Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan

makalah Fisiologi Patofisiologi tentang “Verapamil Sebagai Calcium Channel

Blocker Untuk Antihipertensi”.

Saya menyadari bahwa penyajian materi dan sistematika di makalah ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya memohon maaf atas segala

kekurangan di dalam makalah ini. Kritik dan saran yang membangun di perlukan

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat terutama untuk mahasiswa Universitas Airlangga.

Surabaya, 21 November 2017

Penyusun

1
Daftar Isi
Kata Pengantar .........................................................................................................1

Daftar Isi...................................................................................................................2

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................4

1.3 Tujuan .............................................................................................................4

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Hipertensi Berdasarkan Etiologi dan Patogenesis...........................5

2.2 Obat Verapamil..................................................................................................7

2.3 Hubungan Verapamil sebagai Calcium Channel Blocker dengan Penyakit

Hipertensi..........................................................................................................9

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan......................................................................................................11

3.2 Saran................................................................................................................11

Daftar Pustaka........................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di negara maju penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang sering

menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan oleh gaya hidup modern yang

dilakukan serba instan dan santai. Salah satu penyakit kardiovaskuler yang sering

menyebabkan kematian adalah hipertensi (Mitchell, 2008). Penderita hipertensi

tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Makin tinggi

tekanan darah, makin besar resikonya. Perjalanan penyakit hipertensi sangat

perlahan (Price and Wilson, 2006). Oleh kerena itu, diperlukan pengobatan yang

bertujuan untuk mengendalikan tekanan darah dengan maksud mencegah

komplikasi penyakit.

Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah,

jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang

tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar (Depkes, 2006). Dampak

negatif penggunaan obat yang tidak rasional sendiri dapat dilihat dari berbagai

segi antara lain peningkatan efek samping obat, meningkatkan kegagalan

pengobatan, dan meningkatkan resistensi antimikroba.

Diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien

terhadap terapi obat demi mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Tujuan

dari pengobatan hipertensi adalah untuk mengendalikan tekanan darah dengan

maksud mencegah komplikasi penyakit (Depkes, 2007).

3
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hipertensi ?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan obat Verapamil?

1.2.3 Bagaimana hubungan Verapamil sebagai calcium chanel blocker dengan


......penyakit hipertensi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian hipertensi berdasarkan etiologi dan pathogenesis.

1.3.2 Mengetahui tentang obat Verapamil.

1.3.3 Mengetahui hubungan Verapamil sebagai calcium channel blocker


............ dengan penyakit hipertensi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi Berdasarkan Etiologi dan Patogenesis

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah adanya peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg pada

dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang (Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan

normal atau tidaknya tekanan darah adalah sistolik dan diastolik. Berdasarkan

JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami hipertensi jika

tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih

(Chobaniam, 2003). Tekanan darah bergantung pada curah jantung, tekanan

perifer pada pembuluh darah, dan volume atau isi darah yang bersikulasi. Faktor

utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan tahanan perifer

total. Bila output jantung (curah jantung) meningkat, tekanan darah arterial akan

meningkat, kecuali jika pada waktu yang besamaan tahanan perifer menurun.

Tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan

darah mengaami kenaikan ( Lumbantobing, 2008).

Berdasarkan etiologi, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi

esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi

sekunder yang penyebab spesifiknya diketahui. Kurang dari 10% hipertensi

sekunder disebabkan oleh penyakit gagal ginjal kronis (CKD) atau renovaskular

(Wells, 2015).

5
Renovaskular merupakan penyakit pada parenkim ginjal seperti glomerunephritis

akut dan menahun (Tambyong, 2000). Kondisi lain yang mempengaruhi

hipertensi sekunder adalah Chusing syndrome disebabkan peningkatan sekresi

glukokortikoid akibat adanya penyakit adrenal atau disfungsi hipofisis. Koarktasio

aorta merupakan keadaan terjadinya konstriksi aorta pada tinggat ductus

asteriosus, dengan peningkatan tekanan darah di atas konstriksi dan penurunan

tekanan darah di bawah konstriksi. Feokromositoma adalah tumor medulla

adrenal yang mengakibatkan peningkatan sekresi katekolamin adrenal.

Aldosteronisme primer merupakan peningkatan sekresi aldosteron akibat adanya

tumor adrenal (Tambyong, 2000). Pasien dengan hipertensi primer biasanya tidak

menunjukkan gejala namun pasien hipertensi sekunder mungkin akan mengalami

beberapa kejadian seperti memiliki sakit kepala, berkeringat, takikardia dan

palpitasi (Walls, 2015).

Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah sistem saraf otonom. Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan

kontraksi arteriola dan dilatasi arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai

peranan yang penting dalam mempertahankan tekanan darah normal. Ada juga

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti usia, jenis

kelamin, dan keturunan (genetik). Selain itu hipertensi juga dapat memicu

terjadinya komplikasi seperti stroke, infark miokardium, gagal ginjal, dan

ensefalopati (kerusakan otak) .

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien

dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan perlahan sesuai dengan umur,

kebutuhan dan usia sampai tekanan darahnya terkontrol atau kembali normal.

6
2.2 Obat Verapamil

Verapamil termasuk golongan obat penghambat kanal kalsium atau Calcium

Channel Blocker atau Calcium Antagonist. Verapamil pertama kali dilaporkan

mempunyai efek kronotropik dan inotropik negatif karena terhambatnya arus

masuk ion kalsium ke dalam sel jantung oleh Hass dan Hartfelder tahun 1962.

Tahun 1970 diperkenalkan sebagai obat anti angina dan sebagai anti hipertensi

pada 1980. Verapamil adalah obat yang bekerja dengan menghambat masuknya

ion kalsium melewati kanal yang terdapat pada membran sel atau sarkolema.

Penghambatan masuknya ion kalasium melalui kanal ini dapat menyebabakan

reduksi kontraktilitas myokard dan penurunan resistensi vaskuler karena

penurunan tonus otot polos vaskuler. Berdasarkan struktur kimianya, verapamil

termasuk golongan difenilalkilamin dengan mekanisme kerja menghambat secara

selektif kanal kalsium (90-100%). Verapamil juga merupakan turunan papaverin

dengan menyekat kanal kalsium pada membran otot polos dan otot jantung.

Bila verapamil dikombinasikan dengan obat-obatan kardiodepresan atau obat

yang menghambat nodus AV, misal beta bloker, kuinidin, maka dapat

menyebabkan sinergisme; Pemberian bersamaan dengan antihipertensi oral

lainnya (seperti vasodilator, penghambat ACE, diuretika, beta bloker) akan

memperkuat efek penurunan tekanan darah. Efek samping utama yaitu depresi

konduksi AV, depresi nodus SA, inotropik negatif dan vasodilatasi berlebihan.

Efek inotropik negatif verapamil tidak menjadi masalah bila fungsi jantung baik,

tetapi dapat menimbulkan gagal jantung pada penderita dengan gangguan fungsi

jantung.

7
Pemberian verapamil intravena bersama dengan β blocker intravena merupakan

kontraindikasi karena memperbesar kemungkinan terjadi blok AV dan depresi

fungsi ventrikel yang berat. Pemberian verapamil oral pada penderita dengan

jantung sehat hanya menimbulkan nyeri kepala berdenyut, pusing, konstipasi,

wajah merah, edema perifer, blok AV derajat 1 dan 2 dan hipotensi dengan

insiden yang tidak begitu tinggi. Efek samping yang paling sering terjadi adalah

konstipasi (± 15%).

Verapamil tidak boleh diberikan pada penderita dengan gangguan gagal

jantung yang berat, sick sinus syndrome, bolk AV derajat 2-3, hipotensi, syok

kardiogenik, flutter atau fibrilasi atrium dengan Wolf Parkinson White. Kombinasi

verpamil dengan β blocker intravena dan digitalis juga merupakan kontraindikasi.

Dosis yang diberikan pada penderita hipertensi 240-480 mg sehari dalam 2-3

dosis terbagi. Obat ini tersedia dalam bentuk generik dan telah terdaftar dalam

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.

8
2.3 Hubungan Verapamil sebagai Calcium Channel Blocker dengan Penyakit

Hipertensi

Pada pengobatan hipertensi sendiri ada beberapa kelompok obat yang

memiliki fungsi masing-masing, antara lain diuretik, β blocker, ACE Inhibitor,

antagonis kalsium, α blocker, penghambat saraf adrenergik, vasodilator, dan

antagonis reseptor angiotensin II. Dalam hal tersebut, Verapamil termasuk dalam

kelompok antagonis kalsium atau Calcium Channel Blocker. Antagonis kalsium

bekerja dengan menghambat influks ion kalsium ke dalam sel miokard, sel-sel

dalam sistem konduksi jantung dan sel-sel otot polos pembuluh darah. Efek ini

akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan pembentukan dan propagasi

impuls elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi, interferensi

dengan kontraksi otot polos pembuluh darah. Verapamil juga mempunyai efek

kardiak dan digunakan untuk menurunkan heart rate dan mencegah angina. Selain

itu sebagai kalsium antagonis Verapamil mengakibatkan relaksasi otot jantung

dan otot polos.

Pada otot jantung dan otot polos vaskuler, ion kalsium terutama berperan

dalam mekanisme kontraksi. Peningkatan konsentrasi ion kalsium dalam sitosol

akan meningkatkan kontraksi. Masuknya ion kalsium dari ruang ekstra sel ke

dalam ruang intrasel dipacu oleh perbedaan konsentrasi (perbedaan konsentrasi

ion kalsium ekstrasel 10.000 kali lebih tinggi daripada konsentrasi ion kalsium

intrasel pada waktu diastolik) dan karena ruang intrasel bermuatan negatif.

Masuknya ion kalsium terutama berlangsung melalui slow channel.

9
Slow channel berbeda dengan fast Natrium channel yang melewatkan ion natrium

dari ruang ekstra sel menuju ruang intrasel.

Otot jantung memerlukan ion kalsium yang masuk dari ekstrasel di samping ion

kalsium dari intrasel untuk berkontraksi. Otot polos hampir seluruhnya

bergantung pada ion kalsium ekstrasel, sedangkan otot rangka tidak memerlukan

ion kalsium ekstrasel. Oleh karena itu, kalsium antagonis menghambat kontraksi

otot polos dan otot jantung tetapi tidak menghambat kontraksi otot rangka.

Pada otot polos vaskuler terdapat tiga macam kanal kalsium untuk kontraksi,

yaitu : VOC, ROC & SOC (Stretch Operated Channel). VOC & ROC menentukan

tonus vaskuler oleh stimulasi ekstrinsik. SOC yang terbuka pada stimulasi otot

sendiri (miogenik) menentukan tonus vaskuler basal (intrinsik). Ion kalsium

dalam sitoplasma akan berikatan dengan kalmodulin, menimbulkan fosforilasi

myosin light chain dan kontraksi. Antagonis kalsium lebih aktif menyebabkan

dilatasi arteriol daripada dilatasi vena. Pada jantung, ion kalsium ekstrasel selain

diperlukan untuk kontraksi otot jantung juga untuk pembentukan impuls SA dan

AV. Dengan demikian verapamil menyebabkan efek inotropik negatif atau

menurunkan efek kontraktilitas, kronotropik negatif atau menurunkan denyut

jantung dan penghambatan konduksi AV.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Pengertian dari hipertensi adalah atau tekanan darah tinggi adalah

adanya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang.

3.1.2 Verapamil adalah obat yang bekerja dengan menghambat masuknya

ion kalsium melewati kanal yang terdapat pada membran sel atau

sarkolema.

3.1.3 Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat influks ion kalsium

ke dalam sel miokard, sel-sel dalam sistem konduksi jantung dan sel-

sel otot polos pembuluh darah sehingga akan menurunkan

kontraktilitas jantung. Sebagai kalsium antagonis, Verapamil

mengakibatkan relaksasi otot jantung dan otot polos. Oleh karena itu

Verapamil dapat digunakan sebagai obat anti hipertensi.

3.2 Saran

Setelah membuat makalah ini, penulis mendapatkan pengetahuan tentang

penyakit hipertensi, obatnya dan juga cara kerjanya. Penulis menyarankan

agar pembaca dapat mengambil manfaat atau pengetahuan dari makalah

ini sehingga lebih bermanfaat untuk kedepannya.

11
Daftar Pustaka

Benedicta I. Rumagit, J. A. Studi Deskriptif Pemberian Obat Pada Pasien


Hipertensi Di Puskesmas Sario.

Puspitawati, P. (2009). Kajian Ketepatan Pemilihan dan Dosis Obat Antihipertensi


Pada Penderita Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Salatiga
Tahun 2008.

Situmorang, P. R. (2015, Februari). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian HipertensiPada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Sari Mutiara Medan Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 1.

Suwahyono, A. (2001). Perubahan Lama Analgesi Blok Subarakhnoid Lidokain


5% Hiperbarik Dengan Premedikasi Verapamil Oral.

Hansson L.Calcium antagonist : An overview. American Heart Journal


1991;122:308-11

Setiawati A,Suyatna FD,Muchtar A. Obat Anti Aritma dan Anti Angina. Dalam
Buku:Ganiswara SG. ed.Farmakologi dan terapi.Edisi IV.Jakarta:BF FKUI
1995:312-4,351-8

Departemen Kesehatan. (2006). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.

Wolff, H.P. (2008). Hipertensi. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai