Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak
menghadapi masalah kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang
dilakukan secara individual.Masyarakat mulai merasa resah dengan adanya
berbagai kerusuhan yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia.Kondisi
seperti ini membuat perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk
menjadi korban kekerasan.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara
fisik, akan tetapi dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau
psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga kekerasan seksual. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hayati (2000) yang mengatakan bahwa kekerasan pada
dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal,
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang
atau sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara
fisik, emosional, dan psikologis terhadap orang yang menjadi sasarannya.
Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia , menunjukkan
bahwa pelaku tidak hanya menyangkut pelanggaran hukum namun terkait
pula dengan akibat yang akan dialami oleh korban dan timbulnya rasa takut
masyarakat secara luas. Akibat dari ini di Indonesia secara normatif tidak
mendapatkan perhatian selayaknya, hal ini disebabkan oleh karena hukum
pidana (KUHP) masih menempatkan kasus perkosaan ini sama dengan
kejahatan konvensional lainnya, yaitu berakhir sampai dengan dihukumnya
pelaku. Kondisi ini terjadi oleh karena KUHP masih mewarisi nilai-nilai
pembalasan dalam KUHP.
Dari sudut pandang ini maka menghukum pelaku menjadi tujuan
utama dalam proses peradilan pidana, oleh karena itu semua komponen
dalam proses peradilan pidana mengarahkan perhatian dan segala
kemampuannya untuk menghukum si pelaku dengan harapan bahwa dengan

1
dihukumnya pelaku dapat mencegah terulangnya tindak pidana tersebut dan
mencegah pelaku lain untuk tidak melakukan perbuatan yang sama ini dan
masyarakat merasa tentram karena dilindungi oleh hukum, seperti yang ada
dalam KUHP pada pasal 285 yaitu “Barang siapa yang dengan kekerasan
atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh
dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya dua belas tahun”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu perkosaan ?
2. Bagaimana macam – macam perkosaan ?
3. Apa penyebab perkosaan?
4. Bagaiamana cara mengatasi perkosaan?
5. Bagaimana dampak perkosaan ?
6. Apa hukum mengenai perkosaan ?
7. Bagaimana tips menjaga diri dari perkosaan ?
8. Bagaimana Peran bidan bila ada perkosaan ?
9. Bagaimana peran seorang wanita bila ada perkosaan ?
10. Bagaimana contoh kasus perkosaan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu perkosaan.
2. Untuk mengetahui macam – macam perkosaan.
3. Untuk mengetahui penyebab perkosaan.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi perkosaan .
5. Untuk mengetahui dampak perkosaan.
6. Untuk mengetahui hukum mengenai perkosaan.
7. Untuk mengetahui tips menjaga diri dari perkosaan.
8. Untuk mengetahui peran bidan bila ada perkosaan.
9. Untuk mengetahui peran seorang wanita bila ada perkosaan.
10. Untuk mengetahui contoh kasus perkosaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkosaan


Perkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapere yang berarti
mencuri, memaksa, merampas, atau membawa pergi (Haryanto, 1997). Pada
jaman dahulu perkosaan sering dilakukan untuk memperoleh seorang istri.
Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang
dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang
dinilai melanggar menurut moral dan hukum (Wignjosoebroto dalam
Prasetyo, 1997). Pendapat ini senada dengan definisi perkosaan menurut
Rifka Annisa Women’s Crisis Center, bahwa yang disebut dengan perkosaan
adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual. Bentuk perkosaan tidak
selalu persetubuhan, akan tetapi segala bentuk serangan atau pemaksaan yang
melibatkan alat kelamin. Oral seks, anal seks (sodomi), perusakan alat
kelamin perempuan dengan benda adalah juga perkosaan.Perkosaan juga
dapat terjadi dalam sebuah pernikahan (Idrus, 1999).Menurut Warshaw
(1994) definisi perkosaan pada sebagian besar negara memiliki pengertian
adanya serangan seksual dari pihak laki-laki dengan menggunakan penisnya
untuk melakukan penetrasi vagina terhadap korban.Penetrasi oleh pelaku
tersebut dilakukan dengan melawan keinginan korban.Tindakan tersebut
dilakukan dengan adanya pemaksaan ataupun menunjukkan kekuasaan pada
saat korban tidak dapat memberikan persetujuan baik secara fisik maupun
secara mental.Beberapa negara menambahkan adanya pemaksaan hubungan
seksual secara anal dan oral ke dalam definisi perkosaan, bahkan beberapa
negara telah menggunakan bahasa yang sensitif gender guna memperluas
penerapan hukum perkosaan. Di dalam Pasal 285 KUHP disebutkan bahwa:
“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.

3
Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam definisi
perkosaan Black’s Law Dictionary(dalam Ekotama, Pudjiarto, dan Widiartana
2001), makna perkosaan dapat diartikan ke dalam tiga bentuk:
1. Perkosaan adalah suatu hubungan yang dilarang dengan seorang wanita
tanpapersetujuannya. Berdasarkan kalimat ini ada unsur yang dominan,
yaitu: hubungan kelamin yang dilarang dengan seorang wanita dan tanpa
persetujuan wanita tersebut.
2. Perkosaan adalah persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap
seorang wanita yang dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan
kehendak wanita yang bersangkutan. Pada kalimat ini terdapat unsur- unsur
yang lebih lengkap, yaitu meliputi persetubuhan yang tidak sah, seorang
pria, terhadap seorang wanita, dilakukan dengan paksaan dan bertentangan
dengan kehendak wanita tersebut.
3. Perkosaan adalah perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh
seorang pria terhadap seorang wanita bukan istrinya dan tanpa
persetujuannya, dilakukan ketika wanita tersebut ketakutan atau di bawah
kondisi ancaman lainnya. Definisi hampir sama dengan yang tertera pada
KUHP pasal 285.
Pada kasus perkosaan seringkali disebutkan bahwa korban perkosaan
adalah perempuan.Secara umum memang perempuan yang banyak menjadi
korban perkosaan.Mereka dapat dipaksa untuk melakukan hubungan
seksual meskipun tidak menghendaki hal tersebut. Apabila mengacu pada
KUHP, maka laki- laki tidak dapat menjadi korban perkosaan karena pada
saat laki-laki dapat melakukan hubungan seksual berarti ia dapat merasakan
rangsangan yang diterima oleh tub uhnya dan direspon oleh alat
kelaminnya (Koesnadi, 1992). Akan tetapi pada kenyataannya ada pula
laki- laki yang menjadi korban perkosaan baik secara oral maupun anal.

4
2.2 Macam – macam perkosaan
A. Perkosaan oleh orang yang kita kenal
1) Perkosaan oleh Suami/bekas suami
Merasa bahwa istri sudah menjadi hak milik suami sehingga ia merasa
sekehendak hatinya memperlakukan istri.
2) Perkosaan oleh pacarnya
Merasa sudah mencukupi kebutuhan wanita, sehingga laki – laki punya
hak atas wanita tersebut atau merasa sudah melamar wanita tasi
sehingga merasa menjadi miliknya.
B. Pelecehan Seksual
Seorang wanita yang di paksa melayani teman kerja/atasannya, dimana
wanita tadi di ancam akan di keluarkan bila tidak mau melayaninya.
C. Pelecehan Seksual pada anak – anak
1) Anak perempuan diperkosa ayah
2) Anak perempuan diperkosa paman
3) Anak perempuan diperkosa kakek
D. Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal
1) Perkosaan oleh sekelompok pelaku (diperkosa lebih dari 1 orang)
2)Perkosaan di penjara (diperkosa oleh polidi/sipit/penjaga penjara)
3) Perkosaan saat perang (tentara/gerilyawan sering menggunakan
perkosaan untuk menakut-nakuti wanita).

2.3 Penyebab Pemerkosaan


Sejak zaman dulu pemerkosaan sudah terjadi.Faktor utama
penyebab terjadinya pemerkosaan adalah adanya dorongan seksual yang
tidak dikendalikan dengan baik.Selain itu, ada budaya patriarki yang
beranggapan bahwa cowok berkuasa, sehingga cewek dianggap sebagai kaum
yang lemah.Sekarang ini, kasus pemerkosaan semakin banyak terjadi, sebagai
akibat pengaruh tontonan dan bacaan yang mendorong orang untuk
berperilaku seksual, serta pengaruh obat-obatan terlarang.Beberapa tehnik
metode modus kejahatan pemerkosaan versi organisasi.orang:

5
1. Memberi obat bius agar tidak sadarkan diri.
2. Memberi ancaman pada korban agar tidak berdaya.
3. Melakukan penganiayaan agar tidak sadarkan diri atau tidak berdaya
4. Menghipnotis korban agar mau melakukan apa yang diinginkan
pemerkosa
5. Memberi obat perangsang agar korban jadi birahi / bernafsu
6. Dijadikan wanita penghibur / pelacur bayaran
7. Dicekoki menuman keras agar mabuk setengah sadar.
8. Diculik lalu digagahi di tempat yang tersembunyi
9. Ditipu akan diberikan sesuatu atau dijanjikan sesuatu, dll
Perhatian : Cara ini tidak boleh dipraktekan kepada siapa pun juga
selama anda hidup di dunia karena hukumannya berat dan dosanya
sangat besar, kenikmatan yang didapat pun sangat semu.

2.4 Cara Mengatasi dan Mengurangi Pemerkosaan


Berikut ini adalah cara mencegah dan mengurangi resiko diperkosa :
 Tidak berdandan dan berpakaian yang mengundang nafsu orang lain
 Tidak keluyuran di malam hari termasuk tempat clubbing dan hiburan
malam lain
 Langsung pulang ke rumah setelah sekolah atau kegiatan lain
 Tidak melewati jalan sepi dan rawan kejahatan
 Tinggal di tempat yang lingkungannya aman dan tentram
 Tidak memberi kesempatan orang yang baru dikenal untuk macam-macam
 Hindari diajak ke hotel, tempat sepi, rumah kosong, rumah, dll oleh laki-
laki maupun wanita
 Hindari pencari tenaga kerja wanita agar tidak diperdagangkan sebagai
pelacur
 Memakai pakaian yang sulit untuk dibuka oleh pemerkosa
 Membawa senjata ringan seperti semprotan merica, pembius, sengat
listrik, dsb

6
 Hindari teman yang gaul tapi kelakuan bejat, pilih teman yang standar
baik-baik saja
 Curigai semua orang yang baru dikenal walaupun berwajah baby face
 Belajar bela diri untuk menjaga diri
 Tidak tebar pesona sembarangan ke orang lain
 Selalu kabur diam-diam jika merasa ada sesuatu yang tidak beres
 Melawan ketika terjadi pelecehan dan minta bantuan orang lain serta lapor
ke polisi
 Tidak makan dan minum sembarangan untuk menghindari pembiusan
 Waspada semua orang di tempat bilyar, diskotik, karaoke, panti pijat,
salon plus, dsb.
 Memberi pembekalan pada anak agar tidak menjadi target perkosaan
 Waspadai orang dekat yang memberikan perhatian atau kebaikan lebih

Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi


seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti: rasa malu,
tersinggung, marah, dan sebagainya pada diri orang yang menjadi korban.
Kita tentunya tidak ingin mengalami hal tersebut. Ada cara
mengatasinya, antara lain:
1. Membuat catatan tentang identitas pelaku, lokasi, tempat, saksi, perilaku
atau ucapan yang dianggap melecehkan.
2. Bicarakan dengan orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi. Bisa
dengan teman atau orang lain yang kita percaya. Ungkapkan perasaan kita
tentang kejadian itu. Bisa juga dengan memberitahukan perasaan kita pada
orang yang ada di tempatt kejadian.Memberi pelajaran pada si pelaku
dengan memberitahukan langsung kepada pelakunya bahwa kita tidak
suka dengan tindakannya atau isyarat tubuh.
· Segera melaporkan tindakan pelecehan seksual setelah kejadian,
karenapelecehan seksual adalah tindakan yang melanggar hukum:

7
 Pencabulan (Pasal 289296 KUHP)
 Penghubungan pencabulan (Pasal 295298, 506 KUHP)
 Tindak Pidana terhadap kesopanan (Pasal 281283,283 bis Pasal 532533
KUHP)
 Persetubuhan dengan wanita di bawah umur (Pasal 286288 KUHP)
Apa yang harus dilakukan bila terjadi pemerkosaan?
Segera laporkan ke polisi. Di kepolisian korban akan diantar ke
dokter untuk mendapatkan visum et repertum.Atau kalau terpaksa korban bisa
datang ke rumah sakit terlebih dahulu agar dokter bisa memberikan surat
keterangan. Mintalah bantuan pihak rumah sakit atau dokter untuk
menghubungi polisi, jangan membersihkan diri atau mandi karena sperma,
serpihan kulit, ataupun rambut pelaku yang bisa dijadikan barang bukti akan
hilang. Sperma hanya hidup dalam waktu 2 x 24 jam.Simpan pakaian barang-
barang lain yang kita pakai, ataupun kancing atau robekan baju pelaku karena
barang-barang tersebut bisa dijadikan barang bukti.Serahkan barang-barang
tersebut kepada polisi dalam keadaan asli (jangan dicuci atau diubah
bentuknya). Apabila korban takut pergi sendiri ke kantor polisi ajaklah
orangtua, saudara, atau teman untuk menemani.Yakinkan diri bahwa korban
pemerkosaan bukanlah orang yang bersalah.Pelaku pemerkosaanlah yang
harus dihukum.Korban berhak untuk melaporkan pelaku agar bisa dihukum
sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.Kita bisa menghubungi salah satu
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap masalah-masalah
cewek.Mereka siap membantu korban yang baru saja mengalami
pemerkosaan. Dengan beberapa staf konselor yang terlatih, mereka akan
memberikan dukungan psikologis dan penanganan medis. Mereka juga akan
memberikan informasi tentang hak hukum korban, cara, dan prosedur
pelaporan kepada polisi dan akan mendampingi dalam proses peradilan jika
memang dikehendaki.

8
2.5 Dampak perkosaan
 Dampak perkosaan bagi korban perkosan biasanya pada wanita
dankeluarganya, dimana peristiwa diperkosa merupakan tragedi yang
sangat menyakitkan dan sulit dilupakan sepanjang hidup mereka. Bahkan,
sering kali menyebabkan trauma yang berkepanjangan. Peristiwa ini
melahirkan rasa malu dan aib selama hidup yang akhirnya menimbulkan
rasa rendah diri, terutama pada saat harus menjalani kehidupan social
mereka selanjutnya.

 Biasanya perkosaan pada perempuan juga melibatkan kekerasan fisik,


sehingga mungkin saja terjadi luka dan rasa sakit di beberapa bagian
tubuh, seperti di daerah genital.

 Perkosaan mengalami gangguan emosi dan psikologis. Beberapa juga


dapat mengalami trauma, meskipun diwal mereka mencoba untuk
mengelak bahwa mereka telah diperkosa dan mencoba melanjutkan hidup
seperti biasa seolah tidak terjadi apa – apa. Setelah perkosaan umumnya
yang timbul adalah kemarahan, ketakutan, perasaan tidak aman, depresi,
insomnia, sering mimpi buruk, menghindari kontak seksual dan
sebagainya. Hal – hal ini dapat terus terjadi hingga beberapa bulan
lamanya atau bertahun – tahun lamanya atau bertahun – tahun setelah
perkosaan terjadi, bahkan ada yang menderita seumur hidupnya. Kejadian
tertentu dapat memicu untuk mengingat kembali kasus perkosaan yang
dahulu terjadi.

2.6 Hukum mengenai pemerkosaan


Dalam sistem hukum di Britania Raya dan diAmerika Serikat,
yang dimaksudkan dengan "pemerkosaan" biasanya adalah apabila seorang
laki-laki memaksa seorang perempuan melakukanhubungan
seksual dengannya. Hingga akhir abad ke-20, hubungan seksual yang
dipaksakan oleh seorang suami terhadap istrinya tidak dianggap sebagai

9
"pemerkosaan", karena seorang perempuan (dengan maksud tertentu) tidak
dianggap mempunyai hak untuk menolaknya. Kadang-kadang juga ada
anggapan bahwa hubungan pernikahan merupakan pernyataan tersirat di
muka untuk suatu hubungan seksual seumur hidup.Namun demikian, hukum
pidana modern di kebanyakan negara barat kini telah mengesahkan hukum
yang menolak pandangan demikian. Kini pemerkosaan juga diartikan
sebagai hubungan paksa oleh pasangan, seperti hubungan seksual vaginal,
dan tindak kekerasan seperti hubungan seksual anal yang biasanya dilarang
dengan undang-undang sodomi. Hingga kini di Skotlandia hanya perempuan
saja yang dapat dikategorikan mengalami pemerkosaan.
Istilah "pemerkosaan" kadang-kadang diartikan dengan sangat luas,
hingga mencakup pula segala bentukserangan seksual.
a. Hukum Inggris
Di bawah Undang-undang Pelanggaran Seksual 2003, yang mulai
diberlakukan sejak April 2004,pemerkosaan di Inggris dan Wales telah
diperluas artinya dari hubungan vaginal atau anal tanpa persetujuan pihak
yang lain kini menjadi penetrasipenis ke dalam
vagina, anus ataupun mulut orang lain tanpa persetujuan orang tersebut.
Perubahan ini juga mencakup masa hukumannya, sehingga kini ancaman
hukuman untuk kasus pemerkosaan maksimum adalahhukuman seumur
hidup.
Di dalam hukum Inggris, walaupun seorang perempuan yang
memaksa seorang laki-laki untuk melakukan hubungan seksual tidak dapat
dituntut telah melakukan pemerkosaan, bila ternyata ia membantu seorang
laki-laki dalam melakukan pemerkosaan, ia pun dapat dituntut atas kejahatan
itu. Seorang perempuan juga dapat dituntut apabila terbukti ia telah
menyebabkan seorang laki-laki melakukan hubungan seksual tanpa
kehendak laki-laki itu sendiri; ini adalah sebuah kejahatan yang juga
diancam dengan hukuman seumur hidup bila hal ini melibatkan penetrasi
terhadap mulut, anus, atau vagina. Peraturan ini juga mencakup sebuah
kejahatan seksual baru yang disebut "serangan melalui penetrasi", yang juga

10
diancam hukuman yang sama seperti pemerkosaan, dan dilakukan apabila
seseorang melakukan penetrasi terhadap anus atau vagina secara seksual
dengan bagian dari tubuhnya, atau dengan sebuah benda tertentu, tanpa
persetujuan orang itu sendiri.
b. Hukum di Amerika Serikat
Laporan kejahatan di Amerika Serikat menggunakan "pemerkosaan
dengan paksa", hanya untuk menggambarkan kasus-kasus pemerkosaan yang
dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan.Namun demikian, masing-
masing negara bagian Amerika Serikat memperluas definisi ini secara
independen. Pemerkosaan oleh laki-laki terhadap sejenisnya biasanya diakui
sama seperti pemerkosaan terhadap perempuan.

2.7 Tips-tips menjaga diri dari pemerkosaan


Ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghindarkan diri dari
tindak pemerkosaan, di antaranya adalah:
 Bersikap tegas dengan menunjukkan sikap percaya diri.
 Pandai-pandai membaca situasi, jika perasaan kita menyuruh untuk
waspada, maka percayai perasaan itu.
 Hindari jalan di tempat yang gelap dan sunyi.
 Berpakaianlah yang memudahkan untuk lari atau melakukan perlawanan.
 Jangan memakai terlalu banyak perhiasan.
 Sediakan selalu senjata, misalnya, korek api, deodoran semprot, payung
dan lain sebagainya di dalam tas.
 Jika pergi ke suatu tempat bawa alamat lengkap, denah dan jalur
kendaraan sehingga tidak kelihatan bingung, dan carilah informasi di
tempat-tempat resmi.
 Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum kita kenal.
 Berhati-hati jika diberi minum orang.
 Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak bepergian atau
menginap ke suatu tempat yang belum kita kenal.

11
 Perbanyak pengetahuan dan sering-sering membaca tulisan tentang
pemerkosaan supaya dapat dipelajari tanda-tanda si pelaku dan modus
operandi atau cara kerjanya.
 Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil sudah terkunci dengan baik.
 Belajar bela diri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.

2.8 Peran dan Tugas tenaga bidan/kesehatan dalam kasus perkosaan


1. Besikap dengan baik, penuh perhatian dan empati
2. Memberi asuhan untuk menangani gangguan kesehatan, misalnya
mengobati cidera, pemberia kontrasepsi darurat
3. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
4. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
5. Memberikan seling dalam membuat keputusan
6. Membatu memberitahukan pada keluarga

 Upaya promotif
1. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan pada pertolongan tindakan
perkosaan
2. Penguasaan seni atau keterampilan bela diri bagi para wanita
3. Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja
4. Sosialisasi hukum yang terkait

2.9 Peranan Wanita dalam kasus perkosaan


1. Tidak menjauhi korban pemerkosaan seperti pendekatan untuk menata
psikisnya agar tidak terganggu.
2. Jika terlanjur hamil, sarankan pada korban segera menikah agar tidak
terjadi aborsi

12
CONTOH KASUS

Ajak Temani Menonton TV, Tukang Pijat Perkosa Siswi SMK


Jumat, 7 Maret 2014 | 05:15 WIB
Polisi menangkap seorang tukang pijat di Surabaya, Jawa Timur, karena
memerkosa seorang siswi SMK, yang merupakan tetangga kosnya.Pemerkosaan
terjadi ketika korban tertidur saat dipijat.
Tukang pijat itu, Syamsul (47), beraksi di tempat kosnya di Jalan Banyu Urip,
Surabaya, Selasa (4/3/2014).Ia semula mengajak korban untuk menonton televisi
dengan iming-iming pijat refleksi.
"Korban diajak karena istri (Syamsul) pulang kampung menjenguk anaknya yang
sedang sakit," kata Kepala Polsek Sawahan Komisaris Manang Soebekti, Kamis
(6/3/2014).
Perbuatan itu berawal dari ciuman di pipi yang berlanjut sampai ke pemerkosaan.
Menurut Komisaris Manang, korban sempat terbangun dan memberontak.
"Sayangnya, korban tidak berdaya melawan kekuatan pelaku, dan mulutnya
dibekap," ujar dia.
Seusai kejadian, korban langsung pulang ke tempat kos dan bercerita kepada
sesama penghuni kos. Atas cerita itu, korban diantar teman-teman kos melaporkan
perbuatan Syamsul ke Polsek Sawahan, Surabaya. Tak lama kemudian, Syamsul
pun ditangkap.
"Di hadapan polisi, pelaku mengaku khilaf," ujar Komisaris Manang.Syamsul
dijerat dengan Pasal 81 UU Nomor 23 Tahun 2002, yaitu untuk delik sengaja
melakukan kekerasan dan memaksa anak di bawah umur melakukan
persetubuhan. Ancaman pidana untuk Syamsul adalah hukuman penjara lebih dari
lima tahun.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan
adanya paksaan baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak
semata-mata karena ada kesempatan, namun pemerkosaan dapat terjadi karena
pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat pada sipelaku untuk
melakukan tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan
karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang
rendah yang dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak
sosial bagi perempuan yang menjadi korban perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara
fisik, akan tetapi dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau
psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga kekerasan seksual. Kekerasan pada
dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau
sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,
emosional, dan psikologis

3.2 Saran
Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi
oleh kita semua karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan
dapat merusak citra dan moral bangsa.
Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam
menaggulangi tindak pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan
sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai
dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-
masing serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

14
DAFTAR PUSTAKA

Romauli, Suryati, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Nuha Medika


Maryanti, D dan Majestika Septikasari. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Teori dan Praktikum. Yogyakartsa : Nuha Medika
Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi (Untuk Mahasiswa Kebidanan).
Yogyakarta : Pustaka Rihama

15

Anda mungkin juga menyukai