Airway
Langkah pertama adalah pastikan jalan nafas patent karena apapun masalah klinis pasien,
jika jalan nafas terganggu maka pasien berada dalam keadaan yang mengancam jiwa.
Pasien dengan penurunan kesadaran (GCS < 8 atau tidak berespon terhadap rangsangan
nyeri) tidak akan dapat mempertahankan jalan nafas yang paten.
Kaji apakah ada tanda-tanda obstruksi jalan nafas dengan look, listen dan feel
Apakah pasien dapat berbicara dengan jelas?
Buka mulut pasien dan kaji apakah ada sumbatan dijalan nafas seperti darah, benda asing
Kaji apakah ada edema di bibir, lidah dan leher
Jika jalan nafas tidak patent, maka lalukan tindakan membuka jalan nafas yaitu:
Finger swab
Head tilt – chin lift
Jaw thrust
Suction
Pemasangan Oropharingeal airway (OPA/gudel) atau Nasopharingeal airway
Berikan oksigen dengan non-rebreathing mask (NRM)
Persiapkan pasien untuk tindakan intubasi jika tindakan-tindakan diatas tidak dapat
membebaskan jalan nafas pasien
Breathing
look
kaji apakah pasien bernafas spontan
kaji frekuensi nafas dan irama
kaji apakah pergerakan dada simetris
apakah ada retraksi otot pernafasan tambahan
Listen
Dengarkan suara paru
Apakah ada suara nafas yang tidak normal
Feel
Circulation
Warna kulit: pucat?, sianosis?
Apakah akral hangat?, dingin?
Cek capillary refill time (normal < 2 detik)
Apakah ada perdarahan/trauma ?
Kaji nadi perifer untuk frekuensi dan irama >> jika tidak ada nadi lakukan resusitasi
Pasang cardiac monitor
Pasang IV canula
A: Alert: pasien sadar, awas, responsive, orientasi waktu, tempat dan orang baik
V: verbal: Pt berespon terhadap rangsangan verbal tapi orientasi terhadap orang, tempat
dan waktu tidak baik
P: Pain: pasien tidak berespon terhadap rangsangan verbal, tapi berespon terhadap
rangsangan nyeri
Exposure (pajanan)
Jaga privasi dan cegah hipotermi
Kaji seluruh bagian tubuh pasien, kaji apakah ada memar, laserasi, deformitas, warna kulit
Secondary Assessment
Q: quality: seperti apa nyeri yang dirasakan apakah tajam, terbakar dll
H: History
Gunakan singkatan “AMPLE” untuk mengingat hal-hal yang harus ditanyakan
A: Alergy: apakah pasien mempunyai alergi obat atau makanan?. Dokumentasikan reaksi
alergi yang dialami.
E: events leading to illness/injury: apa yang sedang dikerjakan pasien ketika gejala penyakit
itu timbul.
2. Diagnosa keperawatan
Hipoksia adalah suatu kondisi di mana jaringan tubuh Anda kekurangan oksigen. Kondisi
ini disebabkan oleh hipoksemia, yaitu tingkat oksigen dalam darah Anda lebih rendah dari
tingkat normal.
Hipoksemia adalah rendahnya kadar oksigen dalam darah, khususnya di
arteri. Hipoksemia merupakan tanda adanya masalah dalam sistem sirkulasi atau
pernapasan yang dapat menyebabkan sesak napas.
3. Intervensi keperawatan
Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru
(rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.Trauma
misalnya :
Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada.
Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh
pembuluh internal.
Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura Henoch-
Schönlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi
kongenital kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti
hemothorax.
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma
atau ruda paksa tajam atau tumpul.
Trauma dada atau thorax adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,
hematompneumothoraks.
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut.
Trauma dada dapat merupakan trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothorks,
hematopneumo thoraks. Trauma thorax adalah troma paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. Trauma thorak dapat disebut
juga trauma yang terjadi pada toraks yang menimbulkan kelainan padaorgan-organ di
dalam toraks.
1. Traumatik
Trauma tumpul.
Trauma tembus (termasuk iatrogenik)
2. Nontraumatik / spontan
Neoplasma.
komplikasi antikoagulan.
emboli paru dengan infark
robekan adesi pleura yang berhubungan dengan pneumotoraks spontan.
Bullous emphysema.
Nekrosis akibat infeksi.
Tuberculosis.
fistula arteri atau vena pulmonal.
telangiectasia hemoragik herediter.
kelainan vaskular intratoraks nonpulmoner (aneurisma aorta pars thoraxica, aneurisma
arteri mamaria interna).
sekuestrasi intralobar dan ekstralobar.
patologi abdomen ( pancreatic pseudocyst, splenic artery aneurysm, hemoperitoneum).
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau
arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau
peluru menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi
atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya
darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume
darah seseorang.
Pemeriksaan diagnostik.
1. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
2. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-
kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen
biasanya menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
4. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.
- Penatalaksanaan hematopneomothorax
PENATALAKSANAAN
Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang
dan terjadinya kegagalan pernapasan.
Kegagalan pernapasan disebabkan adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura
menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi.
Maka pengobatan hemothorax sebagai berikut :
Pengosongan rongga pleura dari darah.
Menghentikan perdarahan.
Memperbaiki keadaan umum.
Lain-lain.
1. Dipasang “Chest tube” dan dihubungkan dengan system WSD, hal ini dapat
mempercepat paru mengembang.
2. Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti maka dipertimbangkan
untuk thorakotomi.
3. Pemberian oksigen 2 – 4 liter/menit, lamanya disesuaikan dengan perubahan klinis, lebih
baik lagi apabila dimonitor dengan analisa gas darah. Usahakan sampai gas darah
penderita normal kembali.
4. Pemberian tranfusi darah : dilihat dari adanya penurunan Hb. Sebagai patokan dapat
dipakai perhitungan sebagai berikut, setiap 250 cc darah (dari penderita dengan Hb 15 g
%) dapat menaikkan ¾ g % Hb. Diberikan dengan tetesan normal kira-kira 20 –30 tetes
/ menit dan dijaga jangan sampai terjadi gangguan pada fungsi jantung atau menimbulkan
gangguan pada jantung.
5. Pemberian antibiotika, dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan kultur.
Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit gawat, maka
penderita dapat diberi “broad spectrum antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis
250 mg 4 x sehari.
Juga dipertimbangkan dekortikasi apabila terjadi penebalan pleura.
- Komplikasi hematopneomothorax
Komplikasi dapat berupa :
1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
Tujuan dari triase adalah memilih atau menggolongkan semua klien, menetapkan prioritas
penanganannya dan dapat menangani korban/klien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan
sumber daya yang ada.
Kategori Triase
Triase memiliki beberapa kategori, antara lain:
1. Prioritas Pertama (Merah:segera)
Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport
segera untuk tetap hidup. Prioritas tertinggi untuk penanganan atau evakuasi, seperti :
a. Tindakan resusitasi segera
b. Obstruksi jalan napas
c. Kegawatan pernapasan
d. Syok atau perdarahan berat
e. Trauma parah
f. Luka bakar berat
2. Prioritas kedua (Kuning ; mendesak)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak
akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Meliputi kasus yang memerlukan tindakan
segera terutama kasus bedah, seperti ;
a. Trauma abdomen
b. Trauma dada tertutup tanpa ancaman asfiksia
c. Trauma ekstremitas
d. Patah tulang
e. Trauma kepala tertutup
f. Trauma mata
g. Luka bakar derajat sedang
3. Prioritas ketiga (Hijau : tunda/evaluasi)
Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan
bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala. Penanganan tidak terlalu
mendesak dan dapat ditunda jika ada korban lain yang lebih memerlukan penanganan atau
evakuasi, seperti ;
a. Cedera jaringan lunak
b. Dislokasi ekstremitas
c. Cedera tanpa gangguan jalan napas
d. Gawat darurat psikologis
4. Prioritas nol (Hitam : meninggal)
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pertanyaan
1. Bagaimana penanganan pertama sebelum dibawa ke IGD
2. Mengapa perkusi tidak dapat dilakukan
3. Mengapa HC03 bisa meningkat
4. Apa yang menyebabkan bunyi ekspirasi paru kanan lebih lama hilang
5. Apa yang kita lakukan sebagai perawat IGD jika menemukan kasus seperti di
scenario
6. Mengapa pernafasan pasien paradoksal
7. Mengapa deviasi trakea pasien ke kiri
Penyebab Deviasi Trakea
Deviasi trakea tidak hanya menunjukkan patologi trakea itu sendiri. Setiap
pergeseran mediastinum, khususnya mediastinum atas, akan menghasilkan deviasi
trakea. Mediastinum adalah kompartemen di pusat rongga dada, yang juga rumah
jantung dan pembuluh darah utama, dan dikelilingi di kiri dan kanan oleh rongga
pleura yang mengandung paru-paru.