Anda di halaman 1dari 12

PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR PADA TANDA INFEKSI KELAMIN

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Komunitas

Pembimbing: Nony Efrasianty, SST

IVO LEFI SELIA

NIM.10616041

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

BANDUNG

2018
PROPOSAL

PENYULUHAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR PADA TANDA


INFEKSI KELAMIN

A. LATAR BELAKANG

Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan


seksual dengan manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan umur.
Meskipun infeksi menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan
seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam
kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang
telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan.
Dengan perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya
migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat.
Beban terbesar akan ditanggung negara berkembang, namun negara maju pun dapat
mengalami beban akibat meningkatnya IMS oleh virus yang tidak dapat diobati,
perilaku seksual berisiko serta perkembangan pariwisata. IMS menempati
peringkat 10 besar alasan berobat di banyak negara berkembang, dan biaya
yang dikeluarkan dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga.
Pelayanan untuk komplikasi atau sekuele IMS mengakibatkan beban
biaya yang tidak sedikit, misalnya untuk skrining dan pengobatan kanker
serviks, penanganan penyakit jaringan hati, pemeriksaan infertilitas,
pelayanan morbiditas perinatal, kebutaan bayi, penyakit paru pada anak-anak,
serta nyeri panggul kronis pada wanita. Beban sosial meliputi konflik dengan
pasangan seksual dan dapat mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam 20 tahun belakangan ini, pengetahuan tentang dinamika transmisi
IMS telah berkembang sebagai dampak pandemi HIV dan peningkatan
upaya untuk mengendalikan infeksi lainnya. Model matematika dan riset
menunjukkan peran penting jejaring seksual dalam menentukan arah
penyebaran berbagai jenis infeksi tersebut. Pemahaman yang semakin baik
terhadap dinamika penularan IMS menimbulkan dampak pada rancangan
strategi pencegahan dan intervensi pengendaliannya.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara
utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, akan
tetapi semua yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Salah satu masalah kesehatan reproduksi adalah penyakit menular seksual
(PMS) yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan
manifestasi klinis berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin.
PMS adalah salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit pada
dewasa muda laki-laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda
perempuan di negara berkembang. Kasus PMS di Indonesia sendiri pada
tahun 2012 tercatat 48 789 954 orang, sedangkan jumlah kasus baru sejak
tahun 2013 terus meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
karena adanya penambahan kasus baru akibat penularan melalui pengguna
narkoba dengan jarum suntik.
Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan (laki-laki dan perempuan)
yang sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya
yang sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini PUS harus dapat menjaga dan
memanfaatkan reproduksinya dengan baik. Berdasarkan data Dinkes Provinsi
Riau tahun 2013 kasus PMS ditemukan dan diobati di layanan PMS sebanyak
4 195 orang (38, 9%), sedangkan di Indragiri Hulu terdapat 140 kasus PMS,
akan tetapi tidak terdapat rincian dari jenis-jenis penyakit dari kasus PMS
tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian pendahuluan di
Klinik “Y” Kabupaten Indragiri Hulu, lima dari penderita yang diwawancarai,
empat diantaranya (80%) mengatakan tidak mengetahui penyakit yang
dialaminya adalah PMS, dan sisanya 1 orang (20%) mengetahui penyakit yang
dialaminya adalah PMS.
Ditinjau dari data karakteristik PUS, umur PUS berkisar antara 19-45
tahun, dengan status pernikahan ada yang sudah menikah dan belum
menikah, dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Adapun
pengetahuan dan sikap PUS dihubungan dengan PMS, ada yang memiliki
pengetahuan tinggi dan rendah, serta sikap yang positif dan negatif.
Beberapa faktor penghambat dari perilaku PUS tentang PMS disebabkan
masih kurangnya informasi-Informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan
PMS itu sendiri,dan sikap dari PUS tentang PMS tersebut. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur dengan sikap wanita usia
subur tentang penyakit menular seksual, begitu juga antara umur dengan
pengetahuan PUS tentang PMS.

B. TUJUAN

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang tanda infeksi kelamin, pasangan usia
subur diharapkan memahami tentang pengertian dan pemahaman infeksi kelamin

C. SASARAN

Pasangan usia subur

D. RENCANA KEGIATAN

Penyuluhan tentang tanda infeksi kelamin akan dilaksanakan pada hari kamis, 19
April 2018 pukul 08.00 WIB. Bertempat di poltekkes tni au
RESUME KEGIATAN

PENYULUHAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR PADA TANDA


INFEKSI KELAMIN

Penyuluhan mengenai pengetahuan pasangan usia subur pada tanda infeksi kelamin
dilaksanakan di poltekkes tni au ciumbuleuit Bandung pada hari Kamis tanggal 19 April
2018.
Penyuluhan dibagi menjadi 2 sesi yaitu dimana sesi pertama dilakukan penyampaian
materi selama 10 menit dan sesi kedua dilakukan tanya jawab dan evaluasi
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR PADA TANDA INFEKSI KELAMIN

Pokok Bahasan : Tanda Infeksi Kelamin

Penyuluh : Ivo Lefi Selia

Hari/tanggal : Kamis, 19 April 2018

Waktu : 08.00 s/d selesai

Tempat : Poltekkes tni au

Sasaran : Pasangan Usia Subur

I. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang tanda infeksi kelamin. Diharapkan


klien dapat memahami pengertian dan memahami mengenai tanda infeksi kelamin
termasuk gejala yang menyertai serta cara menghadapi infeksi kelamin.

II. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasangan usia subur dapat:


1. Mengetahui pengertian dan pemahaman mengenai tanda infeksi kelamin
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi tanda infeksi kelamin dengan baik
3. Untuk mengetahui pengobatan yang tepat pada infeksi kelamin

III. Media Penyuluhan

1. Leaflat
2. Flifchart

IV. Metode Penyuluhan

1. Ceramah
2. Diskusi
V. Pelaksanaan
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh
1. Pembukaan 2 menit a. Membuka/memulai kegiatan
dengan mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d. Menyebutkan materi
penyuluhan
e. Bertanya kepada peserta
apakah sudah mengetahui
tentang tanda infeksi kelamin
2. Pelaksanaan 8 menit Isi Materi Penyuluhan
a. Menjelaskan pengertian infeksi
kelamin
b. Menjelaskan bagaimana cara
menghadapi tanda infeksi
kelamin dengan baik
c. Menjelaskan pengobatan yang
tepat pada infeksi kelamin
3. Evaluasi 2 menit Menanyakan kepada klien apakah
sudah mengerti tentang penyuluhan
yang diberikan mengenai tanda infeksi
kelamin
4. Penutup 2 menit a. Mengucapkan terima kasih atas
peran sertanya
b. Mengucapkan salam penutup

VI. Materi

Terlampir

VII. Evaluasi
Dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari tanda infeksi kelamin
2. Apa yang perlu dilakukan untuk mengetahui tanda infeksi kelamin
3. Bagaimana pengobatan yang tepat pada infeksi kelamin
MATERI PENYULUHAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR PADA
TANDA INFEKSI KELAMIN

A. Pengertian Infeksi Kelamin

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke
orang lain melalui kontak seksual (hubungan seks). Jenis hubungan seks apapun
dapat menularkan infeksi ini. Infeksi ini dapat ditularkan melalui hubungan seks
melalui vagina, atau melalui anus atau mulut (mulut dengan penis atau
mulut dengan vagina). Terkadang infeksi ini dapat ditularkan hanya dengan
menyentuhkan penis atau vagina yang terinfeksi ke kelamin lainnya. Infeksi ini
juga dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya sebelum dilahirkan, atau
selama persalinan. Infeksi menular seksual akan meningkatkan resiko terkena HIV.

Jika tidak diobati segera, penyakit ini dapat menyebabkan:

 Infertilitas(tidak bisa mempunyaianak) pada laki-laki dan perempuan.


 Bayi lahir terlalu cepat/prematur, bayi lahir kecil, mengalami
kebutaan, menderita sakit, atau bahkan meninggal.
 Kehamilan di saluran telur (di luar rahim).
 Kematian akibat infeksi berat.
 Nyeri menetap di perut bagian bawah.
 Kanker leher rahim.

B. Tanda dan Gejala

Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:

1. Perempuan
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin,anus, mulut atau
bagian tubuh ang lain,tonjolan kecil - kecil, diikuti luka yang sangat sakit
disekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan,
kehijauan, berbau atau berlendir.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya
tidak menyebabkan sakit atau burning urination.
d. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin
e. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul
dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi
saluran reproduksi (infeksi yang telah berpindah kebagian dalam sistemik
reproduksi,termasuk tuba fallopi dan ovarium)
f. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.
2. Laki –laki
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus , mulut
atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil –kecil ,diikuti luka yang sangat
sakit di sekitar alat kelamin
b. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari
pembukaan kepala penis atau anus.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit
selama atau setelah urination.
d. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar.

C. Kelompok Perilaku Resiko Tinggi

Dalam Infeksi menular seksual ( IMS ) yang dimaksud dengan perilaku resiko
tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar
terserang penyakit tersebut.
Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :
1. Usia
a. 20 –34 tahun pada laki –laki
c. 16 –24 tahun pada wanita
d. 20 –24 tahun pada pria dan wanita
3. Pelancong
4. PSK ( Pekerja Seks Komersial )
5. Pecandu narkotik
6. Homo seksual.

Biasanya seseorang yang sudah menikah memiliki pengalaman yang


lebih baik tentang seksual, sehingga tingkat pengetahuannya tentang
penyakit menular seksual juga semakin baik. Kejadian infeksi kelamin akan
lebih tinggi pada orang yang belum menikah, bercerai atau orang yang terpisah
dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang sudah menikah
karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi.

D. Cara Mencegah Infeksi Kelamin


Pencegahan Penularan lewat hubungan seks :
a. Absen dari seks, alias tidak berhubungan seks sama sekali sehingga tidak ada
cairan kelamin yang masuk ke dalam tubuh. ini sama dengan Pantang
Seks atau Puasa Seks saat jauh dari pasangan
b. Berlaku saling setia, atau berhubungan seks hanya dengan satu orang
pasangan tetap anda yang sudah jelas riwayat kesehatannya.
c. Cegah infeksi dengan menggunakan kondom sewaktu berhubungan seks.
Bila kita tidak dapat memastikan kesehatan pasangan seks kita, gunakan
kondom. Juga bila kita tidak bisa setia kepada pasangan kita. Gunakan
kondom untuk hubungan seksual baik lewat liang senggama, lewat
mulut maupun lewat dubur.
Pencegahan Penularan Cara Lainnya:

a. Mencegah masuknya transfusi darah tambahan yang belum diperiksa


kebersihannya ke dalam tubuh kita.
b. Berhati-hati waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah segar.
c. Mencegah pemakaian alat-alat tembus kulit yang tidak steril. Misalnya
Jarum suntik, alat tato,alat tindik dan sejenisnya yang bekas dipakai orang
lain.

E. Macam – macam Penyakit Menular Seksual

Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan menjadi empat


kelompok yaitu:
1. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non spesifik,
Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bakterial
2. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma
Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.
3. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
4. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies.

Berdasarkan cara penularannya, infeksi menular seksual dibedakan


menjadi dua, yaitu IMS mayor ( penularannya dengan hubungan seksual ) dan
IMS minor (Penularannya tidak harus dengan hubungan seksual ).

F. Hubungan IMS dengan HIV


 IMS merupakan pintu masuknya HIV
 HIV termasuk salah satu IMS karena dapat ditularkan melalui
 hubungan seksual
 Berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom
 merupakan perilaku beresiko tertular IMS termasuk HIV
 Luka basah atau terbuka akibat IMS menjadi pintu masuk HIV
langsung ke pembuluh darah
 Sehingga mempermudah penularan HIV
 Tertular IMS memperbesar resiko tertular HIV 1-9 kali lipat
 Orang yang tertular HIV mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
lemah akibat diserang oleh HIV
 IMS dapat menjadi Infeksi Oportunistik sehingga mempercepat
masuk ke fase AIDS.
G. Pemilihan Obat
Kebijakan obat yang berbeda, misalnya menyediakan obat yang kurang
efektif di tingkat pelayanan kesehatan perifer serta obat yang lebih efektif
yang biasanya lebih mahal di tingkat pelayanan kesehatan rujukan, hanya
akan menambah jumlah kegagalan pengobatan, komplikasi, kasus-kasus yang
dirujuk, serta mengurangi keyakinan terhadap pelayanan kesehatan. Hal
semacam ini sangat tidak dianjurkan. Obat-obat yang digunakan untuk
pengobatan IMS di semua tingkat fasilitas layanan kesehatan harus
memberikan kemanjuran paling tidak 95%.

H. Faktor Resiko Radang Serviks

Bagan alur penatalaksanaan infeksi serviks yang saat ini digunakan,


masih jauh dari sempurna. Pada mulanya, duh tubuh vagina merupakan
indikasi yang mengarah pada infeksi vagina maupun infeksi serviks. Kemudian
baru diketahui bahwa tubuh vagina jelas menunjukkan infeksi vagina, tetapi
tidak demikian dengan infeksi serviks (gonore dan atau klamidiosis), khususnya
pada wanita usia remaja.
Ada beberapa tanda klinis yang nampaknya lebih mengarah kepada
infeksi serviks. Pengamatan klinis secara konsisten menemukan kaitan dengan
infeksi serviks bila ditemukan mukopus di serviks, erosi serviks, kerapuhan
dan perdarahan serviks di antara masa menstruasi atau selama bersanggama.
Sejumlah faktor risiko yang didasarkan pada situasi demografis dan perilaku,
sering kali dapat dikaitkan dengan infeksi serviks, misalnya:
 umur kurang dari 21 tahun (atau 25 tahun di beberapa tempat),
 berstatus belum menikah,
 mempunyai lebih dari satu pasangan seksual dalam 3 bulan terakhir,
 memiliki pasangan seksual baru dalam 3 bulan terakhir,
 pasangan seksualnya mengalami IMS, dan
 belum berpengalaman menggunakan kondom.

Beberapa faktor risiko tersebut, walaupun telah diidentifikasi dan


divalidasi pada kelompok masyarakat tertentu, tidak dapat dengan mudah
diekstrapolasikan kepada kelompok lainnya atau dipergunakan secara lebih luas
pada negara lainnya. Sebagian besar peneliti berpendapat bahwa akan lebih
tepat bila menggunakan lebih dari satu faktor risiko demogafis daripada hanya
menggunakan satu faktor risiko saja, akan tetapi satu gejala klinis sudah cukup
bermakna untuk menunjukkan indikasi terdapat servisitis.

Penambahan beberapa gejala klinis dan faktor risiko tersebut ke dalam bagan
alur tubuh vagina telah meningkatkan spesifisitasnya, dan selanjutnya nilai
prediksi positif (NPP). Akan tetapi NPP masih tetap rendah, khususnya bila
bagan alur tersebut digunakan pada kelompok populasi dengan prevalensi IMS
yang rendah.
I. Penanganan Infeksi Kelamin

Penanganan kasus IMS merupakan layanan pada seorang dengan


sindrom yang berhubungan dengan IMS, atau dengan hasil positif pada
pemeriksaan laboratorium untuk satu atau lebih IMS.
 Obati infeksi sesegera mungkin. Jika anda memiliki tanda dan gejala
yang sudah disebutkan di atas, lanjutkan pengobatan yang diberikan.
 Jangan menunggu sampai kondisi anda lemah dan penyakitnya
bertambah berat. Pengobatan yang diberikan akan melindungi anda dari
masalah dan komplikasi serius di kemudian hari dan mencegah
penyebaran infeksi tersebut kepada orang lain.
 Lakukan pemeriksaan jika fasilitas pemeriksaan tersedia. Anda bisa
saja terkena infeksi menular seksual lainnya dan tidak merasakan gejala
apapun.
 Bantu pasangan anda untuk mendapatkan pengobatan terhadap
infeksi tersebut bersama-sama dengan anda. Jika dia tidak diobati,
maka dia akan menularkan kembali infeksi tersebut kepada anda saat
berhubungan seks.
 Melakukan hubungan seks yang aman. Anda bisa saja terkena infeksi
menular seksual lainnya jika anda tidak melindungi diri anda.
 Usahakan untuk melakukan pemeriksaan HIV. Infeksi menular
seksual dan HIV dapat terjadi secara bersamaan.
 Beli dan minumlah semua obat yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Meskipun anda sudah tidak memiliki gejala apapun, anda tidak dapat
sembuh total jika obat yang diberikan tidak dihabiskan.

Jika tanda dan gejala yang ada tetap tidak membaik setelah anda
meminum obat-obatan yang diberikan, periksakan kembali ke petugas kesehatan
setempat. Nyeri atau cairan vagina yang berbau juga bisa menjadi salah satu tanda
masalah kesehatan lain seperti kanker.
DAFTAR PUSTAKA

1. Widyastuti,Yeni. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

2. https://media.neliti.com/media/publications/108397-ID-karakteristik-pengetahuan-
dan-sikap-pasa.pdf

3. http://eprints.undip.ac.id/53792/3/Ike_Mega_Puspita__22010112130092_BAB_II.pdf

4. http://hesperian.org/wp-
content/uploads/pdf/id_wwhnd_2011/id_wwhnd_2011_16.pdf

5. http://www.gwl-ina.or.id/wp-content/uploads/2016/03/BAB-4-IMS.pdf

6. http://www.spiritia.or.id/dokumen/pedoman-ims2011.pdf

Anda mungkin juga menyukai