Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Pelaksana Harian (Plh) dengan Pelaksana Tugas (Plt)

(Plh) Pelaksana Harian dan (Plt) Pelaksana Tugas sama-sama keduanya ditunjuk oleh atasan pegawai yang
bersangkutan di saat pejabat definitif berhalangan untuk menjalankan tugas. Lalu yang saya tanyakan, dimana
letak perbedaan antara keduanya? Biasanya kita memang sering mendengar istilah Plt.
Jawaban :

Intisari:

Perbedaan mendasar antara Pelaksana Harian (Plh) dengan Pelaksana Tugas (Plt)
adalah Pelaksana Harian melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan
sementara, sedangkan Pelaksana Tugas melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif
yang berhalangan tetap.

Plh atau Plt sama-sama melaksanakan tugas serta menetapkan dan/atau melakukan
keputusan dan/atau tindakan rutin yang menjadi wewenang jabatannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetapi dalam menjalankan tugasnya, Plh atau Plt tidak berwenang mengambil keputusan
dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum
pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran.

Selain itu, Plt dan Plh tidak perlu dilantik atau diambil sumpahnya. Penunjukannya pun
cukup dengan Surat Perintah dari Pejabat Pemerintahan yang memberikan mandat.

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Ulasan:

Terima kasih atas pertanyaan Anda.


Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas

Untuk menjawab pertanyaan Anda, kami akan berpedoman pada Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU 30/2014”).

Apabila pejabat definitif berhalangan menjalankan tugasnya, maka pejabat pemerintahan


memiliki hak untuk menggunakan kewenangan dalam mengambil keputusan dan/atau
tindakan yaitu menunjuk pelaksana harian atau pelaksana tugas untuk melaksanakan
tugas.1[1]

Pelaksana Harian (“Plh”) adalah pejabat yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat
definitif yang berhalangan sementara, sedangkan Pelaksana Tugas (“Plt”) adalah
pejabat yang melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan
tetap.2[2]

Plh dan Plt merupakan pejabat yang melaksanakan tugas rutin berupa mandat.3[3] Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh mandat apabila:4[4]
a. ditugaskan oleh Badan dan/atau Pemerintahan di atasnya, dan
b. merupakan pelaksanaan tugas rutin.

Plh ditunjuk oleh Pejabat Pemerintahan di atasnya apabila terdapat pejabat yang tidak
dapat melaksanakan tugas paling kurang 7 (tujuh) hari kerja untuk tetap menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas.5[5]
Jadi perbedaan mendasar antara Plh dengan Plt adalah Pelaksana Harian melaksanakan
tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan sementara, sedangkan Pelaksana
Tugas melaksanakan tugas rutin dari pejabat definitif yang berhalangan tetap. Anda juga
dapat simak artikel Bahasa Hukum: ‘Pelaksana Tugas’, ‘Pelaksana Harian’, dan
‘Penjabat’.

Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas

Plh atau Plt melaksanakan tugas serta menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan rutin yang menjadi Wewenang jabatannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.6[6]

Karena Plh atau Plt merupakan pejabat yang melaksanakan tugas rutin yang merupakan
salah satu bentuk mandat, menurut Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
K.26-30/V.20-3/99 Tahun 2016 tentang Kewenangan Pelaksana Harian dan
Pelaksana Tugas dalam Aspek Kepegawaian (“SKBKN 26/2016”), maka Plh atau Plt
tidak berwenang mengambil keputusan dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang
berdampak pada perubahan status hukum pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi
anggaran.7[7]

Yang dimaksud dengan “Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat strategis” artinya
Keputusan dan/atau Tindakan yang memiliki dampak besar seperti penetapan perubahan
rencana strategis dan rencana kerja pemerintah. “Perubahan status hukum organisasi”
artinya menetapkan perubahan struktur organisasi. “Perubahan status hukum kepegawaian”
artinya melakukan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai. “Perubahan
alokasi anggaran” artinya Plh atau Plt tidak boleh melakukan perubahan anggaran yang
sudah ditetapkan alokasinya.8[8]
Adapun kewenangan Plh dan Plt antara lain meliputi:9[9]
a. menetapkan sasaran kerja pegawai dan penilaian prestasi kerja;
b. menetapkan kenaikan gaji berkala;
c. menetapkan cuti selain Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN);
d. menetapkan surat penugasan pegawai;
e. menyampaikan usul mutasi kepegawaian kecuali perpindahan antar instansi; dan
f. memberikan izin belajar, izin mengikuti seleksi jabatan pimpinan tinggi/administrasi, dan
izin tidak masuk kerja

Jadi, dalam menjalankan tugasnya Plh atau Plt tidak berwenang mengambil keputusan
dan/atau tindakan yang bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum
pada aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran.

Penunjukan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas

Pegawai Negeri Sipil yang diperintahkan sebagai Plh atau Plt tidak perlu dilantik atau
diambil sumpahnya.10[10] Penunjukan Pegawai Negeri Sipil sebagai Plh atau Plt tidak perlu
ditetapkan dengan keputusan melainkan cukup dengan Surat Perintah dari Pejabat
Pemerintahan yang memberikan mandat.11[11]

Plh dan Plt bukan jabatan definitif, oleh karena itu Pegawai Negeri Sipil yang diperintahkan
sebagai Plh atau Plt tidak diberikan tunjangan jabatan struktural, sehingga dalam surat
perintah tidak perlu dicantumkan besarnya tunjangan jabatan.12[12]
Pengangkatan sebagai Plh atau Plt tidak boleh menyebabkan yang bersangkutan dibebaskan
dari jabatan definitifnya, dan tunjangan jabatannya tetap dibayarkan sesuai dengan jabatan
definitifnya.13[13]

Pegawai Negeri Sipil atau Pejabat yang menduduki jabatan pimpinan tinggi, jabatan
administrator, atau jabatan pengawas hanya dapat diperintahkan sebagai Pelaksana Harian
atau Pelaksana Tugas dalam jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrator, atau jabatan
pengawas yang sama atau setingkat lebih tinggi di lingkungan unit kerjanya.14[14]

Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan pelaksana atau jabatan fungsional hanya
dapat diperintahkan sebagai Pelaksana Harian atau Pelaksana Tugas dalam jabatan
pengawas.15[15]

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan;
2. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-30/V.20-3/99 Tahun 2016 tentang
Kewenangan Pelaksana Harian dan Pelaksana Tugas dalam Aspek Kepegawaian .

Anda mungkin juga menyukai