Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A Pendekatan dan Metode Penelitian


Pendekatan ini menggunakan pendektan kuantitatif. Metode penelitan
yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan metode kuasi
eksperimen.Penelitian kuasi eksperimen menurut Stouffer dan Campbell
(Firmansyah,2012 :29) merupakan penelitian eksperimen yang memiliki
perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen, namun tidak menggunakan
penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan
perubahan yang disebabkan perlakuan, jadi sampel yang akan dibandingkan
dalam penelitian ini tidak dipilih secara acak sepenuhnya, tetapi mengambil dua
kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu desain
penelitian kelompok kontrol pretes-postes.Desain penelitian ini terdiri dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Siswa pada kelompok eksperimen
memperoleh perlakuan dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL), sedangkan siswa paada kelas kontrol memperoleh pembelajaran
konvensional.
Adapun diagram Nonequivalen Control Group Design menurut Russeffendi
(2010:53) adalah :

Kelas Eksperimen O X O
.........................
Kelas Kontrol O O

Keterangan :

O : Pretes dan postes berupa tes kemampuan koneksi matematis siswa

X: Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

...... : Subjek tidak dikelompokan secara acak


Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu dilakukan tes awal (pretes)
untuk mengukur kemampuan koneksi matematis awal siswa.Setelah mendapat
perlakuan, dilakukan tes akhir (postes) untuk melihat peningkatan kemampuan
koneks matematis siswa.

C Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2012:61) Populasi adalah wilayah generalisasi yang


terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dari penelitian ini adalah siswa/siswi kelas SMP Negeri 2 Kotabaru kelas
VIII . Telah diketahui bahwa kelas VIII di SMP Negeri 2 Kotabaru tersebut
terdapat 12 kelas yaitu mulai dari kelas VIII-A sampai dengan kelas VIII-L yang
berjumlah 492 siswa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteeristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2011:118). Teknik yang digunakan adalah Purposive
sampling dari satu populasi kelas VIII. Dari dua kelas yang ada diambil secara
langsung dua kelas sebagai sampel. Pengambilan sampel ini dilakukan
berdasarkan penentuan dari pihak sekolah, maka dipilih secara langsung adalah
kelas VIII-I dengan jumlah siswa 42 orang dan kelas VIII-J dengan jumlah siswa
42 orang.

D Definisi Operasional
1. Kemampuan koneksi matematis
Kemampuan koneksi matematik yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan siswa dalam membuat koneksi antar topik dalam matematika
dan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning atau CTL )
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan pada belajar bermakna dan belajar di kontekskan kedalam situasi
serta pengalaman siswa.
3. Pembelajaran Konvensional

E Instrumen penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data agar ppekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
dalam aarti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto,2002:136).Untuk menguji dan menarik kesimpulan diperlukan data-
data yang benar , oleh karena itu untuk pengumpulan data-data tersebut dibuatlah
seperangkat instrumen.Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Instrumen Tes

Instrument tes adalah instrument yang digunakan untuk mengumpulkan


data kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes
kemampuan koneksi matematis. Tes kemampuan koneksi matematis siswa
dikembangkanberdasarkan pada indicator kemampuan koneksi matematis. Jumlah
soal instrument terdiri dari 5 soal.
Tes yang akan digunakan adalah tes tertulis yang berupa uraian ( subjektif)
yang terdiri dari pretest dan postets. Soal uraian diberikan dengan tujuan agar
penulis dapat melihat proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui
apakah siswa sudah mampu untuk kemampuan koneksi matematis atau belum.
Pretes dilaksanakan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan awal
siswa apakah setara taua tidaknya kemampuan koneksi matemats antara kelas
eksperimen dan control, sementara postest dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan koneksi matematis siswa setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Sebelum penelitian dilakukan, instrument di ujicobakan terlebih dahulu
agar dapat terukur validitas, realibilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.
Analisis data hasil pengujian instrument tes untuk penilaian ini menggunakan
bantuan programMicrosoft Exel 2010. Analisis instrument ini terdiri dari :
a. Validitas tes

Menurut Suherman (2003 :102) Validitas adalah suatu alat evaluasi disebut
valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
Cara menentukan validitas soal ialah dengan mengitung koefisien korelasi anatar
alat evaluasi yang diketahui validitasnya dengan alat ukur lain. Nilai rxy diartikan
sebagai nilai koefisien korelasi.

Koefisien validitas soal diperoleh dengan menggunakan rumus korelaso


Product- Moment sebagai berikut :
n xy   x  y 
rxy 
n x 2

  x  n y 2   y 
2 2

Dimana :
r xy : Koefisisen korelasi antara variable x dan y

x : Skor butir yang dicari validitasnya


y : Skor total
n : Banyaknya siswa
Tinggi rendahnya validitas suatu alat evaluasi sangat tergantung pada
koefisien korelasinya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan dengan oleh Best
( Suherman, 2003:111), bahwa suatu alat tes mempunyai validitas tinggi jika
koefisien korelasinya tinggi pula.
Untuk menginterpretasi derajat validitas digunakan kriteria
Suherman(2003:123) adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Tabel Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien
Kriteria
Validitas
0,90 ≤ r xy ≤ 1,00 validitas sangat tinggi (baik sekali)

0,70 ≤ r xy ≤ 0,90 validitas tinggi (baik)

0,40 ≤ r xy ≤ 0,70 validitas sedang (cukup)

0,20 ≤ r xy ≤ 0,40 validitas rendah (kurang)

0,00 ≤ r xy ≤ 0,20 validitas sangat rendah (kurang sekali)

r xy ≤ 0,00 tidak valid

Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas IX di SMPN 2 Kotabaru,


dengan bantuan program Microsoft Exel 2010, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.2
Analisis Uji Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Interpretasi
No soal Koefisien Korelasi
validitas
1 0.85 Tinggi
2 0.87 Tinggi
3 0.75 Tinggi
4 0.71 Tinggi
5 0.70 Tinggi

Berdasarkan hasil analisis validitas instrument dengan bantuan program


Microsoft Exel 2010 menunjukan bahwa butir soal no 1, 2 , 3, 4 dan 5 memiliki
validitas yang tinggi, sedangkan nilai korelasi xy nya adalah 0,77.
Apabila di interprestasikan berdasarkan kriteria Suherman, maka
keseluruhan instrument tes kemampuan koneksi matematis memliki validitas
tinggi artinya butir soal tersebut mampu mengukur kemampuan koneksi
matematis.

b. Reliabilitas
Suherman (2003:131) menyatakan bahwa suatu alat evaluasi (tes dan non
tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap yang digunakan pada
subjek yang sama.Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian adalah berupa
soal tes tipe uraian,karena itu untuk mencari koefisien realibitas (r11) yang
menggunakan rumus Alpha-Crounbach adalah sebagai berikut :

 n   S i 
2

r11    1
 n  1  S t 
2

Dimana :
r11 = koefisien reliabilitas

s
2
i
= Jumlah Varians skor soal ke-i.
2
S t
= Varians skor total.

n = Banyak butir soal.


Menurut Guilford (Suherman,2003:139) koeefisien realibitas
diinterprestasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas

Reliabilitas Kriteria

r11 ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah


0,20 ≤ r11 < 0,40 reliabilitas rendah
0,40 ≤ r11 < 0,60 reliabiltas sedang
0,70 ≤ r11 < 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 ≤ r11 < 1,00 reliabilitas sangat tinggi
Berikut ini analisis realibilitas uji nstrumen tes kemampuan koneksi
matematis dengan menggunakan bantuan program Microsoft Exel 2010. Diperoleh
hasil realibilitas sebagai berikut :

Tabel 3.4
Analisis Realibilitas Uji Instrumen tes kemampuan kneksi matematis
Interpretasi
Besarnya r
Realibilitas

0,82 Sangat Tinggi

Berdasarkan analisis realibilitas uji instrumen tes kemampuan koneksi


matematis pada table diatas, diperoleh 0,82.Bila di interprestasikan kedalam
kriteria suherman , memiliki realibilitas sangat tinggi. Dengan kata lain instrumen
tes dalam soal tersebut memiliki kekonsistenan yang sangat tinggi atau akan
memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama
meskipun pada waktu, tempat dan kondisi yang berbeda. Hasil realibilitas
instrument tes selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.
c. Daya pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
soal tersebut dapat membedakan antara siswa yang jawabannya dengan benar
dengan siswa tidak dapat menjawab soal tersebut.Dengan kata lain daya pembeda
sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(Suherman,2003:43).
𝐽𝐵𝐴−𝐽𝐵𝐵 𝐽𝐵𝐴−𝐽𝐵𝐵
DP= atau DP=
𝐽𝑆𝐴 𝐽𝑆𝐵

Keterangan :
DP : Daya Pembeda
JBA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu benar.
JBB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
JSA : Jumlah siswa kelompok Atas.
JSB : Jumlah siswa kelompok Bawah.
Klasifikasi interpestasi daya pembeda menurut Suherman (2003:161)
adalah seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Daya Pembeda

Nilai Keterangan
0,70 DP 1,00 Sangat baik
0,40 DP 0,70 Baik
0,20 DP 0,40 Cukup
0,00 DP 0,20 Jelek
DP 0,00 Sangat Jelek
Berikut ini hasil analisis daya pembeda instrument tes kemampuan
koneksi matemats dengan bantuan program Microsoft Exel 2010 adalah sebagi
berikut:

Tabel 3.6

Analisis Daya pembeda uji instrument Tes kemampuan koneksi Matematis.

Nomor
DP INTERPRETASI
Soal
1 0.55 Baik
2 0.55 Baik
3 0.65 Baik
4 0.50 Baik
5 0.55 Baik

Berdasarkan hasil analisis Daya Pembeda kemampuan koneksi matematis


dengan bantuan program Microsoft Exel 2010 menunjukan bahwa butir soal
nomor 1, 2, 3, 4, 5 memiliki daya pembeda baik. Hal ini berarti bahwa butir soal
tersebut mampu membedakan siswa yang mempunyai kemampuan koneksi yang
tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan koneksi yang rendah. Hasil
analisis Daya pemebeda instrument tes dapat dilihat dalam lampiran.

d. Indeks Kesukaran
Menurut Suherman (2003:169) indeks kesukaran dari soal adalah suatu
parameter yang mengidentifikasikan sebuah soal dikatakan mudah atau susah
untuk diujikan kepada siswa. Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran
suatu butir soal.
Tingkat kesukaran untuk setiap butir soal dapat dihitung dengan
persamaan:
Aa+Bb
IK = n x maks

Dimana :
IK = Indeks Kesukaran
Aa = Jumlah skor yang diperoleh kelompok bawah
Bb = Jumlah skor yang dicapai kelompok atas
n = Jumlah siswa kelompok atas dan bawah
Tabel 3.7
Klasifikasi Indeks Kesukaran
IK Keterangan
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK 0,30 Soal sukar
0,30 < IK 0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berikut ini hasil analisis indeks kesukaran instrument tes kemampuan


koneksi matemats dengan bantuan program Microsoft Exel 2010.

Tabel 3.8

Analisis Indeks Kesukaran Uji instrument Tes kemampuan koneksi


Matematis.

Nomor Soal IK INTERPRETASI


1 0.525 Sedang
2 0.675 Sedang
3 0.575 sedang
4 0.45 Sedang
5 0.525 Sedang
Berdasarkan hasil analisis Indeks Kesukaran Instrumen tes kemampuan
koneksi matematis dengan menggunakan bantuan program Microsoft Exel 2010
menunjukan bahwa butir soal nomor 1,2,3,4,5 memiliki tingkat kesukaran sedang.

Hal ini berarti terdapat siswa yang dapat menjawab soal tersebut da nada
juga terdapat siswa yang belum bisa menjawab soal tes kemampuan koneksi
matematis tersebut. Hasil analisis Indeks Kesukaran Instrumen tes selengkapnya
dapat dilihat dalam lampiran.

e. Rekapitulasi analisis uji coba Instrumen tes kemampuan koneksi


matematis

Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba instrument tes
kemampuan koneksi matematis disajikan secara lengkap dalam table berikut :

Tabel 3.9
Rekapitulasi analisis uji coba instrument kemampuan koneksi matematis

No
Validitas Reliabilitas DP IK Interprestasi
Soal
1 0.85 Tinggi 0.55 Baik 0.525 Sedang Dipakai
2 0.87 Tinggi 0.55 Baik 0.675 Sedang Dipakai
3 0.75 Tinggi 0.82 Tinggi 0.65 Baik 0.575 Sedang Dipakai
4 0.71 Tinggi 0.50 Baik 0.45 Sedang Dipakai
5 0.70 Tinggi 0.55 Baik 0.525 Sedang Dipakai

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba instrument


tes kemampuan koneksi matematis, dengan melihat kriteria instrument yang baik
berdasarkan tingkat validitas, realibilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran,
maka peneliti memutuskan untuk memilih semua butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5 .
Butir-butir soal tersebut selanjutnya digunakan sebagai soal pretes dan
postes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini.
Adapun soal selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

1. Istrumen non tes


Instrumen non tes adala instrument penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data kualitatif. Instrumen non tes dalam penelitian ini
yaitu berupa Lembar Observasi

Tahap Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan melalui empat tahap yaitu.
1. Tahap Persiapan
1. Mengidentifikasi masalah, merumuskan permasalahan
2. Membuat proposal penelitian
3. Menetapkan materi bahan ajar
4. Membuat Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar
penelitian dalam bentuk LKS
5. Menyusun instrumen penelitian
6. Melakukan pengujian instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemilihan sampel sebanyak dua kelas.
b. Pelaksanaan pretes dikelas eksperimen maupun dikelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan awal kemampuan koneksi matematis siswa
sebelum mendapat perlakuan.
c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran contextual teaching and learning
pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol. Serta pemberian LKS hanya diberikan kepada kelas
eksperimen. Selain itu meminta observer untuk mengisi lembar
observasi.
d. Pelaksanaan postes untuk kedua kelas ,dikelas eksperimen maupun
dikelas kontrol.
3. Tahap Analisis Data
a Mengumpulkan hasil data kuantitatif
b Mengolah dan menganalisis data kuantitatif berupa hasil pretes dan
postes dari kedua kelas.
c Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa hasil lembar
observasi.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
a. Membuat kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh,yaitu
mengenai kemampuan koneksi matematis siswa serta penarikan
kesimpulan dari data non-tes yaitu mengenai lembar observasi
terhadap pembelajaran contextual teaching and learning(CTL).
b. Membuat laporan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam pengolahan data dalam

penelitian ini dengan menggunakan software SPSS statistic 21.Adapun

langkah-langkah analisis datanya adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah data yang didapat

berdistribusi normal atau tidak.Dikarenakan jumlah data lebih dari 30, maka

untuk melakukan uji normalitas digunakan uji saphiro-Wilk dengan taraf

signifikansi 5% (Lestari,2013:75). Uji normalitas ini dilakukan terhadap data

pretes, data postes atau N-gain dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

control.
Jika kedua data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan Uji

Homogenitas. Sedangkan jika hasil pengujian menunjukan tidak berdistribusi

normal, maka selanjutnya dilakukan dengan statistik nonparametrik, yaitu

dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0: Data berdistribusi normal

H1: Data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig)

adalah sebagai berikut:

Jika sig < α dengan α = 0,05, maka H0 ditolak

Jika sig ≥ α dengan α = 0,05, maka H0 diterima

2. Uji Homogenitas

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, jika kedua kelas

telah diketahui berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya dalam

pengolahan data yaitu dengan pengujian homogenitas. Uji homogenitas

bertujuan untuk mengetahui kedua kelas sampel mempunyai varians yang

homogeny atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan

Uji statistic Levene’s test dengan taraf siginifikansi 5%.


Adapun perumusan hipotesisnya untuk uji homogenitas adalah

sebagai berikut:

H0: 𝜎12 = 𝜎22 , varians dan N-gain kemampuan koneksi matematis siswa

kedua kelas homogen.

H1: 𝜎12 ≠ 𝜎22 , varians dan N-gain kemampuan koneksi matematis siswa

kedua kelas tidak homogen.

Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value (significance atau sig)

adalah sebagai berikut:

Jika sig < α dengan α = 0,05, maka H0 ditolak

Jika sig ≥ α dengan α = 0,05, maka H0 diterima

3. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada data pretes dan data postesatau

data N-Gain. Analisis data pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan

awal koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas control.

Sementara itu untuk melihat peningkatan kemampuan koneksi matematis

setelah mendapat perlakuan. Pada kelas eksperimen dengan pembelajaran

contextual Teaching and Learning (CTL) dan pada kelas kontrol dengan

pembelajaran Konvensional, maka dilakukan analisis terhadap data

N-Gain.Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesuadah dapat dihitung

dengan menggunakan rumus N-Gain menurut Meltzer dan Hake

(Andrian,2006:35) dengan rumus :

𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡− 𝑆𝑝𝑟𝑒
N-Gain = 𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠− 𝑆𝑝𝑟𝑒
Keterangan :

g : Gain

Spost : Skor Postes

Spre : Skor Pretes

Smaks : Skor Maksimal

Tabel 3.10

Kriteria tingkat N-Gain

Nilai Indeks Gain Kriteria


g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah

UJi perbedaan dua rata-rata terhadap data pretes dan postes dilakukan dengan
menggunakan uji dua pihak (two tailed). Adapun rumusan hipotesisnya adalah
sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan :

H0 : Kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

pada tes awal tidak berbeda secara signifikan.

H1 : Kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

pada tes awal berbeda secara signifikan


Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-Value ( significance atau sig )
Menurut Lestari (2013). Adalah sebagai berikut :

1 1
Jika Asymp sig ( 2-tailed) < 2 α dengan α = 0,025 maka H0 = ditolak
2

1 1
Jika Asymp sig ( 2-tailed) ≥ α dengan 𝛼 = 0,025 maka H1 = diterima
2 2

Lebih lanjut, untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi


matematis siswa dilakukan analisis terhadap N-Gain dengan menggunakan uji
satu pihak (one tailed). Adapun rumusan hipotesisnya dalah sebagi berikut :

H0 : µ1 ≤ µ2 : Peningkatan kemampuan Koneksi matematis siswa yang


memperoleh pembelajaran Contextual teaching and Learning
(CTL) lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran
konvensional

H1 : µ1 > µ2 : Peningkatan kemampuan Koneksi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran Contextual teaching and Learning

(CTL) tidak lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran

konvensional

Menurut Lestari (2013) kriteria pengujian hipotesis berdasarkan P-value

(significance atau sig ) adalah sebagai berikut

1
Jika sig ( 1-tailed) = sig (2-tailed) < α dengan α = 0,05 maka H0 = ditolak
2

1
Jika sig ( 1-tailed) = sig (2-tailed) ≥ α dengan α = 0,05 maka H1 = diterima
2
Selanjutnya, jika hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap
data pretes, data postes atau data N-Gain pada kedua kelas ternyata menunjukan
bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian
perbedaan dua rata-rata data selanjutnya menggunakan uji t independent sampel
test. Namun jika kedua data tersebut tidak berdistribusi normal maka langkah
pengujian selanjutnya menggunakan uji t’ independent sampel test.

Anda mungkin juga menyukai