Anda di halaman 1dari 9

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

KOEFISIEN LIFT DAN DRAG PADA SUDU RUNNER TURBIN ALIRAN SILANG
DENGAN MENGGUNAKAN BRITISH PROFIL 9C7/32,5 C50

Kennedy Marsan *

Abstract
As a system using airfoil as its component, hence design of turbine crossflow hardly in
influencing by the runner blade design. This research aim to see flow parameter
influence angle of attack ( ), the price of water outlet angle ( 2), velocity ratio (
C2/C1) and angle of stagger to dynamic Lift and Drag Coefficient from the runner
cross-flow turbine which using British Profile 9C7/32,5 C50, experiment conducted at a
linear runner turbine with various angle of attack and three angle of stagger. The result
of research indicates that velocity ratio inversely proportional to blade dynamic lift
Coefficient, the highest dynamic lift Coefficient; 1,281, residing in at angle of stagger
50o. Stalling limit happened at angle of attack 18O, for third angle of stagger.
Keyword: Angle of attack ( air outlet angle 2), velocity ratio (C2/C1), dynamic lift
Coefficient dan Drag Coefficient.

Abstrak
Sebagai sebuah sistem yang menggunakan menggunakan airfoil sebagai komponennya, maka
pendisainan turbin aliran crossflow sangat di pengaruhi oleh disain sudu runnernya. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh parameter aliran yaitu angle of attack air outlet
angle 2), velocity ratio (C2/C1) dan sudut stagger terhadap koefisien lift dan drag dari runner
turbin aliran silang yang mengggunakan British Profil 9C7/32,5 C50 Pengujian di simulasikan pada
sebuah linear runner turbin dengan variasi angle of attack dan tiga sudut stagger. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa velocity ratio berbanding terbalik terhadap koefisien lift sudu, koefisien lift
yang tertinggi sebesar 1,281 berada pada sudut stagger 50o. Stalling limit terjadi pada sudut
serang 18O, untuk ketiga sudut stagger.
Kata kunci: Angle of attack ( air outlet angle 2), velocity ratio (C2/C1), Koefisien Lift
dan Koefisien drag.

1. Pendahuluan pembangkit listrik skala mikro, atau yang


1.1 Latar belakang biasa disebut dengan Pembangkit Listrik
Hingga saat ini di turbin pada Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Turbin ini
Pembangkit Listrik Tenaga Hidro terbagi merupakan susunan beberapa sudu
menjadi dua bagian besar yaitu Turbin yang berbentuk airfoil
Reaksi yang memanfaatkan tekanan Putaran turbin aliran silang
aliran air terhadap sudu turbin dan merupakan hasil reaksi kecepatan aliran
Turbin Impuls, yang memanfaatkan melintasi sudu-sudu turbin dan pada
energy kinetik air yang melintasi susunan sudut serang (angle of attack) tertentu
sudu turbin. untuk menghasilkan gaya angkat (lift
Turbin aliran silang atau cross flow force)yang tertinggi, agar turbin dapat
merupakan salah satu jenis turbin impuls berputar dan dapat mengatasi
yang banyak digunakan untuk pembebanan pada poros turbin.

* Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 181 - 189

Salah satu faktor penting dari Meninjau dari kecepatan spesifiknya, ia


sebuah turbin aliran silang aksial adalah berada diantara turbin pelton dan
bentuk dari blade kaskade yang akan turbin Francis aliran campur.
digunakan, untuk itu maka informasi Persyaratan awal bagi pertukaran
mengenai karakteristik dari sebuah profil energy antara fluida yang bergerak
sudu runner yang akan digunakan dengan sudu runner, yang jug
sangat dibutuhkan. abergerak pada sebuah mesin hidrolis
Pada kebanyakan perencanaan adalah perubahan kecepatan akibat
turbin aliran silang, sudu yag digunakan sudu raner. Dalam hal fluida di percepat
adalah sudu tipis pada sudut serang oleh sudu runner, maka akan terjadi
16O. Untuk itu penelitian ini dibuat untuk penyerahan energy oleh sudu ke fluida,
melihat kemungkinan penggunaan seperti yang terjadi pada pompa.
British Profil 9C7/32,5 C50 pada turbin Sebaliknya, dimana fluida di perlambat
aliran silang. oleh sudu maka terjadi perpindahan
Meskipun perancangan sebuah energy dari fluida ke runner mesin yang
turbin aliran silang dapat merupakan prinsip kerja semua turbin
menggunakan hasil perhitungan teoritis, air.
namun informasi eksperimental tetap
diperlukan, sebab dari informasi inilah 2.1 Koefisien Lift dan Drag.
pemodelan teoritis tersebut dapat Dengan mengacu pada gambar
semakin disempurnakan. 2.1 , maka besarnya gaya aksial (X)
yang diberikan oleh fluida pada tiap
1.2 Rumusan masalah sudu dapat di tentukan dari persamaan
Melalui eksperimen ini akan diteliti momentum pada volume atur dalam
secara nyata dan mendetail mengenai arah aksial.
efek variasi stagger dan sudut serang
terhadap koefisien lift, koefisein drag
dan stalling limit dari blade cascade
 
X = (p2 –p1) . S = 1  C12  C 22 .S  p.S
2
British profil 9C7/32,5 C50 dalam
penggunaannya pada turbin aliran
silang.
2
x 1 2 
= 1 C 2 tan2   tan2  .S  p.S ......(1)

Batasan Masalah :
- Pengujian di simulasikan pada sebuah Dalam hal ini dianggap tidak ada
linear runner turbin dengan perubahan kecepatan dalam arah
menggunakan British profil 9C7//32,5 aksial, jadi Cx1 =Cx2 = Cx. Gaya tangensial
C50 dengan panjang l = 120 mm. (Y) yang diberikan oleh aliran fluida
- Pengujian dilakukan dengan meng- pada tiap sudu ditentukan dari
gunakan 3 buah variasi sudut stagger persamaan momentum pada volume
() 30o,40o dan 50o dan variasi angle atur dalam arah tangensial.
of attack () dari 0o hingga 22O pada
space chord ratio (s/l) = 1 Y = Cx S (Cy1 – Cy2)
- Kecepatan aliran masuk yang = Cx2 S (tan 1 – tan2)
konstan (Bilangan Reynold konstan)=
25.6628 Jika kecepatan rata-rata pada runner
dinyatakan sebagai :

2. Tinjauan Pustaka Cm = Cx secm


Sebagai suatu turbin aliran radial
atmosferik, yang berati bekerja pada Dimana, tan m = ½( tanm + tan m) ,
tekanan atmosfir, turbin aliran silang maka arah dari gaya angkat (lift) dan
menghasilkan daya dengan meng- seret (drag) akan mengacu kesini.
konversikan energy kecepatan fluida. Konsep kecepatan rata-rata pada

182
Koefisien Lift dan Drag pada Sudu Runner Turbin Aliran Silang
dengan Menggunakan British Profil 9C7/32,5 C50
(Kennedy Marsan)

runner ini dapat digambarkan sebagai D p0 S cos  m


berikut : CD 
 2
1 / 2 C m l  
 2
1 / 2 C m l  l cos2 1

C1 .....................…..(5)
Cm
Seringkali didefenisikan bahwa,
p
C2 0 = v1 = total pressure loss
1 / 2
 C 
2

m 
 1
coefficient. , sehingga :
Cx1 = Cx2 = Cx
S cos  m
Gambar 1.Defenisi sudut dan C D   v1 ……….(6)
kecepatan rata-rata. l cos2 1

vektor gaya-gaya tersebut diatas dapat


Dalam konsep ini, gaya angkat dilihat pada gambar berikut :
(lift force) akan di evaluasi sebagi gaya
pada sudu yang tegak lurus terhadap
kecepatan rata-rata, Cm . Besarnya C1
gaya angkat (L) adalah,
C
m
L = X sin m + Y cos m R Y C2
= ½ Cx2 S (tan2 1 – tan22) sin m – L
p0 S sin m +Cx2 S (tan 1 – tan2) cos m
=Cx2 S sec m (tan 1– tan2) - p0 S sin m  
 m 

…..………………….. (2)
 Cx1 =Cx C
2 =
X D  Cx
x
Sehingga harga koefisien lift (CL)
adalah : m 
L
CL 

1 / 2 Cm2 
Gambar 2. Defenisi arah dari gaya-gaya
2S / l tan1  tan 2 cos m  p0 s / l sin m  areodinamik

  2
1 / 2 C m
....3)

2.2. Separation (Stall).


Gaya seret (drag force) yang dialami Pemisahan aliran (separation
dalam hal ini di evaluasi sebagai gaya flow) adalah fenomena perubahan
pada sudu yang paralel terhadap aliran terhadap aliran utama (main
kecepatan rata-rata ,Cm, besarnya body), yang terbentuk akibat adanya
adalah : inersia pada permukaan saluran yang
dilintasi aliran. Bilamana aliran berpisah
D =Y sin m –X cos m =p0 S cos m dari dinding, maka akan terbentuk
lapisan geser bebas (free shear layer)
.............................…….…(4) antara core flow dengan daerah
pemisahan (separation region) yang
Koefisien seret (drag coefficient) menggangu arah aliran utama.
dengan demikian adalah :

183
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 181 - 189

berputar pada wind tunnel sebagai


simulasi dari casing runner turbin aliran
silang. Pergerakan putaran bervariasi
per 2O sebagai variasi perubahan angle
of attack. Untuk mengetahui karakteristik
medan aliran yang terjadi, maka
pengukuran yang dilakukan pada
pengujian ini adalah pengukuran
aliaran 2 dimensi dengan
menggunakan five hole probe dan
(a) Inclined manometer. Parameter yang
diukur adalah tekanan stagnasi dan
tekanan statis yang dilakukan pada :
a) Sepanjang Pitch (t) = 120 mm, di
tengah span untuk tiap variasi
incidence dan variasi stagger
dengan pergerakan Fife hole probe
per 6 mm.
b) Didepan blade (daerah inlet
kaskade), untuk mengetahui
distribusi kecepatan masuk (C1).

3.2 Data pengukuran


Gambar 3. Stream line yang melewati
Persamaan yang digunakan dalam
suatu airfoil (a)  00 , (b) 
menganalisis data, sebagai berikut :
 200[4]
Data pengukuran :
Separasi mempunyai pengaruh (Po – P1) ; (Po – P2) ; (Po – P3)
yang serius terhadap rancangan unjuk (Po – P4) ; (Po – Ptl) ; (Po – Pst)
kerja yang signifikan pada komponen
suatu sistim, baik pada sistem yang Koefisien sudut aliran :
menggunakan aliran internal maupun P4  P2 …………………….. (7)
aliran eksternal, bahkan seringkali dapat k  ( y, z ) 
menyebabkan kerusakan pada P
komponen tersebut. P3  P1 ……………………….(8)
k  ( y, z ) 
Pada sistem aerodinamik yang P
menggunakan airfoil sebagai dimana :
komponennya, proses separasi ini 1/ 2
menyebabkan terjadinya kondisi stall, 1 4  1 4  
2
 1 4 
P( y, z )     Pi   Pj     P0   Pi 
dimana terjadinya penurunan koefisien  5 i 0  5 j 0    4 i 1 

lift dari airfoil tersebut. Pada sebuah
pesawat terbang pada kondisi stall ini ………………………………….. ...(9)
merupakan kondisi batas dari daya
angkat sebuah pesawat terbang, Variabel sebagai fungsi terhadap
sementara pada kompressor koefisien sudut aliran  dan  :
aerodinamik, stall dinyatakan sebagai y,z) = f1 (k , k kp (y,z) = f3 (k , k
kerugian energi (energy losses). y,z) = f2 ((k , kpt(y,z) = f4 (kk

(10)
3. Metode Penelitian
dimana : f1 s/d f4 merupakan
3.1 Pengambilan data
persamaan polinomial berderajat m
Susunan sudu/blade di
dan n :
tempatkan pada dinding yang dapat

184
Koefisien Lift dan Drag pada Sudu Runner Turbin Aliran Silang
dengan Menggunakan British Profil 9C7/32,5 C50
(Kennedy Marsan)
m  n 
f (k , k
 k   a k   (11)
i j C2 y C2
ij  ( y, z )  ( y , z ). cos  ( y , z ). sin  2 ( y , z )
i 0  j 0  C1 C1

dimana koefisien persamaan regresi


……………………….……(19)
polinomil aij dari masing-masing fungsi
tersebut diperoleh dari hasil kalibrasi (8).
C2 z C ………….. (20)
( y, z )  2 ( y, z ). sin  ( y, z )
Sudut aliran keluaran kaskade : C1 C1

y,z) = sk,k) Vektor kecepatan aliran sekunder :


( y, z )   2 ( y, z ). cos  ( y, z ).sin 2 ( y, z )   2,M ( z )
C sek , y C
dan
k  , k 
C1 C1
 tan 
y,z) = arctan  ..........(12) …………. …………………..(21)
 cos  2 
C sek , z C2 z C
( y, z )  ( y, z )  2 ( y, z ) sin  ( y, z )
Kerugian tekanan tak berdimensi C1 C10 C1
(secondary losses) sepanjang pitch dan
span ……………………………………..(22)
 v  f  y, z  ;
Rata-rata
 ptl  P0   P.k pt (k  , k ) ……..(13)
 
 v y, z  P
q1  2 ( z ),  2 ( z ), ( z ),  ( z ), dan V ( z ) :
q1
Perbandingan kecepatan aksial AVR () y 1 C2 y C
:  ( y , z ) 2 x ( y , z ) dy
y C C1
tan  2 ( z )  1
C2 X C2 cos  ( y , z ). cos  2 ( y , z ) 2
y 1  C
2 x ( y , z )  dy
 ( y, z )  ( y, z )  ( y , z ).
cos 1  
C1 X C1
y  C

1 
...................................................(14)
…………………...(23)
dimana :
y 1 C
q2 p 2 z ( y , z ) C2 x ( y , z ) dy

( y, z )  1  ( y , z )   V 1, N ( y , z ) …….(15) y C C1
q1 q1 tan  2 ( z )  1
2
y 1  C
2 x ( y , z )  dy
  
C2
( y, z ) 
q2
( y, z )
…………………… (16) y  C
1 
C1 q1

………… ………….………..(24)

p  
P2 y , z  p1 P0  pst   P.k p (k  , k ) y 1 C2 x
 
q1 q1 q1
 V ( y, z ) ( y , z ) dy
y C1
V ( z)  2
y 1  C
2 x ( y , z )  dy
............................................…. (17)
  
Vektor kecepatan aliran : y  C 
1
C2 x C2
( y, z )  ( y , z ). cos  ( y , z ). cos  2 ( y , z ) ..(18)
C1 C1 …………..……………… (25)

185
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 181 - 189

y 1 C2 x perlahan aliran fluida dapat mengalir


  ( y, z ) ( y , z ) dy mengkuti kelengkungan blade. Hal ini
y C1 menyebabkan turunnya harga
 ( z)  ……….(26)
2 hingga pada sudut serang  = 4o.
y 1  C 
2 x ( y , z ) dy Selanjutnya pada sebuah blade,
  
y  C jika terus diperbesar akan
1  menyebabkan aliran yang memiliki
lintasan lengkung pada daerah suction
side makin dipercepat karena seiring
y 1 p C dengan peningkatan blade loading
 ( y , z ) 2 x ( y , z ) dy maka titik stagnasi akan bergeser ke
p y q
1 C1 arah pressure side dan dengan
( z)  2
y 1  C sendirinya akan menggeser titik tekanan
2 x ( y , z )  dy
q1
  minimum pada suction side kedepan
y  C
 (ke arah leading edge), hal ini akan
1 
mendorong terjadinya separasi aliran
……………………………..(27) pada section side yang lebih hebat
karena adverse pressure gradient yang
terjadi semakin besar, yang terjadi pada
Turning angle, z) : 18 hingga 20o
Sepanjang aliran fluida pada
 (z) = z) ………….(28) suction side masih mampu mengikuti
lintasan permukaan blade maka outlet
angle () tidak mengalami perubahan
yang sigifikan, yang tampak pada
4. Hasil dan Pembahasan hingga 18o. hal ini menunjukkan
Harga koefisien lift dan koefisien bahwa pada range tersebut belum
drag tidak lepas dari pengaruh terjadi free shear layer.
perubahan harga air outlet angle () Akibat dari separasi aliran ini juga
yang terjadi, dimana harga sangat berpengaruh pada grafik koefisien drag
dipengaruhi oleh terjadinya separasi pada gambar 5 yang memiliki pola
(wake) yang terjadi pada permukaan yang sama dengan gambar 4. Hal ini
sudu. Dari hasil penelitian yang membuktikan bahwa koefisien drag
ditunjukkan pada gambar 4 untuk pada sudu berbanding lurus terhadap
ketiga variasi stagger ( = 30o, 40o dan perubahan air outlet angle ().
50o), harga menurun tajam pada Gambar 6, menunjukkan bahwa
sudut serang ( = 0o hingga 4o dan kecepatan keluar sudu semakin
kemudian meningkat secara drastis menurun seiring dengan perubahan
pada . Sementara pada angle of attack hingga pada sudut  =

 hingga 18o harga terlihat
18o, kemudian menanjak tajam pada
meningkat secara perlahan, bahkan
pembesaran sudut serang berikutnya,
cenderung konstan.
hal ini juga merupakan efek wake pada
Posisi blade yang masih
permukaan sudu. Akibat wake tersebut
cenderung datar (sejajar arah aliran)
maka aliran akan terdesak ke atas
pada angle of attack  = 0o
menuju pressure side sudu berikutnya,
menyebabkan aliran cenderung akan
akibatnya luas daerah lintasan fluida
mengalir secara bebas tanpa mengikuti
akan semakin sempit dan akhirnya
kelengkungan dari blade, sehingga berdampak kepada naiknya kecepatan
sudut relatif lebih besar dibandingkan aliran keluar sudu.
sudut serang (angle of attack). Harga koefisien lift yang
Seiring dengan peningkatan ditunjukkan pada gambar 7., grafik 7
harga angle of attack maka perlahan menunjukka kecenderungan yang
menyebabkan titik pressure minimum terbalik dengan gambar 6. dimana
bergerak kearah pressure side, sehingga

186
Koefisien Lift dan Drag pada Sudu Runner Turbin Aliran Silang
dengan Menggunakan British Profil 9C7/32,5 C50
(Kennedy Marsan)

harga koefisien meningkat seiring yang terjadi pada sudut serang


dengan peningkatan sudut serang 18seiring dengan peningkatan dan titik
hingga mencapai puncak pada sudut  puncak harga koefisien lift.
= 18o. Selanjutnya koefisien lift menurun Dari gambar 6 dan 7 hasil
drastis atau telah mencapai kondisi stall penelitian menunjukkan pengaruh dari
pada angle of attack diatas 18o. sudut stagger terhadap harga koefisien
Mengacu kepada pernyataan lift, semakin besar sudut stagger runner
bahwa penurunan kecepatan aliran maka akan semakin besar perpindahan
fluida oleh sudu akan menyebabkan energy ke runner, dimana harga
perpindahan energy dari fluida ke koefisien lift terbesar terjadi pada
runner, maka gambar 6 tersebut stagger 50, yaitu 1,281 pada  = 18o.
menunjukkan bahwa perpindahan
energy terbesar oleh fluida ke runner

Gambar 4. Grafik air outlet angle terhadap Angle of attack

Gambar 5. Grafik koefisien drag terhadap Angle of attack

187
Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus 2007: 181 - 189

Gambar 6. Grafik Perbandingan Kecepatan Aliran terhadap Angle of attack

Gambar 7. Grafik Perubahan Koefisien lift terhadap Angle of attack

188
Koefisien Lift dan Drag pada Sudu Runner Turbin Aliran Silang
dengan Menggunakan British Profil 9C7/32,5 C50
(Kennedy Marsan)

5. Kesimpulan Walter R.Debler ,[1990], Fluid Mechanics


Berdasarkkan hasil penelitian maka Fundamentals, The University of
disimpulkan bahwa untuk British Profil Michigan, Prentice-hall New
9C7/32,5 C50, : Jersey, USA.
1) Nilai atau harga koefisien drag
berbanding lurus terhadap John D.Anderson, JR. ,[1988],
perubahan harga air outlet angle Fundamentals Of Aerodynamics,
(2) dan peningkatan angle of Mc.Graw-Hill, International
attack (). edition,Singapore.
2) Perbandingan kecepatan aliran
fluida (C2/C1) melintasi sudu
berpengaruh terhadap koefisien lift.
Semakin diperlambatnya aliran
melintasi sudu akan meningkatkan
harga koefisien lift.
3) Koefisien lift tertinggi; 1,281; dicapai
pada stagger 50, pada susudt
serang 18O
4) Batas stall (stalling limit) untuk ketiga
variasi stagger terjadi pada angle off
attack= 18O.

6. Daftar Pustaka
M.Edy Sunarto, Alex Arter, Ueli Meier,
(1991),Pedoman Rekayasa
Tenaga Air, MHPG-BPPT,
Bandung, Indonesia.

Kennedy,(2007), Stalling Limit Kompressor


Stator Kaskade Dengan British
Profil 9C7/32,5 C50 pada Stagger
40, Jurnal MEKTEK edisi Januari
2007, Palu, Indonesia.

Pryohutomo,B,(1999),Kalibrasi Five-holes
Probe dan Aplikasinya pada
Medan Aliran Sekunder, Tugas
akhir Jurusan Teknik Mesin Fak.
Teknologi Industri ITS,
Surabaya.Indonesia.

Horlock,J.H [1973], Axial Flow


Compressors, Robert E.Krieger
Publishing Company
Huntington,New York.

David Gordon W,[1989],The Design of


High-Efficiency Tubomachinery
and Gas Turbines,Massachusetts
Institute of Technology, USA.

189

Anda mungkin juga menyukai