Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui
saluran pencernaan,saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa
yang menimbulkan gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian
keracunan di Indonesia belum diketahui, meski banyak dilaporkan
kejadian-kejadian keracunan di beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak
menggambarkan kejadian yang sebenarnya di dalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan
penyebab utama kematian anak-anak . Lebih kurang 60% dari paparan
keracunan yang dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan
kematian <4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak
yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo
Surabaya 15-30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan
pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian besar karena kercunan
hidrokarbon (45-60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan,
detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan
dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau
parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%)
dan inhalasi (14%). Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat
medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam
memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan
dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan sebagian
besar adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha
pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
penanggulangan keracunan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan keracunan?
2. Apa saja klasifikasi keracunan?
3. Apa penyebab keracunan?
4. Bagaimana tanda dan gejala keracunan?
5. Bagaimana patofisiologi sehingga menjadi keracunan?
6. Bagaimana pathway keracunan?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang keracunan?
8. Bagaimana penatalaksanaan keracunan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) keracunan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian keracunan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi keracunan.
3. Untuk mengetahui penyebab keracunan.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala keracunan.
5. Untuk mengetahui patofisiologi sehingga menjadi keracunan.
6. Untuk mengetahui pathway keracunan.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang keracunan.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keracunan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui
mulut, hidung, suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan
terhadap organisme hidup dengan dosis relative kecil akan merusak
kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ
atau jaringan.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi,
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang
relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan
dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui
saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa
yang menimbulkan gejala klinis.

2. ETIOLOGI
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
- Polusi limbah industri yang mengandung logam berat .
- Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti
kuman, bakteri, protozoa, parasit, jamur beracun.
- Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui
dosis normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan
memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
- Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang
meliputi produk alkali, pembersih toilet, deterjen.
- Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non
korosif meliputi makanan, obat-obatan, gas.

4. PATOFIOLOGI
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor
bahan kimia, mikroba, makanan, toksin, dll. Penyebab tersebut
mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam
tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare,
perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan
kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi
pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam
lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat
tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka
tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang
keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka
lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat
dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya
keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk
mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila
rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari,
bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat
dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek
toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian
lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi
sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).

5. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala keracunan antara lain adalah:
- Mual - Dehidrasi
- Muntah-muntah - Kram perut
- Diare - Kejang
- Hipertermi/hipotermia - Mulut kering
- Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lender.
- Rasa lemas dan mengigil.
- Hilang nafsu makan.
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24
jam setelah si kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa
berlangsung tiga sampai empat hari, tapi hati-hati! Gejala ini dapat
berlangsung lebih lama lagi jika si kecil yang keracunan masih
mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi.

6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat keracunan antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Henti Nafas
b. Henti Jantung
c. Syok,Sindrom Gawat Pernafasan Akut
d. Koma
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang
menyebabkan penundaan disritmia atau konduksi.
b. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk
menunjukkan adanya aspirasi dan edema pulmonal.
c. Analisa Gas Darah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar
elektrolit, termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium.
Tanda-tanda oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul,
seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental.
d. Tes fungsi ginjal
Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
e. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan.
Skrin negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi
mungkin racun yang ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk
mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin di dalam
laboratorium, sehingga pemeriksaannya bisa efektif.

8. PENATALAKSANAAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1) Stabilisasi
- Jalan nafas (A)
- Pernafasan (B)
- Sirkulasi (C)
b. Dekomentaminasi
1) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 %
selama 15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
2) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air
mengalir dingin atau hangat selama 10 menit
3) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk
pengenceran. Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-
anak maksimal 100cc untuk sesekali minum. Pasang NGT setelah
pengenceran jika diperlukan.
4) Eliminasi
a. Indikasi melakukan eliminasi:
- Tingkat keracuan berat
- Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
- Menelan zat dengan dodsis letal
- Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma

Tindakan eliminasi:

a) Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
b) Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse
continue 2-3cc/kg/jam
c) Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang
dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah
dengan protein.
 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
b. Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban
atau dari orang-orang yang mengetahuinya
c. Identifikasi sumber dan jenis racun
d. Kaji tentang bentuk bahan racun
e. Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
f. Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
g. Pemeriksaan fisik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
akumulasi udara.
2. Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin
pada pencernaan.
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
depresi sistem saraf pusat
3. INTERVENSI
NO.
DX Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Setelah diberikan asuhan a) Pantau a) Mengetahui tingkat
keperawatan diharapkan jalan tingkat/kedaleman dan pernafasan klien
nafas klien kembali efektif dengan pola pernafasan. b) Mengetahui bunyi
Kriteria hasil: b) Auskultasi bunyi pernafasan klien
- Pasien mampu nafas. c) Meningkatkan
mempertahankan pola c) Pertahankan posisi inspirasi maksimal,
nafas yang efektif tidur yang nyaman, meningkatkan
dengan tingkat biasanya dengan ekspansi paru.
pernafasan yang peninggian kepala d) Meningkatkan
normal. tempat tidur. pernafasan klien
- Paru-paru pasien d) Berikan tambahan O2
bersih, bebas dari
cianosis, dan tanda-
tanda/ gejala-gejala
hipoksia yang lain.
2. Setelah diberikan asuhan a) Catat adanya mual, a) Mengetahui adanya
keperawatan diharapkan kebutuhan muntah, dan diare tanda-tanda mual,
nutrisi klien terpenuhi dengan b) Berikan nutrisi yang muntah dan diare
Kriteria hasil: cukup pada klien b) Untuk memenuhi
- Nafsu makan meningkat c) Ajarkan klien untuk kebutuhan nutrisi
- BB naik memakan makanan pada klien
- Kebutuhan tubuh pasien yang seimbang c) Untuk memenuhi
akan nutrisi tetap terpenuhi d) Kolaborasikan dengan kebutuhan nutrisi
- Pasien tidak menunjukkan ahli gizi klien
penurunan status d) Mengetahui adanya
gizi/nutrisi, seperti pasien peningkatan status
tidak tampak mengurus, gizi klien
turgor kulit tetap baik

3. Setelah diberikan asuhan a) Kaji tingkat kecemasan a) Peningkatan


keperawatan diharapkan ansietas pasien secara terus kecemasan akan
klien menurun atau hilang dengan menerus. mengacu pada pasien
Kriteria hasil: b) Jelaskan tentang semua tidak mau berespon
- Pasien akan melaporkan tindakan yang akan terhadap semua
adanya tingkat penurunan dilakukan terhadap tindakan yang
kecemasan yang pasien. dilakukan.
dialaminya c) Anjurkan pasien untuk b) Pasien akan merasa
- Pasien menunjukkan berdoa sesuai dengan aman dan kooperatif
keadaan yang relaksasi keyakinan pasien. dalam setiap tindakan
- Pasien dapat d) Kolaborasikan dengan yang akan diberikan.
mengidentifikasikan dokter c) Doa akan
kecemasan yang menyebabkan
dialaminya dan mampu psikologis pasien
mengontrol dir dan situasi akan merasa aman.
d) Mengetahui masalah
klien yang belum
teratasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis
B. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus
memperhatikan penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak dan
diberi lebel sehingga anak dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan
pertolongan yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital
seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga
penanganan tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak
terlambat dimulai.

DAFTAR PUSTAKA
 Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2.
Jakarta : Salemba Medika, 2006.
 Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC, 2004.
 Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta :
EGC, 2002.
 Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III.
Jakarta: Komisi Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.

Anda mungkin juga menyukai