Anda di halaman 1dari 9

Tugas 2

1. Reaktor Alir Pipa ( Plug Flow Reaktor)

Plug flow reaktor (PFR) merupakan reaktor di mana reaksi kimia berlangsung secara kontinu
sepanjang sistem aliran. Reaktor alir pipa sering juga disebut sebagai reaktor alir sumbat atau
Continuous Tubular Reaktors (CTRs). Reaktor alir pipa ini digunakan untuk memperkirakan sifat-
sifat reaktor kimia sehingga variable kunci reaktor seperti dimensi reaktor bisa dihitung.

Reaktor ini memiliki karakteristik dalam mekanisme reaksi. Pada umumnya karakteristik
reaktor alir pipa pada kondisi ideal yaitu:

1. Reaktor ini biasanya berupa tube (tabung) yang bereaksi dengan aliran fluida
2. Diasumsikan tidak terjadi pengadukan (mixing)
3. Aliran plug merupakan jenis aliran yang terjadi pada reaktor ini (reaktor alir)
4. Sebagian besar mixing dari jenis reaktor ini beroperasi pada level intermediet.
5. Pencampuran sempurna dalam dimensi radial (konsentrasi seragam)
6. Tidak ada pencampuran (mixing) pada aliran aksial atau tidak terjadi dispersi aksial (aliran
terpisah)
2. Homogenously mixed bioreactor
https://www.academia.edu/9556892/PERTUMBUHAN_SEL

Terbagi menjadi dua macam, yaitu Chemostat dan Turbidostat


1. Chemostat
Dalam kultur berkesinambungan, adalah mungkin untuk menjaga konsentrasi keadaan tunak
dari nutrisi pertumbuhan berbatas dalam kultur, yang memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme pada tingkat submaksimal. Selain itu, dalam kultur berkesinambungan,
parameter seperti pH, tekanan oksigen, konsentrasi produk pengeluaran, dan kerapatan
populasi dapat dengan mudah dikendalikan. Beberapa jenis metode kultur berkesinambungan
yang ada (yaitu, auxostat, turbidostat, dan chemostat), tapi sejauh ini yang paling umum adalah
kultur berkesinambungan aliran terkontrol, chemostat. Chemostat adalah sistem kultur
berkesinambungan di mana laju pengenceran (D), dan laju pertumbuhan spesifik (μ), diatur
secara eksternal dan semua parameter pertumbuhan lainnya akan beradaptasi dengan sesuai
(Kuenen dan Johnson, 2009).

Dalam kultur batch aktivitas biosintesis sel terkultur bervariasi dengan tingkat pertumbuhan dan
ketersediaan substrat. Studi tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme sel
difasilitasi oleh tiga fitur khusus kultur chemostat.

a) Chemostat memungkinkan pengendalian dari laju pertumbuhan dengan tidak ada perubahan
terhadap lingkungan selain konsentrasi substrat pertumbuhan berbatas.

b) Chemostat dapat digunakan untuk memperbaiki laju pertumbuhan keadaan tunak ketika lingkungan
berubah. Misalnya laju pertumbuhan yang sama dapat dipertahankan di bawah pembatasan fosfat
atau nitrat. Hal ini berguna untuk membedakan antara efek dari perubahan laju pertumbuhan dan
perubahan nutrisi berbatas pada metabolisme sel.

c) Chemostat dapat digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan substrat terbatas sementara pada
saat yang sama menjaga lingkungan konstan. Hal ini berbeda dengan karakteristik kultur batch
tertutup di mana substrat pertumbuhan berbatas dicapai hanya secara sementara dan disertai dengan
perubahan laju pertumbuhan dan lingkungan.
Teknik chemostat dapat menawarkan dua keuntungan yang berbeda:

1. Dapat memperluas jangkauan kondisi yang mungkin dalam suatu kultur


2. Dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kesulitan dalam menafsirkan pola kompleks
pertumbuhan yang selalu terjadi dalam kultur batch.
Kedua fitur tersebut memungkinkan memberikan pemahaman yang lebih baik ditetapkan dari
pengaturan metabolisme dalam sel tanaman terkultur (Wilson, 1980).

Gambar 1. Kurva Hubungan Laju Pertumbuhan Spesifik dengan Konsentrasi Substrat Berbatas

(Wilson, 1980)

Untuk beberapa mikroorganisme kurva eksperimen yang diperoleh dilengkapi dengan cukup
baik oleh persamaan yang disarankan oleh Monod:

(Wilson, 1980)

Dimana:
μ : laju pertumbuhan spesifik
μmax : laju pertumbuhan spesifik maksimum
s : konsentrasi substrat pertumbuhan berbatas
Ks : Konstanta kejenuhan Monod
Dalam bentuk yang paling sederhana chemostat terdiri dari bejana kultur di mana media segar
ditambahkan secara terus menerus ke suatu volume tetap pada kultur yang sedang tumbuh. Komposisi
media masukan disesuaikan sehingga nutrisi tunggal terbatas. Sel-sel tumbuh pada suatu laju
ditentukan oleh laju media masukan dan kultur overflow. Setelah pertumbuhan keadaan tunak dicapai,
laju pembelahan sel persis sama dengan tingkat pengenceran oleh media segar. Pada akhirnya laju
pertumbuhan ditentukan oleh konsentrasi pertumbuhan nutrisi berbatas dalam bejana chemostat
(Wilson, 1980).

Gambar 2. Diagram Alir untuk 4L Chemostat Sistem Kultur Berkesinambungan

(Wilson, 1980)

Kata Kunci:
A = aerator
AI = udara masukan
AO = udara keluaran
CL = sirkulasi putaran
CLD = perangkat tingkat konstan
CRV = wadah penerima kultur
CW = kapas filter
DD = pendeteksi densitas kultur
F = filter udara
FI = induksi aliran
GC = coil kaca (untuk kontrol suhu)
IMR = wadah medium perantara
MCL = garis pencucian merkuri klorida
MFU = unit filter medium
MS = motor penggerak magnetic stirrer
MSL = jalur suplai medium yang baru
OS = katup solenoida keluaran
PEL = putaran penyeimbang tekanan
SR = wadah sampel
SWL = garis air steril
ST = tabung sampel
TCW = air dengan suhu terkontrol
Gambar 3. Diagram Alir untuk 4L Chemostat Sistem Kultur Berkesinambungan

(Wilson, 1980)

Kata Kunci:
MR = wadah medium
MP = pompa medium
F = filter udara
M = meteran laju alir udara
H = humidifier/pelembab
AP = pompa udara
B = air bleed

2. PLUG FLOW REACTOR

Model reaktor alir pipa (RAP) atau plug flow reaktor (PFR) merupakan reaktor di mana reaksi
kimia berlangsung secara kontinu sepanjang sistem aliran. Reaktor alir pipa sering juga disebut sebagai
reaktor alir sumbat atau Continuous Tubular Reaktors (CTRs). Reaktor alir pipa ini digunakan untuk
memperkirakan sifat-sifat reaktor kimia sehingga variable kunci reaktor seperti dimensi reaktor bisa
dihitung.

Reaktor ini memiliki karakteristik dalam mekanisme reaksi. Pada umumnya karakteristik reaktor alir
pipa pada kondisi ideal yaitu:

1. Reaktor ini biasanya berupa tube (tabung) yang bereaksi dengan aliran fluida

2. Diasumsikan tidak terjadi pengadukan (mixing)

3. Aliran plug merupakan jenis aliran yang terjadi pada reaktor ini (reaktor alir)

4. Sebagian besar mixing dari jenis reaktor ini beroperasi pada level intermediet

5. Pencampuran sempurna dalam dimensi radial (konsentrasi seragam)

6. Tidak ada pencampuran (mixing) pada aliran aksial atau tidak terjadi dispersi aksial (aliran
terpisah).

Model reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda (multiple reaction) serta reaksi
yang melibatkan perubahan suhu, tekanan dan densitias fluida. Walaupun kerumitan ini diabaikan,
namun selalu relevan dalam proses industri.Adapun asumsi yang diguanakan pada model reaktor ini
sebagai berikut:

1. Aliran plug (plug flow)

2. Keadaan steady state

3. Densitas fluida konstan (untuk cairan dan juga berlaku untuk gas yang tidak mengalami
penurunan tekanan, perubahan mol dan perubahan temperatur).

4. Diameter pipa konstan

5. Reaksi tunggal (single reaction)

6. Zat mengalir di dalam pipa dengan distribusi kecepatan datar

7. Kecepatan pengadukan ke arah radial berlangsung sangat cepat sehingga pada setiap penampang
pipa R, T,P dan komposisi fluida selalu uniform (seragam), dan perbedaan terjadi di sepanjang
pipa R.
8. Setiap partikel fluida yg mengalir mempunyai waktu tinggal sama

9. Fluida dalam fasa gas berlangsung pada tekanan tetap dan fluida dalam fasa cair berlangsung
pada volume dan tekanan tetap.

Dalam aplikasinya, reaktor alir pipa digunakan pada reaksi:

a. Reaksi skala besar

b. Reaksi cepat

c. Reaksi homogen atau heterogen

d. Reaksi kontinu

e. Reaksi pada temperatur tinggi

3. Cangkok, step dll termasuk dalam dalam Bioteknologi tradisional (konvensional) dikarenakan
didalam dunia pertanian. Budidaya pertanian dan peternakan juga tidak lepas dari pengaruh
bioteknologi konvensional. Sejak dahulu, manusia terus berupaya untuk mendapatkan berbagai
tanaman bibit unggul di bidang pertanian. Bibit unggul tersebut diharapkan mempunyai sifat
tahan hama dan dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen.
Oleh karena itu, manusia mulai melakukan berbagai penyilangan varietas tanaman
pertanian. Berbagai cara dilakukan manusia mulai dari penyilangan yang menghasilkan
varietas baru, perbanyakan vegetatif, hingga radiasi untuk mendapatkan sifat baru yang dapat
dikembangkan.
Teknologi pemupukan juga mengalami perubahan. Pemupukan alami dan buatan dari
bahan sintesis telah dikembangkan untuk meningkatkan produksi pertanian.Perbanyakan
vegetatif yang dikembangkan untuk meningkatkan produksi pertanian, antara lain setek,
cangkok, dan kultur jaringan. Berbeda dengan setek dan cangkok yang dilakukan di lingkungan
terbuka, kultur jaringan dilakukan di laboratorium. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi dan menumbuhkan bagian tanaman atau
jaringan tersebut dalam medium buatan secara aseptik, Seperti yang terlihat pada gambar
berikut.

Anda mungkin juga menyukai