Kata presiden berasal dari Bahasa latin. Dalam Bahasa latin presiden berasal dari dua kata yaitu pre dan sedere. Pre berarti sebelum dan sedere berarti menduduki. Jika ditinjau dari arti katanya makan presiden berarti sebelum menduduki. Kata menduduki disini merujuk pada makna duduk yang lebih luas yaitu jabatan. Presiden merupakan suatu nama jabatan resmi yang digunakan untuk pimpinan suatu organisasi, perkumpulan, perusahaan, perguruan tinggi, atau pimpinan suatu negara. Umumnya istilah presiden digunakan untuk seseorang yang memimpin suatu acara atau rapat atau biasa disebut ketua. Namun istilah ini secara keseluruhan terus berkembang menjadi istilah yang tujukan untuk seseorang yang memiliki kekuasaan atau jabatan eksklusif. Secara lebih spesifik. Istilah presiden lebih utama digunakan untuk menyebutkan nama kepala Negara suatu negara yang menganut pemerintahan yang berbentuk Republik, baik dipilih secara langsung maupun tak langsung. Presiden Republik Indonesia) adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahanIndonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan. Wakil Presiden adalah orang pertama yang akan menggantikan apabila Presiden berhalangan untuk menghadiri kegiatan atau melaksanakan tugas atau sesuatu dalam lingkup pemerintahan sehingga kedudukannya lebih tinggi dibandingkan para menteri. Selain itu, kedudukan seorang Wakil Presiden juga tidak dapat dipisahkan dengan Presiden sebagai satu kesatuan pasangan jabatan karena dipilih secara langsung melalui pemilihan umum (PEMILU). 2. Pengangkatan masalah presiden dan wakil presiden Banyak sekali aturan yang tercantum dalam UUD 1945, seperti halnya pemberhentian presiden dan atau wakil presiden yang tercantum dalam pasal 7, pasal 7A dan pasal 7B, sedangkan pengangkatan presiden atau wakil presiden diatur dalam pasal 8 ayat 1 sampai 3 dan disahkan dengan pasal 9. Pemberhentian presiden terjadi apabila presiden sudah tidak memenuhi syarat sebagai presiden. Pemberhentian ini pertama-tama diajukan oleh DPR karena DPR memiliki hak menyatakan pendapat seperti yang tercantum pada UUD 1945 Pasal 20A (2) , sehingga mereka boleh melaporkan bahwa presiden dan atau wakil presiden melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tercela sehingga mereka tidak memenuhilagi syarat sebagai presiden. Lalu, setelah DPR mengetahui hal tersebut, DPR mengajukan gugatannya tersebut kepadamahkamah konsitusi, seperti yang tercantum pada pasal 24C (2)bahwa Mahkamah Konstitusi wajib memberikan keputusan atas dugaan pelanggaran yang di lakukan oleh presiden dan atauwakil presiden yang di ajukan oleh DPR. Sebelum diajukan kepada mahkamah konstitusi, terlebih dahulu DPR mengadakan rapat dan suara yang menyatakan bahwa presiden atau wakil presiden bersalah sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota yang hadir dalam rapat tersebut, hal ini seperti yang di maksudkan dalam pasal 7B (3). Mahkamah konstitusi harus memeriksa gugatan yang diajukan DPR paling lama sembilan puluh hari dari hari pengaduan. Jika mahkamah konstitusi memutuskan bahwa presiden atau wakil presiden telah melakuakn tindakan yang melanggar hukum atau perbuatan tercela, maka DPR mengadakan sidang paripurna untuk mengusulkan pemberhentian presiden dan atau wakil presiden tersebut. Setelah DPR melakukan sidang Paripurna, DPR mengajukan usul tersebut kepada MPR dan MPR harus memutuskan usul DPR tersebut paling lambat tiga puluh harisetelah pengajuan usul tersebut. Usul DPR tersebut ditindaklanjuti oleh MPR dengan mengadakan rapat yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota MPR dan pemberhentian atas presiden dan atau wakil presiden tersebut disetujui oleh 2/3 dari jumlah anggota MPR yang hadir. Pemberhentian ini dilakukan setelah presiden dan atau wakil presiden menyampaikan penjelasannyanya dalam sidang tersebut dan bila tidak diterima, maka presiden dan atau wakil presiden tersebut diberhentikan (pasal 7B (7)), seperti apa yang terjadi pada Alm. Presiden K. H. Abdurrahman Wahid yang laporan pertanggungjawabannya tidak diterima MPR dan dia diturunkan dari kursi presiden. Jika masalah yang terjadi seperti jaman Alm. Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dimana dia digulingkan dari kusrsi presiden, maka yang menggantikannya adalah wakil presiden,saat itu adalah Dyah Permata Megawati Soekarno Putri yang langsung naik sebagai presiden Indonesia yang ke lima. Aturan dimana jika presiden mangkat, berhenti atau diberhentikan maka kewajiban yang ditanggung presiden tersebut dialihkan atau digantikan oleh wakil presiden sampai akhir jabatannya (Pasal 8 3. Sumpah dan janji presiden dan wakil presiden
Bendera Presiden Indonesia
Sesuai dengan Pasal 9 UUD 1945, Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat. Jika MPR atau DPR tidak bisa mengadakan sidang, maka Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung. Sumpah Presiden (Wakil Presiden)
“ Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa. ”
Janji Presiden (Wakil Presiden)
“ Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa. 4. Tugas dan tanggung jawab presiden dan wakil presiden Tugas presiden sebagai kepala pemerintahan juga tertuang dalam UUD 1945. Tugas- tugas tersebut adalah sebagai berikut: Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang dasar (tertuang dalam pasal 4 ayat 1). Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya (tertuang dalam pasal 5 ayat 2). Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden (tertuang dalam pasal 17 ayat 2). Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota, provinsi dan kabupaten kota diatu dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah (tertuang dalam pasal 18B ayat1). Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yangtelah disetujui bertsama untuk menjadi undang-undang (tertuang dalam pasal 20 ayat 4) Rancangan undang-undang anggaran pendapat dan belanja negara diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan dengan memperhatikan pertimabangan Dewan Perwakilan Daerah (tertuang dalam pasal 23 ayat 2). Anggota badan pemeriksaan keuangan dipilih oleh dewan perwakilan rakyat dengan memperhatikan pertimbangan dewan perwakilan daerah dan diresmikan oleh presiden (tertuang dalam pasal 23F ayat 1). Calon hakim agung diusulkan oleh komisi yudisial kepada dewan perwakilan rakyat untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya hakimagung ditetapkan oleh presiden (tertuang dalam pasal 24A ayat 3). Anggota yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat (tertuang dalam pasal 24B ayat 3). Mahkamah konstitusi mempunyai Sembilan orang hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden (tertuang dalam pasal 24C ayat 3). Hak dan kewajiban presiden adalah sebagai berikut: 1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. 2. Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri. 3. Menetapkan peraturan pemerintah Membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR. 4. Memengang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. 5. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA. 6. Menyatakan keadaan bahaya. 7. Menerima dan menetapkan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. 8. Memegang teguh, menjalankan UUD dan peraturan yang berlaku dengan selurus-lurusnya. 9. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. 10. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain sesuai dengan persetujuan DPR. 11. Mmberikan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan sesuai dengan yang diatur dalan UU. 12. Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada presiden. 13. Mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR. DISUSUN O L E H
WISNA NUR CANTIKA
AMELIA ANANDA SUNDARI ROSYAH FEBI OKTARI BOY ADAM T. SAIFANUR