Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

APENDISITIS AKUT

Penyusun:

Rahim (030.12.218)

Claresta Nareswari (030.12.062)

Pembimbing:

dr. Ratri Dianti, Sp.Rad

dr. Srie Retno Endah, Sp.Rad, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 01 OKTOBER – 03 NOVEMBER 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan
dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Daerah Budhi Asih
dengan judul “Apendisitis akut”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada


dr.Ratri Dianti, Sp.Rad dan dr. Srie Retno Endah, Sp.Rad, M.Kes selaku
pembimbing atas pengarahannya selama penulis menyusun laporan kasus dalam
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi.

Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri
dan para pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan masih perlu banyak perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran
diharapkan dari pembaca.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS DENGAN JUDUL

“Apendisitis Akut”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk


menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih

Periode 01 Oktober – 03 November 2018

Jakarta, Oktober 2018

Mengetahui,

dr. Ratri Dianti, Sp.Rad dr. Srie Retno Endah,Sp.Rad, M.Kes

ii
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 38 Tahun
Alamat : Balimatraman RT 08/RW 09 No. 52,
Mangsel, Tebet, Jakarta Selatan, 12860
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah
Nomor Rekam Medis : 592502

II. RIWAYAT PENYAKIT


A. ANAMNESIS
Di ambil dari rekam medis pada tanggal 2 Oktober 2018, pukul
15.00 WIB di Ruang MR, lantai 6, RSUD Budhi Asih.
Tanggal Masuk RS : 19 September 2018
Keluhan Utama : Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari yang lalu
SMRS secara terus menerus.
Keluhan Tambahan : Pasien mengeluh mual sejak 2 hari SMRS,
demam sejak 2 hari SMRS naik turun.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah menjalar sampai ke
punggung. Nyeri bersifat terus-menerus semakin lama semakin
kuat tidak tertahankan, bertambah dengan pergerakan dan batuk.

1
Kemudian pasien mengeluh mual muntah sejak 2 hari SMRS,
nafsu makan menurun, belum BAB sejak 4 hari SMRS, demam
sejak 2 hari SMRS naik turun, masih bisa flatus. BAK lancar
berwarna jernih. Pasien belum pernah mengalami hal serupa
seperti ini sebelumnya.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat SC 1x tahun 2016,
riwayat diabetes melitus, riwayat penyakit jantung, riwayat
penyakit ginjal, riwayat keganasan disangkal.
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang serupa,
riwayat diabetes Melitus, riwayat penyakit jantung, riwayat
penyakit ginjal, dan riwayat keganasan disangkal.
E. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien mengkonsumsi obat amoksisilin dan parasetamol 1 hari
SMRS
F. RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien sering mengkonsumsi makanan pedas dan sering makan
tidak teratur. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol dan NAPZA.
G. RIWAYAT SOSIOEKONOMI
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien masih
hidup untuk menafkahi pasien. Kemudian pasien berobat sekarang
menggunakan BPJS.

2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Kesadaran: Compos Mentis
umum Kesan sakit: Tampak sakit sedang

Tanda vital Tekanan darah: 110/70 mmHg


Nadi: 87 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,7°C
SpO2: 98%

Kepala Normosefali, rambut hitam-keputihan, tidak rontok, terdistribusi


merata, tidak terdapat jejas
Mata: Pupil isokor, reflex pupil +/+, konjungtiva anemis -/-, sclera
ikterik -/-,

Telinga: Deformitas (-), hiperemis (-), oedem (-), serumen (-), nyeri
tekan tragus (-), nyeri tarik (-)

Hidung: Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), pernapasan


cuping hidung (-)

Tenggorokan: Uvula di tengah, arcus faring simetris, T1/T1,


hiperemis (-)

Mulut: Sianosis (-), mulut kering (-), gusi berdarah (-), gusi
hiperemis (-), lidah tidak kotor, plak gigi (-)

Leher Tidak terdapat pembesaran KGB maupun tiroid

Thorax Paru-paru:

Inspeksi: bentuk dada fusiformis, bentuk thorax simetris pada saat


statis dan dinamis, retraksi intercostal (-), sela iga melebar (-),
kelainan kulit (-), tipe pernapasan thorakoabdominal

Palpasi: gerak dinding dada simetris, nyeri tekan (-), benjolan (-),

3
vocal fremitus tidak melemah atau meningkat di kedua lapang paru
depan dan belakang
Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas
normal
Auskultasi: Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung:

Inspeksi: pulsasi ictus cordis tida ktampak

Palpasi: thrill (-), ictus cordis tidak teraba


Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas
normal
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen Inspeksi: tampak datar, ikterik (-), hiperemis (-), spider nevi (-),
benjolan (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+), arterial bruit (-)
Palpasi: nyeri tekan dan nyeri lepas Mc Burney, Rovsing sing (-),
Blumberg sign (-), psoas sign (+), obturator sign (+), massa (-),
muscle rigidity (-), hepar tidak teraba, limpa tidak teraba (-).
Perkusi: Timpani, nyeri ketuk kuadran kanan bawah (+) CVA (-)

Kulit Sawo matang, tidak tampak sianosis, tidak tampak ikterik, turgor
kulit kembali cepat< 2 detik.

Ekstremitas Ekstremitas Atas


Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, deformitas -/-, CRT < 2
detik, akral hangat +/+, oedem -/-, ptekie -/- , jejas -/-

Ekstremitas Bawah
Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, CRT < 2 detik, akral
hangat +/+, oedem-/-, ptekie -/-

4
Anus Rectal toucher : Tonus sphincter ani baik, ampula tidak prolapse,
mukosa licin, nyeri tekan (+) pada arah jam 9 dan 12, massa (-).
Pada handscoon feses (+) darah (-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 19 September 2018

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11,3 g/dL 13,2 – 17,3

Eritrosit 4,4 x 106/µL 3,8 – 5,2

Leukosit 9,6 x 103/µL 3,8 – 10,6

Trombosit 236 x 103/µL 150 – 440

Hematokrit 35 % 40 – 52

MCV 85 fL 80 – 100

MCH 28,5 pg 26 – 34

MCHC 33,4 g/dL 32 – 36

RDW-CV 13,8 % <14

Kimia
143 135 – 155
Natrium mmol/L
3,9 3,6 – 5,5
Kalium 103 mmol/L 98 – 109

Chloride 19 mmol/L 13 – 43

5
Ureum 0,99 mg/dl <1,2
107 <110
Creatinin mg/dl

Glukosa Darah Sewaktu mg/dl

B. RADIOLOGI

Pemeriksaan appendicogram tanggal 19 September 2018 :

Pada posisi AP, RPO (right posterior Oblique) dan LPO (left
posterior obliqu e) tampak kontras mengisi caecum, colon assendence,
desscendence, hingga recto sigmoid. Tidak tampak kontras mengisi apendiks.

Kesan : Nonfilling apendiks

6
V. RESUME
Pasien Ny. K, 38 tahun datang dengan nyeri perut kanan bawah sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terus menerus, bertambah jika bergerak
dan batuk, menjalar ke punggung. Selain itu pasien merasa selama 2 hari ini
demam naik turun, mual sampai muntah, disertai nafsu makan berkurang. Pasien
belum BAB sejak 4 hari. Sebelumnya 1 hari SMRS, pasien sudah pernah berobat
dengan obat amoksisilin dan parasetamol namun hanya sementara lalu keluhan
timbul kembali. Pasien mempunyai kebiasaan makan makanan pedas.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, TD:110/70 mmHg,
N:87x/menit, RR:20x/menit dan Suhu 36,7oC. Status lokalis regio abdomen
didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik McBurney, obturator sign (+),
Psoas sign (+). Pemeriksaan rectal toucher didapatkan nyeri pada arah jam 9 dan
12. Pada pemeriksaan penunjang radiologi appedicogram didapatkan gambaran
non filling appendix.

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding

- Urolitiasis
- Kolelithiasis
Diagnosis Kerja

- Apendisitis akut

VII.TATALAKSANA
 Infus Ringer Laktat /8 jam
 Ceftriaxone 2x1 gram
 Ketorolak 3x30 mg
 Ranitidin 2x1 amp

VIII. PROGNOSIS
- Ad vitam : dubia ad bonam

7
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam

IX. FOLLOW UP
Hari 1 (19/9/2018)

S Nyeri perut kanan menjalar ke pinggang kanan, mual muntah (+), sulit BAB

O Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Compos Mentis

Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 87 x/menit

Suhu : 36,7 ˚C , Pernapasan: 20 x/menit

SpO2 : 98%

Kepala: normocefali, CA -/-, SI -/-

Leher: tidak teraba pembesaran KGB maupun tiroid

Thorax: Pul:SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-


Cor: BJ I/II reg, m (-), g (-)

Abdomen: BU (+),nyeri tekan dan nyeri lepas Mc Burney, psoas sign (+),
obturator sign (+)

- -
Ekstremitas: AH (+), OE - -
A Susp apendisitis kronis eksaserbasi akut

8
P Infus Ringer Laktat /8 jam

Ceftriaxone 2x1 gram

Ketorolak 3x30 mg

Ranitidin 2x1 amp

R/ Appendectomi

Hari 2 (20/9/2018)

S Post operasi, pasien tidak ada keluhan. Nyeri pada bekas luka operasi (+),
flatus (+), mual muntah (-), BAK dan BAB tidak ada masalah.

O Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Compos Mentis

Tekanan darah: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit

Suhu : 36,5 ˚C , Pernapasan: 20 x/menit

SpO2 : 99%

Kepala: normocefali, CA -/-, SI -/-

Leher: tidak teraba pembesaran KGB maupun tiroid

Thorax: Pul:SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-


Cor: BJ I/II reg, m (-), g (-)

Abdomen: terdapat lukas operasi ±5 cm, datar, supel, BU (+), rembesan


darah/pus (-), nyeri tekan (-)

9
- -
Ekstremitas: AH (+), OE - -
A apendisitis akut post appendectomy hari pertama

P Infus Ringer Laktat /8 jam

Ceftriaxone 2x1 gram

Ketorolak 3x30 mg

Ranitidin 2x1 amp

10
Hari 3 (21/09/2018)

S Pasien tidak ada keluhan. Nafsu makan dan minum baik. BAK dan BAB
tidak ada masalah.

O Keadaan umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran: Compos Mentis

Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 82 x/menit

Suhu : 36,6 ˚C , Pernapasan: 20 x/menit

SpO2 : 98%

Kepala: normocefali, CA -/-, SI -/-

Leher: tidak teraba pembesaran KGB maupun tiroid

Thorax: Pul:SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-


Cor: BJ I/II reg, m (-), g (-)

Abdomen: terdapat luka operasi ±5 cm, datar, supel, BU (+), rembesan


darah/pus (-), nyeri tekan (-)

- -
Ekstremitas: AH (+), OE - -
A apendisitis akut post appendectomy hari kedua

P Infus Ringer Laktat /8 jam

Ceftriaxone 2x1 gram

Ketorolak 3x30 mg

Ranitisin 2x1amp

Pasien dibolehkan rawat jalan

11
BAB II

ANALISA KASUS

Pasien didiagnosis appendisitis akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa
nyeri perut kanan bawah yang menjalar ke punggung sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Disertai mual, muntah dan konstipasi. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa gejala klasik appendisitis adalah nyeri samar (nyeri
tumpul) di daerah epigastrium disekitar di sekitar umbilikus atau periumbilikus.
Nyeri ini dirasakan di sekitar umbilikus atau periumbilikus karena persarafan
appendiks berasal dari thorakal 10 yang lokasinya di sekitar umbilikus atau
periumbilikus. Maka nyeri pada umbilikus atau periumbilikus merupakan suatu
reffered pain. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran
kanan bawah, ke titik Mc Burney. Dititik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas
letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Nyeri bertambah jika
pasien mengalami batuk. Hal ini menunjukkan telah terjadi inflamasi pada
peritoneum parietal. Keluhan lain yang ditemukan adalah adanya rasa mual,
bahkan muntah. Menurut literatur, keluhan mual ditemukan sekitar 75% dari
pasien yang menderita appendisitis dan pasien appendisitis dapat mengeluhkan
konstipasi atau diare, hal tersebut biasanya pada letak apendiks pelvikal yang
merangsang daerah rectum. Mual/ muntah terjadi akibat rangsangan refleks dari
pusat muntah di formasio retikularis medulla oblongata. Sinyal sensoris yang
mencetuskan muntah terutama berasal dari faring, esofagus, lambung dan bagian
atas usus halus yaitu akibat dari aktivitas n.vagus. Keluhan lain adanya demam
naik turun yang terjadi disebabkan karena peradangan pada appendix.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berupa nyeri tekan dan nyeri lepas pada
titik Mc Burney, psoas sign positif, obturator sign positif, dan pada pemeriksaan
RT didapatkan nyeri tekan pada arah jam 9-12. Nyeri tekan dan lepas pada titik
Mc Burney merupakan salah satu kunci diagnosis apendisitis akut. Pemeriksaan
psoas dan obturator dilakukan untuk mengetahui letak appendiks yang meradang.

12
Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas dengan cara hiperekstensi
sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan
ditahan. Bila appendix yang meradang menempel di m. Psoas mayor maka
tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan uji obturator dilakukan
dengan cara gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang.
Bila appendix yang meradang kontak dengan m. Obturator internus yang
merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan menggunakan skala
alvarado maka didapatkan nilai 7 yang dimana kemungkinan besar apendisitis
akut. Nilai 7 didapatkan dari nyeri yang menjalar 1 poin, anoreksia 1 poin disertai
keluhan mual/ muntah 1 poin dan demam 1 poin. Pada pemeriksaan fisik nyeri
tekan kuadran kanan bawah 2 poin ditambah nyeri lepas 1 poin.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan leukositosis yang mana
hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan darah
lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml, dan neutrofil diatas
75%. Hal ini bisa disebabkan karena kemungkinan hasil pemeriksaan normal
akibat 1 hari sebelumnya pasien mengkonsumsi obat antibiotik. Pada pemeriksaan
appedicogram didapatkan kesan Nonfilling apendiks menandakan barium sulfat
tidak dapat menembus lumen apendiks. Ada beberapa kemungkinan penyebab
yakni adanya obstruksi pada pangkal apendiks (dapat berupa inflamasi) yang
mendukung kearah apendisitis. Penatalaksanaan pada pasien adalah dilakukan
apendektomi dan pemberian antibiotik. Hal ini sesuai dengan teori yang mana bila
diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera
dilakukan appendektomi. Pemberian antibiotik sangat disarankan pada appedisitis
untuk membasmi infeksi dan mencegah komplikasi. Selain itu antibiotik sangat
disarankan diberikan sebelum dilakukan operasi untuk menurunkan tingkat luka
infeksi setelah operasi. Pemberian analgetik pada pasien diindikasikan untuk
mengurangi nyeri karena pasien sangat kesakitan.
BAK pasien normal ditambah pada pemeriksaan CVA tidak ada kelainan
sehingga dapat menyingkirkan diagnosis banding ke arah nefrolithiasis atau
urolithiasis. Pemeriksaan anjuran yang disarankan pada pasien adalah

13
pemeriksaan USG abdomen. Tanda khasnya berupa apendiks non-kompresibel
dengan diameter 6 mm atau lebih. Pemeriksaan ini selain untuk mendukung
diagnosis juga bermanfaat untuk menyingkirkan dianosis lain yaitu cholelithiasis
dan KET. Contoh gambaran appendisitis :

Gambar 1. Appendisitis, tampak penebalan dari dinding apendiks.

Gambar 2. Appendisitis dengan gambaran apendikolith (Panah).

14

Anda mungkin juga menyukai