Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat

memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Hal ini, menuntut

manusia untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan tersebut di setiap

aspek kehidupannya. Dalam bidang kefarmasian, penemuan obat-obatan

baru dan ideal terus berkembang seiring dengan munculnya berbagai

macam penyakit. Pada umumnya, berbagai penyakit menyebabkan rasa

nyeri dan hal ini pula yang sering dikeluhkan seseorang ketika merasa

sakit.

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.

Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, cangkeul dan

seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. (Muttaqin, 2008)

Pada rasa nyeri tersebut maka diberikanlah obat yang berkhasiat

sebagai analgetik (penghilang rasa nyeri). Analgetik (obat rasa nyeri)

merupakan senyawa yang pada dosis terapetik meringankan atau menekan

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik pada umumnya

diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit

kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah

dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri

1
hebat yang sulit dikendalikan. Maka nyeri merupakan suatu gejala yang

berfungsi untuk memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan pada

tubuh, rasa nyeri sendiri dapat dibedakan dalam tiga kategori yaitu nyeri

ringan, nyeri sedang, nyeri hebat. (Anonim, 2013)

Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) yang menjadi tren

saat ini membawa masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam,

termasuk pengobatan dengan tumbuhan berkhasiat obat (herbal).

Sebenarnya, penggunaan herbal sudah lama dikenal masyarakat Indonesia

sebagai salah satu upaya mengatasi masalah kesehatan. (Wijayakusuma,

2008)

Pengobatan herbal banyak memberikan keuntungan bagi manusia

selain dapat dibudidayakan sendiri dipekarangan rumah, pengobatan

herbal juga lebih aman baik untuk dikonsumsi jangka pendek maupun

jangka panjang apalagi ditengah negara Indonesia yang terkenal memiliki

aneka macam keragaman hayati floranya. Keanekaragaman Tumbuhan

yang mengandung ratusan bahkan mungkin ribuan bahan-bahan kimia,

akan berinteraksi di dalam tubuh melalui berbagai cara dan kondisinya.

Dalam kondisi tertentu, tumbuhan obat menyebabkan efek samping.

Pengobatan dilakukan dengan jumlah yang sesuai dan sebaiknya tumbuhan

obat tidak dikonsumsi secara berlebihan. Selain itu, tumbuhan obat harus

dalam keadaan bersih dan steril sebelum digunakan. (Hariana, 2004)

Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan tumbuhan obat,

salah satunya adalah tanaman bawang putih (Allium sativum L.). Di

2
Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian

dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Seiring dengan

berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah pedalaman dan akhirnya

bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Di

masyarakat kita bawang putih termasuk yang paling populer diantara

keluarga besar bawang-bawangan, yang sebagian besar peranannya

sebagai bumbu penyedap masakan sampai sekarang secara umumnya.

Bawang putih mengandung minyak atsiri yang sangat mudah menguap di

udara bebas. Minyak atsiri dari bawang putih ini diduga mempunyai

kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik, bawang putih juga

mengandung kalsium, sulfur, fosfor, zat besi, kalium, selenium, alisin,

scordinin serta vitamin A, B1, B2, dan C. Pemanfaatan bawang putih

sebagai obat diduga karena kombinasi dua senyawa yang ada di dalamnya,

yakni alisin dan scordinin. (Syamsiah dan Tajudin, 2003)

Pemanfaatan lain sebagai obat dari bawang putih ini digunakan

untuk mengatasi hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala, sakit

kuning, sesak napas, busung air, ambeien, sembelit, luka memar, abses,

luka benda tajam, digigit serangga, cacingan, dan sulit tidur atau insomnia.

(Anonim, 2008)

Di karenakan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih dalam tentang khasiat tanaman bawang putih sebagai

analgetik untuk penghilang nyeri. Karena pada umumnya tanaman bawang

putih (Allium sativum L.) dimanfaatkan sebagai penyedap rasa oleh

3
masyarakat Indonesia dan tidak banyak mengetahui kalau bawang putih

mempunyai efek analgetik, maka saya tertarik untuk mengambil judul “Uji

Efektivitas Analgetik Suspensi Ekstrak Umbi Bawang Putih (Allium

sativum L.) Pada Tikus Putih Galur Wistar”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah ini dibatasi pada penelitian yaitu pengujian analgetik

suspensi ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum L.) dengan

konsentrasi 10%, 25% dan 50% sebagai analgetik pada tikus putih.

1.3 Identifikasi Masalah

1) Suspensi ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum L.) efektif

sebagai analgetik pada tikus putih.

2) Mengetahui konsentrasi tertentu yang efektif sebagai analgetik dari

suspensi ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum L.) terhadap tikus

putih.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1) Apakah suspensi ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum L.)

memiliki efek sebagai analgetik pada tikus putih ?

4
2) Pada konsentrasi berapa suspensi ekstrak umbi bawang putih (Allium

sativum L.) dapat memberikan efek analgetik terhadap tikus putih ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui efektifitas suspensi ekstrak umbi bawang putih

(Allium sativum L.) sebagai analgetik pada tikus putih.

2) Untuk mengetahui konsentrasi dari suspensi ekstrak umbi bawang

putih (Allium sativum L.) yang dapat memberikan efek analgetik

terhadap tikus putih.

1.6 Manfaat Penelitian

1) Bagi penulis

Sebagai pengaplikasian dari ilmu yang telah diperoleh selama

menuntut ilmu di Sekolah Tinggi YPIB Cirebon.

2) Bagi institusi pendidikan

Sebagai tambahan referensi keilmuan bagi para mahasiswa yang

hendak melakukan penelitian dikemudian hari.

3) Bagi masyarakat

Memberikan alternatif lain bagi masyarakat dalam memiliki cara

pengobatan pereda nyeri (analgetik).

5
1.7 Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat penelitian

Laboratorium STF YPIB Cirebon.

2) Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai bulan September 2015 – Januari 2016.

Tabel 1.7 Waktu Penelitian

Tahun 2015
Rencana
September Oktober November Desember Januari
Pengerjaan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
Judul Skripsi
Penelusuran
Pustaka
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Penelitian
Analisis
Pengumpulan
Data
Penelitian
Penyusunan
Skripsi
Sidang
Skripsi

1.8 Hipotesis

H0 : Suspensi ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum L.) tidak

berkhasiat sebagai analgetik pada konsentrasi tertentu.

H1 : Suspensi ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum L.) dapat

berkhasiat sebagai analgetik pada konsentrasi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai