Anda di halaman 1dari 4

Laporan Auditor

Laporan auditor adalah tahapan terakhir dari keseluruhan proses audit. Laporan auditor
sangat penting dalam penugasan audit dan asurans karena laporan mengomunikasikan temuan
auditor. Pengguna laporan keuangan mengandalkan pada laporan auditor untuk mendapatkan
asurans tentang laporan keuangan entitas.

Bagian - Bagian dalam Laporan Auditor

Suatu laporan auditor wajar tanpa pengecualian berisi sembilan bagian sebagai berikut:

1. Judul Laporan
Standar audit mewajibkan laporan auditor harus memiliki judul yang mengindikasi secara
jelas bahwa laporan tersebut adalah laporan seorang auditor independen.
2. Pihak yang Dituju
Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang diharuskan menurut
ketentuan perikatan. Seringkali kepada pemegang saham atau pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola yang laporan keuangannya diaudit.
3. Paragraf Pendahuluan
Paragraf pendahuluan dalam laporan auditor harus:
a) Mengidentifikasi entitas yang laporan keuangannya diaudit;
b) Menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit;
c) Mengidentifikasi judul setiap laporan keuangan yang menjadi bagian dari laporan
keuangan;
d) Merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan
lainnya; dan
e) Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan yang menjadi
bagian dari laporan keuangan.
4. Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan
Menjelaskan tanggungjawab pihak-pihak dalam organisasi yang bertanggungjawab atas
penyusunan laporan keuangan. Laporan auditor tidak perlu merujuk secara khusus pada
“manajemen”, tetapi harus menggunakan istilah yang tepat dalam konteks kerangka
hukum dalam yurisdiksi tertentu.
5. Tanggungjawab Auditor
Laporan auditor menyatakan bahwa tanggungjawab auditor adalah untuk menyatakan
opini atas laporan keuangan berdasarkan audit untuk mengontraskannya dengan
tanggungjawab manajemen atas penyusunan laporan keuangan.
6. Opini Auditor
Laporan audit harus mencakup bagian opini auditor karena menyatakan suatu opini tanpa
modifikasian atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian
wajar.
7. Tanggungjawab Pelaporan Lainnya
Jika auditor menyatakan tanggungjawab pelaporan lainnya dalam laporan auditor atas
laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap tanggungjawab auditor
berdasarkan SA untuk melaporkan laporan keuangan, maka tanggungjawab pelaporan
lain harus dinyatakan dalam suatu bagian terpisah dalam laporan auditor.
8. Tanda Tangan Auditor
Tanda tangan auditor dilakukan dalam nama kantor akuntan publik (KAP) dan nama
rekan. Selain itu, laporan auditor harus mencantumkan nomor izin KAP dan nomor izin
rekan yang menandatangani laporan auditor.
9. Tanggal Laporan Audit
Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari tanggal ketika auditor telah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini auditor atas laporan
keuangan.

Kondisi – Kondisi untuk Perumusan Opini Wajar tanpa Pengecualian

Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Untuk
merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan telah memperoleh keyakinan memadai
tentang laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

Jika semua persyaratan telah terpenuhi, suatu laporan audit dengan opini wajar tanpa
pengecualian dapat diterbitkan untuk laporan keuanganbertujuan umum yang disusun berdasar
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Modifikasi terhadap Opini Auditor

Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika:

a) Auditor menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan
secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau
b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.

Sifat Kesalahan Penyajian Material

SA 450 mendefinisikan suatu kesalahan penyajian sebagai suatu selisih antara angka,
klasifikasi, penyajian dari suatu pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan beserta angka,
klasifikasi, penyajian yang diharuskan untuk pos tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Oleh karena itu, suatau kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan dapat timbul dalam kaitannya dengan:

a) Ketepatan kebijakan akuntansi yang dipilih;


b) Penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih;
c) Ketepatan atau kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Sifat Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat

Katidakmampuan auditor untuk meperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dapat timbul dari:

a) Kondisi di luar pengendalian entitas


Contoh: catatan akuntansi entitas telah musnah dan catatan akuntansi suatu kompnen
signifikasi disita oleh otoritas pemerintah hingga waktu yang tidak dapat ditentukan.
b) Kondisi yang berkaitan dengan siat atau waktu dari pekerjaan auditor
Contoh: auditor menentukan bahwa pelaksanaan prosedur substantive saja adalah tidak
cukup, tetapi pengendalian entitas tidak efektif.
c) Pembatasan yang dilakukan oleh manajemen.
Contoh: manajemen mencegah auditor untuk mengobservasi penghitungan fisik
persediaan.

Penentuan Tipe Modifikasi terhadap Opini Auditor

Modifikasi yang harus dilakukan terhadap opini auditor, tergantung pada materialitas dan
seberapa pervasive dampak dari factor penyebab modisikasi tersebut terhadap kewajaran laporan
keuangan sebagai keseluruhan. Tipe modifikasi terhadap opini auditor terdiri dari:

1) Opini Wajar dengan Pengecualian


Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:
a) Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan
bahwa kesalahan penyajian baik secara individual maupun secara agregasi, adalah
material, tetapi tidak pervasive, terhadap laporan keuangan; atau
b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari
opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang
tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan.
2) Opini Tidak Wajar
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual atupun secara agresi, adalah material dan persvasif terhadap laporan keuangan.
3) Opini Tidak Menyatakan Pendapat
Auditor harus tidak menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa
pengaruh kesalahan penyajian material yang tidak terdeteksi yang mingkin timbul
terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.

Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola

Ketika auditor berharap untuk memodifikasi opininya dalam laporan auditor, auditor
harus berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi yang
menuntun pada modifikasi yang diharapkan tersebut dan usulan susunan kata-kata atas
modifikasi tersebut.

Pengomunikasian dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi
yang menuntun pada suatu modifikasi yang diharapkan terhadap opini auditor dan susunan kata
yang diusulkan atas modifikasi tersebut memungkinkan:

a) Auditor untuk memberitahukan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola modifikasi
yang dimaksud dan alasan untuk modifikasi tersebut.
b) Auditor untuk mencari persetujuan dari pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
tantang fakta-fakta dari hal-hal yang menimbulkan modifikasi tersebut.
c) Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola memperoleh kesempatan, jika relevan,
untuk menyediakan bagia auditor informasi dan penjelasan lebih lanjut sehubungan
dengan hal-hal yang menimbulkan modifikasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai