Kelompok 3 :
1. Afifa (161070)
2. Ahmad A. Ghofur (161073)
3. Aldys (161074)
4. Devi Arista (161086)
5. Galuh Kristiawan (161096)
6. Gladys Brinita S (161097)
7. Hilmatul Izza (161099)
8. Indri Reski A (161102)
9. Nurcholis (161115)
10. Renita Ghina H (161119)
11. Rizqiya Ramadhany (161121)
12. Yista Nara (161134)
13. Yunedi Putra (161135)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Hipertensi ini tepat pada waktunya.
Harapan kami sebagai penyusun yaitu agar para pembaca memahami tentang
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Hipertensi Kami pun
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami juga mengharapkan saran yang membangun demi tersusunnya makalah
ini menjadi lebih baik lagi.
Hormat kami
Penyusun
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................. 2
1.2.1. Tujuan Umum ................................................................................................. 2
1.2.2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 2
1.3. Manfaat ........................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTKA......................................................................................................... 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1 Definisi
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-menerus
diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan dapat
dipengaruhi oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008).
Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama (Saraswati,2009).
Stadium 1 (hipertensi
140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
ringan)
Stadium 2 (hipertensi
160 - 179 mmHg 100 - 109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (hipertensi
180 - 209 mmHg 110 - 119mmHg
berat)
2.2 Etiologi
a. Hipertensi Primer (Essential Hypertension)
Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah
hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah
peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri
dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat
dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetik
4
5
ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan
reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit
ada tiga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam
(natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
b. Hipertensi Sekunder (Secondary Hypertension)
Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah kelainan dan keadaan
dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik, glomerulus nefritis akut),
kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta bisa diakibatkan
oleh penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2007)
f. Hipertensi Resisten
Penderita hipertensi resisten tidak merespon obat apapun lagi. Hipertensi
dikatakan resisten jika 3 jenis obat tidak sanggup menurunkan tekanan darah. Maka
diperlukan 4 macam jenis obat untuk menurunkan tekanan darah.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut fungsi ginjal dan hati
mulai menurun,karena itu dosis obat yang diberikan harus benar - benar tepat.
Tetapi pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan
usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri - arteri
utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu
kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
8
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi (Elsanti,2009).
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap
sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi
esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada
yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar 25%
untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan
darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
2) Status Gizi
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan
masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga
dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan
tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Indeks Massa Tubuh (IMT)
adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang. Seseorang
dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai IMT ≥25.0. Obesitas
merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Data dari studi
Farmingham (AS) yang diacu dalam Khomsan (2008) menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria akan meningkatkan tekanan darah 6.6
mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah 11 mg/dl. Prevalensi hipertensi
pada seseorang yang memiliki IMT>30 pada laki – laki sebesar 38% dan wanita
32%, dibanding dengan 18% laki - laki dan 17% perempuan yang memiliki
IMT<25
3) Konsumsi Na (Natrium)
Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan
yaitu sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan
darah. Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf
simpatis. Renin berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada
timbulnya hipertensi.
10
4) Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
yang menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian
masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat di
hubungkan denganpengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota (Roehandi, 2008). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis
2.8 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Berhenti Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi. Dengan berhenti
merokok efektifitas obat akan meningkat.
b. Diet
Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan natrium,
mengurangi makanan berlemak, makan lebih banyak biji- bijian, buah-buahan, sayuran
dan produk susu rendah lemak dengan begitu akan meningkatkan kesehatan kita secara
menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan darah tinggi.
c. Olahraga teratur
Olah raga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta meningkatkan
kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya lemak dan volume tubuh, berarti
mengurangi resiko hipertensi.
d. Penanganan Stres
Hormon epinefrin dan kortisol yang dilepaskan saat stres menyebabkan
peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stres,
koping yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah.
e. Tidak Merokok
Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap
seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan
penggumpalan darah dalam pembuluh darah (Dalimartha et al., 2008). Merokok
sebatang setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta
menambah detak jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012), menyatakan bahwa orang
yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk
terjadiya hipertensi.
Risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari
pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon
13
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi (Marliani, 2007).
Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat berbahaya,
terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut dihisap dan kemudian
masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut dapat merusak pembuluh darah yang
akan menyebabkan aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah
yang akan menyebabkan tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok
dimulai usia muda, berisiko mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering
dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun (Depkes,
2008).
Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung dengan aktifitas
berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardial yang
kemudian diteruskan dengan peningkatan pada tekanan darah, denyut jantung, dan
kontraksi miokardinal (Kaplan, 2011).
f. Frekuensi Konsumsi Makan Asin
Garam (NaCl) diyakini berkontribusi dalam meningkatkan tekanan darah pada
dinding arteri. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah penelitian eksperimental dengan
model simpanse, yang secara genetik mendekati manusia. NaCl disuntikkan ke dalam
makanan mereka selama 20 bulan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa
asupan NaCl meningkatkan tekanan darah simpanse tersebut. Tekanan darah akan
meningkat tajam, pada asupan NaCl yang berlebih, dan pada studi asupan NaCl
tertinggi, dilaporkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat 33 dan 10
mmHg, sedangkan pada manusia, dampak asupan NaCl pada tekanan darah akan
meningkatkan resiko hipertensi bersamaan dengan faktor lain seperti usia atau riwayat
keluarga.
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal
dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur
tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air
(retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih
14
keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik. Hasil penelitian Sugiharto
(2007), yang membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin
dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa seseorang yang terbiasa
mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak
terbiasa konsumsi makanan asin.
g. Frekuensi Konsumsi Makan Berlemak
Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan tekanan darah, dan
pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah rata-rata mengkonsumsi lemak
total dan asam lemak jenuh rendah. Selain itu, konsumsi lemak jenuh meningkatkan
resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi. Asupan lemak
jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza, 2009). Keberadaan lemak jenuh
yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentuk plak di
pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi semakin sempit dan elastisnya
berkurang (Almatsier, 2009).
h. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein
Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah yang
banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit Hipertensi atau penyakit
Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi
kafein (kopi) secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih
tinggi dibandingkan dengan didalam 2-3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti
meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13
mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008).
Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah
rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak mengkonsumsi sama
sekali. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan
meningkatkan risiko terkena penyakit jantung (Sustrani, 2006).
i. Aktivitas Fisik
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat (Armilawati,
15
2007).
Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang meninggi adalah
sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung intensitas latihan. Apabila latihan terus
dilanjutkan, maka secara bertahap tekanan darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari
peningkatan dilatasi arteriola di dalam otot yang aktif saat latihan. Olahraga yang
dilakukan secara teratur, menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut
jantung berkurang dan menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2006 dalam Respati,
2007).
j. Keadaan Stres
Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden yang mengalami stres
memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
responden yang tidak memiliki stres. Dalam Cahyono (2008), stres adalah respon
fisiologik, psikologis, dan perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian
diri terhadap tekanan yang bersifat internal maupun eksternal.
Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf
dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh
darah, dan meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin, 2009).
Menurut Sutanto (2010), stres atau ketegangan jiwa adalah rasa murung,
tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah. Ketika otak menerima sinyal bahwa
seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan
mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan gula dan
lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga
jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi semakin
cepat sehingga meningkatkan tekanan darah.
Sutanto (2010), menjelaskan bahwa pelepasan hormon adrenalin oleh anak ginjal
sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan meningkatkan
kekentalan darah yang membuat darah mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin
juga dapat mempercepat denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan
mempersempit pembuluh darah koroner.
2) Penatalaksanaan Farmakologis
16
a. Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal meningkatkan
ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati, 2005). Meningkatkan ekskresi natrium
pada ginjal akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah.
b. Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-
bloker, beta-bloker, dan alfa- beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna
untuk menghambat pelepasan renin, angiotensin juga tidak akan aktif. Angiotensin I
tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan berubah. Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah (Anonim, 2009).
c. Vasodilator
Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya memperlebar
pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung (Anonim,
2009).
d. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi pembentukan angiotensin
II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan
terjadinya eksresi natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Anonim, 2009).
e. Antagonis Kalsium
Menurut Anonim (2009), cara bekerja antagonis kalsium hampir sama dengan
vasodilator. Antagonis kalsium adalah obat antihipertensi yang memperlebar
pembuluh darah.
2.9 Komplikasi
Menurut Dalimartha, dkk. (2008) Penderita hipertensi berisiko terserang
penyakit lain yang timbul kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat
hipertensi di antara nya sebagai berikut
a. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
17
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan merenggang
sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhir nya dapat terjadi kegagalan kerja
jantung secara umum. Tanda-tanda ada nya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-
putus (pendek), dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.
b. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang
di timbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah.
Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu
nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada
hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma
pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu akan menyebabkan daya
permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna
merupakan kelainan ginjal yang di tandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130
mmHg yang di sebabkan terganggunya fungsi ginjal.
d. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai akibat terjadi nya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh
darah jantung menyebab kan berkurang nya aliran darah pada beberapa bagian otot
jantung. Hal ini menyebab kan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada
otot jantung. Bahkan, dapat menyebab kan timbul nya serangan jantung.
kemandirian dalam
melakukan aktivitas
Gangguan 1. Kaji pemahaman pasien 1. Kegemukan adalah
perubahan pola nutrisi tentang hubungan antara resiko tambahan pada
lebih dari kebutuhan hipertensi dan tekana darah
tubuh berhubungan kegemukan. tinggikarena
dengan masukan 2. Bicarakan tentang disproporsi antara
berlebihan kebutuhan pentingnya menurnkan kapasitas aorta dan
metabolik masukan kalori dan peningkatan massa
batasi lemak, garam, tubuh.
gula sesuai indikasi. 2. Kesalahan kebiasaan
3. Tetapkan keinginan makan menunjang
pasien menurunkan terjadinya atero
berat badan. sklerosis dan
4. Kaji ulang masukan kegemukan, yang
kalori harian dan pilihan merupakan predisposisi
diet. untuk hipertensi dan
5. Kolaborasi dengan ahli komplikasinya.
gizi sesuai indikasi. 3. Motivasi untuk
penurunan berat badan
adalah internal.
Individu harus
berkeinginan untuk
menurunkan berat
badan, bila tidak maka
program sama sekali
tidak berhasil.
4. Mengidentifikasi
kekuatan atau
kelemahan dalam
program diit terakhir,
membantu menentukan
kebutuhan individu
untuk penyesuaian atau
penyuluhan
5. Memberikan konseling
dan bantuan dnegan
memenuhi kebutuhan
diet individual.
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang
tersedia.
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien
Nama : Tn.H No. RM : 2837xxx
Usia : 60 tahun Tanggal Masuk : 22 April 2013
Jenis kelamin : Laki-laki pk 6.00
Alamat : betongan, 01/07 Tanggal Pengkajian : 22 April 2013
No. Telepon : 085706322201 pk 8.00
Status pernikahan : Sudah menikah Sumber Informasi : Pasien
Agama : Islam Nama klg. dekat yang bisa dihubungi:
Suku : Jawa Ny. A
Pendidikan: : SD Status : Anak
Pekerjaan : petani Alamat : Nanggulan
Lama bekerja : 29tahun Wonosari
No. telepon : 089xxxxxx
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Diagnosa Medis:
Hipertensi
23
24
F. Genogram
x x
Ht
x
xHt x x x
Ht
x
Ht Ht Ht Tn.H
25
: Laki-laki
: Ny.S
: Perempuan
Ht : Hipertensi
: Meninggal
x
G. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan bersih Tidak bekerja
Bahaya Kecelakaan Tidak ada bahaya kecelakaan Tidak bekerja
Polusi Cukup Tidak bekerja
Ventilasi Cukup Tidak bekerja
Pencahayaan Cukup Tidak bekerja
Warna & bau Kuning, bau khas fases Kecoklatan bau khas fases
Kesulitan Tidak ada Ada
Upaya mengatasi Tidak ada
Di anjurkan minum dan makan
serat yang banyak
BAK
Frekuensi/pola 4 kali sehari 4 kali sehari
Konsistensi Kuning Kuning
Warna & bau Kuning bau khas urin Kuning bau khas urin
Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
K. Pola Tidur – Istirahat
Rumah Rumah sakit
Tidur siang : lamanya
Jam….s/d….. 13.00-14.50 12.30-13.30
Kenyamanan stlh tidur nyenyak Nyenyak
Tidur malam : lamanya
Jam….s/d….. 20.00-03.30 22.00-03.15
Kenyamanan stlh tidur nyenyak Nyenyak
Kebiasaan sblm tidur wudhu berdoa
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -
N. Konsep Diri
1. Gambaran
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Peran
5. Identitas diri
O. Pola Peran dan Hubungan
1. Peran dalam keluarga: kepala keluarga
2. Sistem pendukung: suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-
lain, sebutkan:
3. Kesulitan dalam keluarga: -
( ) hubungan dengan orang tua ( ) hubungan dengan pasangan
( ) hubungan dengan sanak saudara ( ) hubungan dengan anak
( ) lain-lain sebutkan,
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS:
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
P. Pola Komunikasi
1. Bicara ( ) Normal ( ) bahasa utama
1. Keadaan umum :
Kesadaran : CM
Tanda tanda vital :
Tekanan Darah : 200/100 mmHg Suhu : 36,8°C
Nadi : 80 kali per menit RR : 22 kali per menit
Tinggi Badan : 174 cm Berat Badan : 67 kg
Bawah
.
9. Sistem Neurologi 9SSP : I-XII, reflek, motorik, sensorik)
. GCS 4/5/6
. ket : 4 = reflek baik, membuka mata dengan spontan
. 5 = system motorik baik, bicara dengan baik
. 6 = system sensorik baik, mengikuti apa yang diperintahkan
30
W. Kesimpulan
Pasien berusia 60 tahun menderita hipertensi dengan keluhan kepala pusing, rasanya
cekot cekot, nyeri dibagian belakang kepala skala nyeri 5, nyeri di rasakan ketika
beraktivitas waktunya hilang timbul durasi sekitar 1 sampai menit
X. Perencanaan Pulang
Tujuan Pulang.
Transportasi pulang . dijemput keluarga dengan mobil pribadi.
Dukungan keluarga. keluarga mendukung kepulangan pasien
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang. Menggunakan BPJS
31
Malang,
Pengkaji
32
ANALISA DATA
DO :
- Pasien tampak
lemas, mata sulit
untuk di buka,
Tekanan darah
170/110 mmHg,
Nadi;
- 92 x/mennit,
pernapasan; 24
x/menit, suhu 36,8˚
c
33
NAMA KLIEN :
NO.REG :
P = Lanjutkan intervensi
36
P = Lanjutkan intervensi
37
P = Lanjutkan intervensi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
38
39
Aziza, Lucky. 2014. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
40