Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

EKLAMPSIA BERAT
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu :Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

Disusun Oleh :
Nadhea Bunga Aprilia : 20101440116064
Rizki Hari D : 20101440116085
Shania Nada Maharani : 20101440116091
Sri Rahmah P.N : 20101440116095

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar
1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eklampsia
berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa ibu akibat
eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP dan
perdarahan otak.
Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering
menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklampsia dan
ensefalopati hipertensif. Namun demikian hasil signifikan yang diperoleh
menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi perkursor awitan eklampsia tetapi
hampir selalu terjadi setelah kejang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan konsep dasar eklampsia berat
2. Jelaskan asuhan keperawatan pada eklampsia berat

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar eklampsia berat
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada eklampsia berat
BAB II

KONSEP TEORITIS

A. PENGERTIAN
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau
masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri).
(Wirjoatmodjo, 2010).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi
yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan
kejang dan koma. (kamus istilah medis, 2011).
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan demam, pada wanita hamil
dan wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi, odema, proteinuria. (obstetrik
patologi, 2014).

B. ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis Pre-eklampsia dan Eklampsia saat ini masih belum
sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit
ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat
diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Pre-eklampsia adalah sebagai berikut:
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan
benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan
ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda
asing,. dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi
modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia terjadi
penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat
sehingga konsepsi tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan
bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi
renin angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi
general, termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan
anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi
selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas
pada membran glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih
jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas
merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat
reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau
dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan
elektron rusak. Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron
lain dari atom lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber
radikal bebas yang utama adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia
mengalami iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang
banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel Pada
eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan produksi radikal
bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah
agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh
vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya
radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh
yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh.
Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase
lemak adalah sel endotel pembuluh darah. Kerusakan endotel ini sangat spesifik
dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu berupa “glumerulus endotheliosis“.
Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti
adanya pre eklamsia.
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam
arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero
placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas
asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta yang terjadi
menurunkan pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin),
tetapi kerusakan trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga
berbanding 7 : 1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat
dan terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
7. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi kekurangan-
kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan
dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan
dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama, maka akan
menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan menurunnya
strike volume sehingga aliran darah menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari
otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi
dan meningkatkan tekanan darah.

C. PATOFISIOLOGI

Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan


dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra mural
pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan miometrium
yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar atau
hidraminion.

Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang bila


memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini mengakibatkan
peningkatan produksi rennin, angiostensin dan aldosteron. Rennin angiostensin
menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk iskemia
uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan udema
generalisator termasuk udema intima pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

D. MANIFESTASI KLINIK
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau
koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan
kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah
dapat tergigit, berlangsung kira – kira 20 – 30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat, mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot,
muka kelihatan kongesti dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik
berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas, seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam. Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
E. PENATALAKSANAAN
Di saat kejang:
1. Pelihara jalan nafas
2. Miring dan ektensikan kepala
3. Masukan benda keras di antara gigi
4. Isap lender (suction)
5. Berikan diazepam (valium) 10-20 mgiv
Perhatikan juga:
1. Ruang perawatan harus tenang
2. Jalan nafas –isap lender, terapi oksigen
3. Tensi dan nadi diukur tiap 15 menit, terutama pada penggunaan lytic cocktail

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

G. KOMPLIKASI
1. Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal hati
pada penderita pre-eklampsia
4. Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia
5. Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi. Perdarahan pada
retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat yang menunjukkan adanya
apopleksia serebri.
1. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


EKLAMPSIA BERAT

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
KOMPONEN PEMERIKSAAN TINDAKAN
Airway ( jalan nafas )  Periksa apakah jalan  Periksa dan alur jalan
nafas paten atau tidak. nafas untuk
 Periksa vokalisasi. memastikan
 Ada tidaknya aliran kepatenan.
udara.  Identifikasi dan
 Periksa adanya suara keluarkan benda
nafas abnormal : asing (darah,
stridor,snoring, muntahan, secret,
gurgling. ataupun benda asing)
yang menyebabkan
obstruksi jalan nafas
baik parsial maupun
total.
 Pasang orofaringeal
airway atau
nasofaringeal airway
untuk
mempertahankan
kepatenan jalan nafas.
 Pertahankan dan
lindungi tulang
servikal.
Breathing  Periksa ada tidaknya  Auskultasi suara
pernafasan efektif nafas.
dengan 3M (melihat  Atur posisi pasien
naik turunnya dinding untuk
dada, mendengarkan memaksimalkan
suara nafas, dan ekspansi dinding
merasakan hembusan dada.
nafas).  Berikan oksigen.
 Warna kulit  Beri bantuan nafas
 Identifikasi pola dengan menggunakan
pernafasan abnormal. masker atau bag
 Periksa adanya valve mask (BVM)
penggunaan obat bantu atau endotracheal
pernafasan, deviasi tube (ETT) jika perlu.
tracheal, gerakan  Tutup luka jika
dinding dada yang didapatkan luka
asimetris. terbuka di dada.
 Periksa pola nafas  Berikan terapi untuk
pasien : adanya mengurangi
takipnea/ bradipnea/ bronkospasme atau
tersenggal-senggal atau adanya edema
pasien bisa berbicara pulmonal dll.
dalam satu kalimat
penuh atau tidak,
adanya pernafasan
cuping hidung.
Circulation  Periksa denyut nadi,  Lakukan tindakan
kualitas dan CPR / defibrilasi
karakternya. sesuai dengan
 Periksa adanya indikasi.
gangguan irama  Lakukan tindakan
jantung/ abnormalis penanganan pada
jantung dengan atau pasien yang
tanda EKG. mengalami disritmia.
 Periksa pengisian  Bila ada pendarahan
kapiler, warna kulit lakukan tindakan
dan suhu tubuh, serta penghentian
adanya daforesis pendarahan.
 Pasang jalur IV.
 Ganti volume darah
atau cairan yang
hilang dengan cairan
kristaloid isotonik
atau darah.
(Kartikawati, 2011)

2. Pengkajian Secondary Survey

NO. KOMPONEN PERTIMBANGAN

1. Observasi Umum  Observasi penampilan pasien, perhatikan


postur dan posisi tubuh.
 Periksa apakah pasien menggunakan
pelindung atau tindakan perlindungan diri.
 Tanyakan keluhan umum yang diderita
pasien.
 Bagaimana tingkat kesadaran pasien?
 Amati perilaku pasien apakah tampak
tenang/ketakutan/gelisah/kooperatif.
 Kaji apakah pasien mampu melakukan
tindakan sendiri atau tidak.
 Kaji komunikasi verbal pasien apakah
bicaranya jelas/bingung/bergumam.
 Apakah terdapat bau seperti
urin/keton/etanol/obat kimia lainnya.
 Apakah ada ‘tanda luka lama, luka baru,
atau keduanya.
2. Kepala dan wajah  Periksa adanya luka/perdarahan/bentuk
asimetris.
 Periksa apakah ukuran dan bentuk pupil
kanan kiri sama, apakah bereaksi terhadap
cahaya.
 Periksa status visual pasien.
 Palpasi kulit kepala yang mengalami luka.
 Palpasi adanya benjolan pada tulang wajah
apakah bentuknya simetris/asimetris.
 Periksa adanya pembengkakan,
perdarahan pada hidung.
 Periksa adanya luka/laserasi/perdarahan
pada telinga.
 Periksa status hidrasi/warna
mukosa/adanya perdarahan/gigi yang
hilang atau patah/edema laring atau faring
pada langit-langit mulut.
 Periksa respirasi wajah yang asimetris dan
cara bicara yang menggumam.
3. Leher  Periksa adanya pembengkokan pada leher,
adanya perdarahan/luka.
 Periksa adanya efisema subkutan atau
deviasi trakea.
 Palpasi adanya luka/jejas/keluhan nyeri
pada tulang servikal.
4. Dada  Periksa adanya benjolan/luka/perdarahan.
 Periksa naik turunnya dinding dada,
simetris atau tidak.
 Periksa adanya penggunaan otot bantu
pernafasan.
 Palpasi adanya benjolan/ /emfisema/
subkutis pada struktur dinding dada.
 Auskultasi suara nafas kanan kiri sama
atau tidak, adanya suara nafas tambahan.
 Auskultasi suara jantung normal atau
tidak.

5. Abdomen  Periksa adanya luka/distensi abdomen/


memar/benda asing yang menancap/
jahitan operasi.
 Auskultasi bising usus dan gangguan
aortik abdominal.
 Palpasi bandingkan denyut dikedua sisi
abdomen.
 Palpasi adanya masa, rigiditas, pulsasi
pada abdomen.
 Lakukan perkusi untuk mengidentifikasi
adanya cairan atau udara.
 Palpasi hepar untuk menentukan ukuran
dan adanya benjolan./
 Tekan simfisis pubis dan iliaka pelvis,
periksa adanya ketidakstabilan/nyeri.
6. Ekstremitas  Periksa dan palpasi adanya benjolan atau
memar, luka perdarahn dan edema.
 Perhatikan adanya bekas luka, nyeri/patah
tulang.
 Palpasi dan bandingkan denyut nadi
dikedua tangan.
 Catat perbedaan warna, suhu tubuh,
cappillary refill time (CRT), pergerakan
dan sensasi.
7. Punggung  Jika dicurigai terdapat luka pada
punggung pasien maka balikkan pasien
dengan cara log roll.
 Periksa dan palpasi adanya benjolan atau
memar atau nyeri atau luka.
 Lakukan pemeriksaan rectal touche (RT)
untuk mengidentifikasi darah atau
pembengkakan prostat/benjolan dan
hilangnya reflek spincter internal.
(Kartikawati, 2011)

ANALISA DATA
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Sumbatan pada Ketidakefektifan
DO :- Tampak adanya buih jalan napas bersihan jalan
dalam mulut pasien (gargling) napas
- Pasien tampak susah
saat bernapas
2. DS : Tekanan darah Resiko cedera
DO :- pasien kejang-kejang tinggi
dalam rentang waktu
sekitar 30 detik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (00031) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan benda
asing dalam jalan napas (sumbatan benda cair atau gargling)
2. (00035) Risiko cedera
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan tindakan keperawatan 1 x 1. Buka jalan nafas
napas berhubungan 24 jam diharapkan dengan cara chin lift
dengan masalah dapat teratasi 2. Posisikan pasien untuk
dengan kriteria hasil : memaksimalkan
0410 status pernapasan ventilasi
kepatenan jalan napas ( 3. Motivasi pasien untuk
0410 ) : bernafas
1. Tersedak pelan,dalam,berputar
2. Batuk dan batuk
3. Suara nafas tambahan
Pernafasan cuping
hidung
2. Resiko cedera Setelah dilkukan Penceghan jatuh
tindakan keperawatan 2 x 1. identifikasi
24 jam diharapkan kekurangan baik
masalah dapat teratasi kognitif atau fisik dari
dengan kriteria hasil : pasien yang mungkin
Kejadian jatuh ( 1912): mmeningkatkan
1. jatuh saat berdiri potensi jatuh
2. jatuh saat berjalan 2. Identifikasi perilaku
3. jatuh saat duduk dan faktor yang
4. jatuh saat mempengaruhi resiko
dipindahkan jatuh
3. Bantu ambulasi
individu yang
memiliki
ketidakseimbangan
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC


Corwin Elizabeh.J. 2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2010, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2011, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Price, Silvia A, 2016. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai