Anda di halaman 1dari 9

KEGAGALAN MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN

GARUDA INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Azas-Azas Manajemen

Dosen Pengampu : Retno Dewi Pramodia Ahsani, SIP ,MPA

Disusun Oleh :

Okta Yustira 1610201017

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS TIDAR

2018
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan
kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas. Dengan
adanya penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian
pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan
mengerjakannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap
pekerjaan dari indivudu karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan ( 2009 : 85) berpendapat bahwa koordinasi
adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang
tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam
dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Kemudian Tujuan-tujuan dari adanya koordinasi menurut Siagian (1993:110),yakni:

1. Sebagai pencegah konflik dan kotradiksi


2. Sebagai pencegah persaingan yang tidak sehat
3. Sebagai pencegah pemborosan
4. Sebagai pencegah kekosongan ruang dan waktu
5. Sebagai pencegah adanya perbedaan pendekatan dan pelaksanaan
6. Dari hal diatas, terdapat juga tujuan dilakukannya koordinasi, yakni:

Meraih dan menjaga keefektifitasan organisasi seoptimal mungkin dengan


sinkronasi, kebersamaa, keselarasan serta keseimbangan antara aktivitas yang saling
berhubungan.

Menjalankan pencegahan pada munculnya konflik dan membuat efisiensi yang


optimal pada berbagai kegiatan yang interdependen dengan kesepakatan yang
mengakomodir semua elemen yang berhubungan.

Koordinasi berupaya untuk menciptakan dan menjaga supaya suasana dan


perilaku yang ada saling merespon dan mengantisipasi pada setiap unit kerja baik yang
berhubungan atau tidak. Hal ini agar kesuksesan masing-masing unit tidak mengganggu
atau diganggu oleh unit lainya. Untuk itu dibutuhkan koordinasi dengan jaringan
komunikasi dan informasi yang efektif.
Dalam kasus yang terjadi di perusahaan Garuda IndoneisDisini terdapat
perubahan penjadwalan kru dalam perusahaan garuda yang menyebabkan sejumlah
pembatalan dan penundaan penerbangan, yang puncaknya terjadi pada awal Desember
2017 serta Direktur Personalia Garuda Indonesia banyak mengeluarkan peraturan
perusahaan yang bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tanpa berunding
dengan serikat pekerja. Hal itu menimbulkan perselisihan sekaligus berakibat ke suasana
kerja yang tidak kondusif sehingga berdampak pada penurunan keamanan (safety).

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa manajemen dalam perusahaan garuda masih
belum terjadi koordinasi yang baik antara kebijakan yang telah disepakati oleh
manajemen dengan pegawai dan para pilot yang bertugas.apabila kebijakan telah di
berlakukan dengan baik dan dengan jelas dipahami oleh para pegawai tentu tidak akan
terjadi penundaan penerbangan apalagi pembatalan jadwal penerbangan seperti apa yang
terjadi di maskapai garuda saat ini.Proses perubahan jadwal yang terlihat mendadak oleh
manajemen membuat para pegawai belum bisa menjalankan kebijakan baru tersebut
dengan semestinya, tentu memerlukan waktu untuk bisa dikoordinasikan kepada para
pegawai,yang terjadi disini para pegawai masih menggunakan kebijakan sebelumnya
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya,sehingga tidak terjadi sinkroniasi kebijakan
yang telah berlaku.

Dikutip dari berita harian Kompas,manajemen Garuda Indonesia beralasan bahwa


ditutupnya 300 penerbangan di maskapai tersebut pada akhir 2017 dikarenakan
penutupan bandara yang mendadak akibat terdampak bencana gunung agung yang
meletus di Bali,setidaknya Garuda Indonesia harus membatalkan banyak penerbangan
menuju NTT dan juga Pulau Bali.Hal tersebut membuat garuda harus melakukan
reschedulling dan reassigment para pilot.Menurut saya sebagai perusahaan yang telah
lama menjalankan bisnis penerbangan di Indonesia,serta memiliki reputasi yang telah
baik,manajemen Perusahaan Garuda harusnya bisa bertindak cepat ,memberikan
penjelasan dan juga cepat mengambil keputusan untuk bisa memberikan solusi terhadap
situasi yang ada.Dalam hal ini penanganan dan pemberian informasi yang tidak tepat
dapat memberikan dampak negatif terutama kepercayaan yang telah diterima oleh para
customer perusahaan.Pemilihan sistem penjadwalan dan penetuan pilot yang bertugas
harus lebih diperbaiki,apalagi permasalahan delay yang terjadi dalam penerbangan
garuda berdekatan dengan masa lebaran,yang tentunya jadwal penerbangan sangatlah
padat.Menurut pendapat saya,seharusnya manajemen garuda memiliki planning
cadangan yang telah disiapkan untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tidak
diiinginkan seperti saat ini,sehingga dalam menangani permasalahan mendadak seperti
saat ini tidak terkesan asal-asalan tanpa koordinasi dari berbagai unsur internal
perusahaan.

Kemudian pada aspek keteraturan dan waktu yang tepat dilihat disini,sistem
penjadwalan dan pemilihan waktu yang diambil oleh manajemen terlihat seperti belum
sesuai dengan apa yang bisa dilaksanakan oleh pegawai.dalam hal ini tentu seharusnya
manajemen perusahaan garuda harus bisa membuat sistem penjadwalan yang jelas dan
sesuai dengan jumlah jam kerja yang harus dipenuhi oleh masing-masing pegawai secara
adil.Disini terlihat bahwa manajemen garuda juga belum baik dalam memberikan
keteraturan waktu ,sehingga dari pihak pegawai pun tidak bisa menjalankan kebijakan
begitu saja.Untuk mencapai koordinasi yang baik, harus terjadi kesepakatan waktu yang
diambil oleh manajemen dan pegawai itu sendiri.

Kemudian dalam permasalahan kelima terlihat bahwa manajemen sering


mengambil keputusan tanpa mendengarkan pendapat atau masukan dari serikat
kerja.Padahal untuk mencapai tujuan koordinasi yang baik,diperlukan kerjasama antara
dua pihak terkait yaitu manajemen sebagai pihak yang merancang tujuan dan rencana
organisasi,serta pegawai sebagai pelaksana lapangan kebijakan tersebut.mengutip
pendapat Menurut Ismail Solihin (2009: 91 ), karateristik pertama dari organisasi adalah
adanya koordinasi upaya dari sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi.
Penggabungan yang terkoordinasi dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang jauh
lebih baik dibandingkan upaya perseorangan.Dalam hal ini jelas seharusnya dalam
pengambilan keputusan perusahaan ditentukan berdasarkan semua unsur yang
bertanggung jawab dalam perusahaan tersebut.Pengambilan keputusan sepihak biasanya
akan memunculkan pihak-pihak yang kurang setuju karena merasa dirugikan dengan
keputusan yang tidak memihak pada diri seseorang ,hal ini tentu berdampak pada jalannya
organisasi.Dalam hal ini para pegawai merasa keputusan sepihak yang diambil oleh
manajemen telah menyimpang dari peraturan kerja (PKB) yang ada,sehingga berdampak
pada suasana kerja yang tidak kondusif. Tentu dalam pengambilan keputusan sepihak
akan ada pihak lain yang beranggapan bahwa sebuah keputusan dirasakan tidak
adil,sehingga hal tersebut membuat suasana penuh kecurigaan antar pegawai
organisasi.Suasana kerja yang kurang konndusif juga dapat membawa situasi kerja yang
kurang nyaman sehingga menurun tingkat safety pekerjaan.Perselisihan dapat terjadi
antar pegawai yang menganggap kebijakan perusahaan kurang adil antara satu pegawai
dengan yang lain.Pengambilan keputusan secara sepihak juga tentu membuat pegawai
merasa kurang dihargai karena merasa suaranya tidak dibutuhkan dalam pengambilan
kebijakan oleh perusahaan.Hal tersebut dapat menurunkan rasa motivasi dari para
pegawai untuk melasakanan tujuan organisasi dengan baik.Para pegawai akan merasa
bahwa organisasi hanya dijalankan oleh kepentingan dan tujuan pihak-pihak yang berada
diatas.Hal tersebut tidaklah menguntungkan ,karena tentunya akan timbul kecurigaan dari
para pegawai terhadap tujuan pembentukan kebijakan oleh petinggi manajemen
perusahaan.Mtoivasi yang kurang tersebut tentu akan menurunkan kinerja dari
perusahaan sendiri,seperti terjadinya mogok kerja, ataupun pelayanan yang buruk dari
pegawai kepada customer.

Melihat banyaknya dampak negatif yang terjadi akibat dari pengambilan


keputusan sepihak tersebut,menurut pendapat saya,solusi yang dapat diberikan adalah
dengan menjalin komunikasi yang baik antara manajemen perusahaan Garuda dengan
para pegawai yang menjadi pelaksana langsung kebijakan manajemen
perusahaan.Dengan menjalin komunikasi yang baik,maka dari pihak manajemen ataupun
pegawai dapat saling memberikan pendapat dan sarannya sebagai referensi pengambilan
keputusan manajemen.Komunikasi yang baik juga akan memudahkan manajemen dalam
mengambil keputusan yang terbaik bagi jalannya perusahaan tersebut,karena ide-ide yang
langsung berasal dari perwakilan pegawai tentunya akan lebih sesuai dijalankan oleh
pegawai.Kemudian para kru akan merasa bahwa pendapatnya didengar oleh
atasan,sehingga bagaimanapun akan menambah motivasi bekerja para pegawai.

Kemudian untuk permasalahan manajemen yang kedua ,yaitu mengenai


efektivitas jabatan Direktur Kargo. Menurut Sekber, jabatan tersebut sangat tidak
diperlukan sebab sebelumnya unit kargo hanya dipimpin oleh pejabat setingkat vice
president. "Garuda Indonesia tidak punya pesawat khusus kargo atau freighter aircraft.
Dengan dipimpin seorang direktur sejak 2016, kinerja Direktorat Kargo tidak meningkat
dan hanya meningkatkan biaya organisasi,".Dapat dilihat bahwa didalam manajemen
perusahaan Garuda saat ini jumlah direksi Garuda Indonesia ada delapan.Jumlah direksi
yang ideal setidaknya ada 5 atau 6 saja, karena terlalu banyak jajaran birokrasi hanya akan
memperlambat koordinasi manajemen.Terlalu banyak jajaran direksi juga menimbulkan
tumpang tindih tugas dan wewenang yang ada,sehingga menimbulkan birokrasi yang
kurang efektif. Dikutip dari salah satu media penambahan direksi dinilai tidak
memberikan lonjakan pendapatan yang hanya mampu meningkat 8,6 persen sementara
peningkatan biaya sebesar 12,6 persen.dari sisi kinerja dianggap direktorat kargo tidak
memberikan hasil positif yang signifikan bagi perusahaan.

Disini dapat disimpulkan bahwa dialam manajemen perusahaan Garuda


diperlukan adanya analisis jabatan,analisis jabatan sendiri merupakan unsur penting di
dalam jalannya sebuah organsasi.

Armstrong (2009:444) berpendapat bahwa: Analisis pekerjaan merupakan


proses pengumpulan, penganalisisan, dan penyusunan informasi tentang isi pekerjaan
dalam rangka memberikan dasar bagi sebuah deskripsi pekerjaan dan data untuk
perekrutan, pelatihan, evaluasi kerja, dan manajemen kinerja. Analisis pekerjaan
berkonsentrasi pada apa yang diharapkan para pekerja untuk lakukan.

Hasil dari analisis sering kali dinyatakan dalam bentuk uraian tertulis yaitu
mengenai deskripsi jabatan spesifikasi jabatan. Pernyataan tersebut merupakan data
penting yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam analisis jabatan. Informasi
yang dihasilkan oleh analisis jabatan dapat dimanfaatkan untuk:

1. Menentukan klasifikasi pekrjaan


2. Membantu mengukur, memperkirakan, dan menentukan kompensasi
3. Memberi pedoman dalam pemberian tugas
4. Membantu proses pemindahan pekerjaan
5. Memberikan penggolongan jabatan sehingga memudahkan pekerjaan
6. Untuk mendapatkan karyawan yang tepat yang mampu mencapai tujuan
perusahaan.
7. Sebagai dasar untuk pemberiaan induksi dan orientasi kepada karyawan yang
baru.

Menurut Mifta Thoha (2010:98) Dalam melakukan rightsizing langkah yang


dilakukan pertama adalah menetukan kebijakan strategis, menentukan jenis dan jumlah
satuan organisasinya, dan yang terahir adalah memadukan orang-orang dalam organisasi.
Upaya yang harus dilakukan dalam perampingan pegawai adalah melakukan analisis
jabatan dan beban kerja, sehingga dari analisis jabatan dapat ditemukan kesesuaian antara
jabatan yang mereka duduki dengan kemampuan yang dimiliki setiap pegawai sehingga
pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal.

Dengan analisis jabatan yang dilakukan dengan metode diatas,maka perusahaan


dapat lebih mengerti,apakah Jabatan Direktur Kargo memang diperlukan oleh perusahaan
atau harus dihilangkan.

Di permasalahan ketiga disebutkan bahwa peningkatan pendapatan usaha


penjualan tiket penumpang tidak mampu mengimbangi beban usaha karena
ketidakmampuan Direktur Marketing dan IT dalam membuat strategi penjualan produk.
Hal itu, menurut dia, bisa dilihat pada penurunan rata-rata harga jual tiket penumpang
pada 2017 dibandingkan 2016.Di dalam permasalahan ketiga ini terjadi penurunan profit
karena harga tiket yang dijual malah turun dibandingkan tahun sebelumya.Hal ini tentu
menunjukkan ketidak professionalan strategi pemasaran yang dilakukan oleh direktur
marketing perusahaan Garuda, hal ini juga merupakan dampak dari berkurangnya kuaitas
pelayanan yang dilakukan oleh garuda pada customer,seperti pembatalan mendadak
ataupun delay yang berkepanjangan tanpa kejelasan yang pasti pada customer.Harga tiket
harus diturunkan karena pelayanan yang diberikan kurang mampu bersaing dengan
perusahaan lain. Hal ini tentu tidak baik bagi perusahaan karena dapat mengurangi profit
secara keseluruhan perusahaan,dalam kondisi seperti itu,jumlah armada yang banyak
serta rute penerbangan yang bermacam-macam harusnya dibarengi dengan kemampuan
manajemen yang tepat,sehingga menambah profit pada perusahaan,bukan hanya
menambah biaya pengeluaran peerusahaan.

Kemudian kesalahan direktur marketing juga terjadi akibat dari kurang fokusnya
perusahaan untuk memanfaatkan rute-rute penerbangan yang strategis namun tidak
membutuhkan banyak biaya ,seperti rute-rute penerbangan lokal yang seharusnya dapat
diperbanyak kuota jadwal penerbangannya.Saat ini perusahaan garuda memiliki beberapa
rute penerbangan yang dianggap kurang membawa banyak profit karena memang demand
yang menggunakan sedikit.Seperti penerbangan rute eropa.Hal ini tentu tidak efektif
karena kondisi perusahaan yang sedang dalam kondisi krisis.Dalam hal ini yang harus
dilakukan adalah menambah kuota penerbangan pada rute-rute yang lebih
menguntungkan kemudian mengurangi atau menghapus rute penerbangan yang kurang
memberikan dampak keuntungan kepada perusahaan.

Kemudian yang seharusnya dilakukan oleh pihak manajemen garuda yaitu mulai
memperbaiki sistem pelayanan dan manajemen mereka dari dalam.Garuda Indonesia
telah memiliki reputasi yang sangat baik selama ini dalam bisnis penerbangan di
Indonesia dibandingkan dengan perusahaan penerbangan yang lain.Perlu adanya
perbaikan pelayanan supaya kepercayaan masyarakat yang selama ini telah
dibangun,akan tetap dipertahankan atau bahkan ditambah.Perbaikan pelayanan dapat
dimulai dengan pemberian fasilitas yang lebih baik dari sebelumnya ,peningkatan fasilitas
akan membuat customer semakin percaya kepada manajemen pelayanan perusahaan.

Permasalahan ke empat yaitu nilai saham Garuda Indonesia terus merosot dari
harga saat IPO (penawaran saham perdana) pada 26 Januari 2011 sebesar Rp 750 per
lembar saham. Kini saat ditutup 25 April lalu hanya Rp 292 per lembar saham.Penurunan
harga saham garuda saat ini diakibatkan karena tidak stabilnya situasi dan kondisi di
dalam internal perusahaan Garuda tersebut, Naiknya jumlah kerugian yang dialami PT
Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sampai akhir kuartal III 2014, membuat saham maskapai
flag carrier tersebut ditutup melemah 24 poin atau 4,81 persen ke level Rp 475 per saham
pada perdagangan Kamis (13/11). Sebanyak 5,78 juta saham Garuda diperdagangkan hari
ini, lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama tiga bulan terakhir 4,56 juta saham. Saat
melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Febuari 2011, saham GIAA dibuka
dengan harga Rp 750 per saham. Namun sesaat setelah diperdagangkan, sahamnya turun
6,66 persen menjadi Rp 700 per saham. Kinerja keuangan Garuda Indonesia yang tak
juga membaik membuat nilai sahamnya terus turun.

Sebagai solusi dalam memperbaiki nilai saham yang semakin


menurun,manajemen Garuda Indonesia harus bisa melakukan pembenahan di beberapa
aspek kinerja perusahaan itu sendiri.Karena bagaimanapun penurunan saham dipengaruhi
oleh permasalahan-permasalahan yang ada di dalam perusahaan itu sendiri.Dalam hal ini
sejumlah perbaikan harus dilakukan demi menambah profit keuntungan
perusahaan.Beberapa hal yang harus dilakukan yaitu, menunda membuka rute
internasional dan memperkuat layanan di pasar domestik, menutup rute penerbangan
yang merugi, menghentikan penggunaan pesawat Boeing seri 737 lama yang boros bahan
bakar, dan menunda kedatangan pesawat yang telah dipesan. Kemudian langkah lainnya
adalah memaksimalkan penjualan kursi melalui aliansi maskapai global SkyTeam,
meningkatkan kegiatan penjualan dan pemasaran dengan lebih agresif khususnya untuk
penumpang corporate, bisnis, dan wisata, serta mengurangi belanja modal.

Sumber :

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141113171749-92-11362/rugi-garuda-
indonesia-naik-harga-saham-turun

Thoha, Miftah, 2010. Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : Rajawali Pers.

Thoha, Miftah, 2010. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

https://www.kompasiana.com/idda/577ecfdfb57e61e20da348dc/buruknya-delay-
management-garuda-indonesia

http://nextren.grid.id/read/0118926/teknologi-membawa-petaka-penyebab-garuda-
indonesia-delay-parah?page=all

Siagian, (1993), Manajemen Sumber daya Manusia, PT Bumi Aksara, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai