PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan bagian yang terpenting dari kehidupan, oleh
karena itu energi tidak dapat dipisahkan dari sendi-sendi kehidupan, yang
salah satunya adalah perekonomian suatu negara. Keterkaitan antara energi
dengan perekonomian suatu negara secara umum dapat dilihat dalam
beberapa komponen makro seperti penerimaan pemerintah, penerimaan
ekspor dan neraca pembayaran.
Jika kita membicarakan mengenai ekonomi energi maka tidak akan
terlepas dari masalah harga. Harga pada kondisi ideal adalah titik temu
antara jumlah yang diminta konsumen dengan jumlah yang ditawarkan
oleh produsen. Dalam keadaan yang sebenarnya sangat sulit menentukan
besarnya permintaan dan penawaran akan energi disuatu negara. Untuk itu
diperlukan beberapa pendekatan tertentu, seperti analisa penetapan harga.
Analisa penetapan harga sektor energi sangat penting dalam
kaitannya dengan kebijakan. Secara bersamaan struktur harga dapat
mengontrol permintaan maupun penawaran energi dan, dalam
hubungannya dengan kebijakan energi, penetapan harga berdampak
langsung terhadap konsumsi energi untuk keperluan industri, transportasi,
rumah tangga dan komersial serta pembangkit listrik.
Dari sudut ilmu ekonomi murni, penetapan harga sebagai
perangkat dalam kebijakan energi dapat menjadi sangat kompleks,
terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia. Berbagai
kepentingan sosial, ekonomi, dan politik di negara ini saling terkait dalam
kebijaksanaan penetapan harga. Harga harus dapat berperan sebagai
perangkat kebijaksanaan pemerintah saat digunakan mengatur
keseimbangan permintaan dan penawaran. Untuk itu konsumen,
pemerintah dan produsen perlu memahami dengan benar konsep
penetapan harga energi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana konsep penetapan harga energi?
2. Bagaimana
3. Bagaimana
4. Apasaja masalah dalam penetapan harga energi di Indonesia dan
bagaimana solusinya?
A. Biaya Penawaran
Dalam menentukan biaya penawaran dilakukan pendekatan
dengan menggunakan metode AIC (Average Incremental Cost).
Perhitungan AIC hanya memperhitungkan tambahan biaya yang
diperlukan untuk mempertahankan kemantapan produksi dalam
kurun waktu tertentu. Pada kasus Indonesia BUMN berperan
sebagai pemasok tunggal sumber energi tertentu. Untuk itu Bank
Dunia memberi saran agar digunakan konsep perhitungan biaya
rata-rata penuh (Average Full Cost). AFC adalah Aic dengan
penambahan kompensasi untuk produsen.
B. Premi Pengurasan
Premi pengurasan adalah komponen biaya untuk mengukur
pertambahan biaya produksi sumber daya energiyang tidak
terbarukan. Selain itu juga menggambarkan satu unit sumber
energi yang digunakan saat ini tidak akan tersedis lagi dimasa akan
datang.
Untuk kasus Indonesia diperlukan kebijakan khusus untuk
mengatur premi pengurasan karena pemilik energi bukan produsen
energi.
C. Biaya Eksternal
Pada dasarnya, biaya eksternal adalah besarnya biaya sosial
yang dibebankan kepada masyarakat sebagai akibat tidak langsung
kegiatan produksi dan konsumsi sumber energi. Seberapa besar
biaya sosial yang dibebankan tergantung batasan ambang batas
yang tertuang dalam kebijakan masing-masing negara. Indonesia
mamberikan ambang batas pencemaran yang ketat jika
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Usaha mencari formulasi penentuan ambang batas yang
lebih pasti memang terus dilakukan. Di sisi lain tampak proses
yang secara bertahap berusaha memasukkan komponen biaya
eksternal sebagai biaya internal. Usaha tersebut dilakukan lewat
perencanaan yang lebih baik, penambahan peralatan atau iuran
yang ditarik pemerintah sebagai kompensasi atas kerusakan
lingkungan yang terjadi. Untuk hal terakhir tercermin lewat biaya
restribusi, pajak atau biaya izin pembuangan limbah.
D. Biaya Transportasi
Biaya transportasi atau sering disebut biaya distribusi
terjadi karena terdapat masalah jarak antara sumber dan pemakai
energi. Energi harus diangkut dari sumbernya supaya dapat
dikonsumsi. Biaya transportasi harus dihitung dan dibebankan
dalam harga pada titik konsumen.
Biaya transportasi dapat mempengaruhi skala ekonomi
produksi suatu sumber energi. Biaya transportasi dapat dipengarui
oleh beberapa faktor berikut:
Harga yang di tetapkan sampai saat ini tidak berada pada tingkat
efisien maupun inefesiensi. Subsidipun masih tetap diberlakukan.
Dengan kata lain penetapan harga energi di indonesia belum mengarah
pada penetapan harga yang efisien. Penetapan harga masih
dihubungkan dengan distribusi pendapatan melalui struktur harga
energi.
Seperti dalam penjelasan harga finansial, inefesiensi alokasi
sumber energi terjadi karena distorsi pasar. Kasus distorsi pada
umumnya bersumber dari intervensi pemerintah melalui pajak dan
subsidi. Namun di sini perlu ditekankan bahwa intervensi tersebut di
selenggarakan berkaitan dengan obyektif sosial. Terlepas dari maksud
dan tujuan pemerintah, penetapan pajak dan subsidi yang tidak tepat
akan menimbulkan inefesiensi bagi perekonomian.
Dari kerangka ekonomi mikro, dengan menganggap elastisitas
permintaan dan penawaran sama dan moderat, penetapan pajak
membuat harga menjadi lebih tinggi dari pada harga keseimbangan.
Dampak selanjutnya penetapan pajak tersebut adalah penurunan surplus
produsen dan surplus konsumen.
Pembahasan subsidi sebenarnya identik dengan pajak. Namun
subsidi di sini dianggap negative tax. Output yang dihasilkan saat ini
lebih banyak dari pada yang seharusnya terjadi pada posisi
keseimbangan. Dalam sejarah penetapan harga di Indonesia, subsidi
selalu mendapat perhatian khususnya dalam distribusi kesejahteraan
bagi masyarakat yang kurang mampu dan untuk mendorong
industrialisasi.
Tabel 2. Harga Jual Eceran Dalam Negeri Bahan Bakar Minyak Bumi dan
Perhitungan Besarnya Subsidi Ekonomi
Produk Harga Besarnya Subsidi
Ekonomi
Avgas 420 420-1.152.20=(732.2)
Avtur 420 420-1.004.25=(584.25)
Premium 700 700-1.124.09=(424.09)
minyak tanah 280 280-1.004.25=(724.25)
minyak solar 380 380-1.102.95=(722.95)
minyak diesel 360 360-931.10=(571.1)
minyak bakar 240 240-750.15=(510)
Sumber: Departemen Pertambangan dan Energi. Keppres No. 1/1993
I Pendapatan
1. Penjualan BBM
19.066.913 19.066.913 366.561
Domestik
2. Impor Minyak
7.807.906 1.567.212 150.688
Mentah
5. Perubahan
-1.519.826 -1.565.769 -29.908
Persediaan
B. Biaya Operasi
1. Biaya Pengolahan 2.350.749 901.245 289.632 45.193
-
(Subsidi)/LBM 17.587.568 6.720.347 -308.901
16.267.098
2. Energi Listrik
Konsep perhitungan utama menggunakan metode
biaya pembangkitan terendah. Secara umum, harga energi
listrik yang sampai ke pemakai akhir terdiri atas komponen
biaya pembangkitan, biaya transmisi, dan biaya distribusi.
Variabel yang paling menentukan harga listrik dari ketiga
komponen tersebut adalah biaya pembangkitan listrik.
Selama ini dipakai metode biaya pembangkitan
terendah untuk menentukan besarnya harga listrik di lokasi
pembangkitan. Secara umum metode ini terdiri dari tiga
variabel utama, yaitu biaya modal, biaya operasi dan
perawatan, serta biaya bahan bakar. Berikut ini adalah tabel
yang menunjukkan basarnya komponen biaya dalam
penentuan biaya beberapa jenis pembangkit listrik.