Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

FILARIASIS DI BIDANG ANALIS KESEHATAN

4.1 Diagnosa Laboratorium

Untuk memastikan diagnosa penderita filariasis dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium,


yaitu untuk mengetahui adanya larva cacing filarial (mikrofilaria) di dalam darah tepi.

1. Persiapan yang perlu dilakukan

Penderita tersangka yang akan diambil darahnya diberi penyuluhan dan diminta untuk
datang atau didatangi pada malam yang telah ditentukan. Pengambilan darah harus
dilakukan antara jam 20.00-24.00 malam hari. Perlengkapan yang diperlukan antara lain:

a) Kaca objek
b) Alkohol 70%
c) Blood lancet
d) Pipet kapiler/Hb
e) Kapas
f) Formulir dan alat tulis
2. Cara pengambilan darah dan pembuatan sediaan.

a) Kaca objek diberi nomor sesuai dengan nomor orang yang bersangkutan yang tercatat
dalam formulir.
b) Ujung jari yang akan diambil darahnya (jari telunjuk, jari tengah, atau jari manis)
disuci hamakan dengan alkohol 70%
c) Keringkan dengan kapas steril dan setelah kering ditusuk dengan blood lancet. Darah
dibiarkan keluar bebas dan darah yang keluar pertama dihapus dengan kapas kering
sementara ujung jari dijepit agar darah berikutnya keluar.
d) Darah diujung jari dihisap dengan pipet kapiler/sebanyak 20mm dan kemudian
diletakkan diatas kaca objek yang bersih dari lemak. Dilebarkan dengan ujung kaca
benda lain hingga membentuk sediaan darah tebal yang oval dengan diameter 2cm.
e) Sediaan darah dikeringkan selama satu malam dan disimpan ditempat yang aman agar
tidak rusak atau dimakan serangga.

3. Pewarnaan preparat/sediaan.
a) Metode pewarnaan dengan Giemsa.
 Heamolisiskan preparat dengan air sampai warna darah merah hilang.
 Keringkan.
 Fiksasi preparat dengan metal alkohol selama 1-2 menit dan keringkan.
 Kemudian warnai dengan cairan giemsa (3 tetes giemsa dengan 1 cc
buffer pH 7,2) selama 15-30 menit.
 Kemudian dibilas dengan air bersih dan keringkan diudara.
 Periksa dibawah mikroskop pembesaran 10x10 atau 10x40.

b) Metode pewarnaan dengan Haematoksilin.


 Haemolisiskan preparat dengan air sampai warna merah darah hilang.
 Keringkan.
 Fiksasi dalam eter alcohol (1:1) selama 10-15 menit. Keringkan
 Warnai dengan haematoksilin delafisld selama 10-15 menit.
 Cuci dengan 0,5% HCL – Alkohol selama 0,5-1 menit.
 Cuci dengan air pipa mengalir sampai warna pulasan menjadi biru
 Lakukan dihidrasi dengan dimasukkan kedalam deretan larutan alcohol
masing-masing selama 2-5 menit: 70%, 80%, 90%, 95% dan alcohol
absolut. Keringkan.
 Masukkan kedalam xylol selama 5menit.
 Tutup dengan kaca tutup sesudah diberi balsam Canada 1-2 tetes.
 Periksa dengan mikroskop perbesaran 10x10 atau 10x40 (pewarnaan
haematoksilin member hasil lebih baik).
4. Identifikasi Mikrofilaria.

Yang tampak pada pemeriksaan miskrokopis sediaan darah ialah mikrofilaria. di


Indonesia ada 3 jenis species cacing filaria yaitu:

 Wuchereria bancrofti.

 Brugia malayi.

 Brugia timori.
Jenis-jenis Mikrofilaria yang terdapat di Indonesia dalam sediaan darah dengan pewarnaan
Giemsa.

NO Karateristik W. Brancrofti B. Malayi B. Timori

1 Lekukan badan Melengkung Melengkung Melengkung


kaku dan patah kaku dan patah

2 Perbandingan lebar dan 1:1 1:2 1:3


panjang kepala.

3 Warna sarung Tidak bewarna Merah muda Tidak berwarna

4 Ukuran panjang (MM) 240-300 175-230 265-325

5 Inti badan Halus tersusun Kasar Kasar


rapi berkelompok berkelompok

6 Junlah inti diujung ekor 0 2 2

7 Gambaran ujung ekor Kearah ujung Tumpul Tumpul


BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Filariasis bancrofti adalah penyakit yang mengenai kelenjar dan saluran limfe yang disebabkan
oleh parasit golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti. Penularan penyakit ini dapat terjadi
melalui gigitan nyamuk merupakan hospes pelantaranya. Wuchereria bancrofti dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu tipe pedesaan (tipe rural) dan tipe perkotaan (tipe urban) berdasarkan
vektor yang menularkan. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan ditularkan terutama oleh
nyamuk Anopheles dan Aedes , sedangkan tipe perkotaan ditularkan terutama oleh nyamuk Culex
quinquefasciatus. Patologi dan gejala klinis filariasis bancrofti dapat berupa limfadenitis dan
limfangitis retrograd pada stadium akut, hidrokel, kilurian, dan Limfedema (elephantiasis) yang
mengenai seluruh kaki atau lengan, skrotum, vagina dan payudara pada stadium
kronis. Diagnosis filariasis bancrofti dapat dilakukan dengan menemukan mikrofilaria, cacing
dewasa ataupun untuk mendeteksi adanya antigen dan/atau antibodi pada kasus
occult filariasis. Umumnya diagnosis diarahkan pada identifikasi mikrofilaria atau antigen
antibodi yang bersirkulasi dalam darah,dikarenakan sulitnya menemukan cacing
dewasa.Sebagian besar yang terjangkit filariasis ini ialah remaja dan dewasa . Hal ini disebabkan
karena kebiasaan dan aktivitas keseharian mereka yang cenderung mendukung terkena filariasis,
yaitu aktifitas pada malam hari dengan berbagai kegiatan tanpa memakai alat pelindung diri dari
gigitan nyamuk sebagai vektor filariasis.

SARAN

1) Perlu dilakukan penyuluhan tentang upaya pencegahan penyakit filariasis kepada


masyarakat secara berkesinambungan untuk menghindari tingginya kasus filariasis
dikalangan masyarakat yang menyebabkan kerugian ekonomi yang utama bagi penderita
dan keluarganya.
2) Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan melalui penyuluhan pada uni-unit kerja seperti puskesmas, posyandu atau
organisasi sosial.
3) Dilakukan pengobatan massal pada daerah yang endemik filariasis perlu ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai