Banyak resiko usaha yang diambil oleh kedua perusahaan ini baik Sony maupun
Ericsson. Resiko yang diambil dari Sony yaitu berani bekerja sama dengan Ericsson yang
pada saat itu mengalami kerugian yang sangat besar, dengan membangun perusahaan
patungan (joint venture) bernama Sony Ericsson. Kemudian pada tahun 2002 pasar saham
Ericsson kembali jatuh, Ericsson berfikir untuk mengakhiri hubungan kemitraan mereka.
Namun pada tahun 2003 kedua perusahaan tersebut sepakat untuk menyuntikkan lebih
banyak uang ke joint venture mereka untuk membendung kerugian. Hal ini sangat beresiko
karena jika usaha mereka gagal maka kerugian yang dialami kedua perusahaan ini akan
tambah besar. Pada 1 Mei 2005 untuk lebih mengenalkan produk mereka, Sony Ericsson
memutuskan untuk menjadi sponsor global WTA Tour dengan kontrak senilai 88 juta dolar
AS lebih dari enam tahun. Pada 15 Oktober 2007 Sony Ericsson mengumumkan menjual
setengah dari IUQ berbagi untuk Motorola yang merupakan perusahaan yang juga bergerak
dalam memproduksi ponsel dan merupakan pesaing produk Sony Ericsson. Sony Ericsson
juga mengambil resiko untuk tetap mempertahankan sistem operasi mereka yaitu sistem
operasi Symbian, padahal merek ponsel lain seperti Samsung mulai menggunakan sistem
operasi Android yang mulai diminati oleh masyarakat internasional. Pada tahun 2009,
penjualan Sony Ericsson turun sebanyak 75% dan lama kelamaan ponsel merek Sony
Ericsson mulai redup dipasaran. Kemudian pada tahun 2012, Sony dan Ericsson memutuskan
untuk tidak bekerja sama. Sony membeli sama Ericsson dengan harga 1,03 milyar dolar AS.
Perusahaan kemudian berganti nama menjadi Sony Mobile Communication (SMC) dan mulai
memproduksi smartphone dengan sistem operasi Android.