Anda di halaman 1dari 14

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

“Manusia dan Pandangan Hidup”

Dosen Pengampu : Drs. Nuhing Tasi, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok X ( Sepuluh )
1. Adhini ( GAC 117 114 )
2. Konidio ( GAC 117 114 )
3. Mastu Hamdani ( GAC 117 114 )
4. Roby Sugara Perdana ( GAC 117 115 )
5. Ben Carlo ( GAC 117 114 )

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang berjudul “Manusia dan Pandangan Hidup”ini
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Tujuan penyusunan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang diberikan
oleh dosen pengampu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, keritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan makalah ini.
Kami sampaikan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Palangka Raya, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3. Tujuan .......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian pandang hidup ........................................................................

2.2. Cita-cita ...................................................................................................

2.3. Kebajikan/kebaikan ................................................................................

2.4. Sikap hidup .............................................................................................

2.5. Sikap etis dan sikap non etis ....................................................................

2.6. Hubungan pandangan hidup dengan kebudayaan ....................................

2.7. Mengetahi contoh karya seni tentang pandangan hidup ..........................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................................

3.2. Saran ..........................................................................................................

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam hidip ini, pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk
kehidupan sekarang maupun akan datang. Pandangan hidup merupakan bagian hidup
manusia, karena tidak ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup merkipun
tingkahnya berbeda-beda.

Menurut Koendjaraningrat, pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut


oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan di
dalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup,
semuanya itu tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan.

Dalam hidup ini kita sangat membutuhkan pandangan hidup, karena pandangan
hidup akan mengacu kita pada kehidupan yang lebih baik dan memotifikasi kita untuk
menggapai sesuatu yang kita inginkan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Arti Pandangan Hidup?
2. Apakah Cita-cita dan Tingkat Hati Manusia itu?
3. Apakah Kebajikan / Kebaikan itu?
4. Apa itu Sikap Hidup?
5. Bagaiamanakah Sikap-sikap Etis dan Sikap-sikap Non-Etis itu?
6. Apa hubungan Hubungan Pandangan Hidup dengan Kebudayaan?
7. Contoh Karya Seni tentang Pandangan Hidup?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui arti pandangan hidup.
2. Mengetahui cita-cita dan tingkah hati manusia.
3. Mengetahui kebajikan / kebaikan.
4. Mengetahui sikap hidup.

1
5. Memahami sikap-sikap etis dan sikap-sikap non-etis.
6. Mengetahui hubungan pandangan hidup dengan kebudayaan.
7. Mengetahi contoh karya seni tentang pandangan hidup.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pandangan Hidup

Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah nilai-nilai


yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu
dan golongan didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita,
kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982,
pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang
hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan
hidup mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan hidup itu
mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.

Pandangan hidup cendrung diikat oleh nilai-nilai sehingga berfungsi


sebagai pelengkap dalam pembuatan, pembenaran atau rasionalisasi nilai-nilai.
Pandangan hidup memberi pandangan pada nilai-nilai yang dimilikinya sendiri
baik Bangsa, Negara maupun manusia yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekat untuk mewujudkannya.

Pandangan hidup bermacam-macam sumbernya, namun dapat


diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pandangan hidup yang bersumber dari agama yaitu pandangan hidup yang
mempunyai kebenaran mutlak.
2. Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi dari
nilai-nilai budaya suatu Negara tau bangsa. Misalnya, ideologi pancasila
dapat menjadi sumber pandangan hidup.
3. Pandangan hidup yang bersumber dari perenungan seseorang sehingga dapat
merupakan ajaran atau etika untuk hidup. Misalnya aliran kepercayaan.

3
2.2. Cita-cita

Cita-cita adalah sesuatu yang terkandung dalam hati seseorang baik


angan-angan, keingina, harapan, maupun tujuan yang akan diperoleh di massa
mendatang. Manusia memiliki cita-cita dan diberikan ruang untuk memperoleh
suatu yang diinginkanya akan tetapi Allah yang menentukan. Bila cita-cita belum
tercapai akibat terpenuhinya persyaratan maka cita-cita itu disebut harapan.
Sebagai contoh, ada seorang guru yang bercita-cita lulus dalam kualifikasi
pendidik. Secara pedagogik, professional, dan sosial sudah memadai. Namun
secara kepribadian belum mencapai persyaratan sehingga cita-citanya untuk lulus
dalam kualifikasi pendidik masih dalam harapan.

Namun demikian cita-cita yang bertaruh harapan masih merupakan unsur


pandangan hidup, karena masih memberi kemungkinan ada keberhasilan dan ini
mendorong manusia untuk tetap berusaha mengatasi kegagalan yang dialami.
Seperti seorang guru di atas, apabila ia sudah memenuhi uji kompetensi secara
kepribadian , dengan ridha Allah ia akan berhasil dalam meraih cita-citanya. Jadi
harapan mampu membangkitkan kreativitas menuju keberhasilan cita-cita.
Dalam hal ini manusia hanya berusaha tetapi tuhanlah yang menentukan.

2.3. Kebajikan/kebaikan

Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan


pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama atau etika. Kebajikan merupakan sesuatu yang dapat
mendatangkan keselamatan, keuntungan, kemakmuran, keselarasan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan. Manusia berbuat kebaikan, karena sesuai dengan
kodratnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci. Dengan kesucian
hatinya mendorong manusia mendorong untuk berbuat baik.

4
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga sudut
pandang yaitu, manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat,
dan manusia sebagai makhluk Tuhan.

Manusia sebagai pribadi dapat menentukan sesuatu yang baik atau buruk,
karena manusia dibekali hati untuk menentukan itu. Hal itu berdasarkan
pertimbangan uara hati manusia. Pada dasarnya suara hati menunjukkan manusia
kepada sesuatu yang baik, namun terkadang manusia mengingkarinya.

Demikian pula dengan suara hati masyarakat, yang menentukan baik


buruknya tentang sesuatu adalah masyarakat itu sendiri. Karena belum tentu baik
menurut pribadi, baik pula jika diterapkan pada masyarakat. Sebagai anggota dari
masyarakat manusia tidak dapat bebas dari persoalan kemasyarakatan.

Sebagai manusia sebagai makhluk tuhan, manusia harus mendengarkan


serta menjalankan apa yang yang menjadi perintah dan larangan-Nya.

Jadi dapat dikatakan bahwa kebajikan adalah suatu perbuatan atau


tindakan yang terpadu antara suara hati manusia, suara hati masyarakat dan
hokum-hukum tuhan.

2.4. Sikap hidup

Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah
manusia bersikap optimis ataukah pesimis dalam menjalani kehidupan. Sikap ini
ada di dalam seseorang dan orang lain tidak mengetahui kecuali sudah terwujud
dalam sebuah tindakan. Setiap manusia memiliki sikap yang berbeda antara satu
dengan lainya dan sikap ini dapat dibentuk oleh yang membentuknya dan berubah
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang mepengaruhinya.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas berinteraksi dengan


yang lainnya. Oleh karena perlu memperhatikan dan menentukan sikap yang
positive. Sikap hidup dibagi menjadi dua, yaitu sikap etis dan non-etis. Sikap etis
berisi sikap yang positive seperti sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap

5
berani, sikap arif, sikap rendah hati, dan sifat bangga. Sedangkan sikap non-etis
merupakan kebalikan dari sikap etis.

2.5. Sikap etis dan sikap non etis

 Sikap hidup etis :


Dimana orang-orang yang bersifat etis akan selalu berbuat positif di
dalam kejujuran, perilaku, mempunyai kelembutan hati, mempunyai
ketenangan jiwa dan mempunyai kerendahan hati. Dan pastinya orang-orang
yang hidupnya secara etis atau positif akan selalu bertindak terpuji di dalam
hidupnya.

 Sikap hidup non etis :


Dimana orang-orang yang bersifat non etis akan selalu berbuat negatif
di dalam kejujuran, perilaku, tidak mempunyai kelembutan hati, tidak
mempunyai ketenangan jiwa dan tidak mempunyai kerendahan hati. Dan
pastinya orang-orang yang hidupnya secara non etis atau negatif akan selalu
bertindak tidak terpuji.

2.6. Hubungan Pandangan Hidup dengan Kebudayaan

Menurut beberapa ahli Hubungan Pandangan Hidup dengan Kebudayaan


adalah sebagai berikut:

 Lehman, Himstre, dan Baty : Budaya adalah sekumpulan pengalaman hidup


yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat
tentu saja sangatlah banyak dan bervariatif, termasuk di dalamnya
bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.
 Hofstede : budaya adalah pemrograman kolektif atas pikiran yang
membedakan anggota – anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.
 Boove dan Thill : budaya adalah system sharing atas symbol – symbol
kepercayaan, sikap, nilai – nilai, harapan, dan norma – norma untuk

6
berperilaku. Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi
yang serupa tentang bagaimana seseorang berfikir, berperilaku dan
berkomunikasi serta cenderung untuk melakukan berdasarkan asumsi –
asumsi tersebut.
 Murphy dan Hildebrant : Budaya adalah tipikal karateristik perilaku dalam
suatu kelompok.
 Mitchell : budaya merupakan seperangkat nilai – nilai inti, kepercayaan,
standar, pengetahuan, moral, hukum dan perilaku yang disampaikan
seseorang dalam bertindak, berperasaan dan memandang dirinya serta orang
lain.

Kebudayaan untuk sebagian besar ditentukan oleh sejarah, tetapi juga


oleh alam dan lingkungan. Empat unsur berikut ini bisa dipandang sebagai empat
pola atau poros kebudayaan.

1. Yang paling penting tentulah Tuhan atau – dengan istilah yang lebih “umum”
– dunia transenden atau dunia “atas”. Melalui agama dan terutama melalui
hati manusia, “dunia atas” itu memainkan peranan yang amat penting di
“dunia bawah”.
2. Kebudayaan manusia terbentuk terutama karena kegiatan manusia, entah
dalam zaman yang lampau entah sekarang ini, dan kegiatan itu
menghubungkan manusia satu dengan manusia lain. Setiap orang karena
pendidikan, ekonomi, politik, rekreasi, dan banyak hal lain lagi, terjalin dalam
jaringan sosial lingkungan hidupnya.
3. Dengan sendirinya terang bahwa dalam proses membudaya itu dunia material
atau kebendaan amat penting juga. Manusia sendiri bersifat material karena
tubuhnya. Karena alasan itu ia mempunyai aneka kebutuhan material. Tanpa
materi ia tidak dapat hidup dan bergerak sebagai manusia.
4. Akhirnya, ia masih terus-menerus berkonfrontasi dengan dirinya sendiri,
sebab ia dilahirkan dan berkembang dalam ikatan kebudayaan itu. Ia sendiri
menjadi bagian darinya. Ia terikat pada tanah, ia terikat pada adat, ia terikat

7
pada alam pikiran dan agama orang sebangsanya, bahkan sering pada tradisi
daerah tertentu.

Semua itu tentu bukan ikatan belenggu yang menghalang-halangi


perkembangan pribadi. Namun demikian, tidak dapat disangkal pula bahwa
ikatan itu ada dan sangat berpengaruh pada alam pikiran dan cara bertindak
seseorang. Karena itu, situasi kebudayaan dengan segala segi dan unsurnya amat
erat hubungannya dengan visi ataupandangan hidup. Pandangan hidup orang
Indonesia tidak bisa dipikirkan, apalagi digambarkan, bila dilepaskan dari seluruh
tradisi kebudayaan Indonesia. Karena iman dan agama juga tidak lepas dari
kebudayaan dan pandangan hidup, orang beriman pun perlu menyadari
sepenuhnya pengaruh kebudayaan itu.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kebudayaan Indonesia erat


sekali hubungan antara agama, masyarakat, dan alam. Bahkan kadang-kadang
unsur-unsur itu kurang dibeda-bedakan dan dicampur-adukan begitu saja.
Kebudayaan Indonesia memang sangat menekankan keseimbangan dan
keselarasan antara semua faktor kehidupan, tetapi dalam mewujudkan pandangan
menyeluruh itu masing-masing daerah mempunyai cara dan corak yang berbeda-
beda. Misalnya, keseimbangan dalam arti kerukunan amat dipentingkan dalam
kebudayaan Jawa, sedangkan di Sumatra Utara ikatan keluarga (marga) termasuk
unsur pokok kebudayaan.

Kebudayaan daerah merupakan dasar dan sumber kebudayaan nasional.


Karena perkembangan masyarakat, pergaulan antar suku dan pertemuan antar
daerah menjadi semakin biasa. Kebudayaan berkembang terus dengan menerima
dan mengolah aneka unsur kebudayaan dari kelompok atau suku yang lain.
Bahkan juga kebudayaan dari luar negeri mempunyai pengaruh sangat besar.
Khususnya pengaruh dari negara-negara Asia Timur dan dari daerah Arabia amat
terasa. Begitu juga pengaruh dari Barat, baik dahulu maupun sekarang. Pengaruh
itu terdapat dalam segala bidang kebudayaan, termasuk juga bidang agama.

8
2.7. Mengetahi contoh karya seni tentang pandangan hidup

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pandangan hidup adalah gagasan atau pertimbangan yang menjadi


pedoman, pegangan, arahan, petunjuk untuk hidup. Gagasan itu dapat diterima
oleh akal manusia dan dapat diakui kebenarannya sehingga , manusia menerima
hasil pemikiran itu sebagai pedoman, pegangan, arahan, petunjuk yang disebut
pandangan hidup. Pandangan hidup cenderung diikat dengan nilai-nilai sehingga
berfungsi sebagai pelengkap nilai-nilai dalam pembenaran atau rasionalisasi
nilai.

Pandangan hidup terdiri dari atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.
Dengan cita-cita manusia mempunyai kehendak untuk mewujudkan apa yang
menjadi harapan dan tujuan hidup, Akan tetapi Allah yang menentukannya.
Pandangan hidup sangat erat kaitannya dengan kebajikan. Karena pada esensinya
pandangan hidup merupakan pembenaran dan rasionalisasi dari nilai. Untuk
mewujudkan sebuah pandangan hidup harus dilandasi dengan sikap hidup yang
positif.

Manusia menyadari dalam menjalani membutuhkan dasar atau landasan


untuk membimbing kehidupan rohani dan jasmani baik dalam kapasitas personal,
kelompok atau masyarakat, bahkan tinkat Negara sekalipun. Maka dari itu
manusia tidak lepas dari pandangan hidup dalam mengarungi kehidupan.

3.2. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Tri Prasetya, Joko, dkk, Ilmu sosial Budaya Dasar MKDU, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Notowidgo, Rohiman, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran Dan
Hadist, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000

Anda mungkin juga menyukai