Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti yang utama

atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia belanda,

Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang

paling penting dalam setiap organisme. Protein adalah senywa organik yang molekulnya sangat

besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-

asam amino. Jadi, sebenarnya protein bukan merupakan zat tunggal, serta

molekulnya sederhana, tetapi masih merupakan asam amino. Oleh karena protein tersusun

atas asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung unsur-unsur seperti

terdapat pada asam-asam amino penyusunnya yaitu C, H, O, N dan kadang-

kadang mengandung unsur-unsur lain, seperti misalnya S, P, Fe, atau Mg (Aditia,

2013).

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar

tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada

didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam

kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai

hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks interseluler dan sebagainya protein.

Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian

besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan.

Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,

yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein adalah
salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam makhluk hidup.

Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua

kelompok besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada

tingkat molekular (Aditia, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan protein?

2. Bagaimana struktur protein?

3. Bagaimana proses pencernaan protein?

4. Bagaimana proses metabolisme protein dalam tubuh?

5. Bagaimanakah proses penyerapan dan transport protein?

6. Darimana kah sumber protein diperoleh?

7. Apasaja dampak apabila kita kekurangan maupun kelebihan protein?

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari makalah ini yaitu ntuk mengetahui tentang

definisi, struktur dan proses serta metabolisme protein.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian protein.


2. Untuk mengetahui struktur dari protein.

3. Untuk mengetahui proses pencernaan protein.

4. Untuk mengetahui proses metabolisme potein dalam tubuh.

5. Untuk mengetahui proses penyerapan dan transport protein.

6. Untuk mengetahui sumber protein.

7. Untuk mengetahui dampak apabila kita kekurangan maupun kelebihan

protein.

1.4 Manfaat Penulisan

Menambah pengetahuan penulis serta menyelesaikan tugas mata kuliah

Metabolisme Gizi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Protein

Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti yang utama

atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia belanda,

Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang

paling penting dalam setiap organisme. Protein adalah senywa organik yang molekulnya sangat

besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-

asam amino. Jadi, sebenarnya protein bukan merupakan zat tunggal, serta

molekulnya sederhana, tetapi masih merupakan asam amino. Oleh karena protein tersusun

atas asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung unsur-unsur seperti

terdapat pada asam-asam amino penyusunnya yaitu C, H, O, N dan kadang-

kadang mengandung unsur-unsur lain, seperti misalnya S, P, Fe, atau Mg (Aditia,

2013).

Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain

dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,

nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam

struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein

merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi

struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan

sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai

antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan


(dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi,

protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu

membentuk asam amino tersebut (heterotrof). Protein merupakan salah satu dari

biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang

merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah

satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh

Jakob Berzelius pada tahun 1838 (Aditia, 2013).

Semua jenis protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi dari 20 asam amino. Setiap jenis

protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang khas. Di dalam sel, protein terdapat

baik pada membran plasma maupun membran internal yang menyusun organel sel

seperti mitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi dengan fungsi yang

berbeda-beda tergantung pada tempatnya.

Adapun sifat dari protein, yaitu (Unimus, 2018):

1. Sukar larut dalam air karena ukuran molekulnya yang sangat besar.

2. Dapat mengalami koagulasi oleh pemanasan dan penambahan asam

atau basa.

3. Bersifat amfoter karena membentuk ion zwitter. Pada titik

isoelektriknya, protein mengalami koagulasi sehingga dapat dipisahkan

dari pelarutnya.

4. Dapat mengalami kerusakan (terdenaturasi) akibat pemanasan. Pada

denaturasi, protein mengalami kerusakan mulai dari struktur tersier

sampai struktur primernya.


Dalam tubuh, protein mengalami perubahan-perubahan tertentu dengan

kecepatan yang berbeda untuk setiap protein. Ada tiga kemungkinan mekanisme

pengubahan protein yaitu:

1. Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau

katabolisme dan dibentuk sel-sel baru.

2. Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi

sintesis protein baru, tanpa ada sel yang mati.

3. Protein dikeluarkan dari dalam sel dan diganti dengan sintesis protein

yang baru.

Protein disusun dari ratusan hingga ribuan unit lebih kecil yang sering kita

sebut asam amino, yang saling terkait satu sama lain membentuk rantai panjang.

Ada 20 jenis berbeda dari asam amino yang bisa dikombinasikan untuk membuat

protein. Urutan asam amino menjelaskan struktur 3 dimensi yang unik dan fungsi

spesifiknya. Berikut ini adalah jenis-jenis protein beserta fungsinya (Anonym,

2017):

1. Antibodi

Antibodi mengikat kepada objek asing yang spesifik, seperti virus dan

bakteri, untuk membantu melindungi tubuh. Contoh dari protein ini

adalah Immunoglobulin G (IgG).

2. Enzim
Enzim adalah protein penting yang berfungsi sebagai katalis (mempercepat

atau memperlambat), setiap jenis-jenis enzim mengkatalis berbagai reaksi-

reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Enzim juga membantu

pembentukan molekul baru dengan membaca informasi genetik yang

tersimpan dalam DNA. Contoh dari protein enzim ini

adalah Phenylalanine hydroxlase

3. Messenger

Protein messenger, seperti beberapa jenis hormon, mentransmisi sinyal

untuk mengkoordinasi proses biologis antara sel, jaringan, dan organ yang

berbeda. Contohnya adalah hormon pertumbuhan.

4. Komponen Struktur

Protein-protein ini menyediakan sturktur dan dukungan untuk sel. Pada

skala yang lebih besar, protein ini juga memungkinkan tubuh untuk

bergerak. Contoh dari protein ini adalah Actin.

5. Transpor/Penyimpanan

Protein-protein ini mengikat dan membawa atom dan molekul-molekul

kecil dalam sel dan keluar tubuh. Contoh dari protein ini adalah Ferritin.
2.2 Struktur Protein

Menurut Fatchiyah, dkk (2011), protein dapat dikelompokkan menjadi

empat tingkatan struktur, yaitu :

1. Struktur primer

Struktur primer protein menggambarkan sekuens linear residu asam amino

dalam suatu protein. Sekuens asam amino selalu dituliskan dari gugus

terminal amino ke gugus terminal karboksil.

2. Struktur sekunder

Struktur sekunder dibentuk karena adanya ikatan hidrogen antara hidrogen

amida dan oksigen karbonil dari rangka peptida. Struktur sekunder utama

meliputi α-heliks dan β-strands (termasuk β-sheets).

3. Struktur tersier

Struktur tersier menggambarkan rantai polipeptida yang mengalami folded

sempurna dan kompak. Beberapa polipeptida folded terdiri dari beberapa

protein globular yang berbeda yang dihubungkan oleh residu asam amino.

Struktur tersier distabilkan oleh interaksi antara gugus R yang terletak tidak

bersebelahan pada rantai polipeptida. Pembentukan struktur tersier membuat

struktur primer dan sekunder menjadi saling berdekatan.

4. Struktur kuartener
Struktur kuartener melibatkan asosiasi dua atau lebih rantai polipeptida

yang membentuk multisubunit atau protein oligomerik. Rantai polipeptida

penyusun protein oligomerik dapat sama atau berbeda.

2.3 Proses pencernaan protein

Sebagian besar protein dicernakan menjadi asam amino, selebihnya menjadi

tripeptida dan dipeptida. Penguraian protein dalam sistem pencernaan manusia

melibatkan seluruh organ pencernaan dan kerja dari enzim-enzim protease melalui

serangkaian proses. Rangkaian dari proses pencernaan protein dalam tubuh

manusia tersebut dimulai dari rongga mulut (Aditia, 2013).

A. Rongga Mulut dan Kerongkongan

Di rongga mulut, proses pencernaan protein melibatkan kerja gigi dan

ludah. Gigi dalam hal ini berfungsi untuk memperkecil ukuran makanan

sedangkan ludah berguna dalam mempermudah lewatnya makanan yang

dikunyah untuk melewati kerongkongan. Baik di rongga mulut, maupun

dalam kerongkongan, protein secara khusus belum mengalami proses

pencernaan yang sebenarnya.

B. Lambung

Di lambung, protein yang tertampung akan bereaksi dengan enzim

pepsin yang berasal dari getah lambung. Enzim pepsin sendiri hanya akan

terbentuk jika asam lambung (HCl) menemukan protein dan melakukan

penguraian rangkaiannya. Penguraian rangkaian protein dalam lambung

secara biokimia akan menstimulasi pepsin pasif menjadi pepsin aktif. Enzim
pepsin memecah ikatan protein menjadi gugus yang lebih sederhana, yaitu

pepton dan proteosa. Kedua gugus ini merupakan polipeptida pendek yang

masih belum dapat diabsorpsi oleh jonjot usus.

C. Usus Halus

Polipeptida pendek yang dihasilkan dari reaksi enzim pepsin dan

protein kemudian akan bercampur dengan enzim protease (erepsin) di dalam

usus halus. Protease berasal dari pankreas yang disalurkan ke usus halus

melalui dinding membran. Protease mengandung beberapa prekursor yang

antara lain prokarboksipeptidase, kimotripsinogen, tripsinogen, proelastase,

dan collagenase. Masing-masing prekursor protease ini akan menghidrolisis

polipeptida menjadi jenis asam amino yang berbeda-beda.

1) Prokarboksipeptidase menguraikan asam amino dari ujung karboksil

polipeptida.

2) Kimotripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino

methionine, tryptophan, tyrosine, asparagine, phenylalanine, dan

histidine.

3) Tripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino arginine

dan lysine.

4) Proelastase dan collagenase menguraikan polipeptida menjadi

tripeptida dan polipeptida yang lebih kecil.

Setelah protein berhasil diurai menjadi asam amino, selanjutnya jonjot usus

yang terdapat pada dinding usus penyerapan (ileum) akan menyerap asam
amino yang dihasilkan dari proses pencernaan protein untuk dikirimkan

melalui aliran darah ke seluruh sel-sel di tubuh kita.

D. Usus Besar dan Anus

Jika asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan protein

memiliki jumlah yang berlebih, asam amino tersebut kemudian akan

dirombak menjadi senyawa-senyawa seperti amoniak (NH3) dan amonium

(NH4OH). Pada tahap selanjutnya, semua senyawa ini kemudian dibuang

melalui saluran kencing atau bersama dengan feses.

2.4 Proses metabolisme protein

1) Reaksi Metabolisme Protein (Asam Amino)

Ada beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia,

tetapi tubuh tidak bisa memproduksi asam amino tersebut dalam jumlah

yang memadai. Asam amino ini disebut asam amino esensial dan harus

diperoleh dari makanan. Asam-asam amino esensial yang dibutuhkan

manusia adalah histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, arginin,

fenilalanin, treonin, triptofan dan valin. Sumber asam amino esensial ini

biasanya terdapat pada makanan yang mengandung protein hewani seperti

daging, susu, keju, telur, dan ikan. Kebutuhan protein yang disarankan

ialah 1 sampai 1,5 gram per kilogram berat badan per hari.

Tahap awal reaksi metabolisme seluler asam amino (metabolisme

protein) melibatkan pelepasan gugus asam amino dan kemudian perubahan


kerangka karbon pada molekul asam amino. Terdapat 2 proses utama

dalam pelepasan gugus amino, yaitu transaminasi dan deaminasi.

a) Transaminasi

Transaminasi adalah proses katabolisme asam amino yang

melibatkan pemindahan gugus amino dari satu asam amino ke

asam amino lain. Dalam reaksi transaminasi ini, gugus amino dari

suatu asam amino dipindahkan pada salah satu dari tiga senyawa

keto, yaitu asam piruvat, beta ketoglutarat, atau oksaloasetat,

sehingga senyawa keto ini diubah menjadi asam amino,

sedangkan asam amino semula diubah menjadi asam keto. Reaksi

transaminasi ini bersifat reversibel, pada reaksi ini tidak ada

gugus amino yang hilang karena gugus amino yang dilepaskan

oleh asam amino, diterima oleh asam keto. (Baca: Enzim

Katalase). Ada dua enzim penting dalam reaksi transaminasi yang

berperan sebagai katalis, yaitu alanin

transaminase dan glutamat transaminase.

1) Alanin transaminase, Enzim ini merupakan enzim yang

mempunyai keunikan terhadap asam piruvat-alanin sebagai

satu pasang substrat, tetapi tidak terhadap asam-asam amino

yang lain. Jadi, alanin transaminase bisa mengubah berbagai

jenis asam amino menjadi alanin selama asam piruvat

tersedia. Apabila alanin transaminase terdapat dalam jumlah


yang banyak, maka alanin yang dihasilkan dari reaksi

transaminasi akan diubah menjadi asam glutamat.

2) Glutamat transaminase, Enzim ini adalah enzim yang

mempunyai kekhasan terhadap glutamat-ketoglutarat sebagai

satu pasang substrat, karena itu, enzim ini dapat mengubah

asam-asam amino menjadi asam glutamat. Reaksi transaminasi

ini terjadi dalam mitokondria atau dalam cairan sitoplasma.

semua enzim transaminase yang telah dijelaskan di atas

dibantu oleh pirdoksalfosfat sebagai koenzim. Piridoksalfosfat

tidak hanya menjadi koenzim dalam reaksi transaminasi, tetapi

juga menjadi koenzim pada reaksi-reaksi metabolisme lainnya.

b) Deaminasi Oksidatif

Asam amino pada reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam

glutamat. Pada beberapa sel di bakteri misalnya, asam glutamat

bisa mengalami proses deaminasi oksidatif yang menggunakan

enzim glutamat dehidrogenase sebagai katalisnya.

Dalam proses deaminasi oksidatif ini, asam glutamat melepaskan

gugus amino dalam bentuk NH4+. Selain NAD+, glutamat

dehidrogenase juga dapat menggunakan NADP+ sebagai

penerima elektron. Jadi, asam glutamat adalah produk akhir dari

proses transaminasi. Selain glutamat dehidrogenase, dua jenis


enzim dehidrogenase lain yang penting adalah L-asam amino

oksidase dan D-asam amino oksidase.

a) L-asam amino oksidase adalah enzim flavoprotein yang

mempunyai gugus prosetik flavin mononukleotida (FMN).

Enzim ini terdapat dalam sel hati pada retikulum

endoplasmik.

b) D-asam amino oksidase adalah enzim flavoprotein yang

mempunyai FAD sebagai gugus prostetik dan terdapat

dalam sel hati.

2.) Pembentukan Asetil Koenzim A

Asetil koenzim A adalah senyawa penghubung antara metabolisme

asam amino dengan siklus Krebs. Terdapat dua jalur metabolik yang

menuju kepada pembentukan asetil koenzim A, yaitu melalui asam

piruvat dan melalui asam asetoasetat. Asam-asam amino yang

menjalani jalur metabolik melalui asam piruvat adalah sebagai

berikut:

a. Alanin

Alanin adalah asam amino non esensial yang dapat dibuat dalam

tubuh melalui reaksi transminasi piruvat dengan asam glutamat atau

asam amino lain. Alanin dapat diubah menjadi asam piruvat melalui

proses transaminasi, dan reaksi tersebut bersifat reversibel.


b. Glisin

Glisin dapat berfungsi dalam proses penawar racun, misalnya apabila

asam benzoat atau turunannya termasuk dalam makanan, maka glisin

akan bergabung dengan zat-zat tersebut sehingga membentuk asam

hipurat yang tidak bersifat racun.

c. Serin

Serin merupakan bagian dari fosfatidil serin, yaitu salah satu lipid

yang terdapat dalam otak. Serin juga dapat membentuk etanolamina

yang merupakan bagian dari fosfotidil etanolamina.

d. Sistein

Sistein adalah senyawa asam amino non esensial yang dibuat dari

asam amino esensial metionin. Metionin terlebih dahulu diubah

menjadi homosistein, kemudian bereaksi dengan serin membentuk

homoserin dan sistein.

e. Treonin

Treonin adalah asam amino esensial bagi manusia, karena menjadi

salah satu dari 20 asam amino penyusun protein. Biosintesis treonin

berasal dari asam aspartat. Treonin dapat diubah menjadi glisin dan

asetaldehida dengan cara pemecahan molekulnya.


Alanin menghasilkan asam piruvat dengan langsung pada reaksi

transaminasi dengan asam beta ketoglutarat. Serin mengalami reaksi

dehidrasi dan deaminasi oleh enzim serin beta dehidratase. Treonin diubah

menjadi glisin dan asetaldehida oleh enzim treonin aldolase. Glisin

kemudian diubah menjadi asetil koenzim A melalui pembentukan serin

dengan jalan penambahan satu atom karbon, seperti metil, hidroksil metil,

dan formil. Koenzim yang bekerja di sini adalah tetrahidrofolat.

2.5 Proses penyerapan dan transport protein

1) Absorpsi dan Transportasi

Hasil akhir pencernaan protein terutama berupa asam amino dan ini

segera diabsorpsi dalam waktu lima belas menit setelah makan. Absorpsi terutama

terjadi dalam usus halus berupa empat sistem absorpsi aktif yang membutuhkan

energi. Asam amino yang diabsorpsi memasuki sirkulasi darah melalui vena porta dan

dibawa ke hati. Sebagian asam amino digunakan oleh hati, dan sebagian lagi melalui

sirkulasi darah di bawa ke sel-sel jaringan. Kadang-kadang protein yang belum

dicerna dapat memasuki mukosa usus halus dan muncul dalam darah. Hal

ini sering terjadi pada protein susu dan protein telur yang dapat

menimbulkan gejala alergi (immunological sensitive protein ).

Sebagian besar asam amino telah diabsorpsi pada saat asam amino

sampai di ujung usus halus. Hanya 1% protein yang dimakan ditemukan

dalam feses. Protein endogen yang berasal sekresi saluran cerna dan sel-sel yang rusak

juga dicerna dan diabsorpsi.


2) Katabolisme protein

Katabolisme protein (penguraian asam amino untuk

energi) berlangsung di hati. Jika sel telah mendapatkan protein yang

mencukupi kebutuhannya. Setiap asam amino tambahan akan dipakai

sebagai energi atau disimpan sebagai lemak.

1. Deaminasi Asam Amino

Deaminasi asam amino merupakan langkah pertama, melibatkan

pelepasan satu hidrogen dan satu gugus amino sehingga membentuk

amonia (NH3). Amonia yang bersifat racun akan masuk ke peredaran

darah dan dibawa ke hati. Hati akan mengubah amonia menjadi ureum

yang sifat racunnya lebih rendah, dan mengembalikannya ke

peredaran darah. Ureum dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan

urine. Ureum diproduksi dari asam amino bebas didalam tubuh yang tidak

digunakan dan dari pemecahan protein jaringan tubuh.

2. Oksidasi asam amino terdeaminasi

Bagian asam amino nonitrogen yang tersisa disebut produk asam

keto yang teroksidasi menjadi energi melalui siklus asam nitrat.

Beberapa jenis asam keto dapat diubah menjadi glukosa

(glukoneogenesis) atau lemak (lipogenesis) dan disimpan didalam

tubuh.

Karbohidrat dan lemak adalah “ cadangan protein “ dan dipakai tubuh sebagai

pengganti protein untuk energi. Sat kelaparan, tubuh menggunakan

karbohidrat dan lemak baru kemudian memulai mengkatabolis protein.


3. Anabolisme protein

Sintesis protein dari asam amino berlangsung disebagian sel tubuh.

Asam amino bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian

tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan gen. Sintesis protein

meliputi pembentukan rantai panjang asam amino yang dinamakan

rantai peptida. Ikatan kimia yang mengaitkan dua asam amino satu

sama lain dinamakan ikatan peptida. Ikatan ini terjadi karena satu

hidrogen (H) dari gugus amino suatu asam amino bersatu dengan

hidroksil (OH) dari gugus asam karboksil asam amino lain. Proses ini

menghasilkan satu molekul air, sedangkan CO dan NH yang tersisa

akan membentuk ikatan peptida . sebaliknya, ikatan peptida ini dapat

dipecah menjadi asam amino oleh asam atau enzim pencernaan

dengan penambahan satu molekul air, proses ini dinamakan

hidrolisis. Dari makanan kita memperoleh Protein. Di

sistem pencernaan protein akan diuraikan menjadi peptid peptid yang

strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam amino. Hal ini

dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan

9 asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat

disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian asam amino

dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan

berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus maka akan

diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh.

Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini
disebut dengan DNAtranskripsi. Kemudian karena hasil transkripsi di

proses lebih lanjut di ribosom atau retikulum endoplasma, disebut

sebagai translasi. Protein digabungkan dari asam amino

menggunakan informasi dalam gen. Setiap protein memiliki urutan

asam amino unik yang ditetapkan oleh nukleotida. Dengan kode

genetika maka kumpulan tiga set nukleotida yang disebut kodon dan

setiap kombinasi tiga nukleotida membentuk asam amino, misalnya

AUG (adenine – urasil – guanin) adalah kode untuk methionine.

Karena DNA berisi empat nukleotida, total jumlah kemungkinan

kodon adalah 64. Oleh karena itu, ada beberapa kelebihan dalam

kode genetik, dan beberapa asam amino dapat ditentukan oleh lebih

dari satu codon. Kode gen DNA yang pertama di transkripsi menjadi

pra – messenger RNA (mRNA) oleh enzim seperti RNA polymerase.

Sebagian besar organisme maka proses pra-mRNA (juga dikenal

sebagai dasar transkrip) menggunakan berbagai bentuk pasca

transcriptional modifikasi untuk membentuk mRNA matang, yang

kemudian digunakan sebagai template untuk sintesis protein oleh

ribosome.

Dalam prokariotik mRNA yang dibuat bisa digunakan segera, atau

diikat oleh ribosome setelah dipindahkan dari inti sel. Sebaliknya,

eukariotik membuat mRNA di inti sel dan kemudian memindahkan

ke sitoplasma, dimana sintesis protein yang kemudian terjadi. Laju

sintesis protein yang lebih tinggi dapat terjadi di prokaryotes maupun


eukariotik yang dapat mencapai hingga 20 asam amino per detik. Proses

yang sintesis protein dari mRNA template dikenal sebagai

translasi/terjemahan. mRNA yang diambil ke ribosome kemudian

membaca tiga nukleotida dan mencocokan kodon dengan pasangan

antikodonnya yang terletak pada RNA transfer yang membawa asam

amino sesuai dengan kode kodon. Enzim aminoacyl tRNA synthetase

menyusun molekul tRNA dengan asam amino yang benar. Polipeptida

berkembang yang sering disebut rantai peptida. Protein selalu

dibiosintesiskan dari N-terminal ke C-terminal. Ukuran panjang

sintesis protein dapat diukur dengan melihat jumlah asam amino yang

berisi dengan total massa molekul, yang biasanya dilaporkan dalam

unit daltons (identik dengan unit massa atom), atau turunan unit

kilodalton (kDa). Yeast protein rata-rata panjangnya adalah 466 asam

amino dan 53 kDa di massa. Protein terbesar adalah titins, komponen

dari otot sarkomer, dengan massa molekular hampir 3.000 kDa, dan

total panjang hampir 27.000 asam amino (Unimus, 2018).

2.6 Sumber protein

Protein merupakan kunci nutrisi penting yang berguna untuk pembentukan

sel-sel baru dalam tubuh, mempengaruhi kerja enzim, hormon, dan kekebalan

tubuh. Demi memenuhi asupan kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh,

Perlu diketahui juga darimana sumber protein tersebut berasal. Terdapat dua
sumber protein, yaitu protein nabati dan hewani (Anonym, Sumber Terbaik

Pritein Hewani dan Nabati).

Ada beragam sumber makanan yang mengandung protein yang bisa

dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan protein sehari-hari. Berikut ini adalah

beberapa contoh sumber protein yang terbaik untuk tubuh (Anonym, Sumber

Terbaik Pritein Hewani dan Nabati).

1. Protein Hewani, merupakan asupan nutrisi protein yang berasal dari

hewan atau produk olahannya.

a. Daging Merah, seperti daging sapi, daging kambing dan domba

kaya akan protein.

b. Daging Ayam, jika khawatir akan kandungan lemak dalam daging.

Sebaiknya konsumsilah daging ayam, sebagai sumber protein.

Daging unggas memiliki lemak jenuh yang lebih sedikit dibanding

dengan daging lainnya. Pilihlah bagian dada ayam, karena

mengandung 30 gram protein/100 gram dan juga tidak

mengandung banyak lemak.

c. Daging Ikan, Selain sebagai sumber protein tinggi, daging ikan

juga mengandung omega 3 yang baik bagi kesehatan jantung.

Daging ikan salmon dan daging ikan tuna merupakan pilihan

sumber protein yang tepat.

d. Telur, dalam satu butir telur ayam mengandung 6 gram protein.

Protein dalam telur yang masuk ke tubuh akan membantu


membentuk protein dan jaringan dalam tubuh. Protein dalam telur

memiliki kualitas yang sangat tinggi karena asam amino esensial

yang dimilikinya hampir ideal untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Untuk menjaga kadar kolesterol dalam tubuh, sebaiknya pilih putih

telur karena bebas lemak dan bebas kolesterol.

e. Susu dan Produk Olahannya, Susu merupakan salah satu sumber

protein yang paling baik. Protein dalam susu sangat berkualitas

karena mengandung asam amino esensial yang diperlukan tubuh.

Selain protein, susu juga menyediakan kalsium yang cukup tinggi.

Produk olahan susu, seperti keju dan yoghurt juga bisa dijadikan

sebagai sumber protein yang baik.

2. Protein Nabati, berasal dari konsumsi tanaman atau berbagai jenis

olahannya.

a. Tahu dan Tempe, Makanan ini bisa disajikan sebagai sumber

protein setiap hari karena harganya yang terjangkau. Namun

ternyata, kandungan protein dari makanan yang bersumber dari

kedelai ini tak semurah harganya. Dalam takaran 100 gram, tempe

memiliki kandungan protein sebesar 20,8 gram. Sedangkan tahu

memiliki kandungan protein sebanyak 10,9 gram per 100 gramnya.

b. Kacang Kedelai, Selain lewat tempe dan tahu, Ibu bisa

mengonsumsi kacang kedelai secara langsung atau diolah menjadi

susu kedelai untuk mendapatkan kebaikan manfaat protein yang

lebih optimal. Kacang kedelai merupakan sumber protein terbesar,


yakni mengandung 40,4 gram setiap 100 gramnya. Selain itu,

kacang kedelai juga mengandung antioksidan yang dapat

menangkal radikal bebas.

c. Kacang Polong, mengandung protein yang cukup tinggi.

Secangkir kacang polong setidaknya mengandung 8 gram protein.

Tak hanya itu, kacang polong juga mengandung leusin. Salah satu

jenis asam amino esensial ini penting karena dibutuhkan tubuh agar

proses metabolisme lancar dan umumnya sulit ditemukan di

sebagian besar makanan nabati.

2.7 Dampak kekurangan dan kelebihan protein

Protein adalah salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh, maka sebaiknya

tubuh pun mempunyainya dengan jumlah yang cukup. Apabila jumlahnya tidak

mencukupi, maka fungsi dari zat tersebut pun juga tidak akan sebanyak yang

dibutuhkan, sehingga tidak maksimal. Begitu pula ketika zat tersebut justru malah

terlalu banyak ada di dalam tubuh. Hal yang demikian sama saja tidak baik untuk

tubuh manusia (Anonym, Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein bagi Tubuh,

2017).

Berikut adalah beberapa akibat kekurangan dan kelebihan protein (Anonym,

Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein bagi Tubuh, 2017):


a. Akibat kekurangan protein

Kurangnya jumlah protein yang ada di dalam tubuh membuat

fungsi dari zat tersebut menjadi tidak maksimal di dalam tubuh. Beberapa

akibat kekurangan protein yang dapat menimbulkan penyakit akibat

kekurangan protein :

1. Marasmus

Marasmus ini merupakan suatu penyakit gizi buruk yang biasanya

menimpa bayi yang berusia dibawah 12 bulan. Penyebab penyakit ini

tentu saja kekurangan protein, namun juga terkadang disertai dengan

kekurangan karbohidrat. Penyakit seperti ini mempunyai sifat yang

sedikit berbahaya. Artinya, jika dibiarkan maka penyakit ini

mempunyai resiko yang fatal.

2. Kwashiorkor

Sama-sama penyakit yang timbul karena kekurangan protein, namun

bedanya adalah penyakit ini seringkali menjangkit anak- anak usia 1

hingga 3 tahun. Namun, di dalam penyakit ini, si penderita ini terlihat

normal dan tidak kurus. Penyakit ini tetap tidak boleh dibiarkan begitu

saja karena kemungkinan terburuk akan menjadikan anak memiliki cacat

mental.
3. Chacexia

Penyakit ini terjadi karena seseorang kekurangan protein. berdasarkan

penelitian, penyakit ini mengakibatkan penurunan berat badan, kanker,

gagal ginjal, dan penyakit menular lainnya. Dan kemungkinan terburuk

apabila penyakit ini dibiarkan maka akan terjadi kematian.

4. Gagal hati

Gagal hati ini terjadi karena kekurangan protein yang menyebabkan

kerusakan dan kehilangan fungsi hati karena sel tidak mampu untuk

bergenerasi. Penyakit ini jika dibiarkan maka akan menjadikan sesuatu

yang berbahaya, maka dari itu harus segera dilakukan tindakan medis.

5. Apati

Apati ini merupakan suatu keadaan yang membuat emosi kita menjadi

tumpul. Penyakit kekurangan protein satu ini dapat mempengaruhi

tingkah laku dan juga fungsi kognitif. Apati ini biasanya disertai dengan

depresi.

6. Edema

Edema ini juga dapat dikatakan sebagai retensi air. Penyakit ini

merupakan penyakit kurangnya protein yang paling sering diderita oleh

manusia. Jika darah tidak mempunyai cukup protein maka seseorang

dapat terserang gejala penyebab darah rendah. Akibatnya, genre darah


yang tidak mengandung protein tersebut dapat dengan mudah

membentuk jaringan yang berada di sekitar pembuluh darah dan mirip

dengan gumpalan air. Inilah yang disebut dengan edema.

7. Gangguan otak

Jumlah protein yang kurang akan menyebabkan kecepatan berfikir

seseorang menjadi rendah dan menganggu kesehatan sistem saraf otak.

8. Penyakit jantung

Seseorang yang memiliki protein dalam jumlah kurang, maka denyut

jantung yang dihasilkan bisa sangat rendah, dibawah 60 kali denyutan

selama satu menit.

9. Rambut Rontok

Kekurangan protein bagi seseorang juga dapat menyebabkan rambut

mengalami kerontokan. Kerontokan dalam jumlah banyak akan

menyebabkan kebotakan yang mungkin saja akan sulit untuk tumbuh

lagi.

10. Kelelahan

Protein yang jumlahnya tidak mencukupi akan membuat jaringan otot

yang mengalami kelelahan dapat menjadi rusak, sehigga tidak dapat

mengalami regenerasi.
b. Dampak kelebihan protein

Akibat kelebihan protein juga dapat menimbulkan beberapa

penyakit tertentu.

1. Gagal Ginjal

Kelebihan protein dalam jumlah tertentu menyebabkan seseorang

beresiko terkena penyakit gagal ginjal. Sebab protein yang berlebih akan

membuat ginjal dipaksa bekerja lebih keras untuk membuang semua

kelebihan nitrogen pada tubuh, dan hal ini akan membuat seseorang

mengalami gagal ginjal.

2. Pengasaman pada darah

Pengasaman pada darah bisa terjadi karena kelebihan protein dan

disertai dengan hilangnya elektron. Penyakit seperti ini menyebabkan

sistem imun tubuh manusia menjadi lemah sehingga dengan mudahnya

tubuh terserang penyakit dan sulit untuk disembuhkan.

3. Osteoporosis

Protein yang berlebihan akan membuat kalsium menjadi berkurang.

Akibatnya dapat terserang gejala osteoporosis.


Itulah beberapa dampak yang terjadi akibat kekurangan maupun kelebihan

protein. jika sudah mengetahui, maka kita akan bisa lebih waspada agar tetap bisa

mempertahankan kesehatan tubuh dan menjaga kadar protein di dalam tubuh agar

tetap seimbang. Semoga artikel ini bermanfaat (Anonym, Akibat Kekurangan dan

Kelebihan Protein bagi Tubuh, 2017).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain

dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,

nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.

Menurut Fatchiyah, dkk (2011), protein dapat dikelompokkan menjadi

empat tingkatan struktur, yaitu : Struktur primer, Struktur sekunder, Struktur

tersier, dan Struktur kuartener.

Rangkaian dari proses pencernaan protein dalam tubuh manusia tersebut

dimulai dari rongga mulut dan Kerongkongan, Lambung, Usus Halus, Usus Besar

dan Anus (Aditia, 2013).

Tahap awal reaksi metabolisme seluler asam amino (metabolisme protein)

melibatkan pelepasan gugus asam amino dan kemudian perubahan kerangka

karbon pada molekul asam amino. Terdapat 2 proses utama dalam pelepasan

gugus amino, yaitu transaminasi dan deaminasi. Kemudian Pembentukan Asetil

Koenzim A,Asetil koenzim A adalah senyawa penghubung antara metabolisme

asam amino dengan siklus Krebs.

Hasil akhir pencernaan protein terutama berupa asam amino dan ini segera

diabsorpsi dalam waktu lima belas menit setelah makan. Absorpsi terutama terjadi dalam
usus halus berupa empat sistem absorpsi aktif yang membutuhkan energi. Asam amino

yang diabsorpsi memasuki sirkulasi darah melalui vena porta dan dibawa ke hati.

Demi memenuhi asupan kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh,

Perlu diketahui juga darimana sumber protein tersebut berasal. Terdapat dua

sumber protein, yaitu protein nabati dan hewani (Anonym, Sumber Terbaik

Pritein Hewani dan Nabati).

Beberapa akibat kekurangan protein yang dapat menimbulkan penyakit

akibat kekurangan protein yaitu Marasmus dan Kwashiorkor. Sedangkan akibat

kelebihan protein beberapa diantaranya adalah pengasaman darah dan

ostheoporosis.

3.2 Saran

Dalam segala hal yang kita konsumsi sebaiknya sesuai kebutuhan dan

asupan yang disarankan. Karena sesuatu yang kurang maupun lebih itu tak baik

bagi diri kita. Dan sebelum mengkonsumsi segala sesuatu haruslah mengetahui

kandungan apasaja yang ada di dalamnya begitupun dengan manfaat yang akan

kita dapat setelah mengkonsumsi. Seperti protein, yang merupakan salah satu gizi

makro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Harus disesuaikan dengan diri kita,

baik dilihat dari sisi fisik maupun mental.


DAFTAR PUSTAKA

Aditia, L. (2013, November 23). Makalah Protein. Retrieved September 20, 2018,

from Academia:

http://www.academia.edu/16149124/MAKALAH_PROTEIN

Anonym. (2017, April 13). Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein bagi

Tubuh. Akibat Kelebihan Protein bagi Tubuh, p. 19.

Anonym. (2017, April 19). Metabolisme Protein dalam Tubuh. Retrieved

September 20, 2018, from Dosen Biologi:

https://dosenbiologi.com/makhluk-hidup/metabolisme-protein

Anonym. (n.d.). Sumber Terbaik Pritein Hewani dan Nabati. Retrieved

September 20, 2018, from Sahabat Nesle:

https://www.sahabatnestle.co.id/content/gaya-hidup-sehat/inspirasi-

kesehatan/sumber-terbaik-protein-hewani-dan-nabati.html

Unimus. (2018, Januari 3). Gizi Masyarakat. Protein, p. 9.

Anda mungkin juga menyukai