PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Quran merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat jibril, AlQuran juga dijadikan sebagai pedoman
dalam kehidupan kita sehari-hari, didalamnya terkandung berbagai ilmu pengetahuan,
hikmah, dan pengajaran tersirat maupun yang tersurat.
Kemurnian kitab suci Al Quran juga dijamin langsung oleh Allah yang
termaktub dalam firman Nya yaitu Al Quran surah Al-Hijr ayat 9 yang
artinya “Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhna kami
benar-benar memeliharannya”.
Al Quran tidak turun sekaligus melainkan turun secara berangsur-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Pada perjalanannya penulisan Al Quran sudah
dimulai sejak zaman Nabi Muhammad berlanjut sampai zaman pemerintahannya Abu
Bakar dan pada zaman pemerintahan Utsman bin Affan.
Pada masa pemerintahan selain Abu Bakar dan Utsman bin Affan tidak
terjadi perkembangan yang signifikan terkait dengan kodifikasi Al Quran. Kodifikasi
yang terjadi pada masa Abu Bakar dan Utsman bin Affan terdapat perbedaan
penyebab adanya kodifikasi dan hasil dari kodifikasi yang nanti akan dibahas
perbandingan antara kedua Khalifah tersebut .
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kodifikasi Al Quran?
2. Bagaimana kodifikasi Al Quran pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin?
BAB II
PEMBAHASAN
dengan rasa rindu, lalu menghafal dan memahaminya, persis seperti dijanjikan
Allah: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
adalahhafiz (penghafal) Al Quran pertama dan merupakan contoh paling baik bagi
para sahabat dalam menghafalnya, sebagai realisasi kecintaan mereka kepada pokok
agama dan sumber risalah. Al Quran diturunkan selama dua puluh tahun lebih. Proses
penurunannya terkadang hanya turun satu ayat dan terkadang turun sampai sepuluh
ayat. Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan ditempatkan dalam hati,
sebab bangsa Arab secara kodrati memang mempunyai daya hafal yang kuat. Hal itu
karena umumnya mereka buta huruf, sehingga dalam penulisan berita-berita, syai-
terkmuka, seperti Ali, Mu’awiyah, Ubaid bin Ka’ab dan Zaid bin Sabit. Bila ayat
tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembaran itu membantu penghafal di
dalam hati. Di samping itu sebagian sahabat pun menuliskan Qur’an yang turun di
atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh Nabi. mereka menuliskannya pada
pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan
tulang belulang binantang. Zaid bin Sabit berkata:”Kami menyusun Quran dihadapan
Ini menunjukkan betapa besar kesulitan yang dipikul para sahabat dalam
menuliskan Quran. Alat-alat tulis tidak cukup tersedia bagi mereka, selai sarana-
sarana tersebut. Dan dengan demikian, penulisan Quran ini semakin menambah
hafalan mereka.
Jibril membacakan Qu’an kepada Rasululah pada malam-malam bulan
bulan Ramadhan ketika ia ditemui oleh Jibril. Ia ditemui Jibril pada setiap malam
diterbitkan ayat-ayatnya saja dan setiap surah berada dalam satu lembaran secara
terpisah dan dalam tujuh huruf, [4]tetapi Al Qur’an belum dikumpulkan dalam satu
mushaf yang menyeluruh (lengkap)[5], sebab Nabi masih selalu menanti turunnya
wahyu dari waktu ke waktu. Disamping itu terkadang terdapat ayat yang me-nasikh
menurut tertib nuzulnya,tetapi setiap ayat yang turun dituliskan di tempat penulisan
sesuai dengan petunjuk Nabi. Andai kata (pada masa Nabi) Al Qur’an itu seluruhnya
dikumpulkan diantara dua sampul dalam satu mushaf, hal yang demikian tentu akan
Hijriah melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Quran. Dalam peperangan
ini tujuh puluh qari dari para sahabat gugur. Umar bin Khattab merasa sangat
khawatir melihat kenyataan ini, lalu ia menghadap Abu Bakar dan mengajukan usul
tempat lain akan membunuh banyak qari pula sehingga Qur’an akan hilang dan
musnah. Abu Bakar menolak usulan ini dan berkeberatan melakukan apa yang tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar tetap membujuknya, sehingga Allah
membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut. Kemudian Abu
terakhir kali. Abu Bakar menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar.
Pada mulanya Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya lalu
bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada
perintah penulisan Qur’an itu. Zain bin Sabit memulai tugasnya yang berat ini dengan
bersandar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra dan cacatan yang ada pada
Bakar. Setelah ia wafat pada tahun tiga belas Hijri, lembaran-lembaran itu berpindah
ke tangan Umar dan tetap berada di tangannya hingga ia wafat. Kemudia mushaf itu
Zaib bin Sabit berkata: “Abu Bakar memanggilku untuk menyampaikan berita
mengenai korban perang Yamamah. Ternyata Umar sudah ada di sana. Abu Bakar
berkata: ‘Umar telah datang kepadaku dan mengatakan, bahwa perang di Yamamah
telah menelan banyak korban dari kalangan qurra dan ia khawatir kalau-kalau
terbunuhnya para qurra itu juga akan terjadi di tempat-tempat lain, sehingga sebagian
untuk mengumpulkan Quran. Maka aku katakan kepadanya, bagaimana mungkin kita
akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah? Tetapi Umar
menjawab dan bersumpah, Demi allah, perbuatan tersebut baik. Ia terus menerus
Engkau seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukan kemampuanmu.
Engkau telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah. Oleh karena itu carilah Qur’an dan
menggumpulkan Qur’an. Karena itu aku menjawab: ‘Mengapa anda berdua inggin
melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?’ Abu Bakar menjawab:
‘Demi Allah, itu baik.’ Abu Bakar tetap membujukku sehingga Allah membukakan
hatiku sebagaimana Ia telah membukakan hati Abu Bakar dan Umar. Maka aku pun
dan hapalan para penghapal, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surah Taubah
berada pada Abu Khuzaimah al-Ansari, yang tidak kudapatkan pada orang lain,
Sesungguhnya telah datang kepadamu seseorang rasul dari kaummu sendiri... hingga
ditangan Abu Bakar hingga wafatnya. Sesudah itu pindah ketangan Umar sewaktu
hafalan semata tanpa disertai dengan tulisan. Kata-kata Zaid dalam keterangan di atas:
“Dan aku dapatkan akhir dari surah Taubah pada Abu Kuzaimah al-Ansari, yang
tidakaku dapatkan pada orang lain” tidak menghilangkan arti keberhati-hatian tersebut
dan tidak pula berarti akhir surah Taubah itu tidak mutawatir[8].
Ibn Abu Daud meriwayatkan melalui Yahya bin Abdurrahman bin Hatib, yang
meriwayatkan: “Umar datang lalu berkata: ‘Barang siapa menerima dari Rasulullah
pada lembaran kertas, papan kayu dan pelepah kurma, dan Zaid tidak mau menerima
dari seseorang mengenai Qur’an sebelum disaksikan oleh dua orang saksi.” Ini
menunjukkan bahwa Zaid tidak merasa puas hanya dengan adanya tulisan semata
sebelum tulisan itu disaksikan oleh orang yang menerimanya secara pendengaran
(langsung dari Rasul), sekalipun Zaid sendiri hafal. Ia bersikap demikian ini karena
sangat berhati- hati. Dan diriwayatkan pula oleh Ibn Abu Daud melalui Hasyim bin
‘Urwah, dari ayahnya, bahwa Abu Bakar berkata kepada umar dan Zaid: “ Duduklah
kamu berdua di pintu mesjid. Bila ada yang datang kepadamu membawa dua orang
saksi atas semua dari Kitab Allah, maka tulislah.” Pada perawi hadis ini orang-orang
Penyebaran Islam bertambah luas dan para qurra tersebar di berbagai wilayah,
dan penduduk di setiap wilayah itu mempelajari qira’at (bacaan) dari qari yang
dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qira’at) Qur’an yang mereka bawakan
sebagian mereka merasa heran akan adanya perbedaan qira’at ini. Ketika terjadi
perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, di antara orang yang ikut
menyerbu kedua tempat iu ialah Huzaifah bin al-Yaman. Ia melihat banyak perbedaan
dalam cara-cara membaca Qur’an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan;
menentang setiap orang yang menyalahi bacaanyan dan bahkan mereka saling
mushaf Abu Bakar yang ada padanya) dan Hafsah pun mengirimkan lembaran-
memerintahkan Zaid bin Sabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘As dan Abdurrahman
bin Haris bin Hisyam untuk menyalinnya. Mereka pun menyalinnya menjadi beberapa
mushaf[9].
dilakukan Usman dalam motif dan caranya. Motif Abu Bakar adalah kekhawatiran
beliau akan hilangnya Qur’an karena banyaknya para hafiz yang gugur dalam
peperangan yang banyak menelan korban dari para qari. Sedang motif Usaman untuk
tulisan atau catatan Qur’an yang semula bertebaran di kulit-kulit binatang, tulang
belulang dan pelepah kurma, kemudian dikumpulkan dalam satu mushaf, dengan
ayat-ayat dan surah-surahnya yang tersusun serta terbatas pada bacaan yang tidak
dalam satu huruf diantara ketujuh huruf itu, untuk mempersatukan kaum Muslimin
dalam satu mushaf dan satu huruf yang mereka baca tanpa keenam huruf lainnya.
Usman hanyalah berusaha menyatukan umat pada satu macam (wajah) qiraat. Itu pun
atas dasar kesepakatan antara dia dengan kaum Muhajirin dan Ansar yang hadir di
Dengan usahanya itu Usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan
penyimpangan sepanjang zaman. para ulama berbeda pendapat tentang jumlah mushaf
A. Ada yang mengatakan bahwa jumlahnya tujuh buah mushaf yang dikirimkan ke
Mekah, Syam, Basrah, Kufah, Yaman, Bahrain dan Madinah. Ibn Abu Daud
mengataan: “aku mendengar Abu Hatim as-Sijistani berkata: ‘telah ditulis tujuh buah
mushaf, lalu dikirimkan ke Mekah, Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, Kufah dan
Irak, Syam, Mesir dan Mushaf Imam; atau dikirimkan ke Kufah, Basrah, Syam
Mushaf Imam. Berkata Abu ‘Amr ad-Dani dalam al-Muqni: “ sebagian besar ulama
C. Ada juga yang mengatakan bahwa jumlahnya ada lima. As-Suyuti berkata
kepada Hafsah, tetap berada di tangannya hingga ia wafat. Stelah itu lembaran-
a) Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah, yaitu bahwa semua Al-Qur’an itu
telah dituliskan dan telah tersusun berdasarkan petunjuk Rasul, walaupun sutat-
suratnya belum tersusun seperti apa yang dilihat sekarang ini dan tulisan-tulisannya
belum terhimpun dalam satu kesatuan yang terdiri dari benda-benda yang beragam.
b) Pengumpulan Al-Qur’an di masa Abu Bakar ini ialah bahwa Al-Qur’an itu
terkumpul di dalam satu mushaf yang terbuat dari lembaran-lembaran yang beragam,
baik bahannya maupun ukurannya, dan ayat-ayatnya tetap tersusun sesuai yang telah
ditunjukkan Rasulullah.
c) Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Usman bin Affan adalah menyeragamkan
bacaan Al-Qur’an dengan jalan menyeragamkan penulisannya kemudian
membukukannya dengan menyalinkan kembali ayat-ayat Al-Qur’an yang
sudah ditulis pada masa Abu Bakar, sehingga menjadi mushaf yang lebih sempurna
yang akan dijadikan standar bagi seluruh kaum muslimin sebagai sumber bacaan dan
hafalan lalu diperbanyak dan dikirimkan ke daerah-daerah.
B. Saran
a) Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW harus lebih menghargai dengan kerja
keras Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang berjuang mati-matian untuk
mengumpulkan ayat-ayat alqur’an yang terpisah-pisah dari penghafalnya lalu di
kumpulkan di kitabkan yang disusun begitu rapi dan tersusun
b) Kita harus membacanya, mengamalkan, menyakininya, lebih baiknya mengetahui
maknanya. Karna itu alquran sebagai pedoman hidup kita
c) Kita minta maaf apabila ada kesalahan di makalah kita, karna hanya ini yang kita
bisa curahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan,Munna Kholil.1973. studo ilmu-ilmu al-Qur’an.JAKARTA: PT Pustaka
Litera Antarnusa.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT. Karena berkat
limpahan rahmat, taufik serta hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini Dalam
rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Akhirnya Makalah ini dapat kami selesaikan berkat bimbingan dan arahan dari
dosen pengasuh yang memberikan bahan-bahan materi, dan kami mengucapkan terima kasih ke
semua pihak yang telah membantu.
Apabila dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dari segi isi maupun
teknik penulisannya, untuk itu kami mengharapkan kritik, saran dan bimbingan dari semua pihak
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna buat kita semua, amien.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1.Latar Belakang.......................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah.................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................
3.2.Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................
MAKALAH
KODIFIKASI ALQURAN
OLEH :
KELOMPOK IV
ANITA
HASRIADI