Anda di halaman 1dari 10

Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan, baik oleh pihak

laki-laki maupun perempuan. Menurut Sumarsono (2007), tata upacara pernikahan adat Jawa
adalah sebagai berikut
Babak I (Tahap Pembicaraan)
Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon
besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari
penentuan (gethok dina).
Babak II (Tahap Kesaksian)
Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga
kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai
berikut :
1. Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara
sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti
dan makna khusus, berupa cincin, seperangkat busana putri, makanan tradisional, buah-
buahan, daun sirih dan uang. Adapun makna dan maksud benda-benda tersebut adalah :
 Cincin emas
 yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi tidak
terputus sepanjang hidup.
 Seperangkat busana putri
 bermakna masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
 Perhiasan yang terbuat dari emas, intan dan berlian
 mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap bersinar
dan tidak membuat kecewa.
 Makanan tradisional
 terdiri dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan. Beras ketan
sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu pula
harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket selama-
lamanya.
 Buah-buahan
 bermakna penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang bermanfaat
bagi keluarga dan masyarakat.
 Daun sirih
 Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya. Hal
ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan.

2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan yang ditandai
dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3. Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan
keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4. Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan,
biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa.
Babak III (Tahap Siaga)
Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk
membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan,
dan sesudah hajatan.
1. Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2. Kumbakarnan
Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
 pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga, tetangga,
handai taulan, dan kenalan.
 adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.

 mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.


 pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan
undangan.
 Jenggolan atau Jonggolan
 Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon pengantin
putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberi tanda di
Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan cara ijab.

Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)


Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada
beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :
1. Pasang tratag dan tarub
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi
bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara
inti. Adapun ciri kahs tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-
warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi
golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar mayang
Berasal dari kata "kembar" artinya sama dan "mayang" artinya bunga pohon jambe atau
sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika
pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai
atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak
dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang
adalah :
 Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang
terbuat dari kuningan.
 Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.

 Janur kuning, ± 4 pelepah.


 Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa,
daun girang dan daun andong.
 Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
 Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
 Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah.
Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak
tumpah.

3. Pasang tuwuhan (pasren)


Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya
berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna :
 Janur : Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang
Maha Kuasa.
 Daun kluwih : Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat
lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.
 Daun beringin dan ranting-rantingnya : Diambil dari kata "ingin", artinya harapan,
cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
 Daun dadap serep : Berasal dari suku kata "srep" artinya dingin, sejuk, teduh, damai,
tenang tidak ada gangguan apa pun.
 Seuntai padi (pari sewuli) : Melambangkan semakin berisi semakin merunduk.
Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan
tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
 Cengkir gadhing : Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan
lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
 Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja) : Semoga kelak mempunyai
sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.
 Tebu wulung watangan (batang tebu hitam) : Kemantapan hati (anteping kalbu), jika
sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri
lagi.
 Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas) : Harapannya agar kedua pengantin
kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-
pasan.
 Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor) :
Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.

4. Siraman
Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk Siraman :
1. Persiapan tempat untuk siraman, apakah dilakukan dikamar mandi atau dihalaman
rumah belakang atau samping.
2. Daftar orang-orang yang akan ikut memandikan. Sesuai tradisi selain kedua orang tua
temanten, eyang temanten , beberapa pinisepuh . Yang diundang untuk ikut
memandikan adalah mereka yang sudah sepuh, sebaiknya sudah punya cucu dan
punya reputasi kehidupan yang baik.
3. Sejumlah barang yang diperlukan seperti : tempat air, gayung, kursi, kembang
setamanair, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga
setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga, kain, handuk, kendi dsb.
4. Sesaji untuk siraman, ada lebih dari sepuluh macam, diantaranya adalah seekor ayam
jago.
5. Pihak keluarga penganten putri mengirimkankan sebaskom air kepada pihak keluarga
penganten pria. Air itu disebut air suci perwitosari artinya sari kehidupan, yaitu air
yang dicampur dengan beberapa macam bunga,yang ditaruh dalam wadah yang bagus
, untuk dicampurkan dengan air yang untuk memandikan penganten pria.
6. Pamaes Memecah Kendi. Pihak terakhir yang memandikan penganten adalah pemaes,
yang menyirami calon penganten dangan air dari sebuah kendi. Ketika kendi telah
kosong, pemaes atau seorang pinisepuh yang ditunjuk, membanting kendi dilantai
sambil berkata : Wis pecah pamore.artinya calon penganten yang cantik atau gagah
sekarang sudah siap untuk kawin.
7. Upacara siraman selesai dan calon penganten dengan memakai kain batik motif
grompol dan ditutupi tubuhnya dengan kain batik motif nagasari, dituntun kembali
keruang pelaminan.Calon temanten putri akan dikerik oleh pemaes.

Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :


 calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
 calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.

 calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang
ditunjuk.
 yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke
muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah
sambil berkata “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku
wadon

5. Gendhongan
Kedua orang tua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan
ngentaske artinya mengentaskan seorang anak
upacara ngerik
6. Ngerik
Ngerik artinya rambut-rambut kecil diwajah calon pengantin wanita dengan hati-hati
dikerik oleh pemaes.Rambut penganten putri dikeringkan kemudian diasapi dengan
ratus/dupa wangi. Perias mulai merias calon penganten . Wajahnya dirias dan rambutnya
digelung sesuai dengan pola upacara perkawinan yang telah ditentukan.
Sesudah selesai, penganten didandani dengan kebaya yang bagus yang telah disiapkan dan
kain batik motif sidomukti dan sidoasih, melambangkan dia akan hidup makmur dan
dihormati oleh sesama.
Malam itu, ayah dan ibu calon mempelai putri memberikan suapan terakhir kepada putrinya,
karena mulai besok, dia sudah berada dibawah tanggung jawab suaminya.
Sesaji untuk ngerik sama dengan sesaji siraman. Jadi untuk praktisnya, seluruh sesaji siraman
dibawa masuk kekamar pelaminan dan menjadi sesaji untuk ngerik.
7. Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang
dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng).
Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak
tamu dan rezeki yang datang.
8. Temu Panggih
Penyerahan pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat untuk
pengantin perempuan.
9. Penyerahan Cikal
Sebagai tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu
apapun.
10. Penyerahan Jago Kisoh
Sebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas.
11. Tukar Manuk Cengkir Gading
Acara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading,
sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan
masyarakat
12. Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua
calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini
ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah
dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan
prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata "widodareni" (bidadari),
lalu menjadi "midodareni" yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari.
Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti
Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
Sesuai adat, dikamar pelaminan ada sesaji khusus untuk upacara midodareni, ada sebelas
macam makanan dan barang; selain itu ada 7/tujuh macam barang yang lain .
Dimalam midodareni, orang tua dan keluarga calon penganten putri, menerima kunjungan
dari orang tua dan keluarga dari calon penganten pria. Mereka duduk didalam rumah, saling
berkenalan dan bersantap bersama. Calon penganten pria juga datang, tetapi dia tidak boleh
masuk rumah dan hanya boleh duduk diserambi depan rumah. Diapun hanya disuguhi segelas
air minum, tidak boleh makan atau minum yang lain.Ini konon untuk melatih kesabaran
seorang suami dan kepala keluarga.
13. Nyantri
Sewaktu rombongan keluarga temanten pria pulang dari upacara midodareni, calon
penganten pria juga ikut diajak pulang.Tetapi, bila calon mempelai pria nyantri, maka dia
ditinggal dirumah calon mertuanya.Tentu nyantri sebelumnya sudah dibicarakan dan disetujui
kedua pihak. Begini tata caranya : Orang tua calon mempelai pria melalui jurubicara keluarga
mengatakan kepada orang tua calon mempelai wanita, bahwa calon mempelai pria tidak
diajak pulang dan menyerahkan tanggung jawab kepada orang tua calon mempelai putri.
Setelah keluarganya pulang, ditengah malam dia dipersilahkan masuk rumah untuk makan,
tidak boleh ketemu calon istrinya dan sesudah itu diantar kekamar tidur untuk beristirahat.
Nyantri dilaksanakan untuk segi praktisnya, mengingat besok pagi dia sudah harus didandani
untuk pelaksanaan ijab kabul/pernikahan. Juga untuk keamanan pernikahan, kedua calon
mempelai sudah berada disatu tempat
Babak V (Tahap Puncak Acara)
1. Ijab qobul
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin
bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak
serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang
atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa
menikahkan atau ngentasake anak.
2. Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
a. Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa
untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
b. Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing
pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
c. Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin
sudah pecah pamornya.
d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari
segala perbuatan yang kotor.
e. Minum air degan
Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang
segala-galanya dan bahagia lahir batin.
g. Masuk ke pasangan
Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan
kewajiban.
h. Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya
pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana
dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
i. Timbangan
Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin
putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri
berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
j. Tanem
Selanjutnya, ayah mendudukkan sepasang pengantin dikursi mahligai perkawinan. Itu untuk
memperkuat persetujuannya terhadap perkawinan itu dan memberikan restunya.
k. Tukar Kalpika
Mula-mula, pengantin pria meninggalkan kamarnya dengan diapit oleh anggota laki-laki
keluarga (saudara laki-laki dan paman-paman). Seorang anggota keluarga yang dihormati
terpilih untuk berperan sebagai kepala rombongan.
Pada waktu yang sama, pengantin perempuan juga meninggalkan kamar sambil diapit oleh
bibi-bibinya untuk menemui pengantin pria. Sekarang kedua pengantin duduk di meja dengan
wakil-wakil dari masing-masing keluarga, dan kemudian saling menukarkan cincin sebagai
tanda cinta.
l. Kacar kucur

Sepasang pengantin dengan bergandengan dengan jari kecilnya berjalan menuju depan
krobongan, tempat dimana upacara tampa kaya diadakan.Upacara kacar kucur ini
menggambarkan : suami memberikan seluruh penghasilannya kepada istri. Dalam ritual ini
suami memberikan kepada istri : kacang, kedelai, beras, jagung, nasi kuning, dlingo bengle,
beberapa macam bunga dan uang logam dengan jumlah genap.Istri menerima dengan segenap
hati dengan selembar kain putih yang ditaruh diatas selembar tikar tua yang diletakkan diatas
pangkuannya. Artinya istri akan menjadi ibu rumah tangga yang baik dan berhati-hati
Catatan : Pada masa dulu, ritual tampa kaya , dhahar kembul dll, memang dilakukan didepan
krobongan yang ada disenthong tengah ( Ruang tengah rumah kuno yang biasa dipakai untuk
melakukan sesaji). Pada masa kini, ritual tersebut tetap diadakan meskipun upacara
perkawinan diadakan digedung pertemuan atau hotel. Dekorasi dibelakang kursi temanten
adalah ukiran kayu yang berbentuk krobongan. Ini untuk mengikuti perkembangan zaman
dan sekaligus tetap melestarikan tradisi.
m. Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu
kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur
adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang
bermakna :
- tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.
- tumpeng puput : berani mandiri.
- tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.
- tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
- tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
- tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
- tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
- tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
- tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
n. Rujak Degan
Acara pembuka untuk anak pertama, memohon supaya segera memiliki anak. Rujak degan
artinya agar dalam pernikahan selalu sehat sejahtera.
o. Tumplak Punjen
Tumplak punjen artinya semua anak yang dipunji (menjadi tanggung jawab orangtua) telah
dimantukan (ditumpak). Secara umum upacara Tumplak Punjen adalah dengan cara
menumpahkan punjen (pundi - pundi) yang berisi peralatan tumplak punjen.

Tujuan dan Makna


 Tasyakur (puji syukur) kepada Allah SWT, karena telah menuntaskan tanggung jawab
untuk menikahkan putrinya
 Memberitahukan kepada kerabat bahwa tugas untuk menikahkan putrinya telah
selesai
 Memberutahu kepada anak bahwa tugas orangtua telah selesai
 Tanda cinta kasih orangtua kepada anak
 tanda bakti anak kepada orangtua (ditandai dengan sungkeman)
 Teladan agar suka bersedekah kepada sesama.
 Harapan dan doa orangtua untuk kebahagiaan anak cucu.

Pelaksanaan
Tumplak punjen dilakukan pada rangkaian acara Panggih Penganten, yaitu sebelum Besan
Mertui atau Mapag Besan (menjemput Besan). Adapaun tata laksananya adalah sbb:
 Sambutan dari wakil putra putri yang ditujukan untuk bapak ibu
 Jawaban dari bapak ibu

 Sungkeman, mulai dari anak sulung sampai ke anak bungsu (penganten) beserta
pasangan masing - masing (menantu). Saat sungkem orang tua memberikan katung
kecil yang berisi biji - bijian, beras kuning, empon - empon, bunga sritaman, dan uang
logam. Boleh juga berupa hadiah yang lebih besar nilainya (misal : perhiasan).
Kantung - kantung kecil tersebut diambil dari bokor kencana (bokor keemasan). Isi
bokor selengkapnya adalah : kantung - kantung kecil, biji - bijian (beras kuning,
kedele, jagung, empon - empon, kembang sritaman, dan uang. Isi bokor tersebut biasa
juga disebut udhik - udhik.
 Setelah sungkeman selesai, orangtua menyebar isi bokor (udhik - udhik) dan semua
anak cucu dan para tamu, boleh berebut. Udhik - udhik agar disisakan sedikit untuk
tata laksana berikutnya.
 Sisa udhik - udhik ditumplak (ditumpahkan) di depan pelaminan.
 Selesai.

p. bubak kawah
Makna dari prosesi ini adalah untuk membuka jalan atau mantu yang pertama.Bubak Kawah
sendiri itu bentuknya seperti tandu yang diisi dengan berbagai macam barang. Biasanya sih
barang-barang peralatan dapur. Seperti panci, piring, sendok, teflon dan lain sebagainya.
prosesinya Bubak Kawah itu sendiri kurang lebih seperti ini :
 Pertugas memikul bubak kawah menuju tempat pelaminan, kemudian pengantin pria
dan wanita akan memeriksa kelengkapan bubak kawah.
 Kemudian bubak kawah akan dibawa petugas ke depan tamu-tamu untuk
diperebutkan.
q. Penyerahan Cikal
Sebagai tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu
apapun.
r. Penyerahan Jago Kisoh
Sebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas.
Acara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading,
sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan
masyarakat
s. mertuai / mapag besan
Kedua orang tua pengantin putri menjemput kedua orang tua pengantin pria didepan rumah
( untuk perkawinan digedung menjemputnya didepan ruangan tempat berlangsungnya acara
ritual) dan mempersilahkan mereka masuk rumah/ ruangan tempat upacara, selanjutnya
mereka berjalan bersama menuju ketempat upacara. Ibu-ibu berjalan didepan, bapak-bapak
mengiringi dari belakang. Kedua orang tua pengantin pria didudukkan sebelah kiri pengantin,
orang tua pengantin putri duduk disebelah kanan penganten.
t. Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya,
berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin
perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak
dan ibu pengantin putra.
3. Resepsi
Setelah semua upacara selesai dilakukan, saatnya untuk resepsi pernikahan dan para tamu
mulai makan dan minum makanan tradisional Solo dengan disertai tari tradisional Jawa dan
musik gamelan. Acara foto-foto dan salam-salaman dengan kedua pengantin juga
dilangsungkan.
SEMOGA BERMANFAAT
SALAM HANGAT

Anda mungkin juga menyukai