Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

”PRINSIP DASAR RISET KUALITATIF PENELITIAN ANTHROPOLOGI”

Diajukan sebagai Pemenuhan Syarat untuk Menyelesaikan Tugas


Mata Kuliah Antropologi Gizi

Ditulis oleh :

EKA SRIWAHYUNI
Nim. 1210336020

Dosen Pembimbing :
Syahrial, SKM, M.Biomed

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2013
MAKALAH
”PRINSIP DASAR RISET KUALITATIF PENELITIAN ANTHROPOLOGI”

Diajukan sebagai Pemenuhan Syarat untuk Menyelesaikan Tugas


Mata Kuliah Antropologi Gizi

Ditulis oleh :

EKA SRIWAHYUNI
NIM. 1210336020

Dosen Pembimbing :
Syahrial, SKM, M.Biomed

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang senantiasa
memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menelaah objek kajian ini, dan
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan dosen
mata kuliah Antropologi Gizi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan Prinsip Dasar Riset Kualitatif
Penelitian Antropologi. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa mendatang.

Padang, Desember 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari mahluk manusia. Dalam
perspektif yang lebih luas, Conrad Philip Kottak mendefinisikan sebagai studi terhadap
semua masyarakat, dari masyarakat yang masih primitif (ancient), hingga masyarakat
modern. Dari masyarakat sederhana, hingga masyarakat yang kompleks. Bahkan
Antropologi merupakan studi lintas budaya (komparatif) yang membandingkan
kebudayaan satu masyarakat dengan kebudayaan masyarakat lainnya.
Metode penelitian kualitatif merupakan salah satu metode yang digunakan
peneliti dalam ilmu sosial, dengan penekanan objek penelitinya terhadap keunikan
manusia atau gejala sosial yang tidak dapat di analisa dengan metode statistik. Dalam
melakukan penelitiannya, pengguna diri metode ini menjadi alat penelitian, yang harus
mampu menangkap, merekam dan menganalisa data-data tersembunyi yang diterimanya
dari objek penelitian dan lingkungannya, seperti bahasa tubuh, bahasa tutur, perilaku
ataupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden.
Kendala yang seringkali timbul ketika akan melakukan penelitian kualitatif ini antara
lain masalah biaya, kesempatan, ataupun waktu yang akan membatasi untuk
dilakukannya penelitian secara intensif.
Definisi di atas menunjukkan beberapa kata kunci dalam riset kualitatif, yaitu:
proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia. Proses dalam melakukan
penelitian merupakan penekanan dalam riset kualitatif, karena itu dalam melaksanakan
penelitian, peneliti lebih berfokus pada proses dari pada hasil akhir. Karena proses
memerlukan waktu dan kondisi yang berubah-ubah maka definisi riset ini akan
berdampak pada desain riset dan cara-cara dalam melaksanakannnya yang juga
berubah-ubah atau bersifat fleksibel.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Prinsip Dasar Riset Kualitatif Penelitian Antropologi
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi, konsep dan ruang lingkup riset kulitattif
b. Menjelaskan metode-metode penelitian kualitatif
c. Menjelaskan metode-metode survei konsumsi makanan secara
kualitatif
d. Isu2 dalam proses pengumpulan data survey konsumsi makanan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep, Definisi Dan Ruang Lingkup Riset Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung


menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara
peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada
penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam
penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Penelitian kualitatif lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif


dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama
individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat
dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir
dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara
mendalam(Wikipedia: 2009)

Menurut Brannen (1997: 9-12), secara epistemologis memang ada sedikit


perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu
menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif
justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data.
Tradisi kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi
cultural, dan mengikuti data.

Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif) adalah


penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer.
Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang
akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya
diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk
memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang
dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat
peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau
deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu
sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan
tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian
lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik,
penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan
studi kasus.

Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti


transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak
lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang
memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional.
Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifatinduktif
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/11/penelitian-kualitatif

Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah


konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu.
Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan
hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi
sosial mereka (Danim, 2002).

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi


yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau
pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci
(Sugiyono, 2005).

Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode yang digunakan peneliti


dalam ilmu sosial, dengan penekanan objek penelitinya terhadap keunikan manusia
atau gejala sosial yang tidak dapat di analisa dengan metode statistik. Dalam
melakukan penelitiannya, pengguna diri metode ini menjadi alat penelitian, yang
harus mampu menangkap, merekam dan menganalisa data-data tersembunyi yang
diterimanya dari objek penelitian dan lingkungannya, seperti bahasa tubuh, bahasa
tutur, perilaku ataupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan
lingkungan responden. Kendala yang seringkali timbul ketika akan melakukan
penelitian kualitatif ini antara lain masalah biaya, kesempatan, ataupun waktu yang
akan membatasi untuk dilakukannya penelitian secara intensif

Dalam paradigma metode penelitian, dikenal dua metode berpikir, yaitu :

1. Metode Deduktif, yang dikembangkan oleh Aristoteles, dimana pola


berpikirnya berasal dari hal-hal yang bersifat umum/teori, menuju pada hal-
hal yang bersifat khusus. Sedangkan,
2. Metode Induktif, yang dikembangkan oleh Francis Bacon, menekankan
pola berfikirnya berasal dari hal-hal yang bersifat khusus, menuju hal-hal
yang bersifat umum.

Pada mulanya metode penelitian kualitatif hanya digunakan dalam etnografi,


sedangkan metode penelitian kuantitatif dilakukan dalam penelitian ilmu
pengetahuan alam. Namun dalam perkembangannya kemudian, dua metode ini
banyak diterapkan dalam melakukan penelitian dari berbagai disiplin ilmu, seperti
sosiologi, patologi kedokteran, hukum, politik, dan sebagainya.

Terdapat 4 dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif, antara lain :

1. Pendekatan Fenomenologis.

Pandangan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya


terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu.
2. Pendekatan Interaksi Simbolik.

Pandangan yang mengasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa


tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan
kepada mereka.

3. Pendekatan Kebudayaan.

Pandangan yang menggambarkan suatu peristiwa kebudayaan sebagaimana


seharusnya manusia berperilaku.

4. Pendekatan Etnometodologi.

Pandangan yang berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat


memandang , menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri
(Muhadjir, 1989 : 159), atau pandangan yang berusaha memahami
bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan dan menguraikan
keteraturan dunia tempat mereka hidup (Lexy J. Moleong, 1989 :16-17).

Ada lima ciri pokok karakteristik metode penelitian kualitatif yaitu:

1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data


Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian
utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan
mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di
tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber
yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti
hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen,
catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan
dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data
dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan,
menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk
angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti
yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada
umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu
fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai
bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi
mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.
3. Tekanan pada proses bukan hasil
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan
informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang
dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya
memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar
dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut
gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang
terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu
berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab
proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka untuk
mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses
dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai
suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari
deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti
terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi
secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta
menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau
generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama
dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks
lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam
bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari
lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data
yang terpisah namun saling berkaitan.
5. Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar
pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang
peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian
pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari
informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan
kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa
guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding
peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan
pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah.
Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh
peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan
tepat.

Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak


dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan
berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan
konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka,
sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang
alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam
konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut
peneliti cukup lama berada di lapangan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan


bahwa bahwa ciri-ciri metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu:

 Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data


langsung, dan peneliti sebagai instrumen kunci.
 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang
dikumpulkan lebih banyak kata-kata atau gambar-gambar daripada angka
 Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini
disebabkan oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting
atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses.
 Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak
mencari data untuk membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum
mulai penelitian, namun untuk menyusun abstraksi.

Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku


yang tampak (http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/).

Jenis-jenis Penelitian Kualitatif


1. Penelitian Penjajakan
Penelitian ini adalah penelitian awal yang dilakukan oleh seorang peneliti
atas sebuah fenomena sosial budaya. Penelitian ini bersifat terbuka
(eksploratif) karena belum memiliki satu hipotesis yang kuat untuk diuji.
2. Penelitian Penjelasan (testing reaserch)
Penelitian ini ingin menunjukkan hubungan antarvariabel penelitian dan
menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
3. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini bertujuan ganda, pertama, menjelaskan perkembangan sasaran
fisik atau frekuensi terjadinya salah satu aspek sosial budaya dalam
masyarakat. Datanya dikemas dalam bentuk tabel atau statistik maka
diperlukan sebuah hipotesis. Kedua, menjelaskan secara terperinci fenomena
sosial tanpa sebuah hipotesis ketat.
4. Penelitian Survey
Penelitian ini bersifat kuantitatif. Kuisioner merupakan sarana utama untuk
mendapatkan data lapangan dari responden. Karena bersifat kuantitatif maka
jumlah responden sangat diandalkan (the more is the better). Cara yang
paling baik dan paling sering dipakai adalah penggunaan sample yaitu
sebagian kecil yang mewakili keseluruhan. Sasaran analisis sample adalah
individu (konteks responden penelitian survey)
5. Penelitian Eksperimen
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan tujuan menguji hipotetis
guna mengetahui sebab-akibat variable penelitian. Dalam ilmu antropologi,
penelitian ini dilakukan tetapi tetap mempunyai hubungan dengan ilmu
eksata dalam kerangka pemahaman dan penelitiannya.
6. Grounded Research (field work/field research)
Penelitian ini menjadi ciri khas antropologis. Penelitian ini disebut penelitian
deskriptif (antropologis) untuk melukiskan, melaporkan, memaparkan, dan
melaporkan suatu keadaan, objek, peristiwa, fakta, dan fenomena sosial-
budaya lalu menarik kesimpulan dengan metode induktif. Kegiatan
penelitian ini harus dilakukan peneliti sendiri yang bertujuan agar proses dan
mekanisme kerja penelitian lapangan berlaku dalam ruang limgkup
antropologi (budaya).
7. Kombinasi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif
Kombinasi ini ditujukan demi penambahan data kualitatif pada data
kuantitatif yang sudah ada dengan menggunakan slip.
8. Analisa Data Sekunder
Ini merupakan jenis penelitian lapangan yang menganalisis dan
menginterpretasi ulang data tertulis yang sudah ada. Penelitian ini dilakukan
dengan teknik cross-checking dan memperoleh informasi penting lain yang
lebih akurat. Tujuannya untuk melengkapi dan menyempurnakan data
sekunder yang ada agar dapat menjadi lebih baik dan jelas.
9. Penelitian Inferensial
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bertujuan untuk melukiskan
peristiwa kemudian menarik kesimpulan umum dengan metode deduktif.
10. Penelitian Dasar (basic research) atau Penelitian Murni
Penelitian ini dilakukan karena peneliti mempunyai minat, perhatian, dan
rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Hasil penelitian ini berguna bagi
perkembangan sebuah ilmu berupa pengetahuan-pengetahuan dan hukum-
hukum umum yang bisa digunakan oleh peneliti lain.
11. Penelitian Terapan (applied research)
Penelitian terapan adalah penelitian yang diarahkan pada penggunaan dan
menekankan implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari.
12. Penelitian Historis–Dokumenter
Perhatian penelitian ini adalah hal-hal atau peristiwa-peristiwa sejarah yang
terjadi di masa lalu, tetapi masih berdampak untuk masa sekarang dan nanti.
Penelitian ini tentu saja bersifat historis maka sumber utamanya adalah
segala dokumen sejarah dalam bentuk apapun menjadi sunber informasi

2. Metode-Metode Penelitaian Kualitatif.


1. Penelitian Fenomenologi
Penelitian fenomenologi bersifat induktif . pendekatan yang dipakai adalah
deskriptif yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat
fenomenologi adalah pemahaman tentang respon atas kehadiran atau
kebaradaan manusia, bukan sekedar pemahaman atas bagian-bagian yang
spesifik atau prilaku khusus. Tujuan penelitian fenomenologikal adalah
menjelaskan pengalama-pengalaman apa yang dialami seseorang dalam
kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain.Contoh penelitian
fenomenologi atau study mengenai daur hidup masyarakat tradisional dilihat
dari perspektif kebiasaan hidup sehat.
2. Penelitian Teori Grounded
Penelitian grounded adalah tehnik penelitian induktif. Tekhnik ini pertama kali
digagas oleh Strauss dan sayles pada tahun 1967.Pendekatan penelitian ini
bermaslahat dalam menemukan problem-problem yang muncul dalam situasi
kebidanan dan aplikasi proses-proses pribadi untuk menanganinya.Metodologi
teori ini menekankan observasi dan mengembangkan basis praktik hubungan
”intuitif” antara variabel.Proses penelitian ini melibatkan
formulasi,pengujian,dan pengembangan ulang proposisi selama penyusunan
teori
3. Penelitian Etnograf
Penelitian tipe ini berusaha memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-
orang yang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya itu, mereka menjadi
bagian integral lainnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara
sistematis dan deskriptif. Analisis data dilakukan untuk mengembangkan teori
prilaku kultural.Dalam penelitian etnografi, peneliti secara aktuyal hidup atau
menjadi bagian dari seting budaya dalam tatanan untuk mengumpulkan data
secara sistematis dan holistik. Melalui penelitian ini perbedaan-perbedaan
budaya dijelaskan, dibandingkan untuk menambah pemahaman atas dampak
budaya pada perilaku atau kesehatan manusia.
4. Penelitian Historis
Penelitian historis adalah penelitian yang dimaksudkan untuk merekonstruksi
kondisi masa lampau secara objktif, sistematis dan akurat. Melalui penelitian
ini, bukti-bukti dikumpulkan , dievaluasi, dianalisis dan disintesiskan.
Selanjutnya, berdasarkan bukti-bukti itu dirumuskan kesimpulan. Adakalanya
penelitian historis digunakan untuk menguji hipotesis
tertentu.Misalnya,hipotesis mengenai dugaan adanya kesamaan antara sejarah
perkembangan pendidikan dari satu negara yang mengalami hegemoni oleh
penjajah yang sama.
Penelitian historis biasanya memperoleh data melalui catatan catatan artifak,
atau laporan-laporan verbal.
5. Penelitian KasusPenelitian kasus atau penelitian lapangan dimaksudkan untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini
serta interaksi linkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya
(given).Subjek penelitian dapat berupa individu,kelompok, institusi atau
masyarakat.Penelitin kasus merupkan penelitian mendalam mengenai unit
sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam
mengenai unit sosial tertentu.Subjek yang diteliti relatif terbatas, tetapi
variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya. Contoh, studi
lapangan yang tuntas dan mendalam mengenai kegiatan yan paling banyak
dilakukan oleh tenaga pekerja sosial selama menjalankan tugas di camp
pengungsi.
6. Inquiry Filosofi
Inkuiri filisofis melibatkan penggunaan mekanisme analisis intelektual untuk
memperjelas makna,membuat nilai-nilai menjadi nyata,mengindentifikasi
etika, dan studi tentang hakikat pengetahuan. Peneliti filosofis
mempertimbangkan ide atau isu-isu dari semua persfektif dengan eksplorasi
ekstensif atas literatur,menguji atau menelaah secara mendalam makna
konseptual,mermuskan pertanyaan,mengajukan jawaban, dan menyarankan
implikasi atas jawaban-jawaban itu.Peneliti dipandu oleh pertanyaan-
pertanyaan itu. Studi fondasional mellibatkan analisis tentang struktur ilmu dan
proses berfikir tentang penilaian atas fenomena tertentu tang dianut bersama
oleh ”anggota” disiplin ilmiah. Tujuan analisis filosofis adalah menguji makna
dan mengembangkan teori yang diperoleh melalui analisis konsep atau analisis
linguistik.inkuiri etikal melibatkan analisa intelektualatas masalah etik
dikaitkan dengan andil, hak,tugas,benar dan salah, kesadran dan tanggung
jawab.
7. Teori kritik sosial
Teori kritik sosial adalah filosofi lain dari sebuah metodologi kualitatif yang
unik.Dipandu oleh filsafat dari teori kritik sosial,peneliti menemukan
pemahaman menganai cara seseoarang berkomunikasi dan bagaimana ia
mengembangkan makna makna simbolis di masyarakat.Banyak pemahaman
muncul dalam sebuah dunia yang fakta kemasyarakatan tertentu diterima apa
adanya,tidak didiskusikan atau diposisikan secara dogmatik.
(http://subliyanto.wordpress.com/2012/12/12/macam-macam-metode-
penelitian-kualitatif/)

3. Metode Kualitatif Survei Konsumsi Makanan

Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi seseorang atau kelompok.Tujuan dari survei
konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat
kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan
perorangan serta faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan,


frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang
kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.

Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:


1. Metode frekuensi makanan (food frequency)
2. Metode dietary history
3. Metode telepon
4. Metode pendaftaran makanan (food list)

Berikut penjelasan tentang metode-metode pengukuran makanan bersifat


kualitatif antara lain:

1. Metode frekuensi makanan (food frequency)


Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran
pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode
pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking
tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian
epidemiologi gizi.
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau
makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.
Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi
dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.

Kelebihan metode frekuensi makanan:

1. Relative murah dan sederhana


2. Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3. Tidak membutuhkan latihan khusus
4. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan
makan

Kekurangan metode frekuensi makanan:


1. Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari
2. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3. Cukup menjemukan bagi pewawancara
4. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan
makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner
5. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

2. Metode dietary history

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi


berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan,
1 tahun). Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen,
yaitu :

1. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang


mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24
jam terakhir.
2. Komponen kedua adalah tentang frekuency penggunaan dari sejumlah bahan
makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan,
untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
3. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek
ulang

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adlah keadaan
musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari
raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut harus
dikumpulkan.

Kelebihan metode riwayat makanan :

1. Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara


kualitatif dan kuantitatif
2. Biaya relativ murah
3. Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien

Kekurangan metode riwayat makanan :

1. Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden


2. Sangat sensitive dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih
3. Tidak cocok dipakai di survey-survei besar
4. Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif
5. Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi
makanan sehari-hari terlatih

3. Metode Telepon

Dewasa ini survey konsumsi dengan metode telepon semakin banyak


digunakan terutama untuk daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telepon
sudah cukup tersedia. Untuk negara berkembang metode ini belum banyak
dipergunakan karena membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon.

Kelebihan metode telepon ;

1. Relativ cepat, karena tidak harus mengunjungi responden


2. Dapat mencakup responden lebih banyak

Kekurangan metode telepon :

1. Biaya relativ mahal untuk rekening telepon


2. Sulit dilakukan untuk daerah yang belum mempunyai jaringan telepon
3. Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dari hasil informasi
yang diberikan responden
4. Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan responden
untuk menyampaikan makanan keluarganya.

4. Metode pendaftaran makanan (food list method)

Metode pendaftaran ini dilakukan dengan cara menanyakan dan mencatat


seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survey
dilaksanakan (biasanya 1-7 hari). Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan
makanan yang dibeli, harga dan nilai pembeliannya, termasuk makanan yang
dimakan anggota keluarga di luar rumah. Jadi data yang diperoleh merupakan
taksiran/perkiraan dari responden. Metode ini tidak memperhitungkan bahan
makanan yang terbuang, rusak atau diberikan pada binatang piaraan.
Jumlah bahan makanan diperkirakan dengan ukuran berat atau URT. Selain
itu dapat dipergunakan alat bantu seperti food model atau contoh lainnya
(gambar-gambar, contoh bahan makanan aslinya dan sebagainya) untuk
membantu daya ingat responden.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan


formulir yang telah disapkan, yaitu kuesioner terstruktur yang memuat daftar
bahan makanan utama yang digunakan keluarga. Karena data yang diperoleh
merupakan taksiran atau perkiraan maka data yang diperoleh kurang teliti

Kelebihan metode pendaftaran makanan : Relative murah, karena hanya


membutuhkan waktu yang singkat

Kekurangan metode pendaftaran makanan :

1. Hasil yang diperoleh kurang teliti karena berdasarkan estimasi atau


perkiraan.
2. Sangat subjektif, tergantung kejujuran responden
3. Sangat bergantung pada daya ingat responden

KESALAHAN DALAM KONSUMSI MAKANAN

Ketika melaksanakan pemilihan metode konsumsi makanan, terjadi beberapa


bias, antara lain

1. Bias secara acak (random bias)


Bias acak terjadi karena kesalahan pengukuran
2. Bias sistematik
Terjadi karena ;
- Kesalahan dari kuesioner
- Kesalahan pewawancara
- kesalahan dari alat yang tidak akurat
- kesalahan DKBM
Sumber bias dalam pengukuran konsumsi makanan, antara lain adalah
kesalahan atau bias dari pengumpul data; kesalahan dari responden; kesalahan
karena alat; kesalahan DKBM dan kesalahan karena kehilangan zat gizi dalam
proses pemasakan. Beberapa cara yang umumnya digunakan untuk mengurangi
bias dalam pengukuran konsumsi makanan, antara lain adalah dengan cara
menggunakan sampel dalam jumlah besar; Ulangi pengukuran intake konsumsi
terhadap subjek atau responden yang sama dalam beberapa waktu; Lakukan
kalibrasi terhadap alat ukur; Untuk mengurangi bias yang berhubungan dengan
pengetahuan responden, gunakan alat bantu gambar dan food model

4. Isu- Isu2 Dalam Proses Pengumpulan Data Survey Konsumsi Makanan


1. Dominasi kebudayaan manusia menjadi sangat berperan terutama dalam pola
makannya. Makanan terkategorisasi menjadi makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan. Makanan yang dianggap nutriment belum tentu menjadi
makanan yang boleh dimakan. Begitu sebaliknya, makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan belum tentu memiliki nilai gizi yang memadai. Dengan demikian
kategori makanan menjadi pemicu akan munculnya berbagai hal, seperti
perilaku makan, perubahan gaya hidup, persepsi masyarakat, nilai keagamaan,
ekspresi simbolik.Dimensi etis muncul ketika makanan berada di tangan
konsumen, produsen, dan lingkungan manusia. Interaksi antara konsumen
dengan produsen memunculkan aspek etis, yaitu hak dan kewajiban serta
tanggung jawab moral. Berada pada posisi yang lemah, maka konsumen sebagai
penyantap makanan berhak mendapat perlindungan dari instansi yang
berwewenang, produsen (petani, peternak pemilik pabrik), ilmuwan tentang
makanan yang disantapnya. Selain itu konsumen juga berhak untuk hidup sehat,
mendapat kesetaraan kualitas makanan. Makanan yang baik dan sehat menjadi
milik, dan hak bagi semua orang. Pola hubungan antara perilaku masyarakat
dengan perilaku budayanya merupakan pola yang terstruktur oleh kesadaran
masing-masing individu. Melalui pengaruh lingkungan serta pandangan
hidupnya, maka kesadaran (cara berpikir) individu tersebut terbentuk sehingga
menimbulkan berbagai persepsi ataupun pola berpikir yang sifatnya ideologis.
Dampak persepsi tersebut memunculkan suatu bentuk masyarakat konsumtif
(consumer society). Masyarakat konsumtif tersebut terbentuk karena munculnya
teks label yang bersifat persuasif serta bersifat utopis, dan ideologis.
(journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/view/.../8...)
2. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi
budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan
pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh,
pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan
selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat
sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 bulan. Namun, pada suku Sasak di
Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah
dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat
dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan
yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat,
pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan
lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan
ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian
pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di
beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang
sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-
kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat
menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum
sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi. Walaupun pada
masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang
besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi
permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep
medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan
bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini
disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu
baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada
masyarakat Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi
bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang
memantangkan ibu yang menyusui untuk memakan telur. Adanya pantangan
makanan ini merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi
"panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam
tubuh manusia -tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh
terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk
mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus
mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih "dingin"
atau sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi
tubuhnya dipandang dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus memakan
makanan yang "panas" dan menghindari makanan yang "dingin".Hal sebaliknya
harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 1990).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3711/3/fkm%20linda2.pdf.txt)
BAB III
PENUTUP

Kualitatif riset didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk


mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam
interaksi manusia (Catherine Marshal: 1995). Defenisi lainnya menyebutkan bahwa
riset kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan
mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan
pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas,
untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk
mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan.
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang di-
gunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat
puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24 Jam banyak digunakan dalam
penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat survei konsumsi makanan digunakan
sebagai salah satu cara dalam penetuan status gizi. Di Indonesia, survei konsumsi sudah
sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Supariasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta


2. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3711/3/fkm%20linda2.pdf.txt)
3. (http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/view/.../8...)
4. (http://subliyanto.wordpress.com/2012/12/12/macam-macam-metode-penelitian-
kualitatif/)
5. http://yaniqiute.wordpress.com/2013/04/12/metode-penelitian-kualitatif/
6. http://antropologiindonesianews.blogspot.com/2012/02/metode-penelitian-
kualitatif.html
7. http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html
8. http://elpossenti.wordpress.com/beberapa-prinsip-umum-penelitian-kualitatif/

Anda mungkin juga menyukai