NPM : 1310070100048
1. Laringeal Mask Airway (LMA) dapat dipasang tanpa menggunakan laringoskop (B)
2. Head tilt dianjurkan pada pasien dengan cedera servikal (S)
3. Triple airway manuver bertujuan untuk “membuka” jalan nafas atas (B)
4. Persiapan intubasi disingkat STATICS (B)
5. Sumbatan Laring oleh benda asing bisa diatasi dengan Hemlich Manuver (B)
6. Propofol adalah obat hipnotik sedatif golongan non barbiturat (B)
7. Dosis analgetik paracetamol adalah 15-20 mg/kgbb (S)
8. Dalam pertimbangan pemberian analgetik perlu dikaji pain score pasien (B)
9. Pilihan analgetik pada nyeri ringan adalah golongan opioid lemah (S)
10. Hampir semua obat golongan hipnotik sedatif berpengaruh terhadap kontraktilitas
jantung (B)
11. Ketamin relatif tidak mendepresi nafas (B)
12. Ketamin memiliki efek analgetik (B)
13. Obat pelumpuh otot bekerja pada otot polos (S)
14. Puasa pre anestesi bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya aspirasi (B)
15. Obat premedikasi dapat diberikan secara oral (S)
16. Dalam menentukan irama EKG dapat dilihat di L II (B)
17. Blok berkas cabang ditandai dengan adanya gelombang T yang terbalik (S)
18. Bradikardi yang disertai tanda gagal jantung akut cukup diobservasi saja (S)
19. Takiaritmia dengan QRS sempit yang tidak stabil bisa diterapi dengan kardioversi (
B)
20. Pada perdarahan akut kardiak out put berkurang akibat after load yang menurun
(B)
Tulislah (B) jika pernyataan di atas adalah benar dan tulislah (S) jika pernyataan di atas
adalah Salah
Seorang pasien laki-laki umur, 46 tahun masuk IGD dengan keluhan nyeri pada tungkai kana
n sejak 1 jam yang lalu. Riwayat terjatuh dari pohon setinggi kurang lebih 5 meter.
A: paten
B: vesikular, tidak ada bunyi nafas tambahan,laju nafas 24x/min
C: TD 130/80, HR 105 x/min
D: GCS 15
VAS : 8-9
1. Untuk penatalaksanaan nyeri akut pada pasien ini analgetik apa yang akan saudara berikan,
jelaskan alasan pemilihannya dan farmakologi analgetik tersebut !
Jawaban :
Karena pada pasien ini VAS nya 8 – 9 dimana tergolong severe pain maka analgetik yang say
a gunakan adalah golongan opioid kuat yaitu morfin 5 – 10 mg .
Farmakologi morfin:
Golongan opiod
Dosis 0,15 mg/kgBB
Onset of Action 5 – 10 menit
Duration of Action 2 – 3 jam
Sediaan cairan injeksi 10 mg/ml, 20 mg/ml, tablet 10 mg, 30 mg, 60 mg, sirup 5 mg/m
l.
Farmakodinamik :
o Morfin bekerja sebagai agonis pada reseptor µ. Morfin mempunyai afinitas leb
ih lemah terhadap reseptor δ dan κ
o SSP : analgetik, narkosis, mual dan muntah, miosis
o Pernafasan : depresi nafas
o Pencernaan : menurunkan peristaltik usus sehingga mengakibatkan konstipasi
Farmakokinetik :
o Metabolisme : morfin mengalami konyugasi dengan asam glukoronat di hepar
o Ekresi : ekresi terutama melalui ginjal
2. Setelah pemberian analgetik tersebut VAS turun menjadi 4, TD turun menjadi 95/55, HR m
enjadi 125 x/min, akral dingin dan pasien kelihatan pucat. Dari pemeriksaan fisik ditemukan t
anda fraktur terbuka pada tungkai atas kanan.
Jelaskan penyebab perubahan kondisi klinis berdasarkan konsep cardiac output dan bagaiman
a saudara menatalaksananya !
Jawaban :
TD = CO x SVR
CO = SV x HR
VR = pre load , SV = after load
Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output dan systemic vascular resistance, sedangkan c
ardiac output dipengaruhi oleh stroke volume dan heart rate. Stroke volume dipengaruhi oleh
venous return atau darah yang balik kejantung. Apabila venous return (preload) menurun mak
a stroke volume (afterload) juga akan menurun sehingga jika stoke volume menurun maka car
diac output juga akan menurun dan pada akhirnya akan meyebabkan tekanan darah menjadi m
enurun. Pada pasien ini venous return menurun disebabkan karena perdarahan akibat fraktur t
erbuka yang dialaminya. Akibat penurunan tekanan darah maka terjadi ketidak seimbangan s
uplay dan demand O2 sehingga menyebabkan iskemia jaringan dan ditandai dengan akral din
gin dan pucat. Sedangkan akibat manifestasi tersebut jantung masih mempunyai daya kompen
sasi untuk mengatasi perubahan tersebut, yaitu dengan meningkatkan heart rate (meningkatka
n contraktility) agar cardiac output menjadi meningkat dan mampu mengkompensasi iskemia
tsb.
3. Perdarahan dari tungkai atas sulit dihentikan, keadaan pasien mulai menurun tekanan darah
mulai tidak terukur, nadi cepat dan halus, kesadaran soporocoma. Kemudian saudara memutu
skan untuk melakukan intubasi. Bagaimana saudara melakukan persiapan intubasi dan melak
ukan manajemen jalan nafas sementara persiapan intubasi dilakukan ?
Jawaban:
Persiapan intubasi
STATICS
S : scope, terdiri dari laryngoscope dan stetoscop
T : tube , bisa menggunakan ETT dan LMA
A : nasofaringeal airway untuk GCS > 8 atau orofaringeal airway untuk GCS <8
T : tape (plester) untuk fiksasi ETT /LMA
I : introducer (stylet), untuk memudahkan ETT masuk ke saluran nafas
C : conector, untuk penghubung antara sircuit anestesi dengan masker / ETT/ LMA.
S; suction , untuk mengeluarkan secret yang mengganggu jalan nafas.
Intubasi berhasil dilakukan, resusitasi cairan dan produk darah telah dilakukan. Pasien di seda
si dengan morphin 1 mg/jam dan midazolam 1 mg/jam. Pasien direncanakan untuk surgical k
ontrol di kamar operasi, dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil :
Jawaban :
Midazolam adalah golongan benzodiazepin.
Profil farmakologis
Dosis : 0,1 – 0,2 mg / kgBB
OOA : 30 detik – 1 menit
DOA : 15 menit – 80 menit
Sediaan IV 1 mg/ml, 5 mg/ml, 15 mg/3mg
Farmakodinamik :
o Interaksi dengan reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh as
am gamma amino butirat (GABA)
o Efek anxiolisis , sedasi, anti konvulsan,
o Mendepresikan perrnapasan dan cardiovaskuler
Farmakokinetik
o Dimetabolisme dihepar dan diekresikan melalui ginjal.
Waktu : 50 menit
Selamat bekerja !!!