APENDISITIS AKUT
Penyusun:
Rahim (030.12.218)
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan
dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Daerah Budhi Asih
dengan judul “Apendisitis akut”.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri
dan para pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan masih perlu banyak perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran
diharapkan dari pembaca.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
“Apendisitis Akut”
Mengetahui,
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 38 Tahun
Alamat : Balimatraman RT 08/RW 09 No. 52,
Mangsel, Tebet, Jakarta Selatan, 12860
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah
Nomor Rekam Medis : 592502
1
Kemudian pasien mengeluh mual muntah sejak 2 hari SMRS,
nafsu makan menurun, belum BAB sejak 4 hari SMRS, demam
sejak 2 hari SMRS naik turun, masih bisa flatus. BAK lancar
berwarna jernih. Pasien belum pernah mengalami hal serupa
seperti ini sebelumnya.
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Kesadaran: Compos Mentis
umum Kesan sakit: Tampak sakit sedang
Telinga: Deformitas (-), hiperemis (-), oedem (-), serumen (-), nyeri
tekan tragus (-), nyeri tarik (-)
Mulut: Sianosis (-), mulut kering (-), gusi berdarah (-), gusi
hiperemis (-), lidah tidak kotor, plak gigi (-)
Thorax Paru-paru:
Palpasi: gerak dinding dada simetris, nyeri tekan (-), benjolan (-),
3
vocal fremitus tidak melemah atau meningkat di kedua lapang paru
depan dan belakang
Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas
normal
Auskultasi: Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
Abdomen Inspeksi: tampak datar, ikterik (-), hiperemis (-), spider nevi (-),
benjolan (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+), arterial bruit (-)
Palpasi: nyeri tekan dan nyeri lepas Mc Burney, Rovsing sing (-),
Blumberg sign (-), psoas sign (+), obturator sign (+), massa (-),
muscle rigidity (-), hepar tidak teraba, limpa tidak teraba (-).
Perkusi: Timpani, nyeri ketuk kuadran kanan bawah (+) CVA (-)
Kulit Sawo matang, tidak tampak sianosis, tidak tampak ikterik, turgor
kulit kembali cepat< 2 detik.
Ekstremitas Bawah
Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, CRT < 2 detik, akral
hangat +/+, oedem-/-, ptekie -/-
4
Anus Rectal toucher : Tonus sphincter ani baik, ampula tidak prolapse,
mukosa licin, nyeri tekan (+) pada arah jam 9 dan 12, massa (-).
Pada handscoon feses (+) darah (-).
HEMATOLOGI
Hematokrit 35 % 40 – 52
MCV 85 fL 80 – 100
MCH 28,5 pg 26 – 34
Kimia
143 135 – 155
Natrium mmol/L
3,9 3,6 – 5,5
Kalium 103 mmol/L 98 – 109
Chloride 19 mmol/L 13 – 43
5
Ureum 0,99 mg/dl <1,2
107 <110
Creatinin mg/dl
B. RADIOLOGI
Pada posisi AP, RPO (right posterior Oblique) dan LPO (left
posterior obliqu e) tampak kontras mengisi caecum, colon assendence,
desscendence, hingga recto sigmoid. Tidak tampak kontras mengisi apendiks.
6
V. RESUME
Pasien Ny. K, 38 tahun datang dengan nyeri perut kanan bawah sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terus menerus, bertambah jika bergerak
dan batuk, menjalar ke punggung. Selain itu pasien merasa selama 2 hari ini
demam naik turun, mual sampai muntah, disertai nafsu makan berkurang. Pasien
belum BAB sejak 4 hari. Sebelumnya 1 hari SMRS, pasien sudah pernah berobat
dengan obat amoksisilin dan parasetamol namun hanya sementara lalu keluhan
timbul kembali. Pasien mempunyai kebiasaan makan makanan pedas.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, TD:110/70 mmHg,
N:87x/menit, RR:20x/menit dan Suhu 36,7oC. Status lokalis regio abdomen
didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik McBurney, obturator sign (+),
Psoas sign (+). Pemeriksaan rectal toucher didapatkan nyeri pada arah jam 9 dan
12. Pada pemeriksaan penunjang radiologi appedicogram didapatkan gambaran
non filling appendix.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
- Urolitiasis
- Kolelithiasis
Diagnosis Kerja
- Apendisitis akut
VII.TATALAKSANA
Infus Ringer Laktat /8 jam
Ceftriaxone 2x1 gram
Ketorolak 3x30 mg
Ranitidin 2x1 amp
VIII. PROGNOSIS
- Ad vitam : dubia ad bonam
7
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
Hari 1 (19/9/2018)
S Nyeri perut kanan menjalar ke pinggang kanan, mual muntah (+), sulit BAB
SpO2 : 98%
Abdomen: BU (+),nyeri tekan dan nyeri lepas Mc Burney, psoas sign (+),
obturator sign (+)
- -
Ekstremitas: AH (+), OE - -
A Susp apendisitis kronis eksaserbasi akut
8
P Infus Ringer Laktat /8 jam
Ketorolak 3x30 mg
R/ Appendectomi
Hari 2 (20/9/2018)
S Post operasi, pasien tidak ada keluhan. Nyeri pada bekas luka operasi (+),
flatus (+), mual muntah (-), BAK dan BAB tidak ada masalah.
SpO2 : 99%
9
- -
Ekstremitas: AH (+), OE - -
A apendisitis akut post appendectomy hari pertama
Ketorolak 3x30 mg
10
Hari 3 (21/09/2018)
S Pasien tidak ada keluhan. Nafsu makan dan minum baik. BAK dan BAB
tidak ada masalah.
SpO2 : 98%
- -
Ekstremitas: AH (+), OE - -
A apendisitis akut post appendectomy hari kedua
Ketorolak 3x30 mg
Ranitisin 2x1amp
11
BAB II
ANALISA KASUS
12
Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas dengan cara hiperekstensi
sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan
ditahan. Bila appendix yang meradang menempel di m. Psoas mayor maka
tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan uji obturator dilakukan
dengan cara gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang.
Bila appendix yang meradang kontak dengan m. Obturator internus yang
merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan menggunakan skala
alvarado maka didapatkan nilai 7 yang dimana kemungkinan besar apendisitis
akut. Nilai 7 didapatkan dari nyeri yang menjalar 1 poin, anoreksia 1 poin disertai
keluhan mual/ muntah 1 poin dan demam 1 poin. Pada pemeriksaan fisik nyeri
tekan kuadran kanan bawah 2 poin ditambah nyeri lepas 1 poin.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan leukositosis yang mana
hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan darah
lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml, dan neutrofil diatas
75%. Hal ini bisa disebabkan karena kemungkinan hasil pemeriksaan normal
akibat 1 hari sebelumnya pasien mengkonsumsi obat antibiotik. Pada pemeriksaan
appedicogram didapatkan kesan Nonfilling apendiks menandakan barium sulfat
tidak dapat menembus lumen apendiks. Ada beberapa kemungkinan penyebab
yakni adanya obstruksi pada pangkal apendiks (dapat berupa inflamasi) yang
mendukung kearah apendisitis. Penatalaksanaan pada pasien adalah dilakukan
apendektomi dan pemberian antibiotik. Hal ini sesuai dengan teori yang mana bila
diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera
dilakukan appendektomi. Pemberian antibiotik sangat disarankan pada appedisitis
untuk membasmi infeksi dan mencegah komplikasi. Selain itu antibiotik sangat
disarankan diberikan sebelum dilakukan operasi untuk menurunkan tingkat luka
infeksi setelah operasi. Pemberian analgetik pada pasien diindikasikan untuk
mengurangi nyeri karena pasien sangat kesakitan.
BAK pasien normal ditambah pada pemeriksaan CVA tidak ada kelainan
sehingga dapat menyingkirkan diagnosis banding ke arah nefrolithiasis atau
urolithiasis. Pemeriksaan anjuran yang disarankan pada pasien adalah
13
pemeriksaan USG abdomen. Tanda khasnya berupa apendiks non-kompresibel
dengan diameter 6 mm atau lebih. Pemeriksaan ini selain untuk mendukung
diagnosis juga bermanfaat untuk menyingkirkan dianosis lain yaitu cholelithiasis
dan KET. Contoh gambaran appendisitis :
14