya”. Dalam pandangan Komalasari dan Budi- memberikan pertanyaan yang bersifat menggali nilai
mansyah (2008:93) untuk mencapai tujuan PKn jen- atau untuk mengetahui lebih lanjut.
jang SMP diperlukan keseimbangan ranah kognitif, Teknik asesmen yang digunakan dalam PAK
afektif, dan psikomotor. Tujuan kognitif harus lebih melalui pembelajaran PKn di semua sekolah menggu-
banyak penerapan, analisis-sintesis bahkan sampai nakan tes tulis dalam bentuk subjektif. Hanya dua
kreativitas sesuai dengan perkembangan intelektual sekolah yang menggunakan non tes yakni produk/
siswa SMP, bukan hanya pada pengetahuan dan proyek dan performance, namun tidak dilengkapi de-
pemahaman. Penelitian ini juga menemukan bahwa ngan rubrik yang memadai sehingga ada kecende-
tidak ada guru PKn yang secara khusus mengem- rungan unsur subjektivitas guru lebih menonjol. Tidak
bangkan materi/bahan ajar/bahan bacaan siswa ber- satupun guru PKn yang mengembangkan teknik self
kaitan dengan topik korupsi dan antikorupsi yang die- maupun peer asesmen. Sebenarnya guru PKn tahu
laborasi dari berbagai sumber. tentang self maupun peer asesmen, tetapi masih
Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan mengalami kebingungan dalam membuat dan mene-
menjadi pilihan yang pertama dan utama dalam PAK rapkan pada SK dan KD mana saja yang cocok.
melalui pembelajaran PKn. Meskipun ada yang Penilaian diri adalah suatu teknik di mana siswa di-
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe minta untuk menilai diri sendiri berkaitan dengan sta-
Jigsaw, namun masih kurang tepat secara konseptual tus, proses, sikap, pandangan, dan tingkat pencapaian
dalam menuliskan langkah-langkah maupun dalam kompetensi yang dipelajari (Rusijono, et al, 2010).
praktiknya. Tanya jawab, diskusi, dan penugasan le- Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif
bih banyak mengerjakan LKS dibandingkan dengan terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Ke-
melakukan aktivitas konstruktif untuk menggali pe- untungan penggunaan penilaian diri dapat menumbuh-
ngetahuan atau menguji berbagai hipotesis. Padahal kan rasa percaya diri peserta didik, menyadari kekuat-
aktivitas yang demikian sangat penting dalam rangka an dan kelemahan dirinya, dapat mendorong, membi-
memberikan pengalaman nyata kehidupan kemasya- asakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur.
rakatan dalam koridor psikopedagogis-konstruktif Konstruksi siswa tentang korupsi dan antikorup-
(Budimansyah, 2008:190), sementara Kerr (1999:15- si dipengaruhi guru, media massa, dan internet. Guru
16) menyebut sebagai ... involves student learning mempunyai peran sebagai agen untuk memengaruhi
by doing, throught active, partisipative experi- pandangan siswa tentang korupsi dan antikorupsi.
ences in the school or in local community and Dalam konteks PAK sebagai penguat karakter siswa,
beyond. Aktivitas guru dan siswa dalam PAK melalui teladan kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan
pembelajaran PKn terdapat persamaan di semua se- petugas kebersihan merupakan salah satu aspek pen-
kolah khususnya pada kegiatan pembuka dan penu- ting, sebagaimana pandangan yang dikemukakan Ki
tup. Kegiatan pembuka selalu diawali dengan absensi, Hajar Dewantoro yaitu ing ngarso sung tulodho
kebersihan kelas, mengecek persiapan siswa untuk (di depan memberikan contoh). Lickona (1991: 76)
belajar, dan menyampaikan kompetensi yang hendak memberikan istilah keteladanan sebagai “value are
dicapai. Beberapa guru PKn memberikan apersepsi cought”, artinya nilai-nilai yang dilakukan anak pada
dengan menyampaikan pertanyaan. Tidak satu pun dasarnya berasal dari (contoh) guru atau orang tua-
guru PKn menyampaikan cerita pendek yang berisi- nya. Oleh karena itu, PAK di sekolah tidak cukup
kan pesan-pesan moral yang terkait dengan materi, dengan membekali dengan seperangkat teori, tetapi
memberikan ilustrasi gambar, membacakan puisi, lebih dari itu, bagaimana guru dapat menjadi idola
konflik dalam suatu peristiwa, stimulus atau kegiatan perilaku bagi siswa. Dalam rangka membina karakter
refleksi lain dalam kegiatan awal. Stimulus dalam siswa guru harus menampilkan seorang yang berka-
kegiatan awal penting dalam pembelajaran PKn untuk rakter terlebih dahulu. Jangan berharap siswa dapat
membangkitkan afektif siswa dan sebagai prakondisi berkarakter jika guru tidak menampilkan perilaku
refleksi siswa akan nilai-nilai yang dapat diambil pela- yang berkarakter pula.
jaran dari materi yang sedang dipelajari. Dalam kegi- Pengaruh media massa dan internet turut mem-
atan penutup selalu diakhiri dengan membuat kesim- berikan andil dalam konstruksi siswa tentang korupsi.
pulan yang difasilitasi guru dan memberikan tugas Indikator yang nampak bahwa siswa lebih paham
yang harus dikerjakan siswa. Belum ada guru yang pada kasus-kasus korupsi yang dimuat di koran dan
Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ... 167

di internet maupun dalam tayangan televisi dibanding- praktik kantin kejujuran ini adalah: (1) kantin kejujur-
kan yang terjadi di daerah namun tidak diberitakan an yang berhasil dengan indikator adanya keuntungan
di media massa dan elektronik. Gejala ini harus di- dari tahun 2009-2011 berlokasi di kota kecil, sementa-
tangkap guru PKn agar dapat memanfaatkan sum- ra kantin yang kurang berhasil berada di kota besar.
ber belajar di luar buku teks maupun LKS. Pemanfa- Keberhasilan kantin kejujuran disebabkan sistem
atan lingkungan dan media massa harus dilakukan pengelolaan, sosialisasi sekolah, dan dukungan orang
secara selektif agar tidak menimbulkan salah tafsir tua. Khusus di SMPN B, keberhasilan kantin kejujur-
maupun antipati sikap siswa kepada pemerintah. Hal an karena didukung oleh budaya antimenyontek yang
ini karena seringkali tayangan di media massa tidak sudah ada jauh sebelum ada kantin kejujuran. Budaya
dilakukan pengontrolan untuk siapa pemirsa atau semacam ini secara rutin dihabituasikan secara turun-
pembaca. Semua isi dan tayangan disuguhkan secara temurun dari kakak-kakak kelas kepada adik-adik-
terbuka ke hadapan siswa secara langsung. Untuk nya. Di SMPN C dengan menggunakan sistem terbu-
itu peran guru sebagai penengah dan memberikan ka penuh juga mendapatkan keuntungan selama peri-
arahan yang lebih bijaksana sangat dibutuhkan agar ode Desember 2009 sampai dengan Juli 2011. Keber-
tidak menimbulkan sikap frustasi, antipati, pesimisme hasilan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Fak-
terhadap usaha yang dilakukan pemerintah dalam tor internal antara lain: (1) sosialisasi yang terus me-
pemberantasan korupsi. nerus, jika ada kerugian pada hari tertentu maka pada
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa De- saat doa bersama diumumkan bahwa di kantin keju-
sain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun juran ada kehilangan barang dan mohon siswa men-
2010-2025, dengan menempatkan media massa dan doakan agar yang berbuat tidak jujur segera diberi
elektronik sebagai salah satu sasaran dalam pemba- keinsyafan, dan (2) keberadaan kantin kejujuran bagi
ngunan karakter bangsa sudah tepat. Hal ini karena siswa SMPN C menjadi kebanggaan dimanifestasi-
media massa merupakan sebuah fungsi dan sistem kan dengan menceritakan kepada teman-temannya
yang memberi pengaruh sangat signifikan terhadap yang berbeda sekolah. Sedangkan faktor eksternal
publik, khususnya terkait dengan pembentukan nilai- antara lain: (1) adanya dukungan dari orang tua.
nilai kehidupan, sikap, perilaku, dan kepribadian (De- Orang tua sangat mewanti-wanti (menasehati de-
sain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun ngan ditekankan) jangan sekali-kali tidak membayar
2010-2025), termasuk didalamnya nilai-nilai antiko- atau curang pada saat membeli di kantin kejujuran,
rupsi. Interventif terhadap media massa dan elektro- dan (2) lokasi sekolah yang ada di ibukota kecamatan
nik menjadi sangat penting di tengah kemajuan tekno- dan lingkungan yang agamis diprediksi memberikan
logi informasi dan komunikasi. Beberapa konten da- pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan kantin
lam media massa seringkali tidak mampu disensor kejujuran di SMPN C.
sehingga sulit untuk melakukan kontrol kesesuaian Kerugian kantin kejujuran di SMPN A dan
acara dengan kepentingan siswa. Peristiwa anarkis, SMPN D karena siswa tidak membayar sesuai de-
kekerasan, penghujatan, kebencian, dan lain-lain se- ngan ketentuan dan kurangnya dalam sosialisasi kepa-
ringkali hadir dalam pandangan siswa secara da orang tua. Siswa yang tidak membayar bukan
langsung. Pendampingan dari orang tua yang diper- semata-mata tidak mempunyai uang tetapi lebih ba-
kuat dengan arahan dari guru menjadi amat penting nyak dipengaruhi oleh temannya sebagai bentuk soli-
agar siswa dapat mengambil manfaat dari tayangan daritas. Tidak jarang siswa justru saling menutupi keti-
tersebut. ka ada teman yang secara sengaja tidak membayar.
PAK melalui pembelajaran PKn yang didukung Temuan ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya
oleh pengintegrasian nilai-nilainya ke dalam berbagai yang dilakukan oleh Erikson (1963); Garbarino dan
mata pelajaran belumlah cukup. Masih diperlukan Brofenbrener (1967); dan Kohlberg dan Lickona
habituasi yang dapat dikemas dalam bentuk budaya (1976). Dalam penelitian yang dilakukan Erikson
sekolah. Bentuk-bentuk budaya sekolah antara lain (1963) bahwa anak usia 12-15 tahun pada masa ado-
kantin kejujuran, larangan menyontek, pengadaan lescence: Identity vs Role Confusion (mencari
kas kelas, kedisiplinan, tanggung jawab, dan lain-lain. identitas diri vs salah peran/kebingungan), di mana
Keberadaan kantin kejujuran secara substansi tidak membayar di kantin kejujuran merupakan ben-
memberikan kontribusi dalam pembentukan pola pikir, tuk mencarian identitas diri yang negatif sehingga
sikap, dan perilaku antikorupsi. Temuan menarik dari dengan mudah dipengaruhi teman sejawat untuk me-
168 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

lakukan hal-hal yang negatif. Sementara dalam pan- usaha dalam rangka menguatkan pendidikan karakter
dangan Garbarino dan Brofenbrener (1967) bahwa di sekolah mutlak diperlukan.
anak pada usia 8-14 tahun merupakan tahap peer- Penerapan kedisiplinan juga merupakan bentuk
oriented morality (memenuhi harapan lingkungan). budaya yang mendukung PAK di sekolah. Kedisiplin-
Pada fase ini, lingkungan sebaya mulai memberikan an dalam arti yang luas bukan hanya ketepatan waktu
pengaruh pada anak sehingga tindakannya akan me- masuk dan pulang jam sekolah, namun dalam dimensi
nyesuikan dengan teman sebaya agar dapat diterima yang lebih luas termasuk didalamnya ketepatan me-
dalam kelompok. Demikian juga dalam pandangan ngumpulkan tugas dalam berbagai mata pelajaran,
Kohlberg dan Lickona (1976) bahwa anak-anak pada menggunakan seragam dan atribut sesuai dengan ke-
usia 12-15 tahun masuk dalam tingkatan kedua (Con- tentuan, penggunaan peralatan labaratorium, dan lain-
ventional) pada Stage Three, yakni Interpersonal lain. Beberapa variasi penerapan kedisiplinan di seko-
accord and conformity (Social norms) (The good lah yang menjadi lokasi penelitian ini dapat dijadikan
boy/good girl attitude). Tahap penyesuaian dengan sebagai model. Di SMPN F, pelaksanaan kedisiplin-
kelompok atau orientasi untuk menjadi “anak manis”. an langsung di bawah kendali kepala sekolah. Diawali
Selanjutnya, terjadi sebuah proses perkembangan ke dengan membuat kebijakan tiga budaya yang akan
arah sosialitas dan moralitas kelompok. Kesadaran dikembangkan yaitu: (1) disiplin tanpa diawasi, (2)
dan kepedulian atas kelompok akrab, serta tercipta bekerja tanpa diperintah, dan (3) tanggung jawab tan-
sebuah penilaian akan dirinya dihadapan kelompok. pa diminta. Wujud komitmen kepala sekolah untuk
Siswa yang membayar dan tidak membayar di kantin membudayakan kedisiplinan dengan cara terjun lang-
kejujuran bisa jadi mendapatkan pengaruh dari teman sung memberikan contoh kepada siswa, guru, staf
sebaya (peer group). Dalam satu kelompok ada sis- administrasi, dan petugas kebersihan. Misalnya, da-
wa yang tidak membayar dan mengajak teman-te- tang tepat waktu, memberitahu kepada wakil kepala
mannya, jika tidak mau akan “dicap” sebagai anak sekolah jika ada keperluan pada saat jam sekolah,
yang penakut, tidak mempunyai solidaritas terhadap maupun pada waktu tertentu mengadakan supervisi
kelompok. Pola-pola semacam ini terjadi pada masa- di kelas tanpa mengurangi otoritas guru di kelas. Cara
masa usia 12-15 tahun. mendisiplinkan warga sekolah yang ada di SMPN D
Untuk itu, model kantin kejujuran akan lebih baik bisa juga dijadikan model. Kepala sekolah SMPN D
jika diawali dengan model induktif, yakni dengan menyadari bahwa kantin kejujuran kurang berhasil
membuat kantin-kantin di setiap kelas, dengan nama maka langkah yang diambil diawali dengan cara
“pojok kejujujuran”, artinya setiap kelas akan mempu- membuat komitmen untuk meningkatkan kejujuran
nyai satu kantin kejujuran yang menjadi tanggung ja- melalui disiplin diri. Pengembangan 7 (tujuh) budaya,
wab kelas yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan yaitu: (1) malu datang terlambat/pulang cepat, (2)
untuk menghabituasikan tingkah laku jujur, tanggung malu melihat rekan sibuk melakukan aktivitas, (3)
jawab, dan disiplin dalam lingkup yang kecil terlebih malu melanggar peraturan, (4) malu berbuat salah,
dahulu. Jika kantin kejujuran di tingkat kelas sudah (5) malu bekerja tidak berprestasi, (6) malu tugas ti-
berjalan dengan baik baru ditingkatkan ke area yang dak selesai tepat waktu, dan (7) malu tidak berperan
lebih luas yakni tingkat sekolah. Kantin kejujuran di dalam mewujudkan kebersihan kantor/sekolah. Di
tingkat kelas bertujuan untuk mempersiapkan mental SMPN D, dikembangkan budaya mengakui jika me-
siswa menuju ke kantin kejujuran tingkat sekolah. langgar tata tertib. Pada tahap awal yang dikembang-
Budaya lain yang layak untuk dikembangkan se- kan tentang disiplin diri siswa. Jika ada siswa yang
bagai pendukung PAK di sekolah adalah gerakan datang terlambat atau tidak memakai atribut dan ke-
antimenyontek. Keberhasilan budaya menyontek di lengkapan seragam sekolah secara sadar menghadap
SMPN B karena adanya konsistensi dalam menerap- ke guru piket dan mengakui atau menunjukkan jenis
kan yang dilakukan guru. Meskipun menyontek bukan- pelanggarannya. Jika secara jujur mengakui maka
lah korupsi sebagaimana diatur dalam undang-undang, akan mendapatkan keringanan dengan syarat pelang-
namun sebenarnya dalam arti yang lebih luas dapat garannya kurang dari tiga kali. Namun jika tidak
dikategorikan sebagai “korupsi” yakni berbuat cu- mengakui dan diketahui guru piket makan akan men-
rang, tidak jujur, dan manipulatif. Menghabituasikan dapatkan hukuman lima poin pelanggaran di buku
budaya antimenyontek secara terus menerus, berjen- pribadi siswa. Usaha yang dilakukan SMPN D ber-
jang pada semua tingkatan pendidikan merupakan hasil dengan meningkatkan kesadaran siswa untuk
Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ... 169

mentaati tata tertib sekolah, dengan suka rela mene- membuktikan bahwa PAK yang dihabituasikan mela-
mui guru piket jika merasa melakukan pelanggaran. lui budaya sekolah menjadi komponen penting dalam
Kas kelas merupakan bentuk budaya yang di- pembentukan karakter siswa.
kembangkan di semua sekolah yang menjadi lokasi
penelitian ini. Budaya ini merupakan ajang untuk pe-
ngelolaan anggaran dalam lingkungan yang paling ke- SIMPULAN DAN SARAN
cil di sekolah. Kas kelas berasal dari, oleh, dan untuk Simpulan
warga kelas di bawah bimbingan wali kelas. Penggu-
naan anggaran dipertanggungjawabkan secara terbu- Berdasarkan atas hasil penelitian dan pemba-
ka setiap akhir bulan, sehingga diketahui peruntukan hasan, simpulan yang dapat disampaikan adalah: (1)
dan saldo setiap bulan. Keberadaan kas kelas membe- konstruksi guru PKn tentang korupsi di Indonesia
rikan lahan bagi siswa untuk melatih diri mengelola sudah sampai pada tahap yang membahayakan se-
anggaran secara mandiri, tanggung jawab, dan meng- hingga upaya penegakkan hukum belumlah cukup,
gunakan sesuai dengan keputusan bersama. Meski- tetapi harus diimbangi dengan PAK yang dimasukkan
pun sederhana budaya semacam ini akan memberi- dalam kurikulum sekolah secara tertintegrasi atau
kan latihan secara praktis kepada siswa. inklusif sebagai bentuk gerakan sosiokultural-pedago-
Menempatkan kejujuran sebagai habituasi pokok gik, (2) konstruksi guru tentang korupsi dan antikorup-
dalam PAK di sekolah yang kemudian dijabarkan ke si memberikan andil yang besar kepada konstruksi
dalam berbagai aktivitas kurikuler, kokurikuler, dan siswa terhadap korupsi, di samping pengaruh dari
ekstrakurikuler merupakan bentuk yang sangat tepat. media massa dan elektronik, (3) perangkat pembela-
Hal ini karena tujuan utama PAK di sekolah tidak jaran PAK melalui mata pelajaran PKn yang dikem-
dikonstruksi mampu melacak dan berani melaporkan bangkan guru masih kurang mampu mewujudkan tiga
kasus-kasus korupsi, tetapi lebih diarahkan pada pem- dimensi kompetensi PKn, (4) PAK melalui pembela-
bentukan pola pikir, sikap, kesadaran, dan perilaku jaran PKn maupun berbagai mata pelajaran belumlah
nilai-nilai antikorupsi seperti kejujuran, disiplin, tang- cukup, masih diperlukan habituasi yang dapat dikemas
gung jawab, terbuka, dapat dipercaya, dan lain-lain. dalam bentuk budaya sekolah, melalui kantin kejujur-
Hal ini sesuai dengan pandangan Lickona (1991:13- an, larangan menyontek, pengadaan kas kelas, kedisi-
18), jika penjiplakan/ketidakjujuran (cheating) dan plinan, dan tanggung jawab, (5) PAK di sekolah me-
semakin rendah tanggung jawab individu sebagai lalui mata pelajaran PKn sebagai inti, pendorong,
warga negara (increasing self-centeredness and penggerak, dan ujung tombak yang diarahkan pada
declining civic resposibility) terjadi kalangan gene- dampak instruksional dan pengiring, sedangkan mata
rasi muda maka hal itu merupakan tanda-tanda ke- pelajaran lain, kegiatan ekstrakurikuler, dan budaya
hancuran suatu bangsa. Sementara Megawangi sekolah diarahkan kepada dampak pengiring saja.
(2004:95) menambahkan pentingnya kejujuran/ama-
nah (honesty) dalam pengembangan karakter; yang
SARAN
diperkuat pendapat Brooks dan Goble (1997:112-117)
fokus pendidikan karakter diarahkan pada nilai “dapat Berdasarkan atas hasil penelitian, pembahasan
dipercaya (trustworthy), meliputi sifat jujur (hones- dan simpulan, saran yang diusulkan sebagai berikut.
ty) dan integritas (integrity), memperlakukan orang (1) Pentingnya pemahaman guru PKn secara kom-
lain dengan hormat (treats people with respect), dan prehensif tentang konseptual-teoritis, praktis tentang
bertanggung jawab (responsibility)”. Hal ini me- korupsi dan antikkorupsi secara mendalam dengan
nunjukkan bahwa kejujuran merupakan modal utama memanfaatkan dan mengelaborasi berbagai sumber.
dalam dalam pendidikan karakter di sekolah karena Di samping sebagai bentuk penguatan profesionalis-
akan memberikan implikasi pada pengembangan nilai- me profesi juga dapat digunakan untuk memberikan
nilai karakter yang lain. pemahaman yang komprehensif baik dari sisi penge-
Hasil penelitian yang dilakukan Mat Min (2009) tahuan, keteguhan, kemampuan hidup, kecakapan,
di Malaysia, bahwa budaya sekolah seperti kejujuran, kepedulian, watak, dan perilaku antikorupsi kepada
kedisiplinan, tanggung jawab, dan hormat-menghor- siswa sebagai warganegara muda yang kelak akan
mati memberikan kontribusi dalam perilaku dan ke- menjadi tulang punggung kelanjutan perjalanan bang-
berhasilan siswa dalam belajar. Hasil penelitian ini sa ini akan pentingya bahasa korupsi. (2) Nilai-nilai
170 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

PAK seperti kejujuran, larangan menyontek, penga- Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (Eds). 2009. Handbook of
daan kas kelas, kedisiplinan, dan tanggung jawab yang Qualitative Research, Terjemahan oleh Dariyatno,
dihabituasikan ke dalam berbagai aktivitas di sekolah Badrus Samsul Fata, John Renaldi. Yogjakarta:
penting untuk disosialisasikan kepada orang tua agar Pustaka Pelajar.
mendapatkan dukungan, sehingga ada sinkronisasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. 2009. Pedoman
dan saling memberikan penguatan antara afektif yang Pelaksanaan Pendidikan Anti Korupsi, Kolusi,
dihabituasikan di sekolah dengan di rumah. (3) Kepa- dan Nepotisme. Surabaya: Dinas Pendidikan Pen-
da pemerintah atau lembaga yang diberi kewenangan didikan Provinsi Jawa Timur.
untuk mengambil kebijakan dalam bidang pendidikan Erikson, E.H. 1963. Childhood and Society. (2nd ed.). New
perlu memiliki kemauan yang kuat untuk melaksana- York: Norton. (http://psychology .about.com/od/
kan dan menyebarluaskan PAK di sekolah. Penginte- psychosocialtheories/a/psychosocial_3.htmory,
grasian PAK ke dalam kurikulum sekolah formal de- diakses, 19 Agustus 2009).
ngan menggunakan pendekatan inklusif yang dilaku- Gagne, R. M. 1988. The Conditioning of Learning. New
kan secara cermat mulai saat perencanaan, pelaksa- York: Holt, Rinerhart and Winston.
naan, dan evaluasi. (4) Para kepala sekolah untuk Garbarino, J., Brofenbrener, U. 1976. The Socialization of
konsisten dan kontinyu mengembangkan budaya se- Moral Judgment and behavior in Cross-Cultural
kolah seperti kejujuran, larangan menyontek, penga- Perspective: in Lickona (ed). Moral Development
daan kas kelas, kedisiplinan, dan tanggung jawab dan Behavior. New York: Holt Rinehart and Winston.
lain-lain ke dalam kehidupan sekolah. Gurgur, T. and Shah, A. 2000. Localization and Corruption:
Panacea or a Pandora’s Box. Presented at the IMF
Conference on Fiscal Decentralization, Washing-
DAFTAR RUJUKAN ton, DC, November 21, 2000.
Hassan, F. 2004. Pendidikan adalah Pembudayaan: da-
Anderson, R. H. 1985. Pemilihan dan Pengembangan lam Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta: Pe-
Media untuk Pembelajaran. Terjemahan oleh Yu- nerbit Kompas.
sufhadi Miarso, Slamet Sudarman, Yunarsih Kus- Heyneman, S. P. 2002. Defining the Influence of Education
darmanto, Dewi Salma, Anung Haryono. 1987. Ja- on Social Cohesion, International Journal of Edu-
karta: CV. Rajawali. cational Policy, Research and Practice Vol. 3
Brooks, B. D., and Goble, F. G. 1997. The Case of Charac- (Winter), pp. 73-97.
ter Eduaction: The Role of the School in Teaching Huberman, A. M., Miles, M. B. 2009. Data Management
Values and Virtue. Los Angels: Studio 4 Produc- and Analysis Method. Dalam Denzin, N. K., &
tion. Lincoln, Y. S. (Eds). 2009. Handbook of Qualitative
Budimansyah, D. 2008. Revitalisasi Pembelajaran Pendi- Research, Terjemahan Dariyatno, Badrus Samsul
dikan Kewarganegaraan melalui Praktik Belajar Ke- Fata, John Renaldi. 2009. Yogjakarta: Pustaka
warganegaraan (Project Citizen). Jurnal Acta Ci- Pelajar.
vicus, I(2): 179-198. Jain, A. K. 2001. Corruption: A Review. Journal of Econom-
Bungin, B. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif: ic Survey. XV(1): 60-89.
Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Johnson, D. P. 1981. Sociological Theory Classical
Penguasaan Model Aplikatif. Jakarta: PT. Raja Founders and Contemporary Perspectives. Terje-
Grafindo Persada. mahan oleh Robert M. Z. Lawang. 1986. Jakarta:
Center For Indonesian Civic Education Education. 1999. PT. Gramedia.
Democratic Citizens in A Civic Society: Workshop Kerr, D. 1999. Citizenship Education: an International
Report. Bandung: CICED. Comparison, London: National Foundation for
Center For Indonesian Civic Education Education. 2000. Educational Research-NFER.
A Needs-Assesment for New Indonesian Civic Edu- Kohlberg, L., Lickona, T. 1976. Moral stages and moral-
cation: A National Survey 1999-2000. Bandung: ization: The cognitive-developmental approach.
CICED. Moral Development and Behavior: Theory, Re-
Darmawan C., Kesuma, D., Permana, J. 2008. Korupsi dan search and Social Issues. Holt, NY: Rinehart and
Pendidikan Antikorupsi, Bandung: Pustaka Aulia Winston.
Press.
Harmanto, Danial, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kualitas ... 171

Komalasari, K., Budimansyah, D. 2008. Pengaruh Pembela- Quah, Jon S. T. 2002. Comparing Anti-Corruption Mea-
jaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganega- sures in Asian Countries: Lessons to be learnt.
raan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa Asian Review of Public Administration. XI(2).
SMP. Jurnal Acta Civicus, II(1): 76-95. Rahardjo, S. 1999. Pendekatan dan Pengkajian Sosiologi
Lickona, T. 1991. Educating for Character, How Our terhadap Hukum. Jurnal Ilmu Hukum, II(1): 4.
Schools Can Teach Respect and Responsibility. Rahardjo, S. 1999. Sosiologi Pembangunan Peradilan Ber-
New York: Bantam Books. sih dan Berwibawa. Jurnal Ilmu Hukum, II(1): 42.
Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter: Solusi yang Ritzer, G., and Goodman, D. J. 2003. Modern Sociological
Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indone- Theory, Sixth Edition. Terjemahan oleh Alimandan.
sia Heritage Foundation. 2004. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Mat Min, R. 2009. Budaya Sekolah: Implikasi terhadap Rusijono, Susanto, Supriyono, Murtedjo, Hariadi, E., Kus-
Proses Pembelajaran secara Mengalami. Jurnal Ke- nanik, N. W., Kasrori, J. 2010. Asesmen dan Penilai-
manusiaan, XIII , Juni 2009: 63-78. an. Surabaya: Unesa Press.
Miles, M. B., & Huberman, A.M. 1993. Qualitative Data Supardan, D. 2009. Anatomi Korupsi dalam Perspektif Il-
Analysis: A Sourcebook of New Methods (ed.2). mu-ilmu Sosial di Indonesia. Journal of Historical
Newbury Park, CA: Sage. Studies, X(1): 113-129.
Muhari. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Svensson, J. 2005. Eight Question Corruption. Journal of
Unesa Press. Economic Perspectives, IX(3): 34-35.
Patton, M. Q. 1990. Qualitative Evaluation and Research Tella, R. D., Ades, A. 2007. The New Economics of Corrup-
Methods (2nd Ed). London: Sage Publication Ltd. tion: Survey an some New Results. Political Stu-
Patton, M. Q. 2009. How to Qualitative Methods in Evalu- dies, XLV: 496-515.
ation. Terjemahan oleh Budi Puspo Priyadi. Yogya- Zuriah, N. 2011. Model Pengembangan Pendidikan Ke-
karta: Pustaka Pelajar. warganegaraan Multikultural Berbasis Kearifan
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Desain Induk Pem- Lokal (Studi di Perguruan Tinggi Kota Malang).
bangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Pascasarjana.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indo-
nesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Anda mungkin juga menyukai