Legal Etik Kep Gadar. Kel 3
Legal Etik Kep Gadar. Kel 3
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 3
Annisa Aryati (14.IK.375)
Ayu Lestari (14.IK.378)
Azhari (14.IK.379)
Devi Kharismawati (14.IK.385)
IrfaniFikri (14.IK.392)
Lia Fitriani (14.IK.394)
Lisa Fitriani (14.IK.395)
M. Fikriyadi (14.IK.401)
Noor Laila Sari (14.IK.407)
M. Sarifansyah (13.IK.313)
A. Latar Belakang
Gawat darurat atau emergensi merupakan suatu keadaan yang membutuhkan
tindakan segera untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang
timbul secara tiba-tiba. Keterlambatan penanganan dapat membahayakan pasien,
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
Pada Keperawatan Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan secara
langsung kepada pasien dengan berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan tersebut harus dilaksanakan secara teliti, cepat, dan tepat agar menjauhkan
pasien dari keadaan yang mengancam jiwa maupun yang menyebabkan kecacatan.
Tahap pertama diawali dengan triage, yaitu tindakan memilah-milah korban sesuai
dengan tingkat kegawatannya untuk mendapatkan prioritas penanganan.
Tindakan awal dalam penanganan gawat darurat adalah ABCDE. A yaitu airway
management, breathing management, circulation management, drug management dan
EKG management. Hal – hal tersebut harus sangat diperhatikan oleh tenaga medis,
dalam hal ini khususnya perawat. Dalam keperawatan gawat darurat ini peran perawat
yang sangat utama yaitu Fungsi Independen yang merupakan fungsi mandiri berkaitan
dengan pemberian asuhan (Care); Fungsi Dependen yang merupakan fungsi yang
didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain; Fungsi Kolaboratif yang
merupakan kerjasama saling membantu dalam program kesehatan (Perawat sebagai
anggota Tim Kesehatan). Perawat harus benar-benar menjalankan perannya karena
apabila hal ini diabaikan maka perawat akan banyak menghadapi dilema-dilema etik
yang sulit dipertanggung jawabkan secara hukum.
Dalam pelaksanaan kegawat daruratan terdapat aspek legal dari setiap tindakan
yang dilakukan. Aspek legal diperlukan untuk melindungi profesi khususnya perawat
dalam melakukan berbagai hal dalam tindakan kegawatdaruratan. Maka dari itu dalam
makalah ini akan dibahas mengenai aspek legal dari ekegawat daruratan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagimanakah perkembangan profesi keperawatan?
2. Bagiamanakah Kontabilitas dalam profesi keperawatan?
3. Apasajakah yang mempengaruhi Eksistensi profesi keperawatan?
4. Bagaimanakah peran perwat sebagai tenaga kesehatan?
5. Apakah isi pasal 24 UU No. 36 Th. 2009?
6. Apakah isi pasal 24 UU No. 36 Th. 2009?
7. Apakah isi pasal 27 UU No. 36 Th. 2009?
8. Apakah isi PP 32 tentang tenaga kesehatan?
9. Apasajakah yang mempengaruhi Eksistensi profesi keperawatan di rumah sakit?
10. Apasajakah standar pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit?
11. Apakah pengertian perawat menurut Permenkes Nomor 148 Tahun 2010?
12. Apasajakah syarat – syarat pendelegasian tugas ?
13. Apasajakah aspek hukum dalam pelaksanaan kegawatdaruratan?
14. Bagimanakah pengaturan pelayanan kegawatdaruratan?
15. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab profesional perawat?
16. Bagimanakah kode etik dalam duni keperawatan Indonesia?
17. Apasajahakah tanggungjawab hukum profesi perawat?
18. Apasajakah doktrin tanggung jawab hukum dalam keperawatan?
19. Apasajakah landasan etik moral tanggung jawab perawat?
20. Bagaimanakah proses perijinan praktik keperawatan?
21. Apasajahkah kewenangan perawat?
22. Apasajakah yang termasuk dalam tindakan keperawatan komplementer?
23. Kapankah perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan profesi keperawatan
2. Mengetahui kontabilitas dalam profesi keperawatan
3. Mengetahui yang mempengaruhi Eksistensi profesi keperawatan
4. Mengetahui peran perwat sebagai tenaga kesehatan
5. Mengetahui tentang pasal 24 UU No. 36 Th. 2009
6. Mengetahui tentang pasal 24 UU No. 36 Th. 2009
7. Mengetahui tentang pasal 27 UU No. 36 Th. 2009
8. Mengetahui mengenai PP 32 tentang tenaga kesehatan
9. Mengetahui yang mempengaruhi Eksistensi profesi keperawatan di rumah sakit
10. Mengetahui standar pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit
11. Mengetahui pengertian perawat menurut Permenkes Nomor 148 Tahun 2010
12. Mengetahui syarat – syarat pendelegasian tugas
13. Mengetahui aspek hukum dalam pelaksanaan kegawatdaruratan
14. Mengetahui sistem pengaturan pelayanan kegawatdaruratan
15. Mengetahui bentuk tanggung jawab profesional perawat
16. Mengetahui kode etik dalam duni keperawatan Indonesia
17. Mengetahui tanggungjawab hukum profesi perawat
18. Mengetahui doktrin tanggung jawab hukum dalam keperawatan
19. Mengetahui landasan etik moral tanggung jawab perawat
20. Mengetahui proses perijinan praktik keperawatan
21. Mengetahui kewenangan perawat
22. Mengetahui yang termasuk dalam tindakan keperawatan komplementer
23. Kapankah perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya
\
D. Manfaat
Makalah ini dibuat untuk dapat memahami mengenai aspek legal dalam tindakan
kegawatdaruratan untuk menjadi landasan dalam melakukan tindakan kegawat
daruratan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perawatan
1. Pengertian Perawat Menurut Permenkes Nomor 148 Tahun 2010
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 148 Tahun
2010 Tentanag Praktik Perawat dan Tanggung Jawab Perawat. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
2. Syarat Pendelegasian
Adanya wewenang atribusi menyebabkan organ pemerintahan sebagai
penerima wewenang menjadi berwenang untuk membuat keputusan (besluit) yang
langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Sumber utama
pembentukan dan distribusi wewenang atribusi adalah UUD 1945, yang ditetapkan
lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan. Pemberian wewenang melalui
atribusi dapat dilakukan pembentukan wewenang tertentu oleh pembuat peraturan
perundang-undangan dan diberikan kepada organ-organ tertentu sebagai bagian dari
organ pemerintahan. Organ yang berwenang membentuk wewenang adalah organ
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan sebagai badan yang
mempunyai wewenang.
Delegasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ
pemerintah kepada organ pemerintahan lainnya. Dalam konteks pelayanan
kesehatan, wewenang melakukan tugas medis dari dokter dilimpahkan kepada
perawat. Pelimpahan wewenang dengan cara delegasi merupakan pelimpahan
wewenang yang berasal dari pelimpahan satu orang/organ/badan kepada
orang/organ/badan lain, dengan syarat:
a. Harus definitif, pemberi wewenang tidak dapat menggunakan lagi
wewenang/tugas yang telah dilimpahkan;
b. Harus berdasarkan peraturan perundang-undangan, wewenang/tugas hanya
mungkin dilimpahkan jika ada ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan;
delegasi tidak kepada bawahan sehingga dalam hubungan kepegawaian tidak
diperlukan lagi adanya delegasi;
c. Pemberi wewenang wajib untuk memberikan penjelasan/keterangan dan
penerima wewenang berwenang untuk meminta penjelasan tentang
pelaksanaan wewenang tersebut; dan
d. Peraturan kebijaksanaan (beleidsregel), pemberi wewenang memberi
instruksi/petunjuk tentang penggunaan wewenang
2. Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan
pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang
menurut pandangannya sesuatu yang terbaik. Contoh : Klien mempunyai hak untuk
menerima atau menolak asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Kebenaran (Veracity)
Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak
bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987)
didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu
kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang
lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan
saling percaya dengan pasien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian
sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil penelitian pada
pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin diberitahu tentang
kondisinya secara jujur (Veatch, 1978). Contoh : Tindakan pemasangan infus harus
dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.
4. Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu
prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat
tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan
kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah
mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat
diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.Ketika
seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini
harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan
keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP
harus sama dan sesuai SAK
5. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang
lain.(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran,
maka harus dipasang side driil.
6. Kemurahan Hati (Benefiecence)
Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan danmerugikan/membahayakan dari
tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan
prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini
sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang
dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya
kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara yang
menguntungkan pasien.Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan
memperlakukan klien dengan baik dan benar.
7. Kesetiaan (fidelity)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab,
memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk
tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan
perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi
dan memberikan perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu
dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan komponen paling penting dari
praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa
kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan
pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan
kemampuan professional Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan
suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari janji tersebut.
8. Kerahasiaan (Confidentiality)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat menghargai
semua informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak
istimewa dan semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk
disebarluaskan secara tidak tepat (Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh
menceritakan rahasia klien pada orang lain, kecuali seijin klien atau seijin keluarga
demi kepentingan hukum.
9. Hak (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas,
berhubungan dengan hukum legal.(Webster’s, 1998). Contoh : Klien berhak untuk
mengetahui informasi tentang penyakit dan segala sesuatu yang perlu diketahuinya.
J. Kewenangan Perawat
Kewenangan perawat adalah hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan, dan posisi yang dimiliki.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan profesional adalah pada
kondisi sehat dan sakit, sepanjang daur kehidupan (dari konsepsi sampai meninggal
dunia), mencakup :
1. Asuhan keperawatan pada klien anak dari usia 28 hari sampai usia 18 tahun.
2. Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada masa
subur dan neonatus (bayi baru lahir sampai 28 hari) dalam keadaan sehat.
3. Asuhan keperawatan medikal bedah, yaitu asuhan pada klien usia di atas 18 tahun
sampai 60 tahun dengan gangguan fungsi tubuh baik oleh karena trauma atau
kelainan fungsi tubuh.
4. Asuhan keperawatan jiwa, yaitu asuhan keperawatan klien pada semua usia, yang
mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa.
5. Asuhan keperawatan keluarga, yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga unit
terkecil dalam masyarakat sebagai akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak
sehat, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6. Asuhan keperawatan komunitas, yaitu asuhan keperawatan kepada klien masyarakat
pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
7. Asuhan keperawatan gerontik, yaitu asuhan keperawatan pada klien yang berusia
60 tahun ke atas yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya.
L. Kewenangan perawat terkait lingkup di atas mencakup
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap status bio-psikososio-kultural dan
spiritual klien.
2. Menurunkan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan utama
yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien.
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan.
5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
6. Mendokumentasikan hasil keperawatan yang dilaksanakan.
7. Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien
8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan kemampuannya
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang mengancam
nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing Order) di sarana kesehatan
10. Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat
berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar kewenangannya
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Gawat darurat atau emergensi merupakan suatu keadaan yang membutuhkan
tindakan segera untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang
timbul secara tiba-tiba. Tindakan awal dalam penanganan gawat darurat adalah ABCDE.
A yaitu airway management, breathing management, circulation management, drug
management dan EKG management. Dalam pelaksanaan kegawat daruratan terdapat
aspek legal dari setiap tindakan yang dilakukan. Aspek legal diperlukan untuk
melindungi profesi khususnya perawat dalam melakukan berbagai hal dalam tindakan
kegawatdaruratan. Aspek Legal Tentang Kesehatan diatur dalam Pasal 23 UU No. 36 th
2009, Pasal 24 UU No. 36 th 2009, Pasal 27 UU No. 36 th 2009, dan PP 32 tahun 1996
Tentang Tenaga Kesehatan. Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
mempengaruhi peran perawat yang semula sebagai vokasional atau tenaga terampil, kini
berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter. Tenaga kesehatan di RS
bekerja sesuai dengan standar pelayanan RS, standar profesi, etika profesi, keselamatan
pasien dan hak dan kewajiban pasien sehinga mereka dapat mempertahankan
eksistensinya
B. Saran
Sebagai penulis makalah ini kami menyarankan kepada para pembaca
untuk dapat memahami mengenai aspek legal dalam tindakan kegawatdaruratan untuk
menjadi landasan dalam melakukan tindakan kegawat daruratan.
Daftar Pustaka
Direktorat Bina Standar Kesehatan. 2011. Standar Pelayanan Kegawat Daruratan Medik.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Ismani Nila. (2000). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Kartika, Shanthi. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. www.hukumonline.com. Diakses pada 6 November 2016
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Marquis, Bessie L, dkk.2010.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori dan
Aplikasi.Edisi 4.Jakarta:EGC
Mentri Kesehatan RI. 2010. Permenkes Nomor 148 Tahun 2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta
Mukadimah. Dalam: http://www.inna-ppni.or.id/index.php/kode-etik. diakses pada 6
November 2016. Pukul 16.00 Wita
Nila, Hj. Ismani (2001). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Potter, Patricia A.
(2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Proses adn Practice 1st Edition.
Jakarta:EGC.
Nila, I. (2001). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Ed.1. Jakarta:Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Ed.4. Jakarta:Salemba Medika.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.Kode Etik Keperawatan. http://www.inna-ppni.or.id.
Diakses pada 6 November 2016
Varadita Vebri Damayanti. Bagus Manik Panji, Budi Utomo, Prima Arethasari, Mayka
Dilistiani. 2012. Aspek Legal Kegawatdaruratan. Jogja: Universitas Jogjakarta